Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ZAKAT DAN PAJAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama

Dosen Pengampu : Bapak Muhammadun, M.Pd

Disusun Oleh:

Aliyyah Zahra (14121149)

Intan Cawati (14121218)

Shovi (14121244)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

INSTITUT PENDIDIKAN DAN BAHASA INVADA (IPB CIREBON)

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah dengan
judul "Zakat dan Pajak" dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan kepada kita jalan
kebenaran.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu matakuliah Pendidikan


Agama Bapak Muhammadun, M.Pd yang telah membimbing dan memberi
banyak pengetahuan kepada penulis serta memberikan kesempatan kepada
penulis untuk membuat, mempresentasikan makalah ini. Serta juga kepada
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan penelitian ini,
memberikan referensi dan sumbangsih pemikirannya semoga Allah membalas
dengan sebaik-baiknya.

Sebagai penutup, kritik dan saran kami harapkan dari segenap pembaca atas
segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini dan juga sebagai bahan
koreksi dan pembelajaran untuk perbaikan makalah berikutnya.

Cirebon, 16 Mei 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
1. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 4
3. Tujuan .................................................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 6
A. Pengertian zakat dan pajak ................................................................................................. 6
1. Zakat................................................................................................................................. 6
2. Pajak ................................................................................................................................. 6
B. Perbedaan dan Persamaan Zakat dan Pajak ...................................................................... 6
C. Hukum Pajak dalam Perspektif Islam ................................................................................... 7
D. Persepsi Mengenai Kewajiban Pajak dan Zakat ................................................................... 7
E. Hubungan Zakat dan Pajak.................................................................................................... 8
F. Dampak Zakat Hanya Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak ................................ 9
G. Fungsi Zakat dan Pajak ........................................................................................................ 10
Fungsi Zakat dalam Islam ..................................................................................................... 10
Fungsi pajak........................................................................................................................... 11
BAB III .......................................................................................................................................... 13
PENUTUP...................................................................................................................................... 13
A. Simpulan ............................................................................................................................. 13
B. Saran ................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mayoritas muslim di Indonesia pada dasarnya memiliki kewajiban wajib zakat
dan pajak. Namun terkadang sebagian orang berpendapat bahawa zakat gugur
kewajibannya ketika pajak telah terbayar. Padahal zakat merupakan kewajiban setiap
muslim yang memiliki harta jika sudah memenuhi syarat wajib zakat. Selain merupakan
pendapatan utama negara, pajak juga memiliki andil dalam mewujudkan pembangunan
negara. Sebagai warga negara yang baik hendaklah seorang muslim menunaikan
keduanya. Walaupun pada masa Rasulullah zakat dikenakan untuk orang islam dan pajak
dikenakan untuk orang non-islam. Tetapi dalam menentukan hukum terkait kemaslahatn
umum seperti pajak, hal tersebut dapat diambil dari salah satu kaidah fiqh kemaslahatan
umum lebih diperioritaskan daripada kemaslahatn khusus.Kaidah itulah yang menjadi
dasar rujukan pemungutan pajak. 1
Terkait hal ini pro dan kontra harus didudukkan pada proporsi masing-masing
agar mampu membawa kemaslahatan bagi umat isalm secara khusus dan masyarakat
negara pada umumnya.
Pajak yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat melalui
perbaikan dan penambahan pelayanan publik, mengalokasikan pajak tidak hanya untuk
rakyat pembayar pajak, tetapi juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar
pajak. Dan Islam sebagai sistem kehidupan, mengatur hubungan manusia dengan Allah
SWT (Al-Ibadat), dan hubungan manusia dengan makhluk (AlMuamalah) dalam seluruh
aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan Negara. Prinsip ajaran
Islam pada dasarnya memecahkan semua masalah kehidupan yang tidak bertentangan
dengan fitrah manusia.Ajaran Islam merupakan dasar semua perbaikan sosial, yang tidak
hanya terbatas pada secara makro sesuatu perekonomian tidak terlepas dari peran
pemerintah, dimana menurut Maududi
pemerintah tidak menggunakan kekerasan dalam memimpin suatu Negara, kembali pada
subjek masalah pajak dan zakat. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
berdasarkan Undang-Undang sehingga dapat dipaksakan dengantiada mendapat balas jasa
secara langsung, sedangkan zakat ialah nama atau sebutan dari sesuatu hak Allah Ta’ala
yang dikeluarkan seseorang kepada fakir miskin. Dalam makalah ini penulis membahas
Hubungan Pajak dan Zakat menurut Perspektif islam.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari zakat dan pajak?
2. Apa Perbedaan&Persamaan zakat dan pajak?
3. Bagaimana Hukum Pajak dalam Perspektif Islam?
4. Bagaimana Persepsi Mengenai Kewajiban Pajak dan Zakat?
5. Apa hubungan antara zakat dan pajak?
6. Bagaimana Dampak Zakat Hanya Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak?
7. Apa Fungsi Zakat dan Pajak?

4
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari zakat dan pajak
2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan dari zakat dan pajak
3. Untuk mengetahui hukum pajak dalam perspektif islam
4. Untuk mengetahui persepsi mengenai kewajiban pajak dan zakat
5. Untuk mengetahui hubugan antara zakat dan pajak
6. Untuk mengetahui bagaimana dampak zakat hanyaa sebagai pengurang
penghasilan kena pajak
7. Untuk mengetahui fungsi dari zakat dan pajak

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat dan pajak
1. Zakat
Zakat sendiri berasal dari Bahasa Arab yakni zaka yang artinya bersih, suci, subur,
berkembang. Dikutip dari laman Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), zakat artinya
bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah
mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat ditunaikan untuk
diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf).
Zakat menurut ahli fiqih adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah terhadap harta
kaum muslimin yang diperuntukkan bagi mereka yang dalam Al-qur’an disebut kalangan
fakir miskin dan mustahik lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah SWT dan
untuk mendekatkan diri kepadaNya serta untuk membersihkan diri dan hartanya.
Menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki orang Islam untuk
diberikan kepada yang berhak menerima sesuai dengan syariat Islam
2. Pajak
Pajak secara sederhananya yaitu pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Fungsi
pajak adalah membiayai pengeluaran-pengeluaran. Manfaat pajak digunakan untuk
melakukan pembangunan hingga membayar gaji pegawai negeri. Pembayar pajak tidak
mendapatkan imbalan secara langsung, di mana uang yang dikumpulkan dari pajak adalah
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak adalah perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib
pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.3
Adapun pengertian pajak menurut Yusuf Qaradhawi adalah kewajiban yang
ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada Negara sesuai dengan
ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara, dan hasilnya untuk membiayai
pengeluran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagian tujuan
ekonomi, social, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh Negara.4
B. Perbedaan dan Persamaan Zakat dan Pajak
Adapun sisi-sisi perbedaannya adalah:
a. Nama dan indikasi makna; zakat lebih tertuju pada makna penyucian, pertumbuhan
dan barakah. Sedangkan pajak lebih tertuju maknanya pada pemaksaan kewajiban.
b. Substansi dan sasaran. Zakat itu adalah ibadah sebagai bentuk kesyukuran dan
taqarrub pada Allah, sedangkan pajak hanya sekedar kewajiban sipil sebagai seorang
warga Negara.
c. Penentuan nishab atau batas minimal kewajiban dan besaran yang dikeluarkan
d. Sifat tetap dan kekekalan
e. Objek zakat berbeda dengan pajak
f. Hubungan kewajiban, pajak adalah hubungan antara seorang warga Negara dengan
penguasa sedangkan zakat adalah hubungan antara seseorang dengan Tuhannya.
g. Tujuan, zakat memiliki unsur tujuan ruhiyyah dan moral (khuluqiyyah) sedangkan
pajak tidak memiliki hal tersebut.

6
7

h. Asas hukum, pajak memiliki asas hukum berbeda-beda secara teori, sedangkan zakat
jelas, asas hukumnya adalah bersumber dari Allah semata.

Adapun Persamaan Zakat dan Pajak :


a. Unsur paksaan dan kewajiban yang merupakan cara untuk menghasilkan pajak juga
terdapat dalam zakat. Jika seorang muslim terlambat dalam membayar zakat karena
keimanan dan keislamannya belum kuat, disinilah pemerintah Islam akan
memaksanya bahkan memerangi mereka yang enggan membayar zakat.
b. Bila pajak harus disetor kepada lembaga masyarakat (Negara), pusat maupun daerah.
Maka zakatpun demikian karena pada dasarnya zakat itu harus diserahkan kepada
pemerintah sebagai amil zakat.
c. Ketentuan pajak adalah tidak adanya imbalan tertentu. Para wajib pajak menyerahkan
pajaknya selaku anggota masyarakat. Demikian halnya dengan zakat, pezakat tidak
memperoleh imbalan
d. Apabila pajak mempunyai tujuan kemasyarakatan, ekonomi dan politik disamping
tujuan keuangan, maka zakatpun mempunyai tujuan yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat.
C. Hukum Pajak dalam Perspektif Islam
Ada beberapa alasan yang menguatkan kewajiban pajak. Pertama, penjaminan
solidaritas. Karena pajak merupakan sumber pembiayaan bagi kebutuhan sosial maka
jika zakat tidak mencukupi dibolehkan adanya pungutan-pungutan di luar dari zakat
seperti pajak. Kedua, dengan menggunakan kaidah yang berlandaskan AlQur’an dan
sunnah pajak diwajibkan pemungutannya untuk kepentingan umat dan negara jika
sumber penerimaan lain tidak mencukupi.10
Para ulama mendukung kewajiban mengeluarkan pajak dengan menekankan pada
sistem perpajakan yang adil sesuai dengan spirit islam. Sistem perpajakan yang adil
menurut para ulama ada tiga, yaitu :
a. Pajak dikenakan untuk membiayai pengeluaran yang benar-benar diperlukan.
b. Beban pajak tidak boleh terlalu kaku dihadapkan pada kemampuan rakyat untuk
menanggung dan didistribusikan secara merata terhadap semua orang yang mampu
membayar.
c. Dana pajak yang terkumpul dibelanjakan secara jujur bagi tujuan yang karenanya pajak
diwajibkan.

D. Persepsi Mengenai Kewajiban Pajak dan Zakat


Ketaatan kepada pemerintah dalam kewajiban membayar pajak sama halnya dengan
kewajiban mengeluarkan zakat dalam islam. Meskipun pada masa Rasulullah dan
Khulafaurrasyidin tidak ada kewajiban bagi masyarakat membayar rangkap zakat dan
pajak. Oleh sebab itu timbul-lah persepsi mengenai kewajiban pembayaran pajak dan
zakat bagi umat islam.
a. Pandangan tentang hubungan zakat dan pajak. Pajak adalah penarikan oleh negara
terhadap warga negara tetapi penerimaan pajak itu dipakai untuk memenuhi
kepentingan warga negara seluruhnya. Sedangkan zakat merupakan transfer
8

b. pendapatan kekayaan dari orang-orang yang kaya kepada orang miskin yang
membutuhkan serta kemaslahatan lainnya dan pengembangan agama.
c. Pembayaran zakat tidak menerima kontra-prestasi sebagaimana pembayaran pajak.
Permasalahannya adalah, pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar Bin Khattab
zakat memang pendapatan utama negara. Dan pajak memang hanya dikenakan kepada
non-muslim.
d. Masalah lain yang menjadi keberatan umat muslim adalah karena mereka harus
melakukan kewajiban ganda.
E. Hubungan Zakat dan Pajak
Zakat dan pajak merupakan dua istilah yang berbeda dari segi sumber atau dasar
pemungutannya, namun sama dalam hal sifatnya sebagai upaya mengambil atau memungut
kekayaan dari masyarakat untuk kepentingan agama dan sosial. Membahas hubungan antara
zakat dan pajak disebabkan dari beberapa hal diantaranya yaitu zakat dan pajak merupakan
hal yang signifikan di dalam upaya untuk mensejahterakan rakyat.Zakat dan pajak memiliki
kesamaan, memiliki unsur paksaan, keduanya harus disetorkan kepada lembaga masyarakat
(Negara), keduanya tidak menyediakan imbalan tertentu, dan keduanya memiliki tujuan
kemasyarakatan, ekonomi, politik di samping tujuan keuangan.
Zakat dan pajak memiliki perbedaan dalam beberpaa hal, yakni dalam hal nama dan
etika, hakikat dan tujuan, nishab dan ketentuan, kelestarian dan kelangsungan, pengeluaran,
dalam hal hubungan dengan penguasa, dan dalam hal maksud dan tujuannya. Mengenai
hokum pajak dalam Islam, ada dua pandangan yang dapat muncul, seperti pandangan pertama
yakni menyetujui kebolehan dari adanya pajak, sedangkan pandangan kedua yakni yang
memandang bahwa penarikan pajak merupakan suatu tindakan kezhaliman dan hal tersebut
merupakan haram.Pajak ialah suatu hal yang diperbolehkan, pendapat ini diambil dengan
menganggap bahwa pajak ialah sebagai ibadah tambahan setelah adanya zakat. Pajak ini
bahkan bias jadi menjadi wajib karena sebagai bentuk ketaatan kepada waliyyul amri, yang
disebut amri ini dapat disebutkan sebagai pemerintah. Mengenai hubungan antara zakat dan
pajak sebenarnya bukanlah maslaah yang baru dalam Islam.Berdasarkan jejak rekam sejarah,
setidaknya masalah tersebut tela terjadi semenjak pasukan muslimin yang baru saja berhasil
menaklukkan Irak (Ardun Sawad).
Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang sangat penting,
strategis dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat. Menurut Muhammad Abdul Mannan, salah seorang pemikir ekonomi 10 Islam di era
kontemporer, memandang bahwa zakat sebagai poros utama keuangan publik Islam. Zakat
bukan pula pajak, namun justru dipandang sebagai sumber utama pendapatan dan juga “a
religious obligation”.
Muhammad Abdul Mannan menegaskan bahwa zakat memeang tidak memilki efek
merugikan dalam motivasi bekerja.Justru yang terjadi adalah sebaliknya yaitu yang
membangkitkan semangat untuk bekerja. Akan tetapi seriring dengan kemunduran peradaban
Islam disertai hegemoni peradaban barat, hukum syar’i semakin ditinggalkandan digantikan
dengan hokum Wad’I (buatan manusia), implikasinya berbagai penyimpangan tidak
terelakkan bahkan penyalahgunaan fungsi dari pajak tidak dapat dihindarkan, fungsi zakat
sebagai pemasukan Negara dikebiri dan menggantikannya dengan pajak. Lahirnya dokumen
Magna Charta di inggris (1215), Revolusi Prancis (1789) dan Revolusi Amerika (1775-1781)
9

dengan jargonya yang terkenal “No Taxation without representation, Taxation without
representation is tyranny, Taxation without representatiton is robbery” merupakan bukti
konkrit dari adanya penyimpanganpenyimpangan dan ketidakpuasan rakyat terhadap
ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlebihan dan semena-mena oleh para penguasa.
Di masa kini, pajak merupakan sumber pemasukan terbesar bagi Negara,
mengingatsemakin bertambahnya pegawai Negara, dan juga bertambahnya kewajiban serta
tanggung jawab Negara dibidang ekonomi maupun social.Di tengah menguatnya peranan
pajak sebagai pemasukan Negara, secara bersamaan muncul pula kesadaran umat untuk
membayar zakat serta peran zakat sebagai sarana untuk menanggulangi permasalahan
ekonomi maupun social. Dua hal ini memantik beberapa permasalahan penting mengingat
adanya perbedaan antara keduanya (pajak dan zakat) yaitu timbulnya dualism pemungutan
(pajak dan zakat) atas objek yang sama. Dualisme pemungutan ini pada gilirannya tentu akan
menyulitkan pemilik harta atau pemilik penghasilan. Kontraksi dana dengan dualism system
ini potensial menimbulkan efek yang kontraproduktif dalam konteks mensejahterakan rakyat.

F. Dampak Zakat Hanya Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak


Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh pada pasal 9 ayat (1) menyebutkan
tentang zakat yang dapat mengurangi peghasilan kena pajak, tapi bukan pengurang pajak
terutang. Banyak kalangan memahami bahwa zakat dapat dijadikan pengurang pajak
terutang, padahal bukan demikian. Undang-Undang tersebut ditataran realitas memiliki
beberapa dampak sebagai berikut:
1. Zakat disamakan dengan sumbangan social keagamaan, artinya zakat tak ubahnya
semacam biaya sosial (social cost) seperti sumbangan kegiatan sosial,perayaan hari
besar dan sejenisnya.
2. Penerimaan zakat tidak tumbuh secara porposional dengan penerimaan pajak. Belum
ada suatu data empiris yang menunjukkan bukti bahwa dengan dijadikannya zakat
sebagai pengurang pajak netto, maka pembayaran zakat oleh masyarakat semakin
meningkat.
3. Masyarakat tidak termotivasi untuk melaporkan zakat yang sudah dipungut.
Sungguhpun belum ada data berapa jumlah Wajib Pajak dan berapa jumlah
penerimaan zakat dalam rupiah, dari Wajib Pajak muslim yang melaporkan pajak
sebagai pengurang penghasilan netto di Direktorat Jenderal Pajak (DJP), namun dapat
diperkirakan bahwa tidak banyak Wajib Pajak muslim yang melaporkan zakat yang
sudah dipungut oleh BAZ/LAZ melalui Surat Setoran Zakat (SSZ) dalam SPT
Tahunan.
4. Terjadi inefisiensi dan inefektivitas dalam pemungutan zakat dan pajak; ditunjukknya
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai badan yang bertanggungjawab
mengenai pelaksanaan pengelolaan zakat, melalui Keputusan Presiden Nomor 8
Tahun 2001 tetang Badan Amil Zakat Nasional, selayaknya difasilitasi dengan sarana
dan prasarana pendukung sebagaimana halnya Kementerian Keuangan, Direktorat
Jenderal Pajak (DJP). BAZ/LAZ seharusnya bias mendapatkan fasilitas kantor di
gedung Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang lengkap dengan sarana gedung, mobil,
komputer dan jaringannya serta personil terdidik.
G. Fungsi Zakat dan Pajak
Fungsi Zakat dalam Islam
1. Menyempurnakan Agama
Seperti telah disebut sebelumnya, zakat merupakan fondasi dari rukun Islam yang
keempat, setelah syahadat, salat, dan puasa.Jadi, jika menjalankan zakat maka
akan semakin sempurna ibadah kamu dalam menjalankan perintah agama. Tentu
hal ini adalah tujuan dari setiap muslim demi mendapatkan ridho dari Allah SWT.
2. Membersihkan Harta
Fungsinya zakat berikutnya adalah membersihkan harta. Artinya, dalam
kehidupan sehari-hari ada harta yang tidak bisa diketahui halal haramnya secara
jelas. Kejadian seperti itu sangat mungkin terjadi meski kamu tidak
menginginkannya secara sadar.Nah, untuk membersihkan harta dari syubhat atau
ketidakjelasan, zakat bisa jadi salah satu solusi. Nantinya, zakat yang diberikan
kepada orang membutuhkan bisa jadi pembersih harta bagi si pemberi zakat atau
dikenal dengan muzakki.Kesucian pada harta akan menjadikannya berkah bagi
pemiliknya. Tidak harus melimpah, harta yang cukup bisa membuat pemiliknya
tenang.
3. Menumbuhkan Harta
Tidak ada perasaan yang lebih baik dibandingkan memberi kepada mereka yang
membutuhkan. Selain membersihkan harta, menunaikan zakat juga bisa membuat
kita lebih makmur.Fungsi zakat yang menumbuhkan harta ini sudah terbukti
dalam kehidupan nyata. Memberi tidak akan membuat kita kekurangan, malah
terkadang kita bisa mendapatkan kemudahan dalam mencari rezeki.
4. Ampunan Dosa
Manusia tak luput dari dosa. Salah satu fungsi zakat adalah sebagai ampunan dari
dosa. Dalam Al-Qur’an bahkan tertulis jelas bahwa zakat, bersama dengan salat
dan beriman kepada rasul dapat membuat dosa hambaNya diampuni.
Dalam surat Al Maidah ayat 12 tertulis, "Sesungguhnya Aku beserta kamu,
sesungguhnya jika kamu mendirikan salat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air di
dalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu,
sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah: 12).
5. Wujud Keimanan
Fungsi zakat berikutnya adalah sebagai wujud keimanan kita pada Allah SWT
atas nikmat yang diberikan. Tidak bisa dimungkiri bahwa harta atau kekayaan
biasanya diperoleh dengan susah payah. Ketika memberikan harta tersebut
keimanan kita diuji bahwa nikmat hanya bersumber dariNya.
Hal ini tentu bakal mempertajam rasa kemanusiaan kita dan menjauhkan kita dari
sifat materialistis di dunia yang fana ini.Jika ikhlas memberikan zakat secara tidak
langsung kita meyakini hal tersebut dan tidak khawatir akan kekurangan. Seperti
sudah disebut di atas, memberi tidak akan membuat kita kekurangan dan malah
mungkin membuka pintu rezeki lain di masa yang akan datang.

10
11

6. Penyucian Hati
Tak jauh berbeda dari poin di atas, fungsi zakat juga bisa jadi sarana untuk
penyucian hati. Hati yang suci artinya bebas dari penyakit hati seperti kikir dan
bakhil.Dengan menyadari bahwa ada banyak orang lain di luar sana yang
membutuhkan uluran bantuan kita kelak akan membuat kita jauh dari sifat tamak.
Jadi, zakat mampu membuat kita menjadi pribadi yang punya solidaritas tinggi
serta dermawan.
7. Sumber Pembangunan Prasarana Umat Islam.
Tak hanya menyasar pada personal, dalam jangkauan yang lebih besar fungsi
zakat juga berguna sebagai sumber dana bagi pembangunan prasarana umat
Islam.Prasarana tersebut, antara lain pendirian rumah ibadah, fasilitas pendidikan,
kesehatan, sosial, dan ekonomi. Dengan zakat dari umat, para pemangku
kepentingan bisa membangun prasarana tersebut yang kelak bisa menjadi amal
jariyah untuk kita.
8. Mengurangi Kesenjangan Sosial
Salah satu fungsi zakat yang tak kalah penting adalah mengurangi kesenjangan
sosial di tengah kehidupan sosial masyarakat.Zakat bisa jadi sarana yang baik
untuk menghubungkan antara orang-orang yang mampu dan orang-orang yang
berhak mendapatkan zakat atau mustahik, seperti fakir miskin, amil, muallaf, dan
sebagainya.Walau tidak secara menyeluruh, namun zakat bisa mengatasi masalah
ekonomi, seperti, kemiskinan dan kesenjangan sosial yang terjadi di tengah
masyarakat.
9. Mempererat Tali Persaudaraan
fungsi zakat akan terasa nyata jika disalurkan dengan benar. Zakat yang tepat
sasaran bisa mempererat tali persaudaran kita sesama umat muslim.Berat sama
dipikul ringan sama dijinjing, begitu kira-kira peribahasa yang tepat untuk
menggambarkan ini. Orang yang mampu bisa menolong orang yang
membutuhkan.Ingatlah bahwa roda tidak selamanya di atas.
10. Mendatangkan Keberkahan
Terakhir, makna zakat adalah Al-Barakatu, yang artinya berkah. Zakat tak hanya
memberikan berkah bagi penerimanya, melainkan juga pemberinya.Membayarkan
zakat atas harta yang kita miliki untuk mereka yang membutuhkan mudah-
mudahan akan membuat kita selalu dilimpahkan keberkahan oleh Allah SWT.
Keberkahan harta ini tentunya akan membuat kita lebih tenang dalam menjalani
hidup.

Fungsi pajak
1. Sumber pendapatan negara terbesar di Indonesia adalah pajak. Terdapat dua fungsi
pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keungan negara) dan fungsi regularend
(pengatur).
2. Fungsi Budgetair (Sumber Keungan Negara). Pajak mempunyai fungsi budgetair,
artinya pajak erupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiyai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keungan negara,
12

pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.


Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstentifikasi maupun intensifikasi pemungutan
pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai berbagai jenis pajak seperti Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
3. Fungsi Regularend (pengatur). Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Zakat merupakan salah satu instrument fiskal dalam perekonomian yang telah
dipergunakan oleh pemerintahan Islam semenjak Rasulullah saw, dan
berdasarkan perjalanan sejarah zakat telah memainkan peran cukup penting
dalam mekanisme distribusi pendapatan dalam perekonomian. Pengelolaan
zakat yang tepat, professional dan akuntabel akan memberikan pengaruh
cukup signifikan dalam perekonomian.
Diskursus tentang pajak, terutama di negara-negara Islam telah menjadi
sesuatu yang seringkali diperdebatkan. Hal ini disebabkan karena sejarah
perkembangan hukum. Islam pada masa Rasulullah dan para khalifah tidak
pernah membebankan pajak kepada umat Islam. Umat Islam hanya diwajibkan
membayar zakat jika telah sampai kepada nishabnya. Sementara kewajiban
terhadap pajak dibebankan kepada masyarakat non-muslim yang bermukim di
wilayah Islam atau wilayah kekuasaan Islam. Namun demikian, dalam
perkembangan konsep negara modern sekarang ini, baik itu negara
Islam maupun bukan negara Islam, telah mewajibkan pungutan pajak bagi tiap
warganya.

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat. Dalam kepenulisan makalah ini masih
kurang dalam kelengkapan sumber referensi dan kedalaman materi, maka kedepannya
diharapkan dapat melengkapi dalam hal kelengkapan sumber referensi dan sumber
materi.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
harap bagi pembaca memberikan kritik dan saran mengenai makalah yang telah kami
buat yang mungkin banyak terjadi kesalahan

13
DAFTAR PUSTAKA
3 ‘Pengertian Pajak: Fungsi, Karakteristik, Dan Jenis-Jenisnya’, Kompas.Com

<https://money.kompas.com/read/2021/06/17/151506626/pengertian-pajak-fungsi-
karakteristik-dan-jenisjenisnya?page=all>.

4 Ridwansyah, ‘Aplikasi Pajak Dan Zakat Indonesia (Tinjauan Islam Terhadap PP Nomor. 25
Tahun 2009)’, Jurnal Asas, 5.1 (2014), 106

10 Gazali, ‘Pajak Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Positif’, Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah, VII.1 (2015), 84–102.

[1] Musfiroh, “Zakat dan Pajak dalam Hukum Islam,” J. Ekon. Syariah, no. 23, hal. 1–18,
2019, doi: 10.31219/OSF.IO/B9A2H.

14

Anda mungkin juga menyukai