Anda di halaman 1dari 9

Oleh Kelompok 1:

Ikram Arrasyi Alhaj (1143020087)


Muhamad Afif Sholahudin (1143020120)

Pengertian, Istilah
dan Unsur-unsur dalam
Tindak Pidana Ekonomi

Pengertian Tindak Pidana


Menurut Wirjono Prodjodikoro, Tindak pidana berarti suatu perbuatan
yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.
Menurut D. Simons, tindak pidana (strafbaar feit) adalah kelakuan
(handeling) yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan
hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh
orang yang mampu bertanggungjawab (eene strafbaar gestelde
onrechtmatige, met sculd in verband staaande handeling wan een
toerekeningsvatbaar person).
Menurut G.A. van Hamel, sebagaimana yang diterjemahkan oleh
Moeljatno, strafbaar feit adalah kelakuan orang (menselijke gedraging)
yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut
dipidana (strafwaardig) dan dilakukan dengan kesalahan.

Hukum pidana sendiri memiliki pengertian suatu


penderitaan yang sengaja dijatuhkan negara kepada
seseorang yang telah melakukan suatu tindakan
pidana. Tujuan hukum pidana pada umumnya adalah
untuk melindungi kepentingan orang perseorangan
(individu) atau hak-hak asasi manusia dan melindungi
kepentingan-kepentingan masyarakat dan negara
dengan perimbangan yang serasi dari
kejahatan/tindakan tercela di satu pihak dan dari
tindakan penguasa yang sewenang-wenang di lain
pihak.

Tindak pidana ekonomi diatur dengan undangundang nomor 7 tahun 1995 tentang pengusutan,
penuntutan, dan peradilan tindak pidana ekonomi,
yang mulai berlaku tanggal 13 mei 1955 undangundang darurat tersebut UU nomor 1 tahun 1961
menjadi UU nomor 7/Drt/1955, tindak pidana ekonomi
secara umum adalah suatu tindak pidana yang
mempunyai motif ekonomi dan lazimnya dilakukan
oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan
intelektual dan mempunyai posisi penting Dalam
Masyarakat Atau Pekerjaannya.

Istilah Tindak Pidana Ekonomi


Tindak pidana ekonomi dalam arti luas sering juga disebut tindak
pidana di bidang ekonomi (economic crime). Sunarjati Hartono
mengemukakan bahwa economic crime lebih luas daripada
business crime, karena kerugian yang ditimbulkan bukan saja
secara ekonomi tapi juga secara sosial bahkan bisa berdampak
politik.
Istilah economic crime berbeda dengan istilah economic
criminality. Istilah economic crime merujuk kepada kejahatankejahatan yang dilakukan dalam kegiatan atau aktivitas ekonomi
(dalam arti luas). Sedangkan istilah economic criminality
menunjukan kepada kejahatan-kejahatan konvensional yang
mencari keuntungan yang bersifat ekonomi misalnya pencurian,
pelaporan, perapotan, pencabutan, pemalsuan dan penipuan.

Clarke mempergunakan istilah business crime. Istilah ini sudah


termasuk tindak pidana yang berkaitan dengan dan terjadi di
dalam kegiatan perdagangan, keuangan, perbankan dan
kegiatan perpajakan. Clarke telah memperluas pengertian
business crime yaitu suatu kegiatan yang (selalu) memiliki
konotasi legitimate business dan tidak identic dengan
kegiatan suatu tindak kriminal. Dengan demikian Clarke
membedakan secara tegas kegiatan termasuk business crime
di satu pihak dengan kegiatan yang dilakukan oleh sindikat
kriminal yang juga bergerak di dalam kegiatan perdagangan.
Clarke telah mengungkapkan dan menyebutkan dua wajah
khas dari suatu business crime, yaitu pertama, suatu keadaan
ligitimatif untuk melaksanakan kegiatannya yang bersifat
ekploitasi, dan kedua, suatu akibat khas ialah sifat
kontestabiliti dari kegiatanannya dalam arti kegiatana yang
dipandang illegal menurut undang-undang masih dapat
diperdebatkan oleh para pelakunya.

Unsur-unsur Tindak Pidana


Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada umumnya
dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri
dari unsur subjektif dan unsur objektif.
Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada
diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si
pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala
sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.
Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang
ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di
dalam keadaan-keadaan di mana tindakan-tindakan
dari si pelaku itu harus di lakukan.

Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana itu adalah:


Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau Culpa).
Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti yang
dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP.
Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam
kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-lain.
Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat di
dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP.
Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana
menurut Pasal 308 KUHP.

Unsur-unsur objektif dari sutau tindak pidana itu adalah:


Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid
Kualitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai seorang pegawai negeri di
dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai
pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam kejahatan
menurut Pasal 398 KUHP.
Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab
dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Unsur-unsur dalam Tindak Pidana


Ekonomi
Perbuatan dilakukan dalam kerangka kegiatan
ekonomi yang pada dasarnya bersifat normal dan sah.
Perbuatan tersebut melanggar atau merugikan
kepentingan negara atau masyarakat secara umum,
tidak hanya kepentingan individual.
Perbuatan itu mencakup pula perbuatan di lingkungan
bisnis yang merugikan perusahaan lain atau individu
lain.

Anda mungkin juga menyukai