Anda di halaman 1dari 7

EDAJ 3 (2) (2014)

Economics Development Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

ANALISIS IMPOR BERAS DI INDONESIA

Ratih Kumala Sari 

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Salah satu kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan beras yaitu dengan menggenjot produksi beras
Diterima April 2014 dalam negeri. Namun dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan
Disetujui Mei 2014 terhadap beras dan upaya peningkatan produktivitas dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan beras
Dipublikasikan Juni dalam negeri. Sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah mengambil keputusan untuk
2014 melakukan impor beras dari negara lain. Akan tetapi pada kenyataannya impor beras dilakukan ketika data
________________ statistik menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami surplus beras. Penelitian ini bertujuan untuk
Keywords: mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Metode analisis yang
Impor Beras; Produksi; digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan model Error Correction Model (ECM). Berdasarkan
hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial maupun secara bersama-sama produksi beras, konsumsi
Konsumsi; Harga Beras
beras, harga beras dalam negeri dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh dan signifikan
Dalam Negeri; Kurs
terhadap impor beras di Indonesia.
____________________

Abstract
___________________________________________________________________
One of the government’s policy to fulfill the need of rice is to boost the domestic production. However, by
increasing the population, the demand of rice will also increase and the effort of increasing the domestic
productivity cannot supply domestic rice need. So, to cover the shortage the government make decision to
import rice from other countries. Yet, in fact importing rice is occurred when the statistical data showed that the
supply of rice in Indonesia is surplus. The purpose of this research is necessary to study the factors which
influence the import of rice in Indonesia. The analysis method used is multiple linear regression analysis model
with Error Correction Model (ECM). Based on the research proven that partially or jointly the production, the
consumption, the price of rice, and the exchange rate of rupiah to US dollar influenced and being significant to
importing rice in Indonesia.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: kumalaaratih@yahoo.co.id

320
Ratih Kumala Sari / Economics Development Analysis Journal 3 (2) (2014)

PENDAHULUAN permintaan terhadap beras dan upaya


peningkatan produktivitas dalam negeri tidak
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang dapat memenuhi kebutuhan beras dalam negeri.
paling esensial bagi manusia untuk
mempertahankan hidup. Sebagai makluk hidup, Tabel 1. Produksi Beras di Indonesia
tanpa pangan manusia tidak mungkin dapat
Produksi
melangsungkan hidup dan kehidupanya untuk Produksi
Tahun Padi
berkembang biak dan masyarakat. Menurut Beras (Ton)
(Ton)
Amang (1993) terpenuhinya kebutuhan pangan
secara kuantitas maupun kualitas merupakan hal 2001 50.460.782 31.659.094
yang sangat penting sebagai landasan bagi 2002 51.489.694 32.304.634
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya 2003 52.137.604 32.711.132
dalam jangka panjang. Oleh karena itu 2004 54.088.468 33.935.104
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup 2005 54.151.097 33.974.398
merupakan salah satu penentu bagi perwujudan 2006 54.454.937 34.165.027
ketahanan pangan nasional. 2007 57.157.435 35.860.574
Akan tetapi kondisi di lapangan justru 2008 60.325.925 37.848.485
menunjukkan bahwa nilai neraca perkembangan 2009 64.398.890 40.403.863
perdagangan subsektor pertanian, tanaman 2010 66.469.394 41.702.897
pangan mempunyai nilai ekspor dan impor yang 2011 65.756.904 41.255.881
negatif. Dimana ekspornya rendah dan 2012 69.056.126 43.325.813
impornya tinggi. Dalam kebutuhan pangan, Sumber : Statistik Indonesia, 2013
sektor pertanian digunakan untuk memproduksi Pada Tabel 1 dapat kita lihat bahwa
beras yang merupakan makanan pokok warga produksi beras di Indonesia dari tahun ke tahun
Negara Indonesia. Beras merupakan komoditi terus mengalami kenaikan karena harus
pangan yang sangat penting bagi bangsa memenuhi target yang ditetapkan pada tahun
Indonesia karena merupakan makanan pokok sebelumnya. Dari data jumlah produksi beras
masyarakat Indonesia. tersebut dari tahun 2001-2012 telah mengalami
Dalam hal ketahanan pangan mencapai kenaikan jumlah produksi sebesar kurang lebih
swasembada beras menjadi prioritas pemerintah 10 juta ton beras. Akan tetapi meskipun jumlah
dalam kebijakan pembangunan pertaniannya. produksi beras terus meningkat bukan berarti
Kebijakan swasembada beras merupakan salah dapat mencukupi kebutuhan beras di dalam
satu kebijakan utama pembangunan pertanian negeri.Sebab jumlah penduduk Indonesia tiap
dan dinilai telah meningkatkan produksi beras tahun pun meningkat sehingga peningkatan
dan pendapatan petani. Konteks ketahanan jumlah produksi beras tersebut dimaksudkan
pangan tidak hanya menyangkut masalah untuk mengimbangi peningkatan jumlah
ketersedian bahan pangan pokok bagi penduduk yang mengkonsumsi beras. Dan
masyarakat saja, tetapi meliputi pula bagaimana kenyatannya kenaikan jumlah produksi beras
akses kepemilikan dan akses terhadap pangan tidak dapat mengimbangi atau dengan kata lain
itu oleh setiap anggota masyarakat. Dalam hal peningkatan jumlah produksi beras tidak sebesar
pemenuhan kebutuhan beras di Indonesia peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya.
menghadapi dilema antara upaya mencukupi Dilihat dari konsumsi, tingkat konsumsi
kebutuhan konsumsi dalam negeri dengan cara beras per kapita di Indonesia sangat tinggi
peningkatan produktivitas dan impor beras, karena setiap orang di Indonesia megkonsumsi
dengan upaya menjaga kestabilan harga beras beras setiap tahunnya sebesar 139,5 kg. Tingkat
agar tetap terjangkau oleh semua pihak. konsumsi beras Indonesia ini lebih besar dua
Namun dengan semakin meningkatnya kali lipat dari konsumsi beras dunia yaitu pada
jumlah penduduk akan meningkatkan angka 60 kg per tahun (Christianto, 2013)

321
Ratih Kumala Sari / Economics Development Analysis Journal 3 (2) (2014)

2010 3.200.303 687.581


Tabel 2. Data jumlah produksi dan konsumsi
2011 2.515.646 2.750.476
beras Indonesia tahun 2001-2010
2012 4.060.391 1.810.372
Produksi Konsumsi
Tahun Sumber : Statistik Indonesia, 2013
(ton) (ton)
Pada tabel 3 dapat dilihat mengenai
2001 31.659.094 32.283.326
perkembangan defisit/surplus Indonesia dan
2002 32.304.634 33.073.152
volume impor beras di Indonesia.
2003 32.711.132 33.372.463
Berdasarkan data yang tersedia sejak
2004 33.935.104 33.669.384
tahun 2008 Indonesia mengalami surplus beras,
2005 33.974.398 34.389.029 akan tetapi data statistik juga menunjukkan
2006 34.165.027 35.532.082 peningkatan impor setiap tahunnya. Bahkan
2007 35.860.574 36.423.236 jumlah impor beras selalu meningkat dari tahun
2008 37.848.485 37.200.322 ke tahun.
2009 40.403.863 38.102.776 Berdasarkan latar belakang tersebut, hal
2010 41.702.897 38.502.594 yang menjadi rumusan masalah dalam
2011 41.255.881 38.740.235 penelitian ini adalah apakah produksi beras,
2012 43.325.813 39.265.422 konsumsi beras, harga beras dalam negeri dan
Sumber : Statistik Indonesia, 2013 dan Neraca kurs berpengaruh terhadap impor beras di
Bahan Makanan, BKP 2013 Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang
bahwa konsumsi beras di Indonesia yang tinggi mempengaruhi impor beras di Indonesia.
tidak diimbangi dengan produksi beras yang
bagus. Tingkat konsumsi beras per kapita per METODE PENELITIAN
tahun masyarakat Indonesia meningkat per Metode yang digunakan dalam penelitian
tahunnya sedangkan produksi yang dihasilkan ini adalah kuantitatif dengan menggunakan data
kurang mencukupi tingkat konsumsi masyarakat sekunder. Data akan diolah dan dianalisis
Indonesia. Sehingga untuk menutupi menggunakan metode regresi linier berganda
kekurangan tersebut pemerintah mengambil dengan menggunakan data runtut waktu (time
keputusan untuk melakukan impor beras dari series). Data runtun waktu (time series) adalah
negara lain. data yang secara kronologis disusun menurut
waktu pada suatu variabel tertentu. Data runtun
Tabel 3. Data selisih produksi dan konsumsi waktu digunakan untuk melihat pengaruh
serta impor beras Indonesia tahun 2001-2012 perubahan dalam rentang waktu tertentu
(Kuncoro, 2007). Dalam penelitian „Analisis
Defisit/Surplus Impor Impor Beras di Indonesia‟‟ ini menggunakan
Tahun (ton) (ton) rentang waktu dari tahun 1980 sampai dengan
2001 -624.232 649.488 tahun 2012.
Data yang diperlukan antara lain volume
2002 -768.519 1.811.988
impor beras, produksi beras dalam negeri,
2003 -661.331 1.437.472 konsumsi beras dalam negeri, harga beras dalam
2004 265.720 246.256 negeridan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
2005 -414.631 189.617 Desain penelitian yang akan dilakukan
2006 -1.367.055 438.108 adalah menentukan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi impor beras di Indonesia dengan
2007 -562.662 1.406.547
menggunakan Error Correction Model (ECM).
2008 648.163 289.000 Dengan ini akan didapatkan faktor yang
2009 2.301.087 250.473

322
Ratih Kumala Sari / Economics Development Analysis Journal 3 (2) (2014)

mempunyai pengaruh kuat terhadap penentu DKonsumsit = Konsumsit -


permintaan impor beras di Indonesia. Konsumsit-1
Dalam penyusunan fungsi permintaan DHargaDNt = HargaDNt -

impor beras Indonesia, variabel yang digunakan HargaDNt-1


adalah produksi beras, konsumsi beras, harga DKurst = Kurst - Kurst-1
beras dalam negeri, dan nilai tukar rupiah ECT = Rest-1
terhadap dollar. Fungsi tersebut dapat disusun βo = Konstanta
dalam persamaan sebagi berikut : β1 = Parameter, n
menunjukan 1,2,3,4...n
Import = βo + β1Produksit + Ut = error correction term
β2Konsumsit + β4HargaDNt + β5Kurst + Ut
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan : a. Uji Stasioneritas
Import = Volume total impor Uji stasioneritas merupakan tahap yang
beras Indonesia periode t, paling penting dalam menganilis data time series
Produksit = Produksi beras periode t untuk menghilangkangkan otokorelasi yang
Konsumsit = Konsumsi beras menyebabkan data menjadi tidak stasioner. Uji
periode t, stasioner dalam penelitian ini dengan
HargaDNt =Harga beras domestik menggunakan uji akar root.
periode t, Berdasarkan uji akar root diketahui
Kurst =Nilai tukar rupiah bahwa variabel, produksi, konsumsi, harga
terhadap dollar Amerika periode t, dalam negeri dan kurs tidak stasioner pada
βo = Konstanta tingkat level. Sehingga dilanjutkan dengan uji
β1 = Parameter integarasi. Berdasarkan uji integrasi diketahui
Ut = error correction term semua variabel stasioner pada tingkat 1st
difference.
Dari persamaan diatas maka dibuatlah b. Uji Kointegrasi
persamaan jangka pendeknya. ECM Uji kointegrasi merupakan salah satu
mempunyai ciri khas dengan dimasukkannya metode untuk mengindikasikan kemungkinan
unsur Error Correction Term (ECT) dalam model. adanya hubungan keseimbangan jangka panjang
ECT yang stasioner pada persamaan jangka antara variabel independen dengan variabel
panjang, tidak hanya digunakan untuk dependen. Berdasarkan uji Johansen, Nilai Trace
mengetahui ada tidaknya kointegrasi tetapi juga Statistic sebesar 113.4230> 0,05 citical value
digunakan sebagai salah satu variabel pada 69.81889 dimana menunjukkan bahwa
persamaan jangka pendek. Apabila koefisien berdasarkan uji Johansen terdapat kointegrasi
ECT signifikan secara statistik yaitu nilai jangka panjang antara variabel dependen dengan
probabilitasnya kurang dari 5%, maka spesifikasi variabel independen.
model sudah valid. Sehingga dapat dirumuskan Syarat yang dibutuhkan untuk
persamaan jangka pendek dalam penelitian ini menunjukkan bahwa diantara variabel-variabel
sebagai berikut : yang diteliti berkointegrasi dengan melihat
DImport =βo + β1DProduksit + perilaku residual regresi persamaan yang
β2DKonsumsit + β4DHargaDNt + β5DKurst + digunakan. Dengan uji root dinyatakan bahwa
ECT +Ut ECT (residual) stasioner pada tingkat level.
Dengan demikian hasil uji stasioner data
Keterangan : terhadap residual semakin menguatkan bahwa
DImport = Import-Import-1 diantara variabel-variabel yang digunakan
DProduksit = Produksit-Produksit-1 terdapat kointegrasi.

323
Ratih Kumala Sari / Economics Development Analysis Journal 3 (2) (2014)

Pada jangka pendek hasil uji normalitas


nilai probabilitas sebesar 0,401365 > probabilitas
c. Estimasi ECM sebesar 5%=0,05. Artinya, variabel yang
Adapun model error correction model yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi
digunakan adalah sebagai berikut normal. Sedangkan pada menunjukkan nilai
DImport = βo + β1DProduksit + probabilitas sebesar 0,469188 > probabilitas
β2DKonsumsit + β4DHargaDNt + β5DKurst + sebesar 5%=0,05. Artinya, variabel yang
ECT +Ut digunakan dalam penelitian ini berdistribusi
Setelah melakukan estimasi model ECM normal.
tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut : Uji Multikolineritas
Tabel 4.4 Hasil Regresi Jangka Pendek Uji multikolineritas diperlukan untuk
Variabel Koefisien Std.Error Prob mengetahui ada tidaknya variabel independen
yang memiliki kemiripan dengan variabel
C -205.8926 214.2854 0.9821 independen lain dalam satu model yang dapat
Produksi -0.555151 0.156970 0.0015 menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat
kuat antara satu variabel independen dengan
Konsumsi 0.655970 0.178101 0.0011
variabel independen lainnya. Uji
Harga 1.528191 0.335495 0.0001 multikolineritas dilakukan dengan
Kurs -0.505266 0.137005 0.0010 membandingkan R Squared model utama dengan
R Squared model penjelas.
ECT 0.843614 0.213607 0.0005
Dari hasil uji multikolineritas diketahui
Sumber : Data diolah bahwa dalam jangka pendek, semua variabel
Model jangka panjang untuk metode error terhindar dari multikolineritas karena R Squared
correction model adalah sebagai berikut : model utama lebih besar dari R Squared model
Import= βo + β1Produksit + β2Konsumsit penjelas. Sedangkan dalam jangka panjang
+ β3Hargat + β4Kurst + Ut semua variabel terkena multikolineritas karena
Berdasarkan model tersebut, maka hasil R Squared model utama lebih kecil dari R
pengolahan data penelitian sebagai berikut : Squared model penjelas.
Tabel 4.5 Hasil Regresi Jangka Pendek Uji Heteroskedastisitas
Variabel Koefisien Std.Error Prob Untuk menguji ada tidaknya
C 517.4332 1295.726 0.6927 heteroskedastisitas dalam penelitian ini
Produksi -0.752352 0.138018 0.0000 menggunakan uji white.
Konsumsi 0.706849 0.124072 0.0000 Berdasarkan uji heteroskedastisitas
Harga diketahui pada jangka pendek model yang
1.131091 0.220158 0.0000
DN digunakan terbebas masalah heteroskedastisitas.
Kurs -0.404437 0.102554 0.0005 Demikian juga pada jangka panjang model yang
Sumber : Data diolah digunakan terbebas masalah heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
d. Uji Asumsi Klasik Pengujian ini digunakan untuk mengetaui
Uji Normalitas adanya autokorelasi pada penelitian ini yaitu
Uji normalitas bertujuan untuk menguji dengan uji statistik Breusch-Godfrey Serial
apakah dalam model regresi, variabel (baik Correlation LM Test.
independen maupun dependen) mempunyai Hasil uji autokorelasi menunjukkan
distribusi normal atau tidak. Uji ini bahwa dalam jangka pendek maupun panjang
menggunakan uji jarquebera atau JB test dengan bahwa model yang digunakan terbebas dari
membandingkan nilai J-B hitung dengan X² masalah autokorelasi. Hal ini ditunjukkan
tabel. dengan dari nilai probabilitas Obs*R-squared
sebesar 0,05 (5%).

324
Ratih Kumala Sari / Economics Development Analysis Journal 3 (2) (2014)

e. Uji Statistik Artinya variabel-varibael penjelas mampu


Uji t (Pengujian Secara Parsial) menjelaskan variabel impor sebesar 57 %
Uji signifikansi parameter individual (uji sedangkan sebesar 43% dijelaskan oleh variabel
t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari lain di luar model.
pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara individual dan menganggap SIMPULAN
variabel lain konstan. Berdasarkan analisis kuantitatif dan
Secara parsial variabel produksi, deskripstif yang telah dilakukan pada bab
konsumsi, harga beras dalam negeri dan kurs sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan
dalam jangka pendek berpengaruh terhadap sebagai berikut :
impor beras karena memiliki probabilitas kurang 1.Produksi beras dalam negeri
dari α = 5%. Sedangkan variabel produksi, berpengaruh negatif terhadap impor beras di
konsumsi, harga beras dalam negeri dan kurs Indonesia dalam jangka panjang maupun
dalam jangka panjang berpengaruh terhadap pendek karena nilai probabilitasnya kurang dari
impor beras karena memiliki probabilitas kurang α 5%.
dari α = 5%. 2.Konsumsi beras dalam negeri
Uji F (Pengujian Bersama-Sama) berpengaruh positif terhadap impor beras di
Uji F digunakan untuk membuktikan Indonesia dalam jangka panjang maupun
apakah variabel independen (produksi, pendek karena nilai probabilitasnya kurang dari
konsumsi, harga dalam negeri dan kurs) secara α 5%.
bersama-sama mempunyai pengaruh yang 3.Harga beras domestik berpengaruh
signifikan baik postitif maupun negatif terhadap positif terhadap impor beras di Indonesia dalam
variabel dependen (impor beras). jangka panjang maupun jangka pendek karena
Dalam jangka pendek memiliki F-statistik nilai probabilitasnya kurang dari α 5%.
sebesar 11.73502 angka tersebut lebih besar dari 4.Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
nilai signifikansi yaitu 5%= 0,05. Artinya dalam berpengaruh negatif terhadap impor beras di
jangka pendek secara bersama-sama variabel Indonesia dalam jangka panjang maupun jangka
produksi beras, konsumsi beras, harga beras dan pendek karena nilai probabilitasnya kurang dari
kurs berpengaruh terhadap volume impor beras α 5%.
di Indonesia. Sedangkan dalam jangka panjang
F-statistik sebesar 9.635201 dimana angka DAFTAR PUSTAKA
tersebut lebih besar dari nilai signifikansi yaitu Amang, Beddu. 1995. Sistim Pangan Nasional.
5%= 0,05. Artinya secara bersama-sama variabel Jakarta: PT Dharma Karsa Utama
penjelas berpengaruh terhadap impor beras di _____________. 1993. Ekonomi Per- berasan Jagung
Indonesia. dan Minyak Sawit. Jakarta: PT Dharma Karsa
Utama
Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Indonesia 2004.
Koefisien Determinasi (R²)
Jakarta
Koefisien determinasi digunakan untuk Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia 2008.
menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel- Jakarta
variabel independen terhadap variabel Badan Pusat Statistik. 20013. Statistik Indonesia
dependen. 2013. Jakarta
Koofisien Determinasi atau R-squared Christianto, Edward. 2013. “Faktor yang
sebesar jangka pendek sebesar 0.692944. Mempengaruhi Volume Impor Beras di
Artinya variabel-varibael penjelas mampu Indonesia”.Jurnal JlBEKA, Volume 7 No 2,
Agustus 2013 :38-43. Program Pasca Sarjana
menjelaskan variabel impor sebesar 69 %
Universitas Negeri Medan
sedangkan sebesar 31% dijelaskan oleh variabel
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis
lain di luar model. Koefisien Determinasi atau dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
R-squared jangka panjang sebesar 0.579206.

325
Ratih Kumala Sari / Economics Development Analysis Journal 3 (2) (2014)

326

Anda mungkin juga menyukai