Anda di halaman 1dari 13

PAPER

EKONOMI SYARIAH

PERAN ZAKAT DALAM SUATU SISTEM PEREKONOMIAN DAN


DAMPAKNYA TERHADAP KETENTRAMAN JIWA MANUSIA

Disusun oleh:

Firdi Kharisma Ramadhan


A1B 014 053
S1 Manajemen Reguler Pagi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2017
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan sistem perekonomian berdasarkan syariat


Islam semakin berkembang pesat di Indonesia. Filsafat Islam lebih
memprioritaskan tujuan utamanya kepada kepentingan umum
(masyarakat) dibandingkan dengan kepentingan individual atau
kelompok. Sehingga, Islam menetapkan peraturan yang jelas dan tegas
mengenai kehidupan manusia untuk diterapkan sepanjang zaman agar
dapat mencapai suatu kesejahteraan.

Dunia ekonomi dalam Islam mencakup dunia bisnis atau investasi. Hal
ini bisa diperhatikan melalui tanda-tanda eksplisit berupa ajakan bisnis
dan melakukan investasi dalam Al-Quran dan Sunnah, hingga tanda-
tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi
tersebut, seperti dengan diterapkannya sistem zakat sebagai alat
disinsentif atas penumpukan harta, larangan riba sebagai upaya
mendorong optimalisasi atas setiap investasi, serta larangan maysir
atau judi dan spekulasi sebagai aturan yang dapat mendorong
produktivitas atas investasi.

Ekonomi Islam berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadits, di mana Al-


Quran menyebutkan bahwa pilar utama dan pertama dari
perekonomian Islam merupakan mekanisme fiskal zakat yang menjadi
syarat dalam berjalannya sistem perekonomian tersebut.

Zakat adalah suatu tanggung jawab agama yang merupakan salah satu
rukun Islam yang amat ditekankan setelah syahadat dan shalat. Oleh
2

karena itu, keutamaan zakat menjadi suatu kewajiban bagi seorang


muslim yang hartanya telah mencapai nishab dan cukup haulnya.
Kemudian zakat tersebut disediakan bagi orang-orang yang memiliki
hak untuk memperolehnya.

Secara ekonomi, implementasi sistem zakat akan meningkatkan


permintaan agregat dan mendorong harta mengalir ke dalam investasi.
Hal ini dalam perekonomian tentunya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. (Ascarya: 2011)

Secara psikologis, zakat juga mampu dijadikan sebagai suatu terapi


yang dapat menghilangkan kegelisahan jiwa yang nantinya akan
berdampak terhadap kesehatan manusia baik secara jasmani maupun
rohani.

Berdasarkah uraian di atas, maka dapat diambil suatu pokok


permasalahan yaitu bagaimana peran zakat dalam suatu sistem
perekonomian dan dampaknya terhadap ketentraman jiwa manusia.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penyusunan paper ini adalah sebagai pemenuhan


kewajiban atas tugas mata kuliah Ekonomi Syariah sekaligus
menjelaskan mengenai peran zakat dalam suatu sistem ekonomi dan
dampaknya terhadap ketentraman jiwa manusia.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Zakat

Zakat merupakan pungutan wajib atas individu yang memiliki harta wajib
zakat yang melebihi nishab (muzzaki), dan didistribusikan pada delapan
golongan penerima zakat (mustahik), yaitu: fakir, miskin, fi sabilillah,
ibnusabil, amil, gharimin, hamba sahaya, dan muallaf.

Dari segi bahasa, zakat berarti al-barakatu keberkahan, al-nama


pertumbuhan dan perkembangan, ath-thaharatu kesucian, dan ash-
shahalu keberesan. Dari segi istilah, zakat merupakan bagian dari
harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT wajibkan kepada
pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya,
dengan persyaratan tertentu pula.

Harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh,


berkembang dan bertambah, serta suci dan beres (baik). Dengan
demikian, zakat yang diambil dari harta orang-orang yang mampu akan
mengembangkan dan menyucikan harta itu sendiri.

Penerapan sistem zakat akan mem punyai berbagai implikasi di


berbagai segi kehidupan, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan;
2. Memperkecil jurang kesenjangan ekonomi;
3. Menekan jumlah permasalahan sosial: kriminalitas, pelacuran,
gelandangan, pengemis, dan lain-lain;
4. Menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memelihara
sektor usaha. Dengan kata lain zakat menjaga konsumsi
4

masyarakat pada tingkat yang minimal sehingga perekonomian


dapat terus berjalan;
5. Mendorong masyarakat untuk berinvestasi, tidak menumpuk
hartanya.

2.2. Penerapan Zakat dalam Sistem Ekonomi Islam

Zakat merupakan ketentuan yang wajib dalam sistem ekonomi Islam,


sehingga pelaksanaannya melalui institusi resmi negara yang memiliki
ketentuan hukum. Zakat dikumpulkan, dikelola, atau didistribusikan
melalui lembaga Baitul Maal.

Faktanya, di Indonesia sendiri masih banyak muzzaki yang masih belum


membayarkan kewajibannya. Padahal seperti yang telah diketahui
bahwa zakat merupakan suatu rukun Islam yang apabila diingkari maka
seseorang tersebut (muzzaki) dianggap telah kafir dan diminta untuk
bertaubat, bahkan lebih parahnya lagi muzzaki dapat dihukumi sebagai
orang yang murtad. Melalui lembaga yang melakukan pengumpulan,
pengelolaan, dan pendistribusian zakat ini dapat dijadikan suatu media
yang nantinya dapat mengambil zakat secara paksa terhadap muzzaki
yang meyakini perihal kewajiban mengeluarkan zakat namun enggan
untuk menunaikannya karena sifat bakhil dan kikir dalam diri muzzaki
yang bersangkutan.

Sistem zakat dalam ekonomi Islam selain berfungsi sebagai alat ibadah
bagi mereka yang memiliki kewajiban untuk membayar zakat dapat
memberikan kemanfaatan pribadi, juga berfungsi sebagai penggerak
ekonomi bagi orang-orang yang menerapkan sistem zakat ini di dalam
lingkungannya (negara).
5

Dari zakat yang dibayarkan oleh individu akan membersihkan dan


menyucikan mereka, hati manusia bersih dari sifat kekikiran dan cinta
yang berlebihan kepada harta yang dimilikinya, dan dari zakat itu sendiri
maka sifat kebaikan dalam hati manusia akan semakin tumbuh.
Sementara itu meanfaat kolektif dari zakat adalah bahwa zakat akan
terus mengingatkan orang yang memiliki kecukupan atas harta agar
membayar zakat karena dibalik harta tersebut ada hak orang lain,
sehingga terjadi interaksi sosial antara mereka yang memiliki kecukupan
harta dengan mereka yang kekurangan. Hal ini kemudian dapat
menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat.

Di sisi ekonomi, zakat menjadi suatu variabel utama dalam menjaga


kestabilan sosial ekonomi agar perekonomian tersebut akan selalu pada
posisi yang baik untuk dapat terus berjalan sebagaimana mestinya.

Dari perspektif di atas diperoleh suatu implikasi bahwa zakat dapat


melipatgandakan harta masyarakat yang dimungkinkan terjadi karena
dengan adanya zakat maka permintaan dan penawaran dapat
meningkat. Oleh karena itu, ekonomi dalam suatu lingkungan akan
mengalami pertumbuhan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Peningkatan atas permintaan terjadi karena
perekonomian mampu mengakomodasi golongan manusia yang
kekurangan agar dapat memenuhi kebutuhannya dalam tingkat yang
minimal sehingga distribusi zakat tersebut menjadi pendapatan yang
membuat mereka memiliki daya beli pada perekonomian. Sementara
itu, peningkatan penawaran terjadi karena zakat mendorong manusia
yang mampu untuk menggunakan hartanya dalam dunia usaha ataupun
incestasi di sektor riil sehingga perputaran harta (uang) menjadi cepat
atau dengan kata lain harta tidak diam. Pada akhirnya, zakat berperan
besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara makro.
6

Dengan adanya mekanisme zakat, aktivitas ekonomi dapat berjalan


paling tidak pada tingkat yang minimal untuk memenuhi kebutuhan
primer, sehingga zakat dapat dijadikan suatu cara agar kondisi
perekonomian tidak mengalami keterpurukan atau krisis.
Menurut Chapra (1996) dan Sakti (2006) dalam Ascarya (2011) bahwa
pengaruh zakat terhadap perekonomian ini sebenarnya dapat dijelaskan
dengan pendekatan moneter (MV=PT) yang dimiliki aliran monetaris
dalam ekonomi konvensional. Monetaris menyebutkan bahwa dengan
asumsi velocity of money (V) tetap dan full employment (Y) terpenuhi,
ekonomi akan terpengaruh melalui kebijakan peningkatan money stock
(M) melalui peningkatan harga (P). monetaris dengan teori kuantitas
uang ini memang berpendapat bahwa kebijakan uang beredar tidak
akan memengaruhi sektor riil karena peningkatan uang beredar hanya
akan menaikkan harga tanpa ada efeknya pada volume produksi,
jumlah tenaga kerja dan variabel riil lainnya. Terpisahnya sektor moneter
dan riil ini dikenal dengan istilah classical dichotomy. Monetaris
beranggapan bahwa peningkatan sektor riil harus melalui penambahan
faktor-faktor produksi atau teknologi.

Dari penjelasan di atas, secara ringkas penerapan sistem zakat akan


berdampak positif di sektor riil dalam beberapa hal antara lain:
1. Zakat menjadi mekanisme baku yang menjamin terdistribusinya
pendapatan dan kekayaan sehingga tidak terjadi kecenderungan
penumpukan faktor produksi pada sekelompok orang yang
berpotensi menghambat perputaran ekonomi.
2. Zakat merupakan mekanisme perputaran ekonomi itu sendiri yang
memelihara tingkat permintaan dalam ekonomi. Dengan kata lain,
pasar selalu tersedia bagi produsen untuk memberikan
penawaran. Dengan begitu, sektor riil selalu terjaga pada tinglat
yang minimum tempat perekonomian dapat berlangsung karena
7

interaksi permintaan dan penawaran selalu ada. Pentingnya


perputaran tergambar dalam rumusan MV=PT dari golongan
monetaris konvensional.
3. Zakat mengakomodasi warga negara yang tidak memiliki akses ke
pasar karena tidak memiliki daya beli atau modal untuk kemudian
menjadi pelaku aktif dalam ekonomi sehingga volume aktivitas
ekonomi relatif lebih besar (jika dibandingkan dengan ekonomi
konvensional).

2.3. Dampak Zakat terhadap Ketentraman Jiwa

Pelaksanaan zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi sosial.


Selain berhubungan dengan Allah, zakat juga mempunyai hubungan
yang erat dengan hidup bermasyarakat. Zakat mengajarkan manusia
agar peduli terhadap sesama yang kekurangan. Di samping itu,
manusia akan senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan.

Manfaat zakat bagi penerimanya sudah jelas, membantunya dalam


memenuhi keperluan hidup yang tidak dapat dipenuhinya sendiri.
Sedangkan manfaat zakat bagi yang menunaikannya cukup banyak,
terutama dalam menjadikan hidup bersih dan sehat. Boleh jadi orang
tidak pernah menyangka bahwa zakat mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Memang ada sementara
orang yang menjadi kaya atau banyak harta, menjauh dari orang miskin
dan kurang perhatian kepada kegiatan sosial kemasyarakatan. Ia
terasing dari lingkungannya. (Daradjat dalam Nasar: 2013)

Sebagaimana yang dikatakan oleh Yusuf Qardawi bahwa konsep zakat


adalah penyucian jiwa dan harta. Hal ini juga dapat diperhatikan melalui
relasi yang Allah telah tegaskan mengenai zakat dan ketentraman jiwa
8

dalam Al-Quran, Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan


zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS
At-Taubah [9]: 103).

Sehingga dari uraian di atas, dengan berzakat maka manusia dapat


dikatakan ikut berkontribusi dalam kegiatan perekonomian yang disertai
dengan permasalahan sosial di dalamnya. Dari zakat itu ketentraman
jiwa akan tercapai.

Ketentraman jiwa ini akan tercapai karena dalam zakat berisi aktivitas
sosial yaitu kegiatan saling memberi dari yang memiliki kecukupan harta
kepada yang kekurangan harta. Kesehatan bisa diperoleh dari kegiatan
saling memberi tersebut, karena salah satu kunci kebahagiaan adalah
dengan memberi.

Kesehatan mencakup kesehatan jiwa dan raga. Dengan zakat dapat


menjauhkan manusia dari penyakit hati dan jiwa. Ini terjadi karena
aspek dari sikap pemurah yang dimiliki oleh yang menjalankan zakat
tentunya menjauhkan manusia dari sifat kikir dan tamak. Bahkan
apabila seorang muzaki benar-benar merasa bahagia setelah
membayar zakat membuat sistem kekebalan tubuh berpengaruh positif.
Selain itu, sesuai dengan QS. At-Taubah ayat 103 tadi mengatakan
bahwa seorang mustahik akan berdoa untuk kesehatan muzaki atas
keberkahan rezeki yang diperolehnya.

Jagalah hartamu dengan zakat dan obatilah sakitmu dengan sedekah


dan hadapilah cobaan dengan doa [HR.Abu Hurairah]
9
10

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Zakat merupakan suatu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh seorang


muslim yang mampu kepada mereka yang memiliki kekurangan.
Implementasi zakat sendiri sebenarnya dapat dilakukan oleh mereka
yang non-muslim. Sebab mengingat setiap agama mengajarkan kepada
setiap umatnya untuk saling berbagi. Dengan berzakat, sistem
perekonomian suatu negara dapat terhindar dari keterpurukan atau
krisis. Paling tidak keadaan perekonomian dalam suatu negara berada
pada posisi yang paling minimum. Secara makro, zakat
mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Selain bisa memajukan kondisi ekonomi, zakat juga memiliki peran


dalam menyucikan diri mereka yang membayar zakat tersebut. Zakat
mampu memberikan kebahagiaan yang kemudian akan membawa
manusia pada kesehatan mental. Kesehatan mental ini sangat
mempengaruhi jasmani menjadi lebih sehat pula.

Jadi dapat dikatakan bahwa zakat memiliki dampak yang begitu baik,
yaitu bagi pembayar zakat, penerima zakat, masyarakat, bahkan
negara.

3.2. Saran
11

Setiap orang (tidak hanya seorang muslim saja) perlu menjalankan


perintah agama ini, berzakat agar dapat memperbaiki kualitas hidup
orang banyak.
12

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada

Zakat sebagai Terapi Kegelisahan Jiwa. http://pusat.baznas.go.id/posko-


aceh/zakat-sebagai-terapi-kegelisahan-jiwa/ (diakses 02 Juli 2017)

Anda mungkin juga menyukai