Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tentang Zakat Sebagai Pengurang Pajak di Indonesia

M.Fiqri Haikal

Wan Aidi Abdurahman

Program Studi Akuntansi Syariah, Fakultas IAI TAZKIA

Email :2010102016.m.fiqri@student.tazkia.ac.id

Dosen Pengampu:

Grandis Imama Hendra,S.E.I.,M.Sc(Acc),SAS

Tahun Ajaran 2023/2024


BAB I

Pendahuluan

A.Latar belakang

Zakat dan pajak, meskipun keduanya adalah kewajiban di bidang harta benda,namun keduanya
memiliki filosofi yang sama khusus dan keduanya berbeda dalam sifat dan basis, sumber,
tujuan,bagian dan level, selain berbeda tentang misi, tujuan dandi jamin, tetapi juga memiliki
sisititik kesamaan.Zakat dan pajak adalah dua hal dapat dilihat dari segi ysteme dan Tujuannya
berbeda.

Pajak benar ditetapkan oleh ystem sebagai wajib warga ystem. Bayar pajak Anda dengan Jenis
dan varietas yang berbeda adalah murni urusan duniawi tidak ada hubungannya dengan dimensi
spiritual dan dilakukan oleh penduduknegara (Muslim dan non-Muslim).

Pembelanjaan zakat digambarkan dua Para pihak bersatu dan bekerja samayaitu suku bunga
jangka pendek(kebutuhan ekonomi dan dunia) itu memiliki arti yang lebih luas kepentingan
jangka panjang (bungarohani/ukhrawi) muzakki pribadi. Seperti yang kita tahu, apa berkaitan
dengan zakat dan pajak dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia,khususnya yste ke-23 tahun
ini2011 tentang Pengelolaan Zakat danUU No 36 Tahun 2008atas pajak penghasilan.

Mengatur zakat adalah pemotongan pajak yang pertama muncul dalam Hukum Bilangan. 38
1999 tentang Pengelolaan Zakat.dalam yste menyebutkan:“Zakat telah dibayarkanpada lembaga
atau organisasi amil zakat amil zakat dipotong darilaba kena pajak/penghasilan sisa dariwajib
pajak yang bersangkutan memenuhi syarat dengan ketentuan yste efektif”.interpretasi yste ada
deskripsi penjelasan audio kalimat ini, khususnya:”pengurangan zakat”laba/sisa penghasilan
kena pajak dimaksudkan agar Wajib Pajak tidakdihadapkan pada beban ganda, yaitu tanggung
jawabmembayar pajak dan zakat.

Kesadaran membayar zakat dapat meningkatkan kesadaran pembayar pajak. Kurangi Zakat
pajak, itu untuk tujuan yang lebih organisasi bahkan ketika individu juga sangat Kelayakan.
Karena,organisasi seringkali menguntungkan ysteme besar dan bersih.Konteks penurunan ini
dijelaskan dalam penjelasan pasal 14 (3) UU No. Itu 38 tahun 1999 memotong zakat dari
laba/pendapatan saldo kena pajak dianggap wajib pajak tidak harus menanggung beban
ganda,yaitu kewajiban membayar zakat danPajak. Ketentuan ini masih diatur dalam Hukum
zakat yang terakhir, khusus pada pasal tersebut22 UU 23/2011:“Zakat membayar oleh muzaki ke
BAZNAS atau LAZ dikurangkan dari penghasilan kena pajakIstilah serupa juga ditekankan
dalamPasal 9 ayat (1) UU Pajak Penghasilan.Selain itu, Pasal 1 ayat (1) PP No. 60 2010 terkait
Zakat atauKontribusi keagamaan di dalam pengurangan wajib dariPendapatan kotor juga
menentukan: “Zakat atau kontribusi keagamaan sifat yang dapat dikurangkan Total pendapatan
meliputi:

a) zakat atas penghasilan dibayar oleh wajib pajak orang pribadi perseorangan pemeluk Islam
dan/atau oleh wajib pajak badan dalam negeri dimiliki oleh umat Islam pada lembaga atau
organisasi amil zakat amil zakat didirikan atau disahkanoleh pemerintah; Atau

b) sumbangan keagamaan wajib pajak orang pribadi pemeluk agama selain agama Islam
dan/atau wajib pajak badandi ystem anggota agama selain Islam yang diakui diIndonesia
membayar mendirikan organisasi keagamaan ataudi setujui oleh pemerintah. »Dari paparan
singkat ke latar belakang masalah di atas, kemudian membangun masalah bagaimana
belajarsejarah koreksi zakat seperti pemotongan pajak berdasarkan yste Indonesia? 

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena

pajak di BAZNAS?

2. Apa hambatan dan penyelesaian dalam pelaksanaan zakat sebagai

pengurang penghasilan kena pajak di BAZNAS?

C.Tujuan

1.Menjelaskan peran zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia.

2.Menganalisis manfaat zakat sebagai pengurang pajak bagi individu dan korporasi.

3.Mendiskusikan regulasi dan kebijakan terkait pengurangan pajak melalui zakat di Indonesia.

4.Menganalisis implementasi zakat sebagai pengurang pajak dalam praktiknya.

5.Membahas tantangan dan potensi dalam mengimplementasikan zakat sebagai pengurang pajak.

D.Manfaat

1. Bagi Badan Amil Zakat Nasional diharapkan kajian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan
untuk tinjauan dalam pengelolaan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini harus bermanfaat dan memungkinkan berfungsi sebagai
informasi bagi masyarakat tentang zakat sebagaidipotong dari penghasilan kena pajak sesuai
dengan undang-undang tentang pengelolaan zakat.
3. Untuk beasiswa Islam, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbanganbercermin pada
keilmuan Islam, khususnya yang berkaitan denganmengelola zakat sebagai pengurang
penghasilan kena pajak.

BAB II

Landasan Teori

E.Tinjauan Pustaka 

Peneliti menemukan beberapa judul tesis dan jurnal yang telah dipublikasikan ditulis oleh
mahasiswa, beberapa karya yang berkaitan dengan zakat dan Pajak adalah:

Raudat Firdaus, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Malang 2016 dengan yste
skripsi “Peran BAZNAS dalamPelaksanaan akad Zakat sebagai pengurang penghasilan
subjekPajak (Studi di Baznas Kota Malang)” Dalam penelitian ini Raudat melakukan penelitian
tentang peran Baznas dalam pelaksanaan akad-akad Zakat sebagai pengurang penghasilan kena
pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menempatkan zakat sebagai pengurang
penghasilankena pajak di Kota BAZNAS Malang tidak dibuat karenakurangnya komitmen pada
pajak zakat, kurangnya komitmen kesadaran masyarakat untuk membayar zakat kepada
BAZNAS danAda perbedaan dalam interpretasi yste. Selain BAZNAS KotaMalang
mengutamakan pengumpulan infaq, hanya untuk zakat didiperoleh dari Kementerian Agama
Kota UPZ Malang dan Kesadaranmasyarakat dalam hal ini belum optimal (Firdaus 2016). 

Afiqah Aliyati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar tahun 2015
dengan judul skripsi “Implementasi Zakat As Pengurangan penghasilan kena pajak di kantor
pusat Kementerian Agama Kabupaten Gowa » Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di kantor kementerian Agama
Kabupaten Gowa membawa kelegaan bagi komunitas Muslimdalam pembayaran zakat dan pajak
juga meningkatkan kesadaran dankejujuran dalam masyarakat untuk membayar zakat, hal itu
berdampak baik dari segi penerimaan ystem (Aliyati 2015).

Mariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif HidayatullahJakarta tahun 2011 dengan
yste skripsi “Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan kena pajak (studi tentang penegakan
hukumZakat di Provinsi Bekasi). Dalam tesis ini, Mariah tampil penelitian terhadap wajib pajak
di KPP Bekasi tentang zakat likedikurangkan dari penghasilan kena pajak. Hasil penelitian
Mariah, berdasarkan data Perjanjian ditandatangani dengan adanya undang-undang nomor 17
tahun iniZakat 2000 dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak yang dianggap
cukupkemajuan, masyarakat setuju dengan yste. Tapi adasosialisasi kelemahan banyak orang
yang tidak memilikisadar yste khususnya warga bekasi.(Maret 2015) 
Apriliana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2010 dengan judul “Analisis Perbandingan antara memperlakukan zakat sebagai pengurang
penghasilan subjek Pajak dengan Zakat dianggap sebagai pengurang pajak langsung
pendapatan.” Dalam skripsi ini, melalui penelitian deskriptif, peneliti yste hanya pada
menggambarkan zakat sebagai pemotongan penghasilan kena pajak dengan pengurang zakat
pajak penghasilan langsung (kredit pajak) dengan menggunakan contoh kasus sesuai dengan
yste. Hasil penelitianada perbedaan dalam memperlakukan zakat sebagai pengurang
penghasilanobjek pajak yang lebih besar zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan
(tax credit).Memperlakukan zakat sebagai pengurang langsung dari pajak penghasilan ini
dilakukan di Malaysia (Apriliana 2010)

Fakultas Pendidikan dan Pedagogi Universitas Tri Windarti Sebelas Maret Surakarta 2010
dengan judul “DilaksanakanPerlakuan zakat untuk pendapatan saat menghitung pendapatan
tetapPajak (studi tentang pembayar pajak orang pribadi, pengusaha Muslim di )Desa Jajar,
Kecamatan Laweyan). Studi ini menyimpulkan: Pertama, wajib pajak tidak menangani zakat
penghasilan dalam menghitung PKP sesuai ketentuan yang berlaku. Kedua, pengusaha muslim
tidak mengadopsi perlakuan zakatdalam perhitungan PKP karena kurang paham dan kurang
Xholeh KPP Patama Surakarta dan LAZIS Surakarta. Ketiga, perlakukan zakatpendapatan pada
saat menghitung PKP di wilayah Jajar mempengaruhi penerimaan pajak. Pengusaha muslimDi
desa Jajar, masyarakat lebih banyak menyalurkan zakat di ystem daripada diMALAS. (Windari
t.thn.) 

F.Kerangka Pemikiran

Pemahaman pemikiran atau kerangka konseptual merupakan model darisuatu kerangka


pemikiran atau konsep yang mengandung bagaimana teori berhubungan dengan unsur-unsur
yang berbeda dari masalah diidentifikasi sebagai penting (Sugiyono, 2009:88). Kerangka
konseptual meliputi penjelasan sementara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Pelaksanaan zakat sebagai
pengurang penghasilan kena pajak.Dalam penelitian ini, penulis menyajikan kerangka kerja
untuk refleksi mempermudah pemahaman terhadap masalah yang disajikandalam bentuk
skematik. Kerangka ini adalah ide dasarnyadigunakan untuk melakukan analisis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikutBerikutnya: 

Analisis Pratik

Zakat
Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak

G.Metode Penelitian

Penyusun menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data

yang diperlukan dalam melaksanakan penyusunan skripsi. Maka metode

yang digunakan adalah sebagai berikut:

H.Jenis Penelitian

Penelitian ini melibatkan analisis dan sintesis literatur yang telah ada mengenai zakat sebagai
pengurang pajak di Indonesia. Peneliti akan mengumpulkan dan mengevaluasi berbagai sumber
seperti buku, jurnal, dan peraturan perpajakan terkait untuk memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang topik tersebut.

BAB III

Pembahasan

1. Menjelaskan peran zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia:

zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan menjadi kewajiban agama bagi umat
Muslim yang mampu secara finansial. Zakat memiliki implikasi yang signifikan baik dari segi
sosial maupun ekonomi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

Implikasi Sosial:

 Pemberdayaan Umat: Zakat bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial dengan


memperkuat solidaritas sosial. Melalui pembayaran zakat, umat Muslim memberikan
kontribusi yang langsung bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan, membantu
memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian, perumahan, dan pendidikan.
 Meningkatkan Kesejahteraan Sosial: Zakat berperan dalam mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan sosial. Dengan mendistribusikan zakat secara adil,
masyarakat yang kurang mampu dapat mendapatkan akses ke sumber daya yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
 Solidaritas Umat: Zakat memperkuat ikatan sosial dan solidaritas di antara umat Muslim.
Pembayaran zakat menjadi tanda kesadaran dan kepedulian terhadap sesama,
membangun rasa saling membantu dan menguatkan hubungan antarindividu dan
komunitas.

Implikasi Ekonomi:

 Stimulasi Ekonomi: Zakat sebagai kewajiban membantu mengalirkan dana dari golongan
yang berkecukupan ke golongan yang membutuhkan. Hal ini menciptakan aliran
ekonomi yang lebih seimbang dan merangsang pertumbuhan ekonomi di tingkat mikro
dan makro.
 Penanggulangan Kemiskinan: Zakat dapat menjadi instrumen efektif dalam mengurangi
tingkat kemiskinan. Dengan memperoleh dana zakat, individu atau komunitas yang
membutuhkan dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif atau memperoleh
pendidikan dan pelatihan yang memungkinkan mereka meningkatkan penghasilan dan
memperbaiki kondisi ekonomi mereka.
 Distribusi Kekayaan yang Adil: Zakat berperan dalam memastikan distribusi kekayaan
yang lebih adil dalam masyarakat. Melalui pembayaran zakat, kekayaan dan sumber daya
yang terkumpul dapat dialokasikan kembali kepada mereka yang membutuhkan,
mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi.
 Stabilitas Sosial dan Ekonomi: Dengan mengurangi tingkat kemiskinan, zakat dapat
membantu menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ketika
kebutuhan dasar terpenuhi, masyarakat menjadi lebih stabil secara finansial, mengurangi
risiko ketidakstabilan sosial dan konflik.

Melalui implementasi yang baik, zakat memiliki potensi besar untuk memberikan dampak sosial
dan ekonomi yang positif dalam masyarakat. Selain menjadi kewajiban agama, zakat juga
memiliki peran yang penting dalam membangun keadilan dan kesejahteraan sosial bagi umat
Muslim dan komunitas secara.

di Indonesia zakat diakui sebagai pengurang pajak berdasarkan peraturan perpajakan yang
relevan. Pengakuan ini memberikan insentif kepada individu dan perusahaan untuk membayar
zakat secara resmi melalui lembaga-lembaga zakat yang terdaftar, sambil mengurangi beban
pajak yang harus mereka bayar kepada pemerintah. Beberapa poin penting terkait pengakuan
zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia adalah sebagai berikut:

 Undang-Undang Perpajakan: Zakat sebagai pengurang pajak diakui berdasarkan


ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Perpajakan yang relevan, seperti
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

 Persyaratan dan Prosedur: Terdapat persyaratan dan prosedur yang harus dipenuhi untuk
mengajukan pengurangan pajak melalui zakat. Hal ini meliputi pembayaran zakat melalui
lembaga amil zakat yang terdaftar, penyampaian bukti pembayaran zakat, serta pelaporan
dan verifikasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

 Jumlah Pengurangan: Besaran pengurangan pajak yang diperoleh melalui zakat dapat
berbeda tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku dan penghasilan atau laba
yang dikenakan pajak. Jumlah pengurangan biasanya ditentukan sebagai persentase dari
jumlah zakat yang dibayar.

 Lembaga Amil Zakat: Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak mendorong partisipasi
masyarakat dalam membayar zakat melalui lembaga amil zakat yang terdaftar. Lembaga-
lembaga tersebut memiliki peran penting dalam mengelola, mendistribusikan, dan
melaporkan zakat kepada pemerintah.

Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia memiliki tujuan untuk mendorong
kepatuhan perpajakan, meningkatkan transparansi dalam pengelolaan zakat, serta memberikan
insentif finansial kepada individu dan perusahaan yang berkontribusi secara resmi melalui zakat.
Namun, penting untuk mematuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah
untuk memanfaatkan pengurangan pajak ini.

Keringanan pajak melalui zakat berdampak positif dengan mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pembayaran zakat resmi melalui lembaga zakat yang terdaftar. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut tentang efek ini:

 Mendorong keterlibatan masyarakat:Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak


mendorong masyarakat untuk membayar zakat secara resmi melalui lembaga zakat yang
terdaftar. Dengan memanfaatkan pengurangan pajak, individu dan bisnis dapat lebih
termotivasi untuk memenuhi kewajiban zakat mereka dan berpartisipasi dalam skema
zakat yang diatur secara resmi.
 Pemenuhan pajak:Dengan mengakui zakat sebagai pengurang pajak, pemerintah
mendorong umat Islam untuk taat pajak. Individu dan bisnis didorong untuk
mendeklarasikan dan membayar zakat secara legal untuk memanfaatkan keringanan
pajak yang ditawarkannya. Hal ini meningkatkan kepatuhan pajak secara keseluruhan dan
memperkuat sistem pajak negara.
 Transparansi dalam Pengelolaan Zakat:Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak
mendorong transparansi dalam pengelolaan zakat. Lembaga zakat yang terdaftar harus
memenuhi persyaratan pelaporan dan verifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini
memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa dana zakat dikelola secara transparan
dan bertanggung jawab sehingga meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga zakat dan
mengurangi risiko penyalahgunaan.
 Tanggung jawab dalam pengelolaan Zakat:Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak
juga mendorong peningkatan akuntabilitas dalam pengelolaan zakat. Lembaga zakat yang
terdaftar harus mematuhi standar manajemen yang telah ditetapkan, termasuk pelaporan
kegiatan, pendistribusian zakat, dan penggunaan dana zakat. Ini membantu memastikan
bahwa zakat digunakan secara efektif untuk tujuan ekonomi dan sosial yang diinginkan.

Dengan mengakui zakat sebagai pengurang pajak, pemerintah menciptakan


mekanisme untuk mendorong partisipasi masyarakat, kepatuhan perpajakan, transparansi
dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan zakat. Dampak ini berkontribusi pada
peningkatan penghimpunan dana zakat secara lebih luas, pemanfaatannya secara lebih
efisien dan lebih membawa manfaat bagi yang membutuhkan. 

2.Menganalisis manfaat zakat sebagai pengurang pajak bagi individu dan korporasi:

Pengurangan beban pajak merupakan salah satu manfaat penting zakat sebagai pengurang
pajak. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai dampak pengurangan beban pajak melalui
zakat:

 Peningkatan kesejahteraan finansial:Dengan mengakui zakat sebagai pengurang pajak,


pembayar zakat dapat mengurangi jumlah pajak yang mereka bayarkan kepada
pemerintah. Pengurangan ini secara langsung mengurangi beban keuangan individu,
sehingga meningkatkan kesejahteraan finansial mereka. Dana yang seharusnya digunakan
untuk membayar pajak dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti mengembangkan
bisnis, berinvestasi, atau memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga.

 Meningkatkan pendapatan bersih:Pengurangan beban pajak melalui zakat berdampak


pada peningkatan pendapatan bersih pribadi. Jumlah pajak yang dipotong dari
penghasilan mereka berarti mereka memiliki lebih banyak uang setelah memenuhi
kewajiban pajak dan zakat mereka. Hal ini memungkinkan individu untuk mengelola
keuangan mereka dengan lebih baik, menabung atau menggunakannya untuk investasi
yang menghasilkan pendapatan tambahan.

 Meningkatkan daya beli:Dengan mengurangi beban pajak melalui zakat, individu dapat
memiliki daya beli yang lebih tinggi. Status keuangan dan pendapatan bersih yang lebih
baik memungkinkan individu memperoleh penghasilan yang cukup, meningkatkan
standar hidup mereka, dan membeli barang dan jasa yang mereka inginkan. Hal ini
berdampak positif pada konsumsi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

 Tawaran untuk membayar Zakat secara resmi:Pengurangan beban pajak melalui zakat
juga merupakan insentif bagi individu untuk membayar zakat secara resmi melalui
organisasi zakat yang terdaftar. Dengan memanfaatkan pemotongan pajak ini, individu
lebih cenderung untuk mendeklarasikan dan membayar zakat dengan benar sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Hal ini meningkatkan partisipasi dan kepatuhan dalam
pembayaran zakat, serta memperkuat sistem zakat yang terstruktur dan terkelola dengan
baik.

Mengurangi beban pajak melalui zakat secara langsung menguntungkan individu dengan
meningkatkan kesejahteraan finansial, pendapatan bersih, daya beli, dan memberi insentif
membayar zakat secara legal. Hal ini mendukung upaya pemerintah untuk.

Pembayaran zakat sebagai pengurang pajak tidak hanya membawa manfaat material dan
finansial, tetapi juga manfaat mental dan sosial. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang manfaat
reward agama dan keterlibatan sosial:

 Penghargaan Keagamaan:Bagi umat Islam, menunaikan zakat merupakan kewajiban


agama yang dimuliakan oleh Allah SWT. Dalam ajaran Islam, zakat adalah amal saleh
yang dianjurkan dan mampu membawa berkah dan pengampunan dosa. Dengan
mengakui zakat sebagai pengurang pajak, maka orang yang membayar zakat dapat
menikmati manfaat spiritual berupa pahala keagamaan yang diyakini oleh umat Islam.

 Keterlibatan sosial:Membayar zakat sebagai pengurang pajak juga memberikan manfaat


partisipasi sosial. Mereka yang secara resmi membayar zakat melalui organisasi zakat
terdaftar merasa terlibat aktif dalam membantu mereka yang membutuhkan. Mereka
percaya telah berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengurangi
kesenjangan sosial melalui kontribusi zakat, yang diakui oleh pemerintah sebagai
pengurang pajak.
 Solidaritas dan empati:Dengan membayar zakat sebagai pengurang pajak, individu
menunjukkan solidaritas dan empati terhadap orang lain yang membutuhkan. Mereka
menyadari bahwa zakat tidak hanya sekedar menunaikan kewajiban agama, tetapi juga
bentuk kepedulian terhadap fakir miskin dan upaya meringankan kesulitan dan
penderitaan mereka. Partisipasi sosial ini membantu memperkuat hubungan sosial dalam
masyarakat dan meningkatkan kesadaran kolektif akan tanggung jawab sosial.

 Meningkatkan kualitas hidup masyarakat:Dengan berpartisipasi aktif dalam pembayaran


zakat sebagai pengurang pajak, umat Islam berkontribusi dalam meningkatkan kualitas
hidup seluruh masyarakat. Dana yang terkumpul dari zakat dapat digunakan untuk
mendukung program pembangunan sosial, pendidikan, kesehatan dan infrastruktur yang
bermanfaat bagi umat Islam. Hal ini membantu memajukan masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Melalui pengakuan zakat sebagai pengurang pajak, individu tidak hanya menerima manfaat
finansial dan material tetapi juga manfaat spiritual dalam bentuk imbalan keagamaan. Selain itu,
keikutsertaan masyarakat dalam membayar zakat berupa pemotongan pajak juga mendorong
solidaritas, empati dan meningkatkan kualitas hidup umat secara kolektif. 

Zakat sebagai pengurang pajak memberikan kesempatan kepada individu untuk berperan
aktif dalam memberdayakan mereka yang membutuhkan. Berikut penjelasan tambahan
mengenai pemberdayaan masyarakat melalui zakat sebagai pengurang pajak:

 Mempersempit:Pengakuan zakat sebagai pengurang pajak memastikan bahwa hasil zakat


akan didistribusikan secara tepat sasaran kepada mereka yang membutuhkan. Organisasi
zakat terdaftar bertanggung jawab atas pengelolaan dan distribusi dana zakat yang adil
dan efisien. Ini membantu mereka yang membutuhkan menerima dukungan yang
ditargetkan disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

 Tingkatkan aksesibilitas layanan:Melalui zakat sebagai pengurang pajak, pembayar zakat


berperan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan dasar seperti
pendidikan, kesehatan, perumahan dan pembangunan ekonomi. Dana Zakat yang
terkumpul digunakan untuk mendukung program pemberdayaan masyarakat, seperti
pembangunan sekolah, pembangunan fasilitas kesehatan, bantuan modal kerja, dan
pelatihan keterampilan. Hal ini meningkatkan kualitas hidup dan potensi ekonomi
masyarakat yang lebih luas.
 Menciptakan peluang kerja:Pemberdayaan masyarakat melalui zakat sebagai pengurang
pajak juga terkait dengan penciptaan lapangan kerja. Dana Zakat dapat digunakan untuk
mendukung program pengembangan usaha mikro dan kecil, pelatihan vokasional dan
memberikan modal usaha kepada yang membutuhkan. Dengan demikian, zakat berperan
dalam meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat dan mengurangi tingkat
pengangguran.

 Pendidikan dan pembentukan:Zakat sebagai pengurang pajak dapat dialokasikan untuk


mendukung program pendidikan dan pelatihan. Mereka yang membayar zakat membantu
memastikan akses pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak dari keluarga kurang
mampu. Selain itu, program pelatihan vokasional dapat membantu meningkatkan
kapasitas dan daya saing masyarakat di dunia kerja.

Melalui keringanan pajak melalui zakat, individu berperan aktif dalam memberdayakan mereka
yang membutuhkan. Dalam konteks ini, dana zakat digunakan untuk mendukung program-
program pemberdayaan yang meliputi penyaluran tepat sasaran, peningkatan akses layanan,
penciptaan lapangan kerja, serta pendidikan dan pelatihan. Ini membantu membangun
masyarakat yang lebih mandiri dan kompetitif dengan kualitas hidup yang lebih baik. 

BAB IV

Kesimpulan

Penutup

Dalam kesimpulannya, pengakuan zakat sebagai pengurang pajak di Indonesia memiliki


beberapa manfaat dan implikasi yang signifikan. Berikut adalah rangkuman kesimpulan dari
pembahasan sebelumnya:

 Pengurangan Beban Pajak: Zakat sebagai pengurang pajak membantu individu


mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan, sehingga meningkatkan kesejahteraan
finansial dan penghasilan bersih mereka.

 Pahala Agama: Pembayaran zakat sebagai pengurang pajak memberikan manfaat


spiritual berupa pahala agama yang diyakini oleh umat Muslim.
 Partisipasi Sosial: Individu merasa terlibat dalam membantu sesama dan mendorong
kesejahteraan umat melalui kontribusi zakat yang diakui sebagai pengurang pajak. Ini
membangun solidaritas sosial dan empati terhadap mereka yang membutuhkan.
 Pemberdayaan Umat: Zakat sebagai pengurang pajak memberikan kesempatan bagi
individu untuk berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat yang membutuhkan
melalui pendistribusian dana zakat yang terarah, peningkatan akses pelayanan,
penciptaan kesempatan kerja, dan pendidikan serta pelatihan.

Pengurangan pajak melalui zakat memiliki dampak positif secara finansial, spiritual, sosial, dan
ekonomi. Ini mendorong partisipasi masyarakat dalam membayar zakat secara resmi melalui
lembaga-lembaga zakat yang terdaftar, meningkatkan kepatuhan perpajakan, dan memperkuat
sistem zakat yang terstruktur dan terkelola dengan baik.

Penting untuk diingat bahwa informasi yang disampaikan berdasarkan konteks hukum
perpajakan di Indonesia pada pengetahuan terbaru hingga September 2021. Peraturan dan
kebijakan perpajakan dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga selalu penting
untuk merujuk pada peraturan perpajakan terkini dan berkonsultasi dengan otoritas pajak yang
berwenang untuk informasi yang paling akurat dan terkini.

BAB V

Daftar Pustaka

Peraturan Perpajakan di Indonesia:

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Zakat.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 141/PMK.03/2015 tentang Zakat


sebagai Pengurang Penghasilan Bruto Dalam Perhitungan Pajak Penghasilan.

Buku dan Jurnal:

Abdurrahman, F., & Nurbaeti, E. (2019). Zakat As Deductible Tax for Corporate Taxpayer: An
Islamic Law Perspective. Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, 22(1), 1-9.

Agustina, E., & Sari, D. A. (2018). Pengurangan Pajak Berdasarkan Penghasilan Bruto Zakat.
Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 12(2), 132-140.
Alkailani, M. A., & Naser, K. (2017). The Influence of Zakat on Tax Compliance: The Case of
Jordan. Journal of Islamic Accounting and Business Research, 8(3), 339-358.

Suparno, P. (2016). Zakat Sebagai Objek Pajak Penghasilan dalam Hukum Pajak Indonesia.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 5(1), 86-100.

Anda mungkin juga menyukai