PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman perkebunan salah
satunya adalah diawali dengan penggunaan
benih unggul bermutu, didukung dengan
penggunaan sarana produksi yang tepat
sesuai rekomendasi, dan penerapan sistem
manajemen usahatani yang sesuai.
Komoditas kakao (Theobroma cacao L.)
merupakan salah satu komoditas unggulan
strategis perkebunan yang memegang
peranan penting dalam perekonomian
Indonesia yakni sebagai penghasil devisa
negara, sumber pendapatan petani,
penciptaan lapangan kerja, mendorong
agribisnis dan agroindustri dalam negeri,
pelestarian lingkungan serta pengembangan
wilayah.
Sampai saat ini produksi dan produktivitas
kakao pada perkebunan rakyat ini masih
rendah, yaitu rata-rata kurang dari satu ton
biji kering/ha/tahun. Kondisi ini disebabkan
banyak tanaman kakao yang rusak, populasi
tanaman tidak optimal, pengaturan
pangkasan dan naungan kurang dilakukan,
pemupukan dan pengendalian
hama/penyakit masih kurang, dan pada
umumnya petani belum seluruhnya
menggunakan klon-klon unggul anjuran.
Menurunnya produktivitas kakao yang
selama ini disebabkan oleh adanya berbagai
kendala mulai dari umur tanaman yang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Kebun Entres Kakao Tahun 2018 1
sudah tua, adanya serangan hama
Penggerek Buah Kakao dan adanya serangan
penyakit Vascular Streak Dieback). Penyakit
ini perkembangannya sangat cepat dengan
tingkat kerugian yang tinggi bagi petani
kakao karena tanaman kurang buah atau
bahkan tidak berbuah. Penyebaran penyakit
ini yang cepat membuat sebagian petani
mengganti tanamannya ke tanaman lain
seperti jagung, kelapa sawit dan lain-lain
karena kurangnya pengetahuan petani
dalam menanggulangi penyakit tersebut.
Guna meningkatkan kembali
produksi/produktivitas kebun kakao maka
perlu dilakukan rehabilitasi. Kegiatan
rehabilitasi lebih diutamakan pada kegiatan
penyambungan dengan klon unggul.
Penyambungan pada kegiatan rehabilitasi
kakao tersebut dianjurkan melalui sambung
samping pada tanaman dewasa (mature
side-cleft grafting) karena cara ini lebih
disukai dan relatif lebih mudah, serta
tanaman baru lebih cepat berbuah.
Di tingkat lapangan terdapat berbagai
permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan tanaman kakao di Indonesia
antara lain :
1) Penurunan tingkat produktivitas yang
disebabkan sebagian besar tanaman
tua, kurang perawatan dan serangan
hama penyakit,
2) Rendahnya mutu hasil karena
penanganan pasca panen yang belum
sesuai dengan ketentuan yang
dipersyaratkan,
Petunjuk Pelaksanaan Pemeliharaan Kebun Entres Kakao Tahun 2018 2
3) Sebagian besar hasil tanaman kakao
yang dihasilkan masih belum
meningkatkan nilai tambah petani,
4) Meningkatnya harga agroinput seperti
pupuk dan pestisida,
5) Masih terbatasnya kemitraan antara
pengusaha/industri dengan petani
pekebun,
6) Akses terhadap permodalan untuk
pengembangan komoditi ini masih
terbatas.
Memperhatikan kondisi serta permasalahan
yang terjadi, maka kebijakan dan strategi
dalam pengembangan tanaman kakao
diarahkan pada:
C. Spesifikasi Teknis
Intensifikasi Tanaman Kakao
a. Pupuk Organik dan NPK yang
digunakan adalah yang terdaftar dan
mendapat izin dari Menteri Pertanian.
b. Fungisida yang digunakan adalah
yang terdaftar dan mendapat izin dari
Menteri Pertanian dengan dosis sesuai
anjuran.
D. Simpul Kritis
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pengembangan tanaman kakao diprediksi
adanya simpul kritis sebagai berikut:
1) Identifikasi CP/CL kurang tepat
waktu;
2) Musim hujan (waktu tanam) yang
tidak menentu menjadi penghambat
waktu penanaman di lokasi kegiatan;
1 Persiapan
- Sosialisasi
- Penyusunan
Petunjuk
Pelaksanaan (juklak)
dan Petunjuk Teknis
(Juknis)
- Pembentukan
Tim Teknis Tingk.
Prov dan Kab/Kota
Identifikasi dan
Seleksi CP/CL serta
2
Penetapan Kelompok
Sasaran
3 Proses Pengadaan
Penyaluran Sarana
4
Produksi
5 Pemeliharaan
Pembinaan,
6 Pengawalan dan
Pendampingan
Pelaporan
7
HARGA JUMLAH
KODE KEGIATAN VOLUME
SATUAN BIAYA
A. Pemeliharaan Kebun Entres
Kakao Tahun Ke 3 Kab.
Konawe Selatan ( 2 Ha )
- Pestisida
- Insektisida/fungisida 4 Liter 250.000 1.000.000
- Herbisida 6 Liter 100.000 600.000