Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok Ekonomi Politik Islam
Disusun oleh:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika membahas sistem ekonomi modern akan merujuk pada dua sistem besar yaitu
kapitalisme pasar dan sosialisme terpimpin. Salah satunya, kapitalisme merupakan sistem
yang didasarkan atas pertukaran yang sukarela (voluntary exchanges) di dalam pasar yang
bebas. Ekonomi kapitalis mempercayakan bahwa keadilan dan kesejahteraannya terdapat
pada hak-hak milik perorangan. Selain itu Sistem ekonomi kapitalis bersandar kepada
pemilikan pribadi maupun swasta terhadap alat-alat produksi, kegiatan distribusi, maupun
pertukaran. Sehingga tiga hal utama tersebut berada penuh di tangan swasta. Sistem ekonomi
kapitalis mendominasi secara keseluruhan dari sistem ekonomi yang dianut oleh negara-
negara di dunia. Dimana, di dalam sistem ekonomi kapitalis ini, suatu produksi maupun
perdagangannya lebih dominan dilakukan bersifat individualistis atau pribadi. Sedangkan
sistem ekonomi Islam berpegang teguh dengan kemaslahatan umat islam dilihat dengan
adanya keadilan dan kesejahteraan yang diterapkan. Oleh karena itu, makalah ini akan
membahas tentang keadilan dan kesejahteraan ekonomi dari pandangan islam, sosialis, dan
kapitalis.
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti halnya dalam perubahan iklim di Indonesia merupakan salah satu ancaman
terbesar yang dihadapi masyarakat petani dan nelayan serta orang orang yang tinggal di
daerah pesisir dan pulau kecil seperti banyak masyarakat di Nusa Tenggara Timur.
Sementara perubahan iklim mempengaruhi semua orang, dampak negatifnya dirasakan
oleh orang-orang sangat miskin dan perempuan. Misalnya, tanah longsor yang
disebabkan oleh hujan di kawasan hutan gundul mempengaruhi sebagian besar
masyarakat miskin pedesaan; perempuan harus bekerja lebih keras untuk mengambil air,
kayu bakar dan menyediakan makanan bagi keluarga mereka.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, dan menjadi produsen
mineral, minyak sawit, kakao dan budidaya ikan/perikanan. Namun pengelolaan sumber
daya tersebut tidak efektif dalam banyak kasus menciptakan konsekuensi negatif
terhadap petani miskin dan masyarakat nelayan. Hal-hal tersebut menciptakan konflik
atas tanah dan air, kerusakan mata pencaharian dan lingkungan dan bencana seperti
banjir dan tanah longsor. Pencemaran dan perusakan lingkungan lainnya, disertai dengan
konversi daerah penghasil makanan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan
telah sangat mempengaruhi kehidupan pedesaan.
lndonesia akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan terpadu, undang-undang
yang lebih masuk akal dan koordinasi yang lebih baik antara kementerian dan unit
pemerintah terkait, dan antara pemerintah pusat dan daerah, mengenai pengelolaan
sumber daya alam. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menciptakan peluang serta
tantangan bagi Indonesia. Agenda ASEAN dalam Pangan, Pertanian dan Kehutanan dan
fokus Presiden Joko Widodo pada reformasi agraria dan perdagangan yang adil akan
menguntungkan petani dan perekonomian Indonesia.
1. Adil berarti sama, Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan yang
lain. Persamaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah persamaan hak.
Begitupun juga manusia tidak dibedakan satu sama lain berdasarkan latar
belakangnya, kaya-miskin, lelaki-perempuan, pejabat-rakyat dan sebagainya
harus diposisikan setara. Rasulullah juga menegaskan bahwa ukuran
kemuliaan manusia terletak pada kualitas ketakwaannya kepada Allah, bukan
dibedakan dari status sosial.
2. Adil berarti seimbang, Seandainya ada salah satu anggota tubuh kita berlebih
atau berkurang dari kadar atau syarat yang seharusnya, pasti tidak akan terjadi
keseimbangan (keadilan).
3. Adil berarti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu
pada setiap pemiliknya, yaitu adil dapat didefinisikan sebagai menempatkan
sesuatu pada tempatnya yang lawannya adalah zalim atau tidak menempatkan
sesuatu pada tempatnya.
4. Adil yang berhubungan dengan Ilahi. Semua wujud tidak memiliki hak atas
Allah SWT. Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikan-Nya. Keadilan-
Nya mengandung konsekuensi bahwa rahmat Allah SWT tidak tertahan untuk
diperoleh sejauh makhluk itu dapat meraihnya.
Membahas tentang keadilan pasti tidak akan jauh dari kesejahteraan, keadilan ada
sebagai upaya dalam membentuk kesejahteraan dan tanpa adanya keadilan maka
kesejahteraan itu tidak ada. Dalam islam pada dasarnya al-quran beserta seluruh ajaran
dalam islam selalu terkait tentang dengan masalah kesejahteraan sosial. Hubungan
dengan Allah misalnya harus diikuti dengan hubungan dengan sesama manusia (habl
min Allah wa habl min al-Nas). Demikian pula anjuran beriman selalu diiringi dengan
anjuran melakukan amal shalih yang didalamnya termasuk mewujudkan kesejahteraan
sosial. Selanjutnya dalam ibadah puasa seseorang diharapkan dapat merasakan lapar
sebagaimana yang biasa dirasakan oleh orang lain yang berada dalam kekurangan. Dan
kemudian tentu saja zakat, unsur kesejahteraan sosial didalam zakat sangat diutamakan.
Di dalam ajaran Islam juga terdapat tatanan dan lembaga yang secara langsung
berhubungan dengan upaya penciptaan kesejahteraan sosial, seperti zakat, sedekah,
wakaf dan sebagainya. Semua bentuk tatanan sosial dan berupaya mencari berbagai
alternatif untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Ajaran Islam mengenai perlunya
mewujudkan kesejahteraan sosial ini selain dengan cara memberikan motivasi
sebagaimana tersebut di atas, juga disertai dengan petunjuk bagaimana seharusnya
mewujudkannya. Ajaran Islam menyatakan bahwa kesejahteraan sosial dimulai dari
perjuangan mewujudkan dan menumbuh suburkan aspek-aspek akidah dan etika pada
diri pribadi, karena dari diri pribadi yang seimbang akan lahir masyarakat yang
seimbang. Dan dalam Pendidikan juga mempengaruhi kemampuan kesejahteraan sosial.
Dengan demikian, ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial ini termasuk di dalamnya
ajaran Islam tentang kesejahteraan sosial.
Pandangan Kapitalisme
Paradigma Kapitalisme Gagasan welfare state dalam kapitalisme pada dasarnya
bertumpu pada unsur kebebasan Individu yang merupakan manifestasi dari teori Adam
Smith tentang invisible hand. Negara dalam perspektif Adam Smith tidak diperkenankan
masuk terlalu jauh dalam interaksi ekonomi. Dengan demikian, peran negara di sini
hanya berkaitan dengan hal-hal tertentu yang meliputi pertahanan keamanan, penegakan
keadilan dan menyediakan dan memelihara sarana serta lembaga-lembaga publik
tertentu. Peran negara tersebut dalam istilah Adam Smith dikatakan sebagai no
intervention atau peran minimal negara (Anisa, 2020).
Secara khusus dalam bidang ekonomi negara dilarang ikut campur tangan, tanpa
adanya alasan yang dibenarkan, sebab dengan masuknya negara dalam kepentingan
ekonomi setiap individu tanpa adanya alasan yang tepat, negara dianggap melanggar
kebebasan dan telah bertindak tidak adil. Menurut pandangan Adam Smith, setiap
manusia mempunyai hak atas kebebasan yang diperolehnya sebagai manusia dan tidak
seorang pun termasuk negara untuk merampasnya kecuali dengan alasan yang sah,
seperti alasan demi menegakkan keadilan.
Tiga peranan negara tersebut merupakan peran fundamental yang digagas oleh Adam
Smith dalam bukunya The Wealth of Nation. Menurut dia, dengan peranan terbatas
tersebut optimalisasi kesejahteraan individu pada lingkungan mikro dan negara pada
lingkungan makro akan dapat tercapai. Dalam fungsi pertama adalah negara mempunyai
fungsi untuk menegakkan keadilan. Fungsi ini diorientasikan untuk menjaga kebebasan
tiap individu yang tertuang dalam sistem pasar bebas yang didaulat sebagai sistem sosial
masyarakat modern. Dengan kata lain kelestarian sistem ini, dibatasi akan intervensi
pemerintah ketika terjadi ketidakadilan dan ketimpangan dalam interaksi pasar bebas.
Selain itu, untuk optimalisasi peran pemerintah dalam menjalankan keadilan, maka
pemerintah harus juga bertindak adil. Dengan kata lain pemerintah tidak memihak
kelompok manapun yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini ada tiga hal yang harus
dilakukan pemerintah untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat:
a. Harus ada pemisahan dan kemerdekaan antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan
yudikatif.
b. Adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan. Pembatasan di sini adalah bahwa
pemerintah harus tunduk dan patuh pada hukum dan keadilan
c. Terdapat jaminan akan berlangsungnya kekuasaan oposisi. Artinya dalam rangka
untuk mengontrol kebijakan pemerintah, dibutuhkan sebuah kekuasaan di luar
pemerintahan untuk menjamin dan mengawasi bahwa pemerintah akan senantiasa
bertindak adil.
Tujuan dan praktek dari program negara kesejahteraan pun yang menghargai nilai-
nilai kemanusiaan tidaklah semulus dengan yang direncanakan. Ketidakseimbangan
ekonomi global, kemiskinan, pengangguran yang disertai dengan kejahatan telah
melanda di hampir seluruh penjuru dunia. Konsep, doktrin, program negara
kesejahteraan bisa dibilang gagal dalam mengantarkan umat manusia ke arah
terwujudnya keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan bersama dalam kehidupan.
Kegagalan ini bisa dibilang karena menurut paham kapitalisme, yang dimaksud
dengan kesejahteraan hanya bersifat material semata. Material ini meliputi pemenuhan
kebutuhan dasar manusia bagi setiap individu, penghapusan kemiskinan, kesempatan
kerja, dan distribusi pendapatan dan kekayaan secara adil di antara seluruh rakyat. Hal
ini ternyata juga tidak seluruhnya berhasil, meskipun pada umumnya bisa dibilang
mampu memberikan kesejahteraan yang memadai bagi rakyatnya, karena ternyata tidak
seluruh lapisan masyarakat mendapatkan kesejahteraan sosial yang memadai. selain itu
konsep kapitalisme juga tidak diiringi oleh pengetahuan spiritual maka dari itu paham
kapitalisme hanya mengedepankan tujuan duniawi saja dan tidak mengedepankan tujuan
ukhrawi.
Pandangan Sosialisme
Sistem ekonomi sosialisme adalah sistem ekonomi dimana ekonomi diatur penuh oleh
negara. Dalam sistem ini jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi tanggung jawab
negara atau pemerintah pusat. Sistem perekonomian sosialis ini merupakan sistem
perekonomian yang menginginkan kemakmuran dari masyarakatnya dan terlaksana
merata sehingga tidak ada lagi penindasan ekonomi yang terjadi agar dapat mewujudkan
kemakmuran yang merata di masyarakat, perekonomian harus diatur oleh pemerintah.
Oleh sebab itu, hal tersebut dapat mengakibatkan potensi dan juga daya kreasi
masyarakat akan mati sehingga tidak adanya kebebasan dari individu di dalam
pelaksanaan kegiatan ekonomi (Sholahuddin, 2001).
Tapi pada nyatanya, sistem ekonomi sosialisme yang mempunyai tujuan untuk
meratakan kemakmuran pada masyarakat pun juga tidak sesuai dengan tujuannya yang
mensejahterakan karena dengan penghapusan hak‐hak individu secara ekstrim dalam
sosialisme jelas bertentangan dengan fitrah dasar manusia. Masyarakat menjadi kurang
termotivasi untuk beraktifitas (dalam perekonomian), sebab seluruh tujuan dan kinerja
ekonomi biasanya akan dikalahkan oleh tujuan yang lebih bersifat sosial. Tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seringkali dilakukan dengan mengabaikan
pertimbangan individu‐individu, yang sesungguhnya merupakan elemen dari masyarakat
itu sendiri.
Maka dari itu dalam ajaran ekonomi islam, eksistensi kepemilikan individu,
pemenuhan hak dan kebutuhan serta kebebasan dalam memanfaatkan sumber daya alam
itu diakui demi mewujudkan kesejahteraan, bahkan manusia dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhannya serta melindungi hak miliknya itu dari orang‐orang zalim yang akan
merampasnya. Namun pemenuhan hak dan juga kepemilikan tersebut tidak serta merta
sebebas mungkin sampai mengganggu kebebasan orang lain. Diperbolehkannya
kepemilikan individu tentu saja disertakan oleh pembatasan kepemilikan tersebut dengan
mekanisme tertentu, bukan dengan cara perampasan, karena sebaliknya dalam masalah
kepemilikan seseorang terdapat hak kepemilikan orang lain yang harus ditunaikan.
Dengan begitu islam telah mengatur dalam mekanisme tersebut sesuai dengan fitrah
manusia serta mampu mengatur hubungan‐hubungan antar personal di antara mereka dan
tentunya juga telah memberikan jaminan kepada manusia agar bisa memenuhi
kebutuhan‐kebutuhannya secara menyeluruh.
BAB III
PENUTUP
Konsep keadilan dan kesejahteraan merupakan salah satu hal terpenting dalam
kehidupan. Dilakukannya keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat demi terciptanya
kehidupan sejahtera selalu menjadi tujuan seluruh manusia di muka bumi ini. Seperti pada
paham ekonomi kapitalis dengan memberikan kebebasan hak individu demi mencapai
kesejahteraan dan paham sosialis yang meratakan perekonomian masyarakatna demi
terwujudnya kesetaraan. Namun nyatanya paham dari kapitalis dan paham sosialis dalam
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan tidak sesuai dengan makna keadilan dan
kesejahteraan yang sebenarnya.
Menurut ajaran islam keadilan dan kesejateraan yang sesungguhnya adalah tidak
dengan memaksimalkan kekayaan maupun konsumsi, tetapi berusaha menciptakan suatu
keseimbangan antara sumber-sumber daya yang langka dan pemakaian atasnya dengan cara
yang dapat mewujudkan efisiensi dan keadilan adalah dengan memusatkan perhatian kepada
manusia itu sendiri yang berkenaan dengan peningkatan material, moral dan spiritual mereka.
Prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan dalam memelihara keseimbangan
masyarakat dan mendapat perhatian publik. Penerapanya dapat menjamin kesejahteraan
masyarakat dan membawa kedamaian.
DAFTAR PUSTAKA
Almubarok, F. (2018). Keadilan Dalam Perspektif Islam. Journal ISTIGHNA, 1(2), 115–143.
https://doi.org/10.33853/istighna.v1i2.6
Anisa, N. (2021). Perbandingan Sistem Ekonomi Islam Dengan Sistem Ekonomi Kapitalis
Dan Sosialis.
Arsyam, M., & Alwi, A. M. (2019). Konsep dan Makna Kesejahteraan dalam Pandangan
Islam. 2014–2016.
Effendi, S., Islam, U., & Utara, S. (2019). Perbandingan Sistem Ekonomi Islam Dengan.
Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma, 6(2), 147–158.
Fuadi, A. (2016). Negara Kesejahteraan (Welfare State) Dalam Pandangan Islam Dan
Kapitalisme. JESI (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia), 5(1), 13.
https://doi.org/10.21927/jesi.2015.5(1).13-32
Pangiuk, A. (1997). Kepemilikan Ekonomi Sosialis dan Kapitalis (Konsep Tauhid Dalam
Sistem Islam). 1–19.
Kusuma, K. A. (2019). Pengantar Sistem Ekonomi Islam. Pengantar Sistem Ekonomi Islam.
https://doi.org/10.21070/2019/978-602-5914-90-4