Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKONOMI POLITIK ISLAM

Keadilan dan Kesejahteraan Ekonomi

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ekonomi Politik Islam

Disusun oleh:

Hilwa Syofa Kamila 1910116034

Alya Salsabila R. A. 1910116019

Program Studi Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

2022
BAB I
PENDAHULUAN

Terbentuknya sistem ekonomi disebabkan oleh permasalahan ekonomi yang sering


muncul di masyarakat menyangkut tiga masalah pokok yaitu barang atau jasa apa yang akan
di produksi, bagaimana cara memproduksinya dan untuk siapa barang atau jasa tersebut.
Pengertian sistem ekonomi sendiri merupakan suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi
segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta
berdasarkan prinsip tertentu dalam rangka mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.Ada
berbagai macam sistem ekonomi di dunia ini yang saling berbeda satu sama lain. Timbulnya
berbagai macam sistem ekonomi yang berbeda tersebut dalam suatu negara disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah ada tidaknya campur tangan pemerintah dalam
kegiatan ekonomi,sistem pemerintahan yang dianut suatu negara,kepemilikan negara
terhadap faktor-faktor produksi dan sumber daya yang ada dalam suatu negara, baik sumber
daya manusia maupun sumber daya alam yang dimiliki (Effendi et al., 2019).

Ketika membahas sistem ekonomi modern akan merujuk pada dua sistem besar yaitu
kapitalisme pasar dan sosialisme terpimpin. Salah satunya, kapitalisme merupakan sistem
yang didasarkan atas pertukaran yang sukarela (voluntary exchanges) di dalam pasar yang
bebas. Ekonomi kapitalis mempercayakan bahwa keadilan dan kesejahteraannya terdapat
pada hak-hak milik perorangan. Selain itu Sistem ekonomi kapitalis bersandar kepada
pemilikan pribadi maupun swasta terhadap alat-alat produksi, kegiatan distribusi, maupun
pertukaran. Sehingga tiga hal utama tersebut berada penuh di tangan swasta. Sistem ekonomi
kapitalis mendominasi secara keseluruhan dari sistem ekonomi yang dianut oleh negara-
negara di dunia. Dimana, di dalam sistem ekonomi kapitalis ini, suatu produksi maupun
perdagangannya lebih dominan dilakukan bersifat individualistis atau pribadi. Sedangkan
sistem ekonomi Islam berpegang teguh dengan kemaslahatan umat islam dilihat dengan
adanya keadilan dan kesejahteraan yang diterapkan. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang keadilan dan kesejahteraan ekonomi dari pandangan islam, sosialis, dan
kapitalis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keadilan dan Kesejahteraan Ekonomi


Dalam ilmu ekonomi, gagasan keadilan sering dikaitkan dengan distribusi
pendapatan. Keadilan dalam distribusi pendapatan sering diartikan sebagai kesetaraan
yang lebih besar terkait dengan pendapatan yang diterima oleh individu atau keluarga
dalam suatu masyarakat. Di sini, konsep keadilan ekonomi tidak berarti harus membuat
distribusi pendapatan sepenuhnya sama. Tetapi, ini lebih mengarah ke konsep bahwa
orang-orang yang memiliki pendapatan rendah harus dipastikan dapat bertahan hidup.
Dalam arti, mereka dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasa penting secara
mencukupi, termasuk dalam hal makanan, tempat tinggal, perawatan kesehatan,
pendidikan dan lain sebagainya (Cerdasco, 2019).

Seperti halnya dalam perubahan iklim di Indonesia merupakan salah satu ancaman
terbesar yang dihadapi masyarakat petani dan nelayan serta orang orang yang tinggal di
daerah pesisir dan pulau kecil seperti banyak masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
Sementara perubahan iklim mempengaruhi semua orang, dampak negatifnya dirasakan
oleh orang-orang sangat miskin dan perempuan. Misalnya, tanah longsor yang
disebabkan oleh hujan di kawasan hutan gundul mempengaruhi sebagian besar
masyarakat miskin pedesaan; perempuan harus bekerja lebih keras untuk mengambil air,
kayu bakar dan menyediakan makanan bagi keluarga mereka.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, dan menjadi produsen
mineral, minyak sawit, kakao dan budidaya ikan/perikanan. Namun pengelolaan sumber
daya tersebut tidak efektif dalam banyak kasus menciptakan konsekuensi negatif
terhadap petani miskin dan masyarakat nelayan. Hal-hal tersebut menciptakan konflik
atas tanah dan air, kerusakan mata pencaharian dan lingkungan dan bencana seperti
banjir dan tanah longsor. Pencemaran dan perusakan lingkungan lainnya, disertai dengan
konversi daerah penghasil makanan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan
telah sangat mempengaruhi kehidupan pedesaan.
lndonesia akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan terpadu, undang-undang
yang lebih masuk akal dan koordinasi yang lebih baik antara kementerian dan unit
pemerintah terkait, dan antara pemerintah pusat dan daerah, mengenai pengelolaan
sumber daya alam. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menciptakan peluang serta
tantangan bagi Indonesia. Agenda ASEAN dalam Pangan, Pertanian dan Kehutanan dan
fokus Presiden Joko Widodo pada reformasi agraria dan perdagangan yang adil akan
menguntungkan petani dan perekonomian Indonesia.

Tujuan Program Keadilan


Pada tahun 2020, satu juta perempuan dan laki-laki diberdayakan untuk mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan melalui pembangunan ekonomi yang adil, berkelanjutan,
dan inklusif. Fokus program adalah (Indonesia.oxfam.org, 2020) :
● Ketahanan Pangan dan Rantai Nilai Berkelanjutan: Kami akan mendukung orang-
orang miskin dan terpinggirkan, terutama perempuan dan produsen pangan skala
kecil, di daerah pesisir dan pulau kecil di Indonesia Timur untuk beradaptasi dengan
perubahan iklim, meningkatkan daya tahan mereka terhadap ketahanan pangan dan
mengatur perusahaan yang layak dan berkelanjutan dalam rantai nilai yang dipilih.
● Manajemen Sumber Daya Alam yang lnklusif: Bekerja sama dengan masyarakat
pedesaan yang miskin dan terpinggirkan di lndonesia Timur dan daerah penghasil
minyak sawit untuk pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik dan inklusif.
● Mendorong Akuntabilitas Sektor Swasta: Kami akan bekerja dengan mitra kami
untuk mendorong sektor swasta agar menunjukkan rasa hormat yang lebih besar
terhadap hak-hak buruh, nelayan, pengusaha kecil dan masyarakat yang terkena
dampak kegiatan mereka.
● Warga Perkotaan yang Aktif dan Kewirausahaan Sosial: Kami akan bekerja dengan
perempuan dan kaum muda untuk mendorong konsumsi yang ramah lingkungan dan
terlibat dalam kewirausahaan sosial untuk membantu memerangi kemiskinan dan
ketidaksetaraan.
Kesejahteraan merupakan tujuan ekonomi termasuk dalam sistem ekonomi
konvensional, akan tetapi terjadi terminologi yang kontroversial karena mempunyai
banyak pengertian. Diantaranya diartikan dengan materialisme dan hedonisme murni,
sehingga manusia dikatakan sejahtera manakala berkelimpahan harta benda secara materi
yang mementingkan kenikmatan fisik semata (tidak sekedar berkecukupan) yang jauh
dari nilai-nilai norma dan agama. Dengan pengertian inilah tidak mengherankan apabila
adanya konfigurasi barang dan jasa yang harus disediakan adalah memberikan porsi
keunggulan pada pemenuhan kepentingan pribadi, maksimasi konglomerasi kekayaan
dan kepuasan hawa nafsu (Kusuma, 2019).

Adapun Definisi Kesejahteraan dalam konsep masyarakat modern adalah sebuah


kondisi dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan
makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang bersih, jaminan sosial serta
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang
dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan
pada status sosial yang sama terhadap sesama warga lainnya. Menurut pengertian Hak
Asasi Manusia (HAM), bahwa setiap laki laki ataupun perempuan, pemuda dan anak
kecil memiliki hak untuk hidup layak baik dari segi kesehatan, makanan, minuman,
perumahan, dan jasa sosial, jika tidak maka hal tersebut telah melanggar HAM.

B. Konsep Keadilan dan Kesejahteraan dalam Pandangan Islam


Keadilan berasal dari kata adl dalam bahasa arab yang artinya bersikap dan berlaku
dalam keseimbangan. Keseimbangan ini terdiri dari keseimbangan antara hak dan
kewajiban dan keserasian dengan sesama makhluk. Pada hakikatnya keadilan adalah
memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai haknya atas kewajiban yang telah
dilakukan. Di dalam al-quran keadilan menggunakan pengertian yang berbeda-beda baik
kata maupun istilahnya, setidaknya ada tiga istilah yaitu al-adl, al-qisth, dan al-mizan.
Al-adl berarti sama, memberi kesan adanya dua pihak atau lebih karena jika hanya ada
satu pihak, tidak akan terjadi persamaan. Al-qisth, berarti bagian (yang wajar dan patut).
Sementara al-mizan berasal dari akar kata wazn yaitu timbangan yang dapat berarti
keadilan.

Sedangkan maknanya, keadilan memiliki beberapa makna dalam islam yaitu:

1. Adil berarti sama, Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan yang
lain. Persamaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah persamaan hak.
Begitupun juga manusia tidak dibedakan satu sama lain berdasarkan latar
belakangnya, kaya-miskin, lelaki-perempuan, pejabat-rakyat dan sebagainya
harus diposisikan setara. Rasulullah juga menegaskan bahwa ukuran
kemuliaan manusia terletak pada kualitas ketakwaannya kepada Allah, bukan
dibedakan dari status sosial.
2. Adil berarti seimbang, Seandainya ada salah satu anggota tubuh kita berlebih
atau berkurang dari kadar atau syarat yang seharusnya, pasti tidak akan terjadi
keseimbangan (keadilan).
3. Adil berarti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu
pada setiap pemiliknya, yaitu adil dapat didefinisikan sebagai menempatkan
sesuatu pada tempatnya yang lawannya adalah zalim atau tidak menempatkan
sesuatu pada tempatnya.
4. Adil yang berhubungan dengan Ilahi. Semua wujud tidak memiliki hak atas
Allah SWT. Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilan-
Nya mengandung konsekuensi bahwa rahmat Allah SWT tidak tertahan untuk
diperoleh sejauh makhluk itu dapat meraihnya.

Kemudian keadilan dapat dibagi menjadi beberapa bidang, yaitu:

a. Keadilan hukum. Pada zaman rasulullah keadilan hukum sangat


ditegakkan. Ketegasan Nabi dalam menetapkan hukuman tidak pandang
bulu dan tak dapat ditawar sedikitpun, sekalipun dengan orang dekatnya.
b. Keadilan ekonomi. Islam tidak menghendaki adanya ketimpangan
ekonomi antara satu orang dengan yang lainnya. Karena itu, (antara lain)
monopoli (al-ihtikar) atau apapun istilahnya, sama sekali tidak bisa
dibenarkan.
c. Keadilan politik. Pemerintah atau pemimpin yang adil akan memberi hak
pada yang berhak, yang komitmen dan bertanggung jawab pada warganya.
d. Keadilan berteologi/berkeyakinan, Islam memberikan kebebasan penuh
bagi siapapun untuk menjalankan keyakinan yang dianutnya, termasuk
keyakinan yang berbeda dengan Islam sekalipun. Konsekuensinya,
kebebasan mereka ini tidak boleh diganggu-gugat.
e. Keadilan kesehatan
f. Keadilan pendidikan, menuntut ilmu atau mendapatkan pendidikan, adalah
hak bagi siapapun tanpa pandang latar belakang.

Membahas tentang keadilan pasti tidak akan jauh dari kesejahteraan, keadilan ada
sebagai upaya dalam membentuk kesejahteraan dan tanpa adanya keadilan maka
kesejahteraan itu tidak ada. Dalam islam pada dasarnya al-quran beserta seluruh ajaran
dalam islam selalu terkait tentang dengan masalah kesejahteraan sosial. Hubungan
dengan Allah misalnya harus diikuti dengan hubungan dengan sesama manusia (habl
min Allah wa habl min al-Nas). Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan
anjuran melakukan amal shalih yang didalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan
sosial. Selanjutnya dalam ibadah puasa seseorang diharapkan dapat merasakan lapar
sebagaimana yang biasa dirasakan oleh orang lain yang berada dalam kekurangan. Dan
kemudian tentu saja zakat, unsur kesejahteraan sosial didalam zakat sangat diutamakan.

Di dalam ajaran Islam juga terdapat tatanan dan lembaga yang secara langsung
berhubungan dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial, seperti zakat, sedekah,
wakaf dan sebagainya. Semua bentuk tatanan sosial dan berupaya mencari berbagai
alternatif untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Ajaran Islam mengenai perlunya
mewujudkan kesejahteraan sosial ini selain dengan cara memberikan motivasi
sebagaimana tersebut di atas, juga disertai dengan petunjuk bagaimana seharusnya
mewujudkannya. Ajaran Islam menyatakan bahwa kesejahteraan sosial dimulai dari
perjuangan mewujudkan dan menumbuh suburkan aspek-aspek akidah dan etika pada
diri pribadi, karena dari diri pribadi yang seimbang akan lahir masyarakat yang
seimbang. Dan dalam Pendidikan juga mempengaruhi kemampuan kesejahteraan sosial.
Dengan demikian, ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial ini termasuk di dalamnya
ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial.

C. Perbandingan Pandangan Islam, Sosialis dan kapitalis tentang keadilan dan


Kesejahteraan

Pandangan Kapitalisme
Paradigma Kapitalisme Gagasan welfare state dalam kapitalisme pada dasarnya
bertumpu pada unsur kebebasan Individu yang merupakan manifestasi dari teori Adam
Smith tentang invisible hand. Negara dalam perspektif Adam Smith tidak diperkenankan
masuk terlalu jauh dalam interaksi ekonomi. Dengan demikian, peran negara di sini
hanya berkaitan dengan hal-hal tertentu yang meliputi pertahanan keamanan, penegakan
keadilan dan menyediakan dan memelihara sarana serta lembaga-lembaga publik
tertentu. Peran negara tersebut dalam istilah Adam Smith dikatakan sebagai no
intervention atau peran minimal negara (Anisa, 2020).
Secara khusus dalam bidang ekonomi negara dilarang ikut campur tangan, tanpa
adanya alasan yang dibenarkan, sebab dengan masuknya negara dalam kepentingan
ekonomi setiap individu tanpa adanya alasan yang tepat, negara dianggap melanggar
kebebasan dan telah bertindak tidak adil. Menurut pandangan Adam Smith, setiap
manusia mempunyai hak atas kebebasan yang diperolehnya sebagai manusia dan tidak
seorang pun termasuk negara untuk merampasnya kecuali dengan alasan yang sah,
seperti alasan demi menegakkan keadilan.
Tiga peranan negara tersebut merupakan peran fundamental yang digagas oleh Adam
Smith dalam bukunya The Wealth of Nation. Menurut dia, dengan peranan terbatas
tersebut optimalisasi kesejahteraan individu pada lingkungan mikro dan negara pada
lingkungan makro akan dapat tercapai. Dalam fungsi pertama adalah negara mempunyai
fungsi untuk menegakkan keadilan. Fungsi ini diorientasikan untuk menjaga kebebasan
tiap individu yang tertuang dalam sistem pasar bebas yang didaulat sebagai sistem sosial
masyarakat modern. Dengan kata lain kelestarian sistem ini, dibatasi akan intervensi
pemerintah ketika terjadi ketidakadilan dan ketimpangan dalam interaksi pasar bebas.
Selain itu, untuk optimalisasi peran pemerintah dalam menjalankan keadilan, maka
pemerintah harus juga bertindak adil. Dengan kata lain pemerintah tidak memihak
kelompok manapun yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga hal yang harus
dilakukan pemerintah untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat:
a. Harus ada pemisahan dan kemerdekaan antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif.
b. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan. Pembatasan di sini adalah bahwa
pemerintah harus tunduk dan patuh pada hukum dan keadilan
c. Terdapat jaminan akan berlangsungnya kekuasaan oposisi. Artinya dalam rangka
untuk mengontrol kebijakan pemerintah, dibutuhkan sebuah kekuasaan di luar
pemerintahan untuk menjamin dan mengawasi bahwa pemerintah akan senantiasa
bertindak adil.

Adapun yang diyakini kapitalisme untuk mensejahterakan masyarakat dengan


memberikan kebebasan memiliki harta secara perorangan, hak milik perorangan
merupakan elemen penting kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak berlaku istilah
hak milik berfungsi sosial. Pemberian hak milik secara mutlak akan menciptakan
perilaku individu untuk menggunakan semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki
dan berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. Kepemilikan pribadi atas alat‐
alat produksi dan distribusi pada sistem ekonomi kapitalis dan pemanfaatannya untuk
mencapai keuntungan dalam kondisi‐kondisi yang sangat bersaing.

Namun sifat-sifat kapitalisme telah melahirkan beberapa ciri yang kontraproduktif


seperti: Menolak nilai-nilai akidah, syariat dan akhlak yang mulia, dan pengambilan
bunga, Faktor-faktor ekonomi dikuasai dan didominasi oleh setiap individu, Pemodal-
pemodal bank yang besar mempunyai kuasa yang berlebihan atas berbagai kegiatan
ekonomi termasuk dalam politik negara, Mayoritas barang produksi yang dihasilkan
dengan transaksi riba dan iklan yang berlebihan, Kapitalisme identik dengan monopoli
karena kecenderungan pemodal untuk menguasai segalanya dan menghapuskan semua
persaingan dengannya.

Tujuan dan praktek dari program negara kesejahteraan pun yang menghargai nilai-
nilai kemanusiaan tidaklah semulus dengan yang direncanakan. Ketidakseimbangan
ekonomi global, kemiskinan, pengangguran yang disertai dengan kejahatan telah
melanda di hampir seluruh penjuru dunia. Konsep, doktrin, program negara
kesejahteraan bisa dibilang gagal dalam mengantarkan umat manusia ke arah
terwujudnya keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan bersama dalam kehidupan.

Kegagalan ini bisa dibilang karena menurut paham kapitalisme, yang dimaksud
dengan kesejahteraan hanya bersifat material semata. Material ini meliputi pemenuhan
kebutuhan dasar manusia bagi setiap individu, penghapusan kemiskinan, kesempatan
kerja, dan distribusi pendapatan dan kekayaan secara adil di antara seluruh rakyat. Hal
ini ternyata juga tidak seluruhnya berhasil, meskipun pada umumnya bisa dibilang
mampu memberikan kesejahteraan yang memadai bagi rakyatnya, karena ternyata tidak
seluruh lapisan masyarakat mendapatkan kesejahteraan sosial yang memadai. selain itu
konsep kapitalisme juga tidak diiringi oleh pengetahuan spiritual maka dari itu paham
kapitalisme hanya mengedepankan tujuan duniawi saja dan tidak mengedepankan tujuan
ukhrawi.

Sedangkan sistem ekonomi Islam, memiliki dua tujuan: memerangi kemiskinan


dan menciptakan distribusi kekayaan yang adil secara ekonomi dan sosial. Secara
implisit dalam pengertian ini adalah adanya pengakuan bahwa umat Islam akan dapat
beribadah kepada Allah secara fokus dan total jika kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan
baik. Ajaran islam juga didasari oleh konsep-konsepnya sendiri tentang kesejahteraan
manusia dan hidup yang baik yaitu dengan memberikan nilai penting bagi persaudaraan
dan keadilan sosio-ekonomi serta menuntut kepuasan yang seimbang, baik dalam
kebutuhan materi dan rohani seluruh umat manusia. sehingga dapat disimpulkan konsep
islam mengenai kesejahteraan mencakup kesejahteraan umat manusia secara menyeluruh
bukan hanya kesejahteraan ekonomi saja yang dimana merupakan sebagian kecil
darinya.

Pandangan Sosialisme
Sistem ekonomi sosialisme adalah sistem ekonomi dimana ekonomi diatur penuh oleh
negara. Dalam sistem ini jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggung jawab
negara atau pemerintah pusat. Sistem perekonomian sosialis ini merupakan sistem
perekonomian yang menginginkan kemakmuran dari masyarakatnya dan terlaksana
merata sehingga tidak ada lagi penindasan ekonomi yang terjadi agar dapat mewujudkan
kemakmuran yang merata di masyarakat, perekonomian harus diatur oleh pemerintah.
Oleh sebab itu, hal tersebut dapat mengakibatkan potensi dan juga daya kreasi
masyarakat akan mati sehingga tidak adanya kebebasan dari individu di dalam
pelaksanaan kegiatan ekonomi (Sholahuddin, 2001).

Dalam sistem ekonomi sosialis untuk melihat keadilan ia lebih mengutamakan


terwujudnya kesetaraan. Bentuk kesetaraan yang ingin diwujudkan sampai saat ini masih
diperselisihkan kaum sosialis, beberapa menyebutnya dengan kesetaraan aritmetik yaitu
kesetaraan dalam segala hal yang bisa dimanfaatkan dimana setiap individu mendapatkan
atau diberikan sesuatu yang sama dengan individu yang lain. Adapun kelompok lain
yang menyebutnya dengan kesetaraan sosial, yaitu pembagian kerja sesuai dengan
keperluan masing-masing dan pembagian kerja sesuai dengan kemampuan. Kesetaraan
ini dapat diwujudkan bila konsep ini diterapkan seperti : masing-masing diberikan
pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mendapatkan sesuatu sesuai apa yang
diperlukannya. Pendapat lain menyatakan kesetaraan dilihat sesuai dengan alat-alat
distribusi dengan konsep seperti masing-masing sesuai dengan kemampuannya dan
masing-masing sesuai dengan aktivitasnya.

Kemudian ekonomi sosialisme meyakini adanya penghapusan kepemilikan individu


terhadap aset-aset produksi untuk menyelesaikan problem ekonomi yang dihadapi oleh
manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan yang sama rata. Dalam hal
penghapusan kepemilikan individu terdapat beberapa mazhab tiga diantaranya, mazhab
komunisme berpendapat kepemilikan individu harus dihilangkan sama sekali. Mazhab
sosialisme kapital berpendapat bahwa kepemilikan individu yang berkaitan dengan
barang-barang modal atau alat distribusi yang dihapus, seperti tanah, industri, rel kereta
api, jalan raya, tambang dan sebagainya dan terakhir mazhab pertanian dimana
menghilangkan kepemilikan yang berkaitan dengan tanah saja.

Tapi pada nyatanya, sistem ekonomi sosialisme yang mempunyai tujuan untuk
meratakan kemakmuran pada masyarakat pun juga tidak sesuai dengan tujuannya yang
mensejahterakan karena dengan penghapusan hak‐hak individu secara ekstrim dalam
sosialisme jelas bertentangan dengan fitrah dasar manusia. Masyarakat menjadi kurang
termotivasi untuk beraktifitas (dalam perekonomian), sebab seluruh tujuan dan kinerja
ekonomi biasanya akan dikalahkan oleh tujuan yang lebih bersifat sosial. Tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seringkali dilakukan dengan mengabaikan
pertimbangan individu‐individu, yang sesungguhnya merupakan elemen dari masyarakat
itu sendiri.

Dalam prakteknya, penggunaan otoritas negara dalam sosialisme seringkali juga


ditunggangi oleh kepentingan‐kepentingan non ekonomi, seperti politik oleh pemerintah
yang berkuasa. Pengutamaan hak‐hak sosial dengan mengabaikan hak‐hak individu
memang berpotensi untuk memperbaiki distribusi pendapatan dan kekayaan, tetapi juga
menimbulkan rasa ketidakadilan dan cenderung mengabaikan efisiensi ekonomi.

Maka dari itu dalam ajaran ekonomi islam, eksistensi kepemilikan individu,
pemenuhan hak dan kebutuhan serta kebebasan dalam memanfaatkan sumber daya alam
itu diakui demi mewujudkan kesejahteraan, bahkan manusia dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhannya serta melindungi hak miliknya itu dari orang‐orang zalim yang akan
merampasnya. Namun pemenuhan hak dan juga kepemilikan tersebut tidak serta merta
sebebas mungkin sampai mengganggu kebebasan orang lain. Diperbolehkannya
kepemilikan individu tentu saja disertakan oleh pembatasan kepemilikan tersebut dengan
mekanisme tertentu, bukan dengan cara perampasan, karena sebaliknya dalam masalah
kepemilikan seseorang terdapat hak kepemilikan orang lain yang harus ditunaikan.
Dengan begitu islam telah mengatur dalam mekanisme tersebut sesuai dengan fitrah
manusia serta mampu mengatur hubungan‐hubungan antar personal di antara mereka dan
tentunya juga telah memberikan jaminan kepada manusia agar bisa memenuhi
kebutuhan‐kebutuhannya secara menyeluruh.
BAB III
PENUTUP

Konsep keadilan dan kesejahteraan merupakan salah satu hal terpenting dalam
kehidupan. Dilakukannya keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat demi terciptanya
kehidupan sejahtera selalu menjadi tujuan seluruh manusia di muka bumi ini. Seperti pada
paham ekonomi kapitalis dengan memberikan kebebasan hak individu demi mencapai
kesejahteraan dan paham sosialis yang meratakan perekonomian masyarakatna demi
terwujudnya kesetaraan. Namun nyatanya paham dari kapitalis dan paham sosialis dalam
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan tidak sesuai dengan makna keadilan dan
kesejahteraan yang sebenarnya.

Menurut ajaran islam keadilan dan kesejateraan yang sesungguhnya adalah tidak
dengan memaksimalkan kekayaan maupun konsumsi, tetapi berusaha menciptakan suatu
keseimbangan antara sumber-sumber daya yang langka dan pemakaian atasnya dengan cara
yang dapat mewujudkan efisiensi dan keadilan adalah dengan memusatkan perhatian kepada
manusia itu sendiri yang berkenaan dengan peningkatan material, moral dan spiritual mereka.
Prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan dalam memelihara keseimbangan
masyarakat dan mendapat perhatian publik. Penerapanya dapat menjamin kesejahteraan
masyarakat dan membawa kedamaian.
DAFTAR PUSTAKA

Almubarok, F. (2018). Keadilan Dalam Perspektif Islam. Journal ISTIGHNA, 1(2), 115–143.
https://doi.org/10.33853/istighna.v1i2.6

Anisa, N. (2021). Perbandingan Sistem Ekonomi Islam Dengan Sistem Ekonomi Kapitalis
Dan Sosialis.

Arsyam, M., & Alwi, A. M. (2019). Konsep dan Makna Kesejahteraan dalam Pandangan
Islam. 2014–2016.

Effendi, S., Islam, U., & Utara, S. (2019). Perbandingan Sistem Ekonomi Islam Dengan.
Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma, 6(2), 147–158.

Fuadi, A. (2016). Negara Kesejahteraan (Welfare State) Dalam Pandangan Islam Dan
Kapitalisme. JESI (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia), 5(1), 13.
https://doi.org/10.21927/jesi.2015.5(1).13-32

https://indonesia.oxfam.org/siapa-kami, di akses pada 20 Mei 2020

https://cerdasco.com/keadilan-ekonomi/, di akses pada 20 Mei 2020

Pangiuk, A. (1997). Kepemilikan Ekonomi Sosialis dan Kapitalis (Konsep Tauhid Dalam
Sistem Islam). 1–19.

Kusuma, K. A. (2019). Pengantar Sistem Ekonomi Islam. Pengantar Sistem Ekonomi Islam.
https://doi.org/10.21070/2019/978-602-5914-90-4

Sholahuddin, M. (2001). Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Sosialis. In Jurnal Ekonomi


Pembangunan (Vol. 2, Issue 2, p. 198).

Anda mungkin juga menyukai