Anda di halaman 1dari 20

INFLASI DAN DEFLASI

A. Pendahuluan
Inflasi adalah momok ekonomi modern. Ini adalah salah satu ancaman
utama yang terus-menerus akan merusak atau bahkan menghancurkan dekade
pertumbuhan ekonomi jika dilepaskan dan tidak dikekang. Dikhawatirkan oleh
gubernur bank sentral global dan memaksapelaksanaan kebijakan moneter yang
secara inheren tidak populer. Ini membuat beberapa orang tidak adil antara orang
kaya dan memiskinkan orang lain. Secara historis inflasi telah menghancurkan
seluruh ekonomi dan mengubah jalannya sejarah manusia. Inflasi adalah salah
satu kekuatan yang terurai, pada kekaisaran Romawi dua ribu tahun yang lalu dan
kekaisaran Uni Soviet dua dekade lalu. Padakali ini sedang ditulis negara
Venezuela pulih dari tingkat inflasi di atas 100% dan Mesir yang terjadi
kerusuhan tentang bahan bakar yang lebih tinggi harganya.

Dampak inflasi yang parah seringkali jauh melebihi perekonomian. Dalam


kisah yang paling jitu dalam sejarah modern, inflasi mengerikan dipicu oleh
Republik di Jerman pada akhir Perang Dunia I yang menyebabkan harga naik
untuktingkat luar biasa bahwa nilai tukar Mark Jerman ke Dollar melebihi
3000000000000-1! Hal ini dihasilkan kehancuran ekonomi yang menciptakan
lubang hitam politik yang akhirnya muncul Nasional Partai Sosialis dan Adolf
Hitler, yang mengeksploitasi kehancuran menjadi Kanselir Jerman pada bulan
Januari 1933. Inflasi ini merupakan gambar cermin, deflasi, memiliki kurang dari
warisan sejarah gelap, tapi tetap masalah ekonomi yang serius. Deflasi
didefinisikan perilaku harga selama Depresi Besar pada 1930-an dan telah muncul
sebagai ekonomi di Jepang pada periode berjalan.

1. INFLASI
A. Pengertian Inflasi

Saat ini masyarakat merasakan bahwa harga barang dan jasa sebagai
kebutuhan pokok terbilang lebih mahal dibandingkan dengan harga barang dan
jasa pada beberapa tahun lalu. Bahkan bagi sebagian masyarakat kenaikan
hargaharga pada kebutuhan pokok sehari-hari telah menjadi beban hidup yang
sangat berat. Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) maupun tarif dasar listrik (TDL), selalu membawa dampak pada kenaikan
hargaharga terutama harga komoditas kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan
hargaharga tersebut kemudian mendorong laju inflasi menjadi semakin tinggi.
Inflasi yang tinggi akan menjadi beban bagi semua pihak. Dengan inflasi, maka
daya beli suatu mata uang menjadi lebih rendah atau menurun. Dengan
menurunnya daya beli mata uang, maka kemampuan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik barang maupun jasa akan semakin rendah.
Laju inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan perencanaan bagi dunia usaha,
tidak mendorong masyarakat untuk menabung dan melakukan investasi,
menghambat perencanaan pembangunan oleh pemerintah, merubah struktur
APBN maupun APBD dan berbagai dampak negatif lain yang tidak kondusif bagi
perekonomian secara keseluruhan.

Inflasi didefinisikan dengan banyak ragam yang berbeda, tetapi semua


definisi itu mencakup pokok-pokok yang sama. Samuelson (2001) memberikan
definisi bahwa inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi kenaikan tingkat
harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-faktor produksi. Dari
definisi tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya daya beli yang diikuti
dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara.
Sementara definisi lain menegaskan bahwa inflasi terjadi pada saat kondisi
ketidakseimbangan (disequilibrium) antara permintaan dan penawaran agregat,
yaitu lebih besarnya permintaan agregat daripada penawaran agregat.

Dalam hal ini tingkat harga umum mencerminkan keterkaitan antara arus
barang atau jasa dan arus uang. Bila arus barang lebih besar dari arus uang maka
akan timbul deflasi, sebaliknya bila arus uang lebih besar dari arus barang maka
tingkat harga akan naik dan terjadi inflasi. Secara umum pendapat ahli ekonomi
menyimpulkan bahwa inflasi yang menyebabkan turunnya daya beli dari nilai
uang terhadap barang-barang dan jasa, besar kecilnya ditentukan oleh elastisitas
permintaan dan penawaran akan barang dan jasa. Faktor lain yang juga turut
menentukan fluktuasi tingkat harga umum diantaranya adalah kebijakan
pemerintah mengenai tingkat harga, yaitu dengan mengadakan kontrol harga,
pemberian subsidi kepada konsumen dan lain sebagainya.

Dari definisi yang ada tentang inflasi dapatlah ditarik tiga pokok yang
terkandung di dalamnya (Gunawan, 1991), yaitu :

1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti


mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik
dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan kecenderungan
yang meningkat.

2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus, bukan terjadi


pada suatu waktu saja.

3. Mencakup tingkat harga umum (general level of prices) yang berarti


tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu atau beberapa
komoditi saja.

Menurut Rahardja dan Manurung (2004) suatu perekonomian dikatakan


telah mengalami inflasi jika tiga karakteristik berikut dipenuhi, yaitu : 1) terjadi
kenaikan harga, 2) kenaikan harga bersifat umum, dan 3) berlangsung
terusmenerus. Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
apakah suatu perekonomian sedang dilanda inflasi atau tidak. Indikator tersebut
diantaranya :

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

IHK adalah indeks harga yang paling umum dipakai sebagai


indikator inflasi. IHK mempresentasikan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh masyarakat dalam suatu periode tertentu.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

IHPB mertupakan indikator yang menggambarkan pergerakan


harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan pada tingkat
produsen di suatu daerah pada suatu periode tertentu. Jika pada IHK
yang diamati adalah barang-barang akhir yang dikonsumsi masyarakat,
pada IHPB yang diamati adalah barang-barang mentah dan barang-
barang setengah jadi yang merupakan input bagi produsen.

3. GDP Deflator

Prinsip dasar GDP deflator adalah membandingkan antara


tingkat pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan riil. GNP
deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan
dua indeks diatas. 3 Cara memperoleh GNP deflator adalah dengan
membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil
(atas dasar harga konstan).

B. Penggolongan Inflasi

Dalam buku Kebanksentralan seri inflasi (Suseno dan Siti


Astiyah,2009:3) dan buku karya Supriyanto (2007:172), Inflasi digolongkan
menjadi beberapa jenis. Berikut ini merupakan beberapa penggolongan inflasi:

a. Penggolongan inflasi berdasarkan tingkatannya, yaitu terdiri dari :

o Inflasi ringan yaitu dibawah 10% setahun


o Inflasi sedang yaitu antara 10%-30% setahun
o Inflasi berat yaitu antara 30%-100% setahun
o Hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali yaitu diatas 100% setahun.

b. Penggolongan inflasi berdasarkan sebab-sebabnya, terdiri dari :

o Demand inflation yaitu inflasi yang timbul karena tingginya


permintaan masyarakat terhadap berbagai barang dan jasa. Peningkatan
permintaan masyarakat terhadap barang atau jasa (aggregate demand),
disebabkan oleh beberapa hal seperti bertambahnya pengeluaran
pemerintah yang dibiayai oleh pencetakan uang, kenaikan permintaan
ekspor, dan bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit
yang murah.
o Cost inflation yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi.
o Cost inflation terjadi jika biaya produksi naik, misalnya disebabkan
oleh kenaikan harga baham bakar minyak (BBM).

c. Penggolongan inflasi berdasarkan tempat asalnya, yaitu:

o Inflasi berasal dari dalam negeri (Domestic Inflation). Inflasi yang


berasal dari dalam negeri timbul karena terjadinya defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya
pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
o Inflasi berasal dari luar negeri (Imported Inflation) inflasi dari luar
negeri adalah inflasi yang timbul sebagai akibat dari kenaikan harga
barang impor. Hal ini terjadi karena tingginya biaya produksi barang di
luar negeri atau adanya kenaikan tarif impor barang.
C. Faktor Penyebab Inflasi

Inflasi merupakan suatu masalah ekonomi yang sangat besar khususnya bagi
negara-negara berkembang. Sumber inflasi di negara berkembang berasal dari
beberapa faktor, seperti defisit anggaran belanja pemerintah yang kemudian
berdampak pada peningkatan jumlah uang beredar. Dilihat dari faktor-faktor utama
yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi permintaan, sisi
penawaran dan ekspektasi, maupun gabungan dari ketiga faktor tersebut. Adapun
faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut :

a. Inflasi yang disebabkan faktor permintaan (Demand Pull Inflation)


Inflasi yang disebabkan oleh permintaan timbul karena adanya pertambahan
jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Bertambahnya jumlah uang beredar
mengakibatkan suku bunga mengalami penurunan sehingga jumlah konsumsi dan
investasi meningkat secara keseluruhan. Dengan adanya peningkatan permintaan
maka secara otomatis mendorong peningkatan harga-harga secara keseluruhan.
Kejadian tersebut, disebut sebagai inflasi permintaan atau demand pull inflation.

Inflasi permintaan atau demand pull inflation adalah inflasi yang timbul
sebagai hasil interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa
domestik dalam jangka panjang. Tekanan inflasi dari sisi permintaan akan timbul jika
permintaan agregat berbeda dengan penawaran agregat atau potensi output yang
tersedia. Perbedaan antara permintaan agregat dan penawaran agregat disebut output
gap. Jika permintaan agregat lebih besar dibandingkan penawaran agregat, maka
tekanan terhadap inflasi akan semakin besar, dan sebaliknya. Berdasarkan hal
tersebut, output gap dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur tekanan
terhadap laju inflasi. Namun, output gap hanya dapat digunakan dalam kondisi
ekonomi yang nornal, bukan pada keadaan ekonomi yang tidak baik seperti dalam
keadaan ekonomi pasca mengalami krisis moneter.

Penawaran agregat pada dasarnya merupakan total permintaan barang atau


jasa untuk keperluan konsumsi dan investasi dalam suatu perekonomian. Sementara
itu, secara umum penawaran agregat mencerminkan seluruh kapasitas produksi yang
dimiliki suatu perekonomian, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang
tersedia, teknologi dan produktivitas. Dengan kata lain, penawaran agregat adalah
seluruh potensi yang dimiliki oleh suatu perekonomian untuk dapat memenuhi
permintaan agregat.

b. Inflasi Penawaran atau cost push inflation/ sup


Inflasi penawaran adalah inflasi yang disebabkan faktor penawaran yang
memicu kenaikan harga penawaran atas suatu barang, termasuk barang-barang yang
harus diimpor, serta harga barang-barang yang dikendalikan oleh pemerintah seperti
kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan
kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Inflasi penawaran disebabkan oleh adanya
kenaikan biaya produksi secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.

Adapun kenaikan biaya produksi disebabkan oleh depresiasi atau turunnya


nilai nata uang asing. Selain itu inflasi ini disebabkan oleh faktor alam seperti kondisi
cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan gagalnya panen, faktor sosial
ekonomi seperti adanya hambatan dalam distribusi barang, maupun faktor-faktor yang
timbul karena kebijakan pemerintah seperti kebijakan tarif, pajak dan pembatasan
impor.

c. Inflasi Campuran (Mixed Inflation)

Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan


permintaan dan kenaikan penawaran, perilaku permintaan dan penawaran tidak
seimbang ataupun permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal tersebut
mengakibatkan faktor produksi dan persediaan barang menjadi turun. Sementara,
substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan seperti itu
pada akhirnya akan menyebabkan harga-harga menjadi naik.
d. Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)

Inflasi tidak hanya disebabkan oleh faktor permintaan dan penawaran, namun
inflasi dapat disebabkan oleh adanya ekspektasi para pelaku ekonomi atau disebut
inflasi ekspektasi (Gordon,2007:15). Inflasi ekspektasi adalah inflasi yang terjadi
akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau foward
looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi
ekonomi menjadi semakin baik dari masa sebelumnya. Harapan masyarakat tersebut
dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push inflation,
tergantung pada harapan masyarakat dan kondisi persediaan barang dan faktor
produksi saat itu dan masa mendatang.

Bagi para pelaku ekonomi, inflasi ekspektasi didasarkan pada perkiraan di


masa yang akan datang sebagai akibat dari adanya kebijakan yang dilakukan
pemerintah pada saat ini. Para pelaku ekonomi, baik individu, lembaga atau dunia
usaha berpikir bahwa laju inflasi yang terjadi di masa lalu masih akan terjadi di waktu
yang akan datang, oleh karena itu para pelaku ekonomi akan melakukan antisipasi
untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul. Inflasi jenis ini sulit untuk
diprediksi secara pasti, sehingga kejadiannya kurang diperhatikan. Namun dalam hal
ini bank sentral mempunyai peran yang besar untuk membentuk ekspektasi tersebut.
Kebijakan bank sentral yang kredibel dan konsisten dapat mengarahkan pembentukan
ekspektasi inflasi yang rendah di masa mendatang.

Bagaimana Inflasi Terukur dan Tingkat Inflasi Dihitung

Gambar 1 menunjukkan tingkat inflasi tahunan yang diukur dengan Indeks


Harga Konsumen. Bagian ini akan menjelaskan bagaimana indeks yang ditentukan
dan bagaimana tingkat inflasi dihitung dari indeks. Bagian ini juga akan membahas
konstruksi indeks harga lainnya seperti Producer Price Index dan indeks harga khusus
yang digunakan untuk mengempis perkiraan PDB nasional nominal untuk tingkat
pertumbuhan (disesuaikan dengan inflasi) mereka yang sebenarnya.

1. Indeks Harga Konsumen

Sesuai namanya, Indeks Harga Konsumen(IHK) adalah indeks - satu nomor-


tidak tingkat pertumbuhan. Untuk mengubahnya ke inflasi tingkat dua nilai indeks
harus diubah menjadi tingkat pertumbuhan menggunakan rumus dasar.Indeks itu
sendiri berdasarkan survei berulang besar yang dilakukan oleh sebuah badan
pemerintah, Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), sebuah divisi Departemen Tenaga
Kerja dari AS. Umumnya, survei mencoba untuk mengevaluasi dan mengevaluasi
kembali harga berbagai barang yang dibeli oleh konsumen. Statistik CPI dan terkait
yang dirilis setiap bulan, pertama dalam bentuk siaran pers dan kemudian segera
sesudahnya dalam database yang tersedia untuk siapa saja yang mengunjungi situs
web CPI. Karena CPI adalah indeks, itu adalah normal untuk dasar, dan dasar saat ini
digunakan adalah rata-rata indeks baku untuk 36 bulan tahun kalender1982-1984,
yang kemudian ditugaskan nilai 100.

Setiap bulanpengumpul data BLS menggunakan kunjungan pribadi dan


panggilan telepon ke toko-toko ritel, fasilitas medis dan bisnis lain yang melayani
konsumen untuk mengumpulkan data harga pada lebih dari 80.000 item di lebih dari
200 kategori barang, mulai dari telur ayam untuk liter minyak motor untuk biaya
kuliah dan biaya perangko. Data harga ditinjau dan disesuaikan (karena kualitas,
kemasan, dan segudang masalah lain dapat mempengaruhi definisi komoditi- apa
adalah ”besar” telur, untuk misalnya), maka setiap harga dikalikan dengan bobot
kemudian dijumlahkan menjadi beberapa indeks tunggal:

di mana α adalah berat badan yang sesuai (perubahan berkala, tapi tidak setiap
bulan) dan P adalah salah satu dari ribuan hadiah. Dijumlahkan, nilai tertimbang
dibagi dengan dasar, rata-rata dari CPI baku (pada dasarnya rumus kekiri tanda divisi)
untuk 36 bulan pada tahun 1982 sampai 1984. Hal ini akan ditafsirkan bahwa jika CPI
menyamai110, maka harga telah meningkat sekitar 10% sejak periode dasar.

Penjumlahan alpha ini ditampilkan di atas disebut keranjang pasar dengan


BLS dan dimaksudkan untuk kira-kira mewakili persentase pengeluaran bulanan
konsumen sebagai kelompok dibelanjakan pada kategori keseluruhan dan masing-
masing komponen kecil dalam kategori, sehingga Alpha semua menambahkan hingga
100%. Misalnya, pada Januari 2013 berat untuk kategori Makanan menyamai
15,261%, dan sub kategori dalam Makanan untuk Buah dan Sayuran menyamai
1,287%. Dalam kategori tersebut, berat untuk Pisang setara 0,081%. Hal ini dapat
ditafsirkan bahwa dengan perkiraan BLS, konsumen AS menghabiskan 15,261% dari
pengeluaran bulanan mereka pada makanan, 1,287% pada buah dan sayuran, dan
0,081% pada pisang.

Bobot tersebut, yang mengubah lebih atau kurang setiap dua tahun, didasarkan
pada survei konsumsi disediakan oleh ribuan rumah tangga. Pada waktu tertentu
sekitar 7.000 keluarga diminta untuk menjaga buku harian pribadi benar-benar segala
sesuatu yang mereka beli untuk jangka waktu dua minggu, yang kemudian
dikumpulkan oleh BLS. Selama periode survei dua tahun BLS akan mengumpulkan
sekitar 28.000 buku harian mingguan dan, untuk informasi tambahan, akan
melakukan sekitar 60.000 wawancara per kuartal.

TABEL 2

Tabel 2 menunjukkan bobot dan komponen dari beberapa kategori CPI utama
bersama dengan beberapa komponen yang lebih kecil (dipilih secara acak untuk
kepentingan) untuk rilis Januari 2013. CPI dirilis dengan data yang musiman
disesuaikan (SA) (di mana perilaku harga musiman statistik merapikan) dan tidak
musiman disesuaikan (NSA). Bobot dibahas di atas dapat dilihat (mereka bulat) serta
nomor indeks kategori agregat dan individu. Juga ditampilkan adalah tingkat inflasi
tahunan selama dua belas bulan sebelumnya untuk masing-masing kategori (metode
untuk menghitung yang dijelaskan di bawah ini).
Seperti dapat dilihat, indeks secara keseluruhan sekarang berdiri di 230,3,
yang berarti bahwa harga pada umumnya memiliki lebih dari dua kali lipat sejak
periode dasar. Melihat ke bawah kolom di indeks individu, dapat dilihat bahwa
perawatan medis telah mengalami tingkat inflasi yang lebih tinggi dari indeks secara
keseluruhan, sedangkan pakaian (pakaian) telah meningkat hanya 24,7% atas seluruh
periode 30- tahun, dan biaya rekreasi bahkan kurang. Biaya peralatan komunikasi
(komputer, telepon danseperti) telah benar-benar kempes - jatuh nilai nominal (yang
berarti bahwa perangkat ini lebih murah daripada mereka dulu dalam dolar absolut).

Banyak mahasiswa khawatir bahkan mungkin jengkel melihat bahwa biaya


kuliah dan biaya peringkat sebagai salah satu kategori yang paling meningkat di
semua listing CPI, di 636 mewakili peningkatan enam kali lipat harga sejak periode
dasar. Kamuakan berpikir bahwa siswa akan mengeluh tentang hal ini.

Tabel 2 juga menunjukkan item memo, Pembelian Kekuatan Dollar, di $


0,434. Nilai ini sama dengan

yang merupakan ukuran berapa banyak dolar akan membeli sekarang dibandingkan
dengan apa yang dibeli pada periode dasar. pada Januari 2013 dolar bernilai empat
puluh tiga sen dibandingkan dengan 1982-1984 dolar.

2. Menghitung Tingkat Inflasi dari Indeks Harga

Sebuah indeks harga adalah nilai tunggal dikenal dengan basis, tetapi nilai
tersebut tidak memiliki makna yang melekat. Setiap indeks inflasi menjadi lebih
berguna ketika berubah menjadi tingkat inflasi. Bagian ini menunjukkan bagaimana
Indeks Harga Konsumen berubah menjadi tingkat inflasi.

Biasanya tingkat tahunan dihitung sebagai tingkat pertumbuhan diskrit. Rumus umum
untuk transformasi diskrit ini dinyatakan sebagai titik desimal adalah

yang dapat diterjemahkan untuk mengatakan bahwa tingkat perubahan berakhir setiap
saat t sama dengan nilai indeks pada waktu t dibagi dengan nilai indeks pada periode
sebelumnya (t-1) minus satu. Untuk mengungkapkannya sebagai persentase, nilai
ini di atas adalah kali dikalikan 100.Oleh karena itu salah satu cara untuk menghitung
tingkat tahunan perubahan harga konsumen adalah untuk mengambil CPI Desember
untuk setiap tahun dan menghitung tingkat tahunan untuk tahun yang menggunakan
CPI Desember dari tahun sebelumnya. Misalnya, untuk menghitung tingkat inflasi
tahunan Desember- to-Desember untuk 2011, salah satu akan menggunakan rumus
berikut:
Sekali lagi, nilai ini dapat dikonversi ke keuntungan persentase dengan mengalika ali
100. Mengingat bahwa CPI untuk bulan Desember 2010 adalah 219,18 dan untuk
Desember 2011 adalah 225,67, maka tingkat inflasi Desember-to-Desember

sehingga analis dapat mengatakan bahwa tingkat inflasi untuk 2011 yang diukur
dengan IHK adalah sedikit di bawah tiga persen.

Karena CPI dihitung satu bulan dapat menghitung tingkat inflasi tahunan tersirat
dengan indeks bulanan dengan menggunakan rumus berikut:

Misalnya, mengingat bahwa CPI untuk bulan Desember 2010 adalah 219,18
dan untuk November 2010 adalah 218,80, maka tingkat inflasi tahunan untuk bulan
Desember ini Lebih dulu meskipun itu karena nilai-nilai bulanan bisa sangat volatile,
mengingat bahwa tingkat tahunan dihitung dengan peracikan, setiap volatilitas
dinomor bulanan akan menghasilkan volatilitas yang lebih besar dalam nilai-nilai
tahunan yang diperparah dihitung dari angka-angka. Sebagai contoh, kita lihat di atas
bahwa CPI untuk Desember 2011 adalah 225,67. Ternyata bahwa CPI untuk
November 2011 adalah jumlah yang lebih tinggi di 226,23! Ini akan berarti bahwa
laju inflasi tahunan (sebenarnya, tingkat deflasi) pada bulan Desember 2011 adalah

Untuk mencegah volatilitas menyesatkan ini yang terbaik adalah menggunakan


perbandingan tahunan (seperti contoh Desember-to-Desember atas).

3. Indeks Harga Produsen

Selain CPI, Biro Statistik Tenaga Kerja juga menerbitkan serangkaian indeks
disebut Indeks Harga Produsen (PPI) untuk harga yang diterima oleh produsen
domestik untuk barang dan jasa yang dihasilkan mereka dan secara umum dibagi
menjadi dua kategori, harga komoditas seperti alami gas, berbagai produk pertanian,
dan bahan kimia industri, dan barang jadi, mulai dari produk roti dan kopi panggang
untuk makanan hewan, mobil penumpang, dan perhiasan imitasi. Lebih dari 10.000
produk yang diperinci dalam Indeks Harga Produsen, yang dulu disebut Indeks Harga
Grosir, nama mungkin lebih deskriptif dari aplikasi saat ini.

Cara Mengatasi Inflasi

Cara-cara mengatasi inflasi pada dasarnya harus diarahkan pada faktor-faktor


yang menyebabkan perubahan harga dalam hal ini harga menjadi naik atau dengan
perkataan lain nilai uang menjadi turun. Sebagaimana diketahui bahwa factor-faktor
yang menjadi akar penyebab perubahan nilai uang adalah M, V, dan T. Oleh karena
itu, tiada lain daripada usaha mengurangi M dan/atau V, yang keduanya tergolong
pada faktor moneter dan atau meningkatkan T. Dalam hal ini ada 4 (empat) kebijakan
(policy) yang dapat ditempuh untuk mengatasi inflasi tersebut, yaitu:

a) Kebijakan Moneter (Monetary Policy)

Kebijakan moneter pada dasarnya dilaksanakan oleh Bank Sentral untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar yang menjadi wewenangnya, melalui 3 (tiga) cara, yaitu:

1. Menaikkan cash reserve ratio/CRR atau cash ratio atau presentase


likuiditas atau giro wajib minimum/GWM. Dengan kenaikan CRR,
kemampuan bank-bank umum untuk memberikan kredit menjadi berkurang,
jadi terdapat kontraksi moneter sehingga jumlah uang yang beredar (faktor M)
menjadi berkurang, tidak lebih sehingga harga menjadi turun.

2. Menjual surat-surat berharga, dalam rangka operasi pasar terbuka


(open market operation/OMO), misalnya melalui sertifikat Bank Indonesia/
SBI Surat Berharga Pasar Uang/SPBU dan lain sebagainya dengan tingkat
bunga atau imbalan yang menarik, maka uang beredar yang ber lebih di
masyarakat sebagian akan tersedot ke kas bank sentral sehingga jumlah uang
yang beredar di masyarakat (M) menjadi berkurang.

3. Menaikan tingkat bunga kredit. Apabila bank sentral meningkatkan


tingkat bunga kredit dasar (base lending rate), maka dengan meningkatkan
bunganya tersebut, dalam rangka politik disconto (discount policy), berarti
bak-bank umum dalam menentukan tingkat bunga kreditnya tidak bisa tidak
harus mengikuti/ mengacu pada ketentuan bank sentral tersebut. Dengan
meningkatnya bunga kredit maka akan mengurangi minat sebagian anggota
masyarakat untuk mengambil kredit, sehingga jumlah uang yang beredar (M)
menjadi berkurang (tidak terlalu banyak).

b) Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)

Terdapat 3 cara mengatasi inflasi melalui kebijakan fiskal, yaitu:

1. Pengurangan pengeluaran pemerintah

Walaupun pengurangan pengeluaran pemerintah (government


expenditure) bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah, terlebih-
lebih apabila diklaitkan dengan tuntutan kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin lama semakin besar dan berkelanjutan,
namun apabila hal itu dapat dilaksanakan maka sangat efektif untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Kebijakan ini
sering disebut tight money policy/TMP atau kebijakan uang ketat.

2. Menaikkan pajak

Dengan menaikkan pajak maka berarti penghasilan seseorang


(disposable income) akan menjadi berkurang, sehingga barang-barang
harganya tidak akan naik. Dipihak lain uang ya ng berasal dari pajak
akan masuk kas pemerintah, hal ini berarti mengurangi jumlah uang
yang berlebih di masyarakat. Menaikkan pajak dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan tarif pajak atau menambah jenis dan objek pajak
atau kombinasi kedua-duanya.

3. Pemerintah melakukan pinjaman kepada masyarakat.

Pemerintah melakukan pinjaman kepada masyarakat dengan


berbagai cara, misalnya melalui penjualan obligasi Negara, surat utang
Negara, surat perbendaharaan Negara dan lain sebagainya dengan
bunga atau imbalan/bagi hasil yang menarik. Atau melalu pemotongan
gaji/upah atau misalnya melalui pengguntingan uang kertas yang
beredar sehingga hanya bernilai setengahnya atau tiga perempatnya
dari nilai semula.

c) Kebajikan Non Moneter

Kebijakan non moneter adalah kebijakan untuk mengatasi inflasi diluar kedua cara
yang telah disebutkan diatas.

Caranya ada 3 (tiga) macam, yaitu:

1. Meningkatkan hasil produksi (production approach)

Cara mengatasi inflasi melalui peningkatan hasil produksi adalah cara


yang paling efektif, namun dalam pelaksanaanya sering kali mengalami
kesulitan, karena kelangkaan sumber-sumber atau faktor-faktor produksi yang
diperlu kan. Sebagaimana dimaklumi meningkatkan produksi berarti
menignkatkan unsur T dalam rumus Fisher, hal tersebut hanya dapat di
laksanakan melalui peningkatan kapasitas produksi atau menambah jam kerja
bagi para buruh/pegawai. Sedangkan apabila di harapkan peningkatan
produksi yang lebih pesat dan dengan kualitas yang lebih baik, maka harus
melalui penerapan teknologi yang lebih baik dan modern. Cara ini lazim
disebut pendekatan produksi atau production approach.
2. Kebijakan upah/gaji

Yang dimaksud dengan kebijakan mengenai upah dan gaji dalam


rangka mengatasi inflasi ialah tidak menaikan upah dan gaji sama sekali
selama produktivitas buruh dan pegawai tersebut tidak meningkat. Dengan
demikian disposable income/ penghasilan yang siap untuk di belanjakan yang
di miliki oleh mereka tidak bertambah, dan hal tersebut akan menghambat
kenaikan harga barang-barang.

3. Pengawasan Harga Barang dan Distribusinya

Kecenderungan naiknya harga barang-barang bisa di atasi di samping


oleh cara-cara yang telah dikemukakan di atas, dapat juga di atasi dengan cara
penetapan harga dan penawasan harga di atas dengan cara penetapan harga
dan pengawasan harga serta cara-cara distribusinya oleh pemerintah, disertai
tindakan pengenaan sansi kepada para pelanggar-pelangaranya.

Namun diakui bahwa dalam pelaksananya cara ini sulit berjalan


sebagaimana yang diharapkan, bahkan sering menimbulkan dampak negatif
yaitu sering kali terjadi dualisme harga yaitu adanya harga resmi, berupa harga
yang di tetapkan oleh pemerintah dan harga yang tidak resmi (sering dikenal
sebagai harga “gelap”) yang biasanya lebih tinggi dari harga resmi. Oleh
karena itu barang-barang sering menghilangkan di pasaran resmi dan muncul
dipasaran gelap (black market).

d) Kombinasi dari berbagai cara

Maksud mengatasi inflasi dengan kombinasi berbagai cara adalah cara


menjelaskan kebijakan anti inflasi bersama-sama secara simultan melalui kebijakan
moneter, kebijakan fiskal bahkan mungkin dengan kebijakan pengawasan harga
sekaligus.

2. DEFLASI
A. Pengertian Deflasi
Dalam ekonomi ada istilah deflasi atau sering disebut disinflasi (disinflation)
adalah kecenderungan terjadinya penurunan harga secara menyeluruh atau suatu
periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi
adalah kebalikan dari inflasi, bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang
beredar di masyarakat maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang
beredar. Amerika Serikat pernah mengalami deflasi panjang tahun 1920-an dan 1930-
an saat perekonomian terjerumus dalam depresi besar (great depression). Dari tahun
1929 hingga 1933 tingkat harga di Amerika Serikat jatuh 25 persen, inilah deflasi
terbesar dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat.
Menurut definisi Internasional Monetery Found (IMF), deflasi adalah suatu
fenomena ekonomi yang terjadi akibat berlangsungnya resesi panjang akibat
penurunan harga penjualan pasar kurang lebih 2 tahun. Deflasi dapat dikatakan suatu
gejala ekonomi yang berbahaya, seperti halnya inflasi, karena terus meningkatkan
situasi labil terhadap faktor subjek ekonomi secara psikologi. Dan bagaikan resesi
panjang deflasi dapat pula menjatuhkan nilai aset sekaligus menghantam berbagai
sektor perekonomian.

Deflasi akan mempengaruhi harapan yang akan datang dan psikologi para
pengusaha. Proses deflasi juga akan mempengruhi penurunan tingkat investasi yang
juga tentu saja akan membawa kesulitan bagi perekonomian. Deflasi dapat
menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan
depresi besar (seperti yang dialami Amerika) dan juga akan membuat pasar Investasi
(Saham) akan mengalami kekacauan. Dikarenakan harga barang mengalami
penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih
lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas
ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary
spiral). Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja
yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji
karyawannya.

Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan


jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang. Dari sisi investasi,
deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa.
Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi
aktivitas bisnis yang berjalan. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu
negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di
bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah masyarakat
menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang semakin kecil.

B. Jenis-Jenis Deflasi

1. Deflasi strategis

Deflasi ini terjadi akibat diterapkannya kebijakan pengontrolan terhadap gejala


konsumsi berlebihan untuk mengatasi kenaikan harga pasar

2. Deflasi sirkulasi

Deflasi ini terjadi pada masa transisi dari kemakmuran ekonomi menjadi kemerosotan
ekonomi, akibat ketidakseimbangan antara daya produksi dan konsumsi. Gejala ini
mendorong penurunan harga penjualan pasar dalam resesi ekonomi, akibat semakin
kurangnya jumlah kebutuhan terhadap barang-barang ekonomis yang berlebihan.
C. Penyebab Deflasi

Istilah deflasi adalah lawan kata dari inflasi. Inflasi berkaitan erat dengan
gejala konsumsi yang berlebihan, sedangkan deflasi ada kaitannya dengan pemasokan
yang berlebihan. Dengan kata lain, apabila pemasokan barang-barang ekonomis
melampaui daya konsumsi, dapat mengakibatkan penurunan harga penjualan pasar.
Gejala ini mendorong kemerosotan investasi modal oleh perusahaan, dan memicu
turunnya suku bunga sehingga menimbulkan pengurangan baik jumlah tenaga kerja
maupun upah gaji. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada empat buah penyebab Deflasi :

- Menurunnya persediaan uang di masyarakat


- Meningkatnya Persediaan Barang
- Menurunnya permintaan akan barang
- Naiknya permintaan akan uang
D. Cara Mengatasi Deflasi

Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga.
Apabila seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas
menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang
jarang digunakan tersebut. Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak
dapat berjalan sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan.
Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami
kelumpuhan selamanya.

Hal ini parallel dengan deflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah
dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan
waktu lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot
yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi
besar, pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai
kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja
ini membutuhkan waktu yang tidak sedikir. Lazim dikatakan oleh para analis
eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak
memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku
bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen
bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah
menjadi nol juga atau bahkan negative. Belum lagi hal ini akan memicu aksi spekulan
luar negeri yang dapat menjalankan Carry Trade sehingga nilai uang justru menjadi
jatuh. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan
kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi spekulan
semata-mata.

Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi


berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan
ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan
belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral,
pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli
surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai.

Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti
dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya
tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan
mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya. Selain itu, juga dapat diatasi
melalui kebijakan pemerintah dengan jalan melakukan tambahan pembelanjaan
sebesar (sejumlah) celah deflasi itu sendiri, kemudian menambahkan pengeluaran
masyarakat, baik untuk konsumsi maupun investasi.

3. Efek dari Inflasi dan Deflasi


 Efek Dari Inflasi
a. Efek terhadap pendapatan

Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh


adanya inflasi, demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk
uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya pihak-
pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah yang
memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju
inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya
naik dengan persentase lebih besar dari laju inflasi. Misalnya, seseorang yang
berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan gaji tetap Rp 3.000.000 dapat
membelanjakan berbagai barang dan jasa, namun dengan adanya inflasi gaji
tersebut hanya dapat dibelanjakan beberapa barang dan jasa.

b. Efek terhadap efisiensi

Permintaan terhadap barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih


besar dari barang lain karena inflasi, yang kemudian mendorong kenaikan
produksi barang tersebut. Inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi
menjadi tidak efisien. Misalnya seseorang yang berprofesi sebagai produsen
roti, sebelum adanya inflasi untuk memproduksi 1 roti hanya dibutuhkan biaya
Rp 5000, namun dengan adanya inflasi yang 7 mengakibatkan harga bahan
baku roti mahal sehingga biaya Rp 5000 sudah tidak mencukupi untuk
memproduksi 1 roti.

c. Efek terhadap output

Inflasi dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Biasanya


kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan
pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi.
Namun apabila laju inflasi cukup tinggi dapat mempunyai akibat sebaliknya,
yakni penurunan output.
Adapun dampak positif dan negatif dari inflasi yaitu :

- Dampak positif

1. Bagi perekonomian

Jika tingkat inflasi ringan, akan membawa pengaruh positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian yang lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan
nasional dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan
berinvestasi.

2. Bagi pengusaha

Dampak inflasi terhadap penurunan nilai mata uang tidak akan merugikan
sebagian kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan tidak tetap.
Contohnya seperti pengusaha, karena para pengusaha mendapatkan
penghasilan berdasarkan keuntungan.

3. Bagi debitur

Debitur akan merasa diuntungkan dengan adanya inflasi, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada
saat meminjam.

4. Bagi produsen

Bagi produsen, inflasi pun dapat menguntungkan jika pendapatan yang


diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.

- Dampak negatif

1. Bagi perekonomian

Pada masa hiperinflasi atau inflasi yang tidak terkendali, kondisi


perekonomian menjadi “lesu” dan sulit berkembang. Masyarakat tidak
bersemangat untuk bekerja, menurunkan minat masyarakat untuk menabung
dan berinvestasi karena nilai mata uang semakin menurun.

2. Bagi pegawai atau karyawan berpenghasilan tetap

Dampak inflasi terhadap penurunan nilai mata uang akan merugikan


kelompok masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai negeri,
pegawai swasta dan kaum buruh, karena secara riil pendapatan mereka akan
menurun.
3. Bagi kreditur

Kreditur akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian utang


debitur lebih rendah dibandingkan pada saat peminjaman.

4. Bagi produsen

Bagi produsen inflasi yang tinggi sangat berpengaruh pada kenaikan harga-
harga kebutuhan produksi yang kemudian berpengaruh pada meningkatnya
biaya produksi.

5. Bagi pemerintah

Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada rencana pembangunan pemerintah


dan mengacaukan rencana anggaran pendapatan dan belanja pemerintah
(RAPBN/RAPBD).

 Efek Dari Deflasi

1.      Penurunan persediaan uang di masyarakat karena deflasi dapat


menyebabkan menurunnya persediaan uang dimasyarakat dan akan
menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika) dan juga akan
membuat pasar Investasi akan mengalami kekacauan.

2.      Memperlambat aktifitas ekonomi, dikarenakan harga barang mengalami


penurunan, konsumsi memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka
lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya
aktifitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral
deflasi (deflationary spiral).

3.      Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak


pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemilik bisnis tidak sanggup
membayar gaji karyawannya. Dengan demikian pendapatan yang diterima
masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat
semakin berkurang.

4.      Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di


sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat
kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.

5.      Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu Negara menjadi nol
persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank.

Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi adalah sebagai berikut:

1.      Positif, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang


benar-benar dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. orang akan banyak
berinvestasi langsung dan ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata
uang akan meningkat.

2.      Negatif, deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka
mendepositokan uangnya di bank atau pasar modal daripada beli properti yang
tidak naik. Karena harga terus turun maka produsen cenderung kurang
berminat memproduksi barang. Kesempatan kerja berkurang karena banyak
terjadi PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh pemerintah sehingga pendapatan
Negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara keseluruhan mengalami
kemunduran.

Anda mungkin juga menyukai