Anda di halaman 1dari 9

ASPEK-ASPEK PEMBIAYAAN NEGARA DALAM SISTEM EKONOMI

ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Ahmad syukron, M.EI

Disusun oleh :

1. Salsa Bella Rahma Alya (40123173)

2. M. Harisul labib (40123192)

3. Rissa Eliyana (40123207)

KELAS E

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi Islam, yang berjudul
“Aspek-aspek Pembiayaan Negara dalam Sistem Ekonomi Islam”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan


maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun. Kami
berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Pekalongan, 31 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai bentuk upaya pemerintah agar kesejahteraan masyarakat terwujud


ialah dengan meningkatkan pertumbuhan dalam bidang ekonomi masyarakat.
Karena pertumbuhan ekonomi merupakan puncak herarki tertinggi dalam
ekonomi Islam. Maka, diperlukanlah kebijakan agar ekonomi tumbuh seperti
pendistribusian yang adil baik dalam bentuk pendapatan maupun kekayaan, dan
menurunkan tingkat kemiskinan. Sehingga, sampai kapan pun kebutuhan orang
yang membutuhkan dan orang yang tertindas harus mendapatkan klaim pertama
dari hasi-hasil negara. Maksud dari kebijakan tersebut adalah kebijakan dalam
pendapatan negara dan erat kaitannya dengan uang sebagai media transaksi.
Apabila siklus perputaran uang sempurna, maka likuiditas ekonomi negara pun
terjaga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja struktur pajak pada awal periode islam?
2. Apa itu zakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur pajak pada awal periode islam
2. Untuk mengetahui zakat

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Pajak pada Awal Periode Islam


1. Zakat dan Jizyah
Secara bahasa zakat berarti an-numu wa az-ziyadah (tumbuh dan
bertambah). Kadang-kadang dipakaikan dengan makna ath-thaharah (suci). al-
barakah (berkah).1 Zakat, dalam pengertian suci, adalah membersihkan diri, jiwa,
dan harta. Seseorang yang mengeluarkan zakat berarti dia telah membersihkan diri
dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan hartanya dari hak orang lain.
Sementara itu, zakat dalam pengertian berkah adalah sisa harta yang sudah
dikeluarkan zakatnya secara kualitatif akan mendapat berkah dan akan
berkembang walaupun secara kuantitatif jumlahnya berkurang. Zakat merupakan
mengeluarkan bagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nisabnya untuk
orang-orang yang berhak menerimanya.2
Jizyah berasal dari bahasa arab ‫ جزئ‬yang berarti upeti, membalas jasa atau
mengganti kerugian.3 Menurut Djazuli dalam buku Fiqih Siyasahnya, jizyah
dikatakan sebagai iuran negara yang diwajibkan atas orang ahl al-kitab setiap satu
tahun sekali, sebagai imbangan membela dan melindungi mereka. Jizyah
diistilahkan juga dengan pajak kepala bagi semua orang laki-laki non-muslim,
merdeka, balig, berakal, sehat, dan kuat.4 Sedangkan jizyah dalam ilmu fiqh
berarti pajak kepala atau pajak perseorangan yang dikeluarkan terhadap orang-
orang non-muslim (ahl alz|immah) tertentu yang telah mengikat perjanjian dengan
pemerintah.5 Dengan kata lain, jizyah merupakan pajak per kepala yang dipungut
oleh pemerintah islam dari orang laki-laki non-islam, merdeka, balig, berakal,
sehat, dan kuat, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.

1
Wahbah al-Zuhaili, Al-fiqh al –Islami wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fiqr, 1989), Jilid II, hlm. 730
729, lihat juga Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah (Kairo: Dar al-Fath, 2000), Jilid I, hlm. 235.
2
Wahbah al-Zuhaili, op.cit., hlm. 730.
3
Adib Bisri, Munawwir A Fatah, Al-Bisri Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, h. 73
4
Djazuli, Fiqh Siyasah, h. 229
5
Abdul Fatah, dkk, Ensiklopedi Islam, Jilid 2, h. 526

v
2. Kharaj atau Pajak Bumi
Pajak, secara etimologis dimaknai sebagai al-kharaj, yaitu tarikan yang
diwajibkan pada tanah yang ditaklukkan melaku peperangan. 6 hasil bumi yang
dikenakan pajak atas tanah yaitu tanah yang dimiliki oleh non muslim.7
Selain pengertian tersebut, kharaj juga dimaknai sebagai uang sewa atas tanah
yang dibebaskan oleh orang muslim.8 Secara etimologi, pajak diartikan sebagai
iuran wajib untuk dibayarkan kepada negara dan dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan negara.
Islam mengenal beberapa jenis pajak, antara lain:
1. Jizyah, Pajak yang dikenakan atas non muslim sebagai jaminan yang
diberikan oleh Negara Islam
2. Kharaj, jenis pajak atas tanah yang ditakhakkan melalui jalan perang.
3. Usr. pajak perdagangan atau bea cukai (pajak impor dan ekspor).9

3. Barang Rampasan Perang atau Ghanimah


Kata dasar ghanimah artinya adalah memeroleh sesuatu sebagai hasil dari
usaha. Ghanimah adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Sementara itu, yang
dimaksud dengan ghanimah adalah harta yang didapatkan dari musuh Islam
dengan cara berperang. Hukum Ghanimah adalah boleh atau mubah dalam islam.
Ada 2 pembagian ghanimah menurut dalil al-Quran:
1. Porsi 1/5 bagian
Pembagian ghanimah yang pertama ialah porsi 1/5 dari keseluruhan harta
ghanimah. Menurut QS. Al-Anfal ayat 41 dan 69, seperlima harta ghanimah
diperuntukkan untuk pihak-pihak berikut:
 Allah

6
M Abdul Mannan, Teori &Praktek Ekonomi Islam, Jakarta PT. Dana Bhakti Wakaf 1993, him
250.
7
Irfan Mahmud Raana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar Ibn Khattab, Yogakata Pustakalodas,
cet 1, 1990, hlm. 118.
8
Rodney Wilson, Islamic Business Theory and Practice", (ter) J.T. Salim, Bisnis Islam enum
Islam Teori dan Praktik, Jakarta PT. Intermasa, ot. 1, 1988, him 128
9
Adiraman Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: PT. Pustaka Pelajar, et 2, 2002
him. 31

vi
 Rasul

 Kerabat Rasul

 Anak Yatim

 Golongan orang miskin

 Ibnu Sabil atau orang yang terlantar dalam perjalanan

2. Porsi 4/5 bagian


Porsi lainnya, yakni sebesar 4/5 bagian adalah pembagian ghanimah
kedua. Porsi yang lebih besar ini diperuntukkan kepada para pasukan yang
ikut berperang. Jadi dapat disimpulkan, meski aturan dalam Islam memberi
porsi yang lebih besar kepada pasukan perang, porsi untuk kebaikan pihak lain

tetap dipertahankan.

Adapun 3 jenis bentuk Ghanimah, yaitu:

1. Harta Bergerak
Bentuk harta ghanimah pertama adalah harta bergerak. Apapun benda
berharga yang dapat dipindahkan, termasuk ke dalam kategori harta bergerak.
Beberapa contoh harta ghanimah yang masuk kategori harta bergerak adalah:
 Persenjataan;
 Kendaraan;
 Perlengkapan perang;
 Stok makanan;
 Bahan pangan;
 Emas dan perhiasan perak;
 Barang antik;
 Batu mulia;

2. Harta tidak bergerak

vii
Tidak hanya harta ghanimah yang bergerak, pada saat memenangkan
pertempuran, tantara Muslim dapat pula mengambil harta yang tidak bergerak
sebagai ghanimah.

Beberapa contoh harta ghanimah yang tidak bergerak ialah benteng


pertahanan, wilayah kekuasaan, tanah beserta bangunan di wilayah yang telah
dikuasai, serta harta tidak bergerak lainnya.

3. Tawanan perang
Harta ghanimah terakhir ialah tawanan perang. Jadi, dapat
dikatakan bahwa menahan tantara lawan setelah menaklukan suatu
peperangan diperbolehkan dalam Islam.10

4. Pajak atas Pertambangan


Pajak pertambangan merupakan pungutan wajib yang dilakukan terhadap
segala kegiatan atau aktivitas pertambangan. Komoditas tambang yang terkena
pajak, seperti batubara dan mineral.
Seperti diketahui, penerimaan pajak merupakan salah satu sumber utama
pendapatan negara. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai instansi di bawah
kementerian keuangan menyampaikan salah satu penerimaan dalam negeri dari
sektor pajak adalah pajak pertambangan. Sektor pertambangan memiliki peran
penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Pemerintah bahkan mencatat
pendapatan negara dari sektor pertambangan mengalami peningkatan yang
siginifikan dari tahun ke tahun.11

5. Bea Cukai dan Pungutan

10
Apa yang dimaksud dengan ghanimah, (wakalahmu.com: 2022)
11
Yohana Fransiska Aurelia Vivian, Mengenal pajak Pertambangan, (Pajakku.com: 2023)

viii
ix

Anda mungkin juga menyukai