M.Fiqri Haikal
Email :2010102016.m.fiqri@student.tazkia.ac.id
Dosen Pengampu:
Pendahuluan
A.Latar belakang
Zakat dan pajak, meskipun keduanya adalah kewajiban di bidang harta benda,namun keduanya
memiliki filosofi yang sama khusus dan keduanya berbeda dalam sifat dan basis, sumber,
tujuan,bagian dan level, selain berbeda tentang misi, tujuan dandi jamin, tetapi juga memiliki
sisititik kesamaan.Zakat dan pajak adalah dua hal dapat dilihat dari segi ysteme dan Tujuannya
berbeda.
Pajak benar ditetapkan oleh ystem sebagai wajib warga ystem. Bayar pajak Anda dengan Jenis
dan varietas yang berbeda adalah murni urusan duniawi tidak ada hubungannya dengan dimensi
spiritual dan dilakukan oleh penduduknegara (Muslim dan non-Muslim).
Pembelanjaan zakat digambarkan dua Para pihak bersatu dan bekerja samayaitu suku bunga
jangka pendek(kebutuhan ekonomi dan dunia) itu memiliki arti yang lebih luas kepentingan
jangka panjang (bungarohani/ukhrawi) muzakki pribadi. Seperti yang kita tahu, apa berkaitan
dengan zakat dan pajak dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia,khususnya yste ke-23 tahun
ini2011 tentang Pengelolaan Zakat danUU No 36 Tahun 2008atas pajak penghasilan.
Mengatur zakat adalah pemotongan pajak yang pertama muncul dalam Hukum Bilangan. 38
1999 tentang Pengelolaan Zakat.dalam yste menyebutkan:“Zakat telah dibayarkanpada lembaga
atau organisasi amil zakat amil zakat dipotong darilaba kena pajak/penghasilan sisa dariwajib
pajak yang bersangkutan memenuhi syarat dengan ketentuan yste efektif”.interpretasi yste ada
deskripsi penjelasan audio kalimat ini, khususnya:”pengurangan zakat”laba/sisa penghasilan
kena pajak dimaksudkan agar Wajib Pajak tidakdihadapkan pada beban ganda, yaitu tanggung
jawabmembayar pajak dan zakat.
Kesadaran membayar zakat dapat meningkatkan kesadaran pembayar pajak. Kurangi Zakat
pajak, itu untuk tujuan yang lebih organisasi bahkan ketika individu juga sangat Kelayakan.
Karena,organisasi seringkali menguntungkan ysteme besar dan bersih.Konteks penurunan ini
dijelaskan dalam penjelasan pasal 14 (3) UU No. Itu 38 tahun 1999 memotong zakat dari
laba/pendapatan saldo kena pajak dianggap wajib pajak tidak harus menanggung beban
ganda,yaitu kewajiban membayar zakat danPajak. Ketentuan ini masih diatur dalam Hukum
zakat yang terakhir, khusus pada pasal tersebut22 UU 23/2011:“Zakat membayar oleh muzaki ke
BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajakIstilah serupa juga ditekankan
dalamPasal 9 ayat (1) UU Pajak Penghasilan.Selain itu, Pasal 1 ayat (1) PP No. 60 2010 terkait
Zakat atauKontribusi keagamaan di dalam pengurangan wajib dariPendapatan kotor juga
menentukan: “Zakat atau kontribusi keagamaan sifat yang dapat dikurangkan Total pendapatan
meliputi:
a) zakat atas penghasilan dibayar oleh wajib pajak orang pribadi perseorangan pemeluk Islam
dan/atau oleh wajib pajak badan dalam negeri dimiliki oleh umat Islam pada lembaga atau
organisasi amil zakat amil zakat didirikan atau disahkanoleh pemerintah; Atau
b) sumbangan keagamaan wajib pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam
dan/atau wajib pajak badandi ystem anggota agama selain Islam yang diakui diIndonesia
membayar mendirikan organisasi keagamaan ataudi setujui oleh pemerintah. »Dari paparan
singkat ke latar belakang masalah di atas, kemudian membangun masalah bagaimana
belajarsejarah koreksi zakat seperti pemotongan pajak berdasarkan yste Indonesia?
B.Rumusan Masalah
pajak di BAZNAS?
C.Tujuan
2.Menganalisis manfaat zakat sebagai pengurang pajak bagi individu dan korporasi.
3.Mendiskusikan regulasi dan kebijakan terkait pengurangan pajak melalui zakat di Indonesia.
5.Membahas tantangan dan potensi dalam mengimplementasikan zakat sebagai pengurang pajak.
D.Manfaat
1. Bagi Badan Amil Zakat Nasional diharapkan kajian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan
untuk tinjauan dalam pengelolaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini harus bermanfaat dan memungkinkan berfungsi sebagai
informasi bagi masyarakat tentang zakat sebagaidipotong dari penghasilan kena pajak sesuai
dengan undang-undang tentang pengelolaan zakat.
3. Untuk beasiswa Islam, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbanganbercermin pada
keilmuan Islam, khususnya yang berkaitan denganmengelola zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak.
BAB II
Landasan Teori
E.Tinjauan Pustaka
Peneliti menemukan beberapa judul tesis dan jurnal yang telah dipublikasikan ditulis oleh
mahasiswa, beberapa karya yang berkaitan dengan zakat dan Pajak adalah:
Raudat Firdaus, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Malang 2016 dengan yste
skripsi “Peran BAZNAS dalamPelaksanaan akad Zakat sebagai pengurang penghasilan
subjekPajak (Studi di Baznas Kota Malang)” Dalam penelitian ini Raudat melakukan penelitian
tentang peran Baznas dalam pelaksanaan akad-akad Zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menempatkan zakat sebagai pengurang
penghasilankena pajak di Kota BAZNAS Malang tidak dibuat karenakurangnya komitmen pada
pajak zakat, kurangnya komitmen kesadaran masyarakat untuk membayar zakat kepada
BAZNAS danAda perbedaan dalam interpretasi yste. Selain BAZNAS KotaMalang
mengutamakan pengumpulan infaq, hanya untuk zakat didiperoleh dari Kementerian Agama
Kota UPZ Malang dan Kesadaranmasyarakat dalam hal ini belum optimal (Firdaus 2016).
Afiqah Aliyati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar tahun 2015
dengan judul skripsi “Implementasi Zakat As Pengurangan penghasilan kena pajak di kantor
pusat Kementerian Agama Kabupaten Gowa » Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di kantor kementerian Agama
Kabupaten Gowa membawa kelegaan bagi komunitas Muslimdalam pembayaran zakat dan pajak
juga meningkatkan kesadaran dankejujuran dalam masyarakat untuk membayar zakat, hal itu
berdampak baik dari segi penerimaan ystem (Aliyati 2015).
Mariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullahJakarta tahun 2011 dengan
yste skripsi “Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan kena pajak (studi tentang penegakan
hukumZakat di Provinsi Bekasi). Dalam tesis ini, Mariah tampil penelitian terhadap wajib pajak
di KPP Bekasi tentang zakat likedikurangkan dari penghasilan kena pajak. Hasil penelitian
Mariah, berdasarkan data Perjanjian ditandatangani dengan adanya undang-undang nomor 17
tahun iniZakat 2000 dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak yang dianggap
cukupkemajuan, masyarakat setuju dengan yste. Tapi adasosialisasi kelemahan banyak orang
yang tidak memilikisadar yste khususnya warga bekasi.(Maret 2015)
Apriliana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 dengan judul “Analisis Perbandingan antara memperlakukan zakat sebagai pengurang
penghasilan subjek Pajak dengan Zakat dianggap sebagai pengurang pajak langsung
pendapatan.” Dalam skripsi ini, melalui penelitian deskriptif, peneliti yste hanya pada
menggambarkan zakat sebagai pemotongan penghasilan kena pajak dengan pengurang zakat
pajak penghasilan langsung (kredit pajak) dengan menggunakan contoh kasus sesuai dengan
yste. Hasil penelitianada perbedaan dalam memperlakukan zakat sebagai pengurang
penghasilanobjek pajak yang lebih besar zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan
(tax credit).Memperlakukan zakat sebagai pengurang langsung dari pajak penghasilan ini
dilakukan di Malaysia (Apriliana 2010)
Fakultas Pendidikan dan Pedagogi Universitas Tri Windarti Sebelas Maret Surakarta 2010
dengan judul “DilaksanakanPerlakuan zakat untuk pendapatan saat menghitung pendapatan
tetapPajak (studi tentang pembayar pajak orang pribadi, pengusaha Muslim di )Desa Jajar,
Kecamatan Laweyan). Studi ini menyimpulkan: Pertama, wajib pajak tidak menangani zakat
penghasilan dalam menghitung PKP sesuai ketentuan yang berlaku. Kedua, pengusaha muslim
tidak mengadopsi perlakuan zakatdalam perhitungan PKP karena kurang paham dan kurang
Xholeh KPP Patama Surakarta dan LAZIS Surakarta. Ketiga, perlakukan zakatpendapatan pada
saat menghitung PKP di wilayah Jajar mempengaruhi penerimaan pajak. Pengusaha muslimDi
desa Jajar, masyarakat lebih banyak menyalurkan zakat di ystem daripada diMALAS. (Windari
t.thn.)
F.Kerangka Pemikiran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pelaksanaan zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.Dalam penelitian ini, penulis menyajikan kerangka kerja
untuk refleksi mempermudah pemahaman terhadap masalah yang disajikandalam bentuk
skematik. Kerangka ini adalah ide dasarnyadigunakan untuk melakukan analisis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikutBerikutnya:
Analisis Pratik
Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak
G.Metode Penelitian
H.Jenis Penelitian
Penelitian ini melibatkan analisis dan sintesis literatur yang telah ada mengenai zakat sebagai
pengurang pajak di Indonesia. Peneliti akan mengumpulkan dan mengevaluasi berbagai sumber
seperti buku, jurnal, dan peraturan perpajakan terkait untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang topik tersebut.
BAB III
Pembahasan
zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan menjadi kewajiban agama bagi umat
Muslim yang mampu secara finansial. Zakat memiliki implikasi yang signifikan baik dari segi
sosial maupun ekonomi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Implikasi Sosial:
Implikasi Ekonomi:
Stimulasi Ekonomi: Zakat sebagai kewajiban membantu mengalirkan dana dari golongan
yang berkecukupan ke golongan yang membutuhkan. Hal ini menciptakan aliran
ekonomi yang lebih seimbang dan merangsang pertumbuhan ekonomi di tingkat mikro
dan makro.
Penanggulangan Kemiskinan: Zakat dapat menjadi instrumen efektif dalam mengurangi
tingkat kemiskinan. Dengan memperoleh dana zakat, individu atau komunitas yang
membutuhkan dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif atau memperoleh
pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan mereka meningkatkan penghasilan dan
memperbaiki kondisi ekonomi mereka.
Distribusi Kekayaan yang Adil: Zakat berperan dalam memastikan distribusi kekayaan
yang lebih adil dalam masyarakat. Melalui pembayaran zakat, kekayaan dan sumber daya
yang terkumpul dapat dialokasikan kembali kepada mereka yang membutuhkan,
mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
Stabilitas Sosial dan Ekonomi: Dengan mengurangi tingkat kemiskinan, zakat dapat
membantu menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ketika
kebutuhan dasar terpenuhi, masyarakat menjadi lebih stabil secara finansial, mengurangi
risiko ketidakstabilan sosial dan konflik.
Melalui implementasi yang baik, zakat memiliki potensi besar untuk memberikan dampak sosial
dan ekonomi yang positif dalam masyarakat. Selain menjadi kewajiban agama, zakat juga
memiliki peran yang penting dalam membangun keadilan dan kesejahteraan sosial bagi umat
Muslim dan komunitas secara.
di Indonesia zakat diakui sebagai pengurang pajak berdasarkan peraturan perpajakan yang
relevan. Pengakuan ini memberikan insentif kepada individu dan perusahaan untuk membayar
zakat secara resmi melalui lembaga-lembaga zakat yang terdaftar, sambil mengurangi beban
pajak yang harus mereka bayar kepada pemerintah. Beberapa poin penting terkait pengakuan
zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia adalah sebagai berikut:
Persyaratan dan Prosedur: Terdapat persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi untuk
mengajukan pengurangan pajak melalui zakat. Hal ini meliputi pembayaran zakat melalui
lembaga amil zakat yang terdaftar, penyampaian bukti pembayaran zakat, serta pelaporan
dan verifikasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jumlah Pengurangan: Besaran pengurangan pajak yang diperoleh melalui zakat dapat
berbeda tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku dan penghasilan atau laba
yang dikenakan pajak. Jumlah pengurangan biasanya ditentukan sebagai persentase dari
jumlah zakat yang dibayar.
Lembaga Amil Zakat: Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak mendorong partisipasi
masyarakat dalam membayar zakat melalui lembaga amil zakat yang terdaftar. Lembaga-
lembaga tersebut memiliki peran penting dalam mengelola, mendistribusikan, dan
melaporkan zakat kepada pemerintah.
Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia memiliki tujuan untuk mendorong
kepatuhan perpajakan, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan zakat, serta memberikan
insentif finansial kepada individu dan perusahaan yang berkontribusi secara resmi melalui zakat.
Namun, penting untuk mematuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk memanfaatkan pengurangan pajak ini.
Keringanan pajak melalui zakat berdampak positif dengan mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembayaran zakat resmi melalui lembaga zakat yang terdaftar. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut tentang efek ini:
2.Menganalisis manfaat zakat sebagai pengurang pajak bagi individu dan korporasi:
Pengurangan beban pajak merupakan salah satu manfaat penting zakat sebagai pengurang
pajak. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai dampak pengurangan beban pajak melalui
zakat:
Meningkatkan daya beli:Dengan mengurangi beban pajak melalui zakat, individu dapat
memiliki daya beli yang lebih tinggi. Status keuangan dan pendapatan bersih yang lebih
baik memungkinkan individu memperoleh penghasilan yang cukup, meningkatkan
standar hidup mereka, dan membeli barang dan jasa yang mereka inginkan. Hal ini
berdampak positif pada konsumsi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Tawaran untuk membayar Zakat secara resmi:Pengurangan beban pajak melalui zakat
juga merupakan insentif bagi individu untuk membayar zakat secara resmi melalui
organisasi zakat yang terdaftar. Dengan memanfaatkan pemotongan pajak ini, individu
lebih cenderung untuk mendeklarasikan dan membayar zakat dengan benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Hal ini meningkatkan partisipasi dan kepatuhan dalam
pembayaran zakat, serta memperkuat sistem zakat yang terstruktur dan terkelola dengan
baik.
Mengurangi beban pajak melalui zakat secara langsung menguntungkan individu dengan
meningkatkan kesejahteraan finansial, pendapatan bersih, daya beli, dan memberi insentif
membayar zakat secara legal. Hal ini mendukung upaya pemerintah untuk.
Pembayaran zakat sebagai pengurang pajak tidak hanya membawa manfaat material dan
finansial, tetapi juga manfaat mental dan sosial. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang manfaat
reward agama dan keterlibatan sosial:
Melalui pengakuan zakat sebagai pengurang pajak, individu tidak hanya menerima manfaat
finansial dan material tetapi juga manfaat spiritual dalam bentuk imbalan keagamaan. Selain itu,
keikutsertaan masyarakat dalam membayar zakat berupa pemotongan pajak juga mendorong
solidaritas, empati dan meningkatkan kualitas hidup umat secara kolektif.
Zakat sebagai pengurang pajak memberikan kesempatan kepada individu untuk berperan
aktif dalam memberdayakan mereka yang membutuhkan. Berikut penjelasan tambahan
mengenai pemberdayaan masyarakat melalui zakat sebagai pengurang pajak:
Melalui keringanan pajak melalui zakat, individu berperan aktif dalam memberdayakan mereka
yang membutuhkan. Dalam konteks ini, dana zakat digunakan untuk mendukung program-
program pemberdayaan yang meliputi penyaluran tepat sasaran, peningkatan akses layanan,
penciptaan lapangan kerja, serta pendidikan dan pelatihan. Ini membantu membangun
masyarakat yang lebih mandiri dan kompetitif dengan kualitas hidup yang lebih baik.
BAB IV
Kesimpulan
Penutup
Pengurangan pajak melalui zakat memiliki dampak positif secara finansial, spiritual, sosial, dan
ekonomi. Ini mendorong partisipasi masyarakat dalam membayar zakat secara resmi melalui
lembaga-lembaga zakat yang terdaftar, meningkatkan kepatuhan perpajakan, dan memperkuat
sistem zakat yang terstruktur dan terkelola dengan baik.
Penting untuk diingat bahwa informasi yang disampaikan berdasarkan konteks hukum
perpajakan di Indonesia pada pengetahuan terbaru hingga September 2021. Peraturan dan
kebijakan perpajakan dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga selalu penting
untuk merujuk pada peraturan perpajakan terkini dan berkonsultasi dengan otoritas pajak yang
berwenang untuk informasi yang paling akurat dan terkini.
BAB V
Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Abdurrahman, F., & Nurbaeti, E. (2019). Zakat As Deductible Tax for Corporate Taxpayer: An
Islamic Law Perspective. Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, 22(1), 1-9.
Agustina, E., & Sari, D. A. (2018). Pengurangan Pajak Berdasarkan Penghasilan Bruto Zakat.
Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 12(2), 132-140.
Alkailani, M. A., & Naser, K. (2017). The Influence of Zakat on Tax Compliance: The Case of
Jordan. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 8(3), 339-358.
Suparno, P. (2016). Zakat Sebagai Objek Pajak Penghasilan dalam Hukum Pajak Indonesia.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(1), 86-100.