Anda di halaman 1dari 6

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

¹Muhammad Mufid Abdurrahman, ²Arqam Arroyah Mondika

Prodi Manajemen Bisnis Syariah, STEI Hamfara, Yogyakarta, Indonesia

¹muhammadmufidabdurrahman@gmail.com

²arqammondika@gmail.com

ABSTRAK: Penerapan sistem ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan
dan ketenteraman bagi seluruh masyarakat. Akan tetapi berbagai peristiwa akibat sistem ekonomi
yang diterapkan terus memberikan dampaknya. Sistem ekonomi kapitalis hanya memberikan
kekuasaan kepada kaum kapital/pemegang modal saja sehingga terjadi banyak pengangguran,
kemiskinan, ketimpangan sosial, tidak meratanya distribusi pendapatan, persaingan tidak sehat yang
jauh dari nilai norma dan agama. Sistem ekonomi sosialis yang bertujuan mengedepankan
pemerataan sosial, akan tetapi juga menimbulkan banyak permasalahan. Tidak adanya kebebasan
hak milik, terbelenggunya kreativitas masyarakat dan lain sebagainya. Mewujudkan masyarakat yang
sejahtera dibidang ekonomi, maka di perlukan suatu penyusunan sistem dan konsep yang ideal, agar
tercipta masyarakat yang sejahtera, tidak minus yang berdampak pada kemiskinan ditengah-tengah
kehidupan masyarakat. Sistem ekonomi Islam menawarkan dan memberikan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat, memberikan rasa keadilan, kebersamaan, menciptakan kondisi sosial yang
kondusif, kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha dengan cara memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya alam untuk kepentingan
masyarakat secara universal.

Kata Kunci: Sistem, Ekonomi Islam, Kesejahteraan

ABSTRACT: The application of the economic system basically aims to create welfare and peace for
the whole society. However, various events due to the economic system implemented continue to
have an impact. The capitalist economic system only gives power to capital / capital holders so that
there is a lot of unemployment, poverty, social inequality, uneven distribution of income, unhealthy
competition that is far from the values of norms and religion. A socialist economic system that aims
to promote social equality, but also raises many problems. The absence of freedom of property
rights, the shackles of people's creativity and so on. Creating a prosperous society in the economic
sector, it is necessary to formulate an ideal system and concept, in order to create a prosperous
society, not minus which has an impact on poverty in the midst of people's lives. The Islamic
economic system offers and provides welfare for the entire community, provides a sense of justice,
togetherness, creates conducive social conditions, kinship and is able to provide the widest possible
opportunity to every business actor by utilizing as much as possible natural resources for the benefit
of society universally.

Keywords: System, Islamic Economy, Welfare


PENDAHULUAN

Sistem ekonomi Islam adalah sebuah konsep ekonomi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip Islam,
seperti keadilan, keberkahan, dan keseimbangan. Sistem ekonomi ini bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat dengan cara menghindari praktik-praktik yang merugikan dan
mempromosikan tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Artikel tentang Sistem Ekonomi Islam dan Kesejahteraan Masyarakat bertujuan untuk menjelaskan
konsep dan prinsip-prinsip dasar dari sistem ekonomi Islam dan bagaimana sistem ini dapat
mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Artikel ini juga membahas tentang bagaimana prinsip-
prinsip ekonomi Islam seperti zakat, wakaf, dan mudharabah dapat diterapkan dalam sistem
ekonomi modern untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, pertama, tidak seorangpun atau sekelompok
orang yang berhak mengeksploitasi orang lain, yang kedua, tidak ada sekelompok orang boleh
memisahkan diri dari orang lain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di
kalangan mereka saja. Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, maka setiap manusia
adalah sama derajatnya di mata Allah dan di depan hukum yang diwahyukannya. Konsep
persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di muka hukum
tidaklah ada artinya kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap orang
memperoleh hak atas sumbangan terhadap masyarakat. Allah melarang merugikan hak orang lain,
sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. As-syu’ara, ayat 183:

ِ ْ‫س اَ ْش َيٓا َء ُه ْم َواَل َتعْ َث ْوا فِى ااْل َ ر‬


‫ض ُم ْفسِ ِدي َْن‬ َ ‫ۚ َواَل َتب َْخسُوا ال َّنا‬
“Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat
kerusakan di bumi;

Selain itu, artikel ini juga membahas tentang peran penting yang dimainkan oleh lembaga-lembaga
keuangan Islam seperti bank syariah dalam mempromosikan sistem ekonomi Islam dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam artikel ini juga akan dibahas tentang tantangan dan hambatan
yang dihadapi dalam menerapkan sistem ekonomi Islam dan bagaimana mengatasi tantangan
tersebut.

Tujuan akhir dari artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sistem
ekonomi Islam dan bagaimana sistem ini dapat mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Artikel
ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam tentang konsep dan
prinsip-prinsip ekonomi Islam dan bagaimana sistem ini dapat diterapkan dalam konteks modern
untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat.

METODE

Metodelogi yang diterapkan dalam sistem ekonomi islam dan kesejahteraan masyarakat tentunya
metode-metode yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-sunah (hadits). Nyatanya keduanya tetap eksis
dan relevan dengan zaman kini meskipun telah berlalu 14 abad sejak keberadaannya.
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Sistem Ekonomi Islam memiliki prinsip-prinsip dasar yang berbeda dengan sistem ekonomi
konvensional. Prinsip-prinsip tersebut, antara lain, meliputi keadilan, keberkahan, keseimbangan,
dan solidaritas. Sistem ekonomi Islam bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat
dengan cara menghindari praktik-praktik yang merugikan dan mempromosikan tindakan-tindakan
yang bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.

Salah satu prinsip penting dalam sistem ekonomi Islam adalah zakat, yaitu kewajiban membayar
sebagian kekayaan kepada orang-orang yang membutuhkan. Zakat dapat membantu mengurangi
kemiskinan dan ketimpangan sosial di masyarakat. Selain itu, wakaf atau amal sholeh juga menjadi
prinsip penting dalam sistem ekonomi Islam. Wakaf mengacu pada sumbangan harta atau properti
yang ditujukan untuk kepentingan umum, seperti pembangunan masjid, sekolah, atau rumah sakit.

Sistem ekonomi Islam juga menekankan pentingnya etika bisnis yang baik, termasuk integritas,
kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Hal ini bertujuan untuk mencegah praktik-praktik yang
merugikan dan menciptakan lingkungan bisnis yang sehat dan adil.

Lembaga keuangan Islam, seperti bank syariah, juga memainkan peran penting dalam
mempromosikan sistem ekonomi Islam dan kesejahteraan masyarakat. Bank syariah beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan menghindari praktik-praktik yang dianggap haram, seperti riba
atau bunga.

Namun, menerapkan sistem ekonomi Islam dalam konteks modern juga menghadapi beberapa
tantangan, termasuk kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip Islam, kurangnya infrastruktur
dan regulasi yang mendukung, serta ketidakpastian politik dan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan
upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mempromosikan sistem
ekonomi Islam dan kesejahteraan masyarakat.

Secara keseluruhan, sistem ekonomi Islam memiliki potensi untuk mempromosikan kesejahteraan
masyarakat dengan cara menghindari praktik-praktik yang merugikan dan mempromosikan
tindakan-tindakan yang bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. Melalui penerapan prinsip-
prinsip ekonomi Islam dalam konteks modern, diharapkan dapat menciptakan keadilan dan
kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat dalam sistem ekonomi.

Kesejahteraan

1. Makna Kesejahteraan

a. Kesejahteraan dalam perspektif ekonomi konvensional

Kesejahteraan merupakan tujuan ekonomi termasuk dalam sistem ekonomi konvensional, akan
tetapi terjadi terminologi yang kontoversional karena mempunyai banyak pengertian. Diantaranya
diartikan dengan materialisme dan hedonisme murni, sehingga manusia dikatakan sejahtera
manakala berkelimpahan harta benda secara materi yang mementingkan kenikmatan fisik semata
(tidak sekedar berkecukupan) yang jauh dari nilai-nilai norma dan agama. Dengan pengertian inilah
tidak mengherankan apabila adanya konfigurasi barang dan jasa yang harus disediakan adalah
memberikan porsi keunggulan pada pemenuhan kepentingan pribadi, maksimasi konglomerasi
kekayaan dan kepuasan hawa nafsu.

b. Kesejahteraan dalam perspektif masyarakat modern


Definisi Kesejahteraan dalam konsep masyarakat modern adalah sebuah kondisi dimana seorang
dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air
minum yang bersih, jaminan sosial serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki
pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial
yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Menurut
pengertian Hak Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap laki-laki ataupun perempuan, pemuda dan anak
kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman, perumahan, dan
jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.

c. Kesejahteraan dalam perspektif Islam

Istilah umum yang digunakan dalam mendeskripsikan kehidupan yang sejahtera secara material-
spiritual pada kehidupan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam adalah falah Konsepsi falah mengacu
pada tujuan syariat Islam yang juga tujuan ekonomi Islam yaitu terealisir dan terjaganya 5 prinsip
dasar yang terkandung dalam al-maqoshid as-syari’ah (agama, harta jiwa, akal dan keturunan) dari
segala sesuatu yang merusak sehingga tercapai kehidupan yang baik dan terhormat (hayatan
toyyibah) dunia dan akhirat.

Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata “sejahtera” yang mempunyai makna
aman, sentosa, makmur, dan selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dan
sebagainya). Pengertian ini sejalan dengan pengertian “Islam” yang berarti selamat, sentosa, aman,
dan damai. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa masalah kesejahteraan sosial sejalan dengan
misi Islam itu sendiri. Misi inilah yang sekaligus menjadi misi kerasulan Nabi Muhammad Saw,
sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang berbunyi :

َ ‫َو َم ۤا اَرْ َس ْل ٰن‬


‫ك ِااَّل َرحْ َم ًة لِّ ْـل ٰعلَ ِمي َْن‬

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam.” (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 107)

Dilihat dari segi kandungannya, terlihat bahwa seluruh aspek ajaran Islam ternyata selalu terkait
dengan masalah kesejahteraan sosial. Hubungan dengan Allah misalnya, harus dibarengi dengan
hubungan dengan sesama manusia (habl min allah wa habl min annas). Demikian pula anjuran
beriman selalu diiringi dengan anjuran melakukan amal saleh, yang di dalamnya termasuk
mewujudkan kesejahteraan sosial. Selanjutnya, ajaran Islam yang pokok (Rukun Islam), seperti
mengucapkan dua kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji, sangat berkaitan dengan
kesejahteraan sosial.

2. Kesejahteraan dengan menerapkan Sistem Ekonomi Islam

Kesejahteraan dengan menerapkan sistem ekonomi islam adalah sistem yang menganut dan
memasukkan nilai-nilai, dogma, norma, dan ajaran islam (variabel keimanan) sebagai unsur yang
fundamental dalam mencapai kesejahteraan. Variabel keimanan tersebut sebagai tolak ukur untuk
menentukan tindakan ekonomi dalam mengelola faktor produksi, konsumsi dan distribusi barang
dan jasa sebelum memasukkan dalam sirkulasi hukum pasar. Sehingga terjalin keselarasan dan
keseimbangan antara kepentingan individu, kelompok dengan hukum pasar yang di formulasikan
melalui berbagai hasil kebijakan lembaga sosial ekonomi masyarakat dan negara dalam bentuk
kebijakan yang berasaskan nilai-nilai keimanan. Sehingga terjalin suatu stimulasi dan sosialisasi
ekonomi yang komprehensif yang dapat mengantarkan Individu dan masyarakat untuk mewujudkan
kesejahteraan yang baik dan terhormat (hayatan toyyibah) dunia dan akhirat.
Penerapan beberapa sistem ekonomi baik sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis, seyogianya bisa
mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat serta mewujudkan
ketenteraman bagi manusia. Bahkan mainstream sistem ekonomi kapitalis dan sosialis tersebut
mendominasi perekonomian dunia. Akan tetapi sejarah mencatat terjadi banyak kegagalan atas
sistem ekonomi yang diterapkan bahkan menimbulkan banyak permasalahan di tengah masyarakat
bahkan negara.

Peristiwa demi peristiwa terjadi mendeskripsikan tentang kelemahan suatu sistem ekonomi, Pada
sistem kapitalis sering terdengar para buruh mengadakan demonstrasi agar sistem kontrak kerja
yang diberlakukan di perusahaan dihapuskan, karyawan meminta kenaikan gaji, mendorong para
manajemen perusahaan untuk membayarkan uang THR, lembur atau jenis-jenis pembayaran yang
lain. Itulah selintas peristiwa yang sering ditemukan pada suatu negara yang menerapkan sistem ini.

Sistem ekonomi yang lain seperti negara Uni Soviet mencoba menerapkan sistem ekonomi sosialis,
pemerintahannya mengusahakan pemerataan ekonomi penduduk dengan menguasai dan
mengontrol semua sumber daya alam, industri-industri penting, perbankan, dan sarana publik.
Tujuan akhir dari sistem ini adalah kesejahteraan yang merata dalam masyarakat tanpa ada hierarki
kelas sosial. Namun, sebelum cita-cita tersebut tercapai, sistem sosialis runtuh karena perselisihan
antar pimpinan dan korupsi di dalam tubuh pemerintah itu sendiri. Dengan kata lain, sistem ini
belum berhasil memeratakan kesejahteraan rakyat malah memperburuk rakyat ke dalam
kemiskinan, hal ini dapat terjadi karena dominasi pemerintah yang berlebihan yang membuat roda
perekonomian tidak berkembang.

KESIMPULAN

Sistem merupakan suatu kesatuan yang dijadikan landasan untuk melakukan sesuatu. Sistem
seringkali juga disebut cara melakukan sesuatu. Sistem pula yang membedakan apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh dilakukan. Sistem ekonomi Islam adalah suatu kesatuan yang dijadikan
landasan untuk melakukan sesuatu dalam praktik (penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi
individu, keluarga, kelompok masyarakat, maupun pemerintah atau penguasa dalam rangka
mengorganisasi faktor produksi, konsumsi, distribusi dan pemanfaatan barang dan jasa yang
dihasilkan tunduk dalam peraturan atau perundang-undangan islam (sunnatullah). Sistem ekonomi
Islam memilih jalan keadilan dalam mencapai kesejahteraan sosial. Bahwa kesejahteraan sosial yang
tercapai haruslah dibangun di atas landasan keadilan.

Kesejahteraan dalam sistem ekonomi Islam adalah terpenuhinya kebutuhan materi dan non materi,
dunia dan di akhirat berdasarkan kesadaran pribadi dan masyarakat untuk patuh dan taat (sadar)
terhadap hukum yang dikehendaki oleh Allah Swt. melalui petunjuk-Nya dalam Al-Qur’an, melalui
contoh dalam keteladanan Rasulullah Saw, dan melalui ijtihad dan kebaikan para ulama. Oleh
karenanya kesejahteraan bukanlah sebuah cita-cita yang tanpa pengorbanan tetapi membutuhkan
perjuangan yang terus menerus dan berkesinambungan.
Daftar Pustaka

Anto, M.B. Hendrie, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, cet. Ke-1, Yogyakarta: Ekonosia, 2003

Anshari, Endang Saiffudin, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1981

As-suyuthi, Imam Jalaluddin, Al-asybah Wan-nadhoir, tt, Surabaya: HaromainBasri, Ikhwan Abidin,
Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press 2005

Bonnie Suherman dan Marin Pinontoan, Designing Information System, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2008 Chapra, Umer. Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000

___________, The Future of Economics: An Islamic perspective (terj.), Jakarta: SEBI, 2001

Jogiyanto, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi, 2005

Permono, Sjaichul Hadi, Formula Zakat, Menuju Kesejahteraan Sosial, Surabaya: Aulia, 2008

Qardhawi, M. Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1987

Rohman, Abdur, Ekonomi Al-Ghazali, Menelusuri Konsep Ekonomi Islam dalam Ihya’ Ulum al-Din,
Surabaya: Bina Ilmu, 2010

Sallam, Abu Ubaid Qasim ibn, al Amwal, cet. Ke-1 Kairo: Darus As-salam, 2009

Sumito, Warkum, Asas-asas Perbankan Islam & Lembaga-lembaga Terkait, Cet. Ke-4,Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010

Sholahuddin, Muhammad, World Revolution With Muhammad, Sidoarjo: Mashun, 2009

Shomad, Abd, Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2010

Syarifuddin, Amir, Ushul Fiqh, Jilid 1, Jakarta: Kencana, 2011

Anda mungkin juga menyukai