Anda di halaman 1dari 7

HAMBATAN DISTRIBUSI KEKAYAAN

MELALUI PENDEKATAN SISTEM

Oleh:
Muhamad Afif Sholahudin (1143020120)
(Mahasiswa S1 Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
muhammadafif2@gmail.com

Abstrak
Distribusi adalah instrumen penting dalam berjalannya sistem ekonomi, karena beralihnya
harta seseorang kepada orang lain agar tidak diam dimiliki oleh pemiliknya. Banyak hal yang
perlu diamati dalam kegiatan distribusi ekonomi, namun dalam Ekonomi Islam
memperhatikan instrumen moneter dalam hal kebijakan terkait keuangan suatu negara.
Penimbunan yang terjadi di masyarakat menimbulkan kesenjangan sosial, karena tidak
disalurkannya harta secara sehat. Penimbunan berbeda dengan menabung. Penimbunan
adalah aktivitas yang bertujuan untuk menumpuk tanpa ada maksud untuk memenuhi
kebutuhan. Sedangkan menabung merupakan aktivitas menyimpan uang dengan maksud
kebutuhan, artinya uang akan tetap dialirkan atau didistribusikan. Lalu, penggunaan mata
uang tanpa jaminan, sebagai faktor lain yang menghambat distribusi Ekonomi Islam berjalan
lancar. Sangat berbeda mata uang saat ini yang dijadikan alat transaksi jika ditukar dengan
emas atau perak. Uang ini pun dijadikan instrumen spekulatif yang dimanfaatkan agar
mencari keuntungan dari fiat money tersebut. Saat permainan uang berpusat di dalam bursa
efek, memicu peledakan capital gain, maka efek spekulasi uang itu akan muncul. Lalu,
hubungan luar negeri, karena Ekonomi Islam belum banyak dikenal karena pendalaman
ilmunya masih bersifat sempit. Insstrumen yang dilaksanakan oleh negara ini butuh dinaungi
oleh Ekonomi Islam pula, karena segala hal harus berdasarkan prinsip syariah. Tentu hal ini
lebih sulit karena institusi yang melaksanakannya pun harus sejalan dengan prinsip-prinsip
Islam.

Kata Kunci: Distribusi, Ekonomi Islam, Hambatan, Sistem


A. Pendahuluan
Kesenjangan ekonomi merupakan salah satu persoalan berat yang dihadapi oleh
masyarakat sekarang. Banyak faktor yang menyebabkannya. Intinya ada dua, yakni faktor
ekonomi dan faktor alamiah. Fakor ekonomi adalah semua kebijakan ekonomi, misalnya
alokasi kredit, kesempatan usaha, pemberian izin atau lisensi kepada orang-orang tertentu dan
sebagainya yang secara langsung bisa menimbulkan kesenjangan. Adapun faktor alamiah
adalah keadaan pada diri manusia, misalnya cacat fisik bawaan, rendahnya ilmu dan keahlian,
rendahnya etos kerja dan sebagainya; serta keadaan lingkungan seperti rendahnya potensi
sumberdaya alam dan sebagainya yang secara tidak langsung bisa menimbulkan kesenjangan.
Kesenjangan ekonomi harus segera diatasi. Jika tidak, kesenjangan akan memicu
munculnya berbagai persoalan sosial, seperti meningkatnya kriminalitas, rendahnya tingkat
pendidikan dan kesehatan, bahkan juga mengancam keselamatan akidah. Rasulullah saw.
Dalam sebuah hadits mengingatkan bahwa kesenjangan ekonomi adalah pangkal kejahatan
dan kekacauan masyarakat yang akhirnya akan membawa kehancuran.1
Semula diyakini bahwa pencapaian kesejahteraan setiap individu resultante-nya akan
melahirkan kesejahteraan bersama. Untuk itu, seseorang harus diberi kebebasan sepenuhnya
untuk bisa menghasilkan sebuah kekayaa yang maksimal dengan menggunakan kemampuan
yang dia miliki; juga diingatkan untuk itdak membatasi hak individu atas hartanya, karena
kepemilikan individu bersifat mutlak yang tidak dapat dicampuri oleh negara sekalipun.
Meski demikian, kebebasan bagi pencapaian kesejahteraan individu-individu ternyata tidak
secara otomatis menimbulkan kesejahteraan bersama.
Sementara itu, berkebalikan dengan pendapat di atas, kebebasan individual justru
dianggap berbahaya bagi kemaslahatan masyarakat. Oleh karena itu, menurut pendapat ini,
hak individu atas harta yang dimilikinya sebaiknya dihapuskan dan semua wewenang
dipercayakan kepada negara agar dapat mewujudkan persamaan ekonomi di dalam
masyarakat.
Berbeda dengan yang pertama maupun yang kedua sistem ekonomi islam mengambil
jalan sendiri dalam mengatasi kesenjangan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan bersama
di tengah masyarakat. Prinsip utama dari sistem ini adalah tetap mendorong peningkatan
produktivitas individu dalam mencapai kekayaan bagi kesejahteraan pribadi dalam mencapai
kekayaan bagi kesejahteraan pribadi disertai dengan penjagaan terhadap berlangsungnya
sistem ekonomi yang memungkinkan tercapainya kesejahteraan bersama serta berjalannya

1
Ismail Yusanto & Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, hal. 165
mekanisme distribusi kekayaan di antara manusia secara baik. Peran individu dengan
demikian tetap bersifat sentral, tetapi juga tanpa mengabaikan uluran tangan negara dan peran
serta masyarakat. Sebab, kesenjangan ekonomi tidak dapat diatasi dengan sekadar terus
mendorong produktivitas individu dengan mengabaikan sistem dan instrumen-instrumen non
ekonomi tetapi berdampak secara ekonomi; juga tidak bisa diatasi dengan sekadar membatasi
hak milik individu dan memutlakkan peran negara.
Seperti zakat, bukan hanya sekedar bentuk kemurahan individu, melainkan suatu sistem
tata sosial yang dikelola oleh negara melalui aparat tersendiri. Aparat ini mengatur semua
permasalahannya, mulai dari pengumpulannya dari para wajib zakat dan pendistribusiannya
kepada mereka yang berhak.2
Oleh karena itu, penting untuk dikaji lebih mendalam terkait hambatan-hambata ditribusi
yang menjadi corong utama tidak berjalan efektifnya sistem ekonomi dan menimbulkan
kesenjangan ekonomi yang berkelanjutan. Ada banyak poin yang sebenarnya harus dikaji,
namun beberapa hal penting patutnya kita amati, seperti penimbunan emas dan perak,
pemberlakuan mata uang tanpa jaminan, dan hubungan luar negeri. Dalam paper ini akan
dijelaskan tiga poin ini secara mendalam dan dihubungkan dengan kemiskinan.
B. Metodologi
Paper ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan pendekatan konsep yang dipahami
dari perbandingan konsep. Tidak akan mengmukakan banyak rumus dan tidak bukanlah
bagian dari saintifikasi ilmu. Konsep yang didapat dari poin penting Ekonomi Konvensional
(selanjutnya disingkat EK) akan diintegrasikan dengan dampak yang sesuai dalam Ekonomi
Islam (selanjutnya disingkat EI).
Dalam paper kali ini akan difokuskan mengenai konsep distribusi dalam EI, karena
penulis memandang pentingnya hal distribusi sebagai central dari proses mekanisme
ekonomi. Distribusi merupakan sebuah keharusan yang termasuk proses simbiosis yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Dari distribusi inilah lahir berbagai masalah yang
sangat berpengaruh kepada sistem ekonomi dan pelaku ekonominya pula.
Diamati ada 3 (tiga) hal yang menjadi persoalan besar dalam menerapkan sistem EI di
masa kini. Yakni: penimbunan emas dan perak, pemberlakuan mata uang tanpa jaminan, dan
hubungan luar negeri. Dari sana lahir 2 (dua) problem utama yang menjadikan EI masih
belum bisa ditingkatkan, yakni persoalan lembaga keuangan berbasis syariah dan keberadaan
Baitul Mal dalam sebuah negara.

2
Yusuf Qardhawi Kiat islam mengentaskan kemiskinan, hlm 106
Kalau dirunut lebih dalam akan lebih panjang dan memakan waktu yang cukup lama,
karenanya apa yang penulis sajikan hanya sebagan dari luasnya pembahasan EI.
C. Penimbunan Emas dan Perak
Kekayaan dalam jumlah besar dapat mendorong pemiliknya untuk menyimpan atau
hanya mengembangkannya dalam sektor yang tidak memilii resiko. Pemilik harta akan
cenderung memanfaatkan kesempatan ini untuk mengekpliotasi harta. Dalam hal ini, titik
perhatian islam bukan pada pemilikan harta kekayaan dalam jumlah yang besar, karena
hal itu diperbolehkan dalam islam. bahkan islam mendorong setiap individu untuk
memiliki kekayaan yag cukup untuk kehidupannya. Namun yang menjadi perhatian
islam adalah masalah penimbunan harta kekayaan. Ancaman kesenjangan ekonomi justru
muncul dari uang yang ditimbun oleh segelintir orang dalam bermasyarakat. Banyaknya
uang yang tertimbun akan menyebabkan turunnya tingkat pendapatan serta
mengakibatkan pengangguran yang berujung pada kemiskinan pasyarakat.
Uang adalah alat tukar antara harta yang satu dengan harta yang lain, antara harta
dengan tenaga, dan antara tenaga yang satu dengan tenaga yang lain. Dengan kata lain,
uang adalah satuan hitung dalam pertukaran. Apabila uang yang beredar ditarik dari
pasar sehingga sulit diperoleh oleh masyarakat maka yang terjadi adalah pertukaran tidak
akan berlangsung dan roda perekonomian akan terhenti.
Dalam tinjauan makro lainnya, sumber pendapatan seseorang atau lembaga pada
dasarnya berasal dari pengeluaran orang lain. Mekanisme inilah yang terjadi di
masyarakat. Negara, misalnya. Memperoleh pendapatan berupa jizyah, zakat, dan
sebagainya yang berasal dari rakyat yang mengeluarkannya. Begitu pula seorang
pegawai dan karyawan akan memperoleh pendapatan karena pihak negara atau majikan
mengeluarkan harta atau uang sebagai gaji bagi pekerja. Demikian jug sebaliknya,
seorang karyawan yang membelanjakan hartanya untuk keperluan hidupnya melalui jual
beli berarti memberikan pemasukan kepada penjual. Demikian seterusnya, masing-
masing pihak saling mengeluarkan dan menerima. Semua mekanisme ini akan
menggunakan uang sebagai alat tukarnya. Jika kemusian terdapat salah satu pihak yang
menyimpan uang dan enggan membelanjakannya, berarti ia telah menarik peredaran
uang di masyarakat. Sama artinya ia telah mengurangi pendapatan orang lain karena ia
tidak mampu membelanjakannya. Kian lama saat volume penyimpanan uang semaki
banyak, maka yang terjadi adalah madeknya perekonomian karena sangat sdikit sekali
terjadi transaksi ekonomi. Pendapatan makro masyarakat menjadi berkurang, lapangan
pekerjaan menyempit dan akhirnya pengangguran merajalela. Inilah biang penyebab
kesenjangan ekonomi.
Penimbunan uang berbeda denganmenabung. Penimbunan diharamkan sedangkan
menabung dibolehkan karena tidak akan menghentikan roda perekonomian. Perbedaan
antara menimbun dan menabung (saving) adalah bahwa penimbunan berarti
mengumpulkan uang satu dengan uang yang lain tanpa ada kebutuhan sehingga secara
realitas akan menarik peredaran uang dari pasar. Adapun menabung adalah menyimpan
uang karena adanya kebutuhan semisal untuk membangun rumah, menikah, membeli
pabrik, membuka bisnis, atau untuk keperluan yang lain. Bentuk pengumpulan uang
semacam ini tidak akan mempengaruhi pasar dan aktivitas perekonomian sebab tindakan
tersebut bukan merupakan tindakan menarik uang. Uang yang terkumpul pada dasarnya
akan dibelanjakan lagi meski dalam waktu yang akan datang. Secara makro, peredaran
uang tetap terjadi.
D. Pemberlakuan Mata Uang Tanpa Jaminan
Mata uang yang berlaku dalam negara islam adalah emas, perak, atau bentuk lain
dengan jaminan emas. Mata uang kertas atau fiat money yang tidak dijamin atau dapat
ditukar dengan emas dan perak dengan sendirinya tidak dapat dijadikan sebagai mata
uang. Karena sifatnya yang memiliki nilai yang berubah sewaktu-waktu, mata uang ini
cenderung akan memicu tindak spekulatif. Suatu saat uang beredar dalam jumlah
berlebih dan pada saat lain dalam jumlah yang sangat minimal karena dipicu oleh aksi
jual dan simpan secara besar-besaran dalam rangka meraih spread mata uang. Sejalan
dengan larangan penimbunan emas dan perak serta larangan melakukan praktik jual beli
mata uang seara tidak kontan, diharapkan mata uang dapat berputar secara merata
ditengah-tengah masyarakat dan benar-benar menjadi alat tukar, bukan sebagai alat
komoditi. Mata uang tidak beredar di bursa valuta asing, tetapi beredar di masyarakat
dalam aktivitas perekonomian real.
Perbankan islam tidak berbeda dengan praktek-praktek perbankan konvensional.
Kriterianya adalah: saat anda meminjam dari –katakanlah- bank islam, anda harus
mengembalikanya lebih daripada yang anda ambil. Mereka mungkin menyebutnya
inflasi atau apalah namanya, tetapi penambahan pada utang merupakan definisi riba. Di
Malaysia, bank-bank konvensional sekarang juga menawarkan “Pelayanan Perbankan
Islam”. Bank-bank juga menemukan, bahwa tidak ada perbedaan dalam bank islam
dengan praktek-praktek yang biasanya, kecuali untuk label “hijau”-nya.3
E. Hubungan Luar Negeri
Sistem ekonomi islam telah mengatur negara untuk tidak melakukan kesepakatan dan
perjanjian dengan pihak asing dalam melakukan investasi dan melakukan eksploitasi
terhadap kekayaan sumber daya alam yang ada di dalam negeri. Pelanggaran terhadap
atuan ini jelas akan berdampak buruk bagi perekonomian dalam negeri dan akan
mengakibatkan terjadinya pengerukan kekayaan sumber daya alam, yang akan
menyebabkan terjadinya kemiskinan rakyat secara menyeluruh. Negara juga tidak
diperbolehkan bergabung dengan Lembaga Keuangan Internasional untuk meminta
bantuan guna menyokong finansialnya atau memperbaiki keuangan serta
perekonomiannya secara menyeluruh. Hal itu disebabkan, selain sistem yang digunakan
tidak pernah lepas dari riba, pemberian bantuan luar negeri akan memberikan ruang bagi
terciptanya pengendalian keuangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri.
Tidak diragukan lagi bahwa penjualan hasil produksi merupakan salah satu perkara-
perkara penting yang akan meningkatkan kekayaan negara. Oleh karena itu, negara-
negara baik dulu ataupun sekarang sangat memperhatika pembangunan pasar-pasar
untuk hasil produksinya. Bahkan beberapa negara mencapai kbesarannya melalui jalan
penjagaan perdah=gangan luar negerinya. Dan membuat pasar-pasar untuk hasil
prosuksinya. Namun perlu diketahui bahwa membuat pasar untuk penjualan hasil
produksi bukan satu-satunya tujuan dari penciptaan pasar-pasar, ia merupakan salah satu
tujuan, disamping ada tujuan-tujuan lain yang penting juga yaitu untuk memperoleh mata
uang kertas atau hard money yang kita perlukan untuk membeli apa yang diperlukan bagi
revolusi industri dan untuk memperoleh komoditi-komoditi yang diperlukan bagi
revolusi industri. Berdasarkan ini, maka kebijakan penciptaan pasar-pasar luar negeri
dijalankan atas kebijakan perdagangan industri, bukan atas perdagangan saja.4
F. Penutup
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan ekonomi islam
masih panjang. Masih banyak terlihat hambatan-hambatan distribusi ekonomi islam yang
besar. Butu institusi yang mampu menunjukkan jalan agar sistem ekonomi islam bisa
berjalan sempurna. Dalam hal penimbunan harta, butuh kebijakan yang tegas terhadap
masyarakat, dalam penerbitan mata uang yang terjamin butuh kebijakan penguasa,

3
Abdur-Razzaq Lubis. Dinar Emas Solusi Krisis Moneter, hlm. 52
4
Abdurrahman Al-Maliki, Politik Ekonomi Islam, hlm. 235
hingga kebijakan luar negeri yang jelas-jelas kendarnnya adalah negara. Maka perubahan
itu butuh perubahan yang besar, tidak hanya sekedar nilai-nilai ekonomi islam yang
tumbuh, namun kebijakan itu pun harusnya dipengaruhi oleh kebijakan negara yang
sesuai dengan prinsip-prinsip islami.

G. Daftar Pustaka

Al- Maliki, Abdurrahman. Politik Ekonomi Islam. Jakarta: Al-Izzah. 2001


Lubis, Abdur-Razzaq. Dinar Emas, Solusi Krisis Moneter. Jakarta: Pirac, SEM Institute,
Infid. 2001
Qardhawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani Press.
1995
Yusanto, Ismail. Pengantar Ekonomi Islam. Bogor: Al Azhar Press. 2011

Anda mungkin juga menyukai