Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI PENDIDIKAN

HAKIKAT MANUSIA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pendidikan
Dosen pengampu: Muhammad Kamil Budiarto,M.Pd

Disusun oleh :
Awaliyatul Isro 14121326
Heri Hermawan 14121132
Suciningsasi 14121245

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU BAHASA
INVADA CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya,
sehingga dengan keridhaan-Nya dan kerja keras penyususn, makalah tentang “ Haakikat
Manusia” ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan adanya makalah ini, penyususn
mengharapkan kita dapat ikut adil dalam pengaplikasian ilmu yang didapat dari bangku
perkuliahan.
Penyusun tetap menerima apabila ada kritik dari para pembaca guna penyempurnaan
makalah ini. Penyusun sadar bahwa penyusun hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Semoga makalah ini dapat digunakan dan memberi manfaat bagi kita semua demi menambah
pengetahuan kita.

Cirebon, 20 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. …… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDHULUAN
A. Latar belakang …………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan masalah ………………………………………………………………..………1
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia…………………………………………………………………………. 2
B. Terori-teori Hakikat Manusia………………………………………………………...….. 2
1. Pandangan Psikoanalatik………………………………………………………..…… 3
2. Pandangan Humanistik………………………………………………………………. 6
3. Pandangan Behavioristik…………………………………………………….………. 7
4. Pandangan Martin Buber……………………………………………….……………. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...… 10
B. Saran …………………………………………………………………….………...…… 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….………. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sepanjang sejarah peradaban, kajian tentang manusia menduduki rangking
tertinggi dan sekian kajian yang ada. Selain objeknya yang unik, kajian itudapat
menghasilkan berbagai persepsi dan konsepsi yang berbeda. Sebab keberadaan manusia
di dunia bukan sekedar ada dan berada, tetapi lebih penting lagi ia dapat mengada. Ia
berperan sebagai objek dan sebagai sejarah, bahkan mampu mengubahnya, kehidupan
dinamis dan secara kualitatif berevolusi untuk mencapai kesempurnaan, karena itulah
maka kajian tentang manusia tanpa mengenal perbedaan zaman.
Maksud citra manusia di sini adalah gambaran tentang diri manusia yang
berhubungan dengan kualitas asli manusiawi, kualitas tersebut merupakan
Sunatullah yang dibawa sejak lahir. Kondisi citra manusia secara potensial tidak
dapat berubah, sebab jika berubah, maka eksistensi manusia akan menjadi hilang. Namun
secara aktual, citra itu dapat berubah sesuai dengan kehendak dan pilihan manusia itu
sendiri.
Pemahaman citra manusia sangat beragam, hal itu tergantung pada latar belakang
dimana citra itu dirumuskan, misalnya latar belakang agama, ideologi bangsa, cara
pandang dan pendekatan studi. Pada rentang perkembangan sejarah, psikologi barat
kontemporer selain memiliki keunggulan konsep dan teorinya, serta terdapat sejumlah
kritik dan catatan.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan
perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya
dengan unsur-unsur ilmu pengetahuan, tingkah laku dan manusia.
2. Rumusan Masalah
1.Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Psikoanalisis?
2.Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Behaviorisme?
3.Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Humanisme?
4.Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan Martin Buber?
3. Tujuan Penulisan
1.Untuk mendeskripsikan hakikat manusia menurut pandangan Psikoanalisis.
2.Untuk mendeskripsikan hakikat manusia menurut pandangan Behaviorisme.
3.Untuk mendeskripsikan hakikat manusia menurut pandangan Humanisme.
4.Untuk mendeskripsikan hakikat manusia Martin Buber.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Manusia merupakan tujuan atau objek sasaran pendidikan. sehingga calon
pendidik atau calon guru harus memahami tentang hakikat manusia dan
pengembangannya. Pada dasarnya manusia berbeda dengan hewan. Manusia dibekali
akal pikiran sedangkan hewan tidak itulah yang membedakan. Ciri-ciri manusia lainnya
yang membedakan dengan hewan adalah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh hewan.
Dengan pemahaman tetang hakikat manusia dan pengembangannya diharapkan calon
pendidik dapat menjalan tugas dan kewajibannya yaitu mendidik manusia dengan benar.
Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan.
Dari berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai kelebihan.
Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain
memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang
memiliki beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah,
harapan, menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting
dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain
memiliki insting manusia juga mampu berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan
menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya.
Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious.
Hakikat manusia adalah sebagai gagasan atau konsep yang mendasari manusia
dan eksistensinya di dunia. Eksistensinya berhubungan dengan masa lalunya untuk
menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Manusia berada dalam
perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri namun, manusia disini belum
tuntas mewujudkan dirinya sebagai manusia. Pendidikan pada dasarnya adalah upaya
untuk memanusiakan manusianya. Manusia sudah dibekali berbagai potensi untuk
mampu menjadi manusia. Kemampuannya itu hanya dapat dilakukan setelah
kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaanya dan tidak di bawa sejak
kelahirannya. Pendidikan sebagai proses untuk mengubah sikap dan perilaku manusia.
Manusia memiliki kesadaran dan penyadaran diri yang mampu membedakan dirinya
dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya. Manusia juga tidak hanya mampu
berpikir mengenai diri dan alam akan tetapi juga sadar dengan pemikirannya. Manusia
memiliki Hasrat untuk mengetahui. Pendidikan juga berfungsi untuk menyadarkan
manusia agar manusia mampu mengenal, melihat dan memahami realitas kehidupan yang
ada di sekelilingnya. Manusia perlu mendidik diri karena manusia sebagai mahkluk yang
disebut Animal Educable. Manusia yang bereksistensi harus dapat menjadikan diri itu
hakikatnya adalah manusia itu sendiri. Jadi, sebaik dan sekuat upaya pihak lain atau
pendidik kepada peserta didik untuk membantunya menjadi manusia, akan tetapi apabila
peserta didiknya tidak ingin mendidik dirinya sendiri maka upaya bantuan tersebut tidak
akan memberikan kontribusi bagi kemungkinan manusia tadi untuk menjadi manusia.
B. Teori-teori Hakikat Manusia

2
1. Menurut Plato

Hakikat manusia merupakan makhluk yang memiliki 3 unsur yaitu roh, nafsu dan
rasio, dimana roh merupakan simbol kebaikan, nafsu sebagai simbol keburukan dan
penggunaan kedua unsur tersebut kemudian dikontrol dan dikendalikan oleh
rasio/akal.

2. Menurut M.J. Langeveld :1955

Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki sifat sosial, individualitas, dan
moralitas, yang mana sifat tersebut menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia
yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap orang dan kelompoknya.
Dengan keberadaan sifat itu pula maka setiap manusia akan saling membutuhkan,
saling membantu, dan saling melengkapi dan juga selalu berinteraksi dengan manusia
lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya

3. Menurut Tafsir : 2010

Hakikat manusia merupakan sosok makhluk sosial yang ditandai dengan


keberadaan kontrak sosial di dalamnya. Dimana manusia itu sendiri tidak dapat
menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri,sehingga harus saling menghargai
antar sesama dan saling menjaga hak-hak satu sama lain.

Berikut pandangan-pandangan hakikat manusia:

1. Pandangan Psikoanalitik
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan
para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja,
sehingga “ psikoanalisis” dan “ psikoanalisis Freud” sama artinya. Bila beberapa
pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan
sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu
nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl
Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama “ psikologi analitis” (bahasa
Inggris: analitycal psychology) dan “ psikologi individual” (bahasa Inggris:
individual psychology) bagi ajaran masing-masing. Psikoanalisis memiliki tiga
penerapan:

1. Suatu metode penelitian dari pikiran.

2. Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.

3
3. Suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.

Psikoanalisa ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis


merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa
definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode
penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Psikoanalisa menurut definisi modern yaitu:
1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika,
faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya
pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa.
2) Psikoanalisa adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran
(bawah sadar)
3) Psikoanalisa adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Tokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia
pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat
instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis
yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
Menurut Freud tujuan pokok dilakukannya analisis terhadap aspek-aspek kejiwaan
manusia bukan untuk mendapatkan teknik penyembuhan gangguan jiwa tetapi untuk
memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan kejiwaan pada umumnya.
Itulah sebabnya pembahasan tentang kepribadian menjadi dominan dalam psikoanalisis.
Secara garis besar psikoanalisis membahas kepribadian dari 3 aspek yaitu:
1) Struktur Kepribadian
Struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego
dan super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting
kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan individu. Dua insting yang
paling penting adalah insting seksual dan insting agresi yang menggerakkan
manusia untuk hidup dengan prinsip pemuasan diri. fungsi ide adalah mendorong
manusia untuk memuaskan kebutuhannya setiap saat sepanjang hayat tetapi
fungsi ide untuk menggerakkan tersebut ternyata tidak dapat leluasa menjalankan
fungsinya karena menghadapi lingkungan yang tidak dapat diterobos begitu saja.
Banyak pertimbangan yang harus diperhatikan yang tidak dapat dilanggar begitu
saja.
Sedangkan fungsi ego adalah menjembatani tuntutan ide dengan realitas
dunia luar. Dia mengatur dan mengarahkan pemenuhan ide dalam memuaskan
instingnya selalu mempertimbangkan lingkungannya. Dengan demikian ego lebih
berfungsi kepribadian, sehingga perwujudan fungsi ide itu menjadi tidak tanpa
arah.
4
Dalam perkembangan lebih lanjut, tingkah laku seseorang tidak hanya
ditentukan oleh fungsi ide dan ego saja, melainkan juga fungsi yang ketiga yakni
super ego,
Super ego tumbuh berkat interaksi antaraindividu dan lingkungannya yang
terdiri dari aturan, nilai, moral, adat istiadat, tradisi, dsb. Dalam hal ini fungsi
super ego adalah mengawasi agar tingkah laku seseorang sesuai dengan aturan,
nilai, moral, adat istiadat, yang telah meresap pada diri seseorang. Dengan
demikian super ego memiliki fungsi control dari dalam diri individu.
Demikianlah bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interaksi antara
ide, ego dan super ego menduduki peranan perantara antara ide dengan
lingkungan dan antara ego dengan super ego. Sedangkan peranan ego dalam
menjembatani ide dengan super ego dapat dilihat dalam kaitannya dengan
kecenderungan seseorang untuk berada pada dua ekstrem.
2) Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian, menurut Freud, adalah bagaimana energi psikis
didistribusikan dan dipergunakan oleh das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Freud
menyatakan bahwa energi yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama
yaitu makanan yang dikonsumsi. Bahwa energi manusia dibedakan hanya dari
penggunaannya, energi untuk aktivitas fisik disebut energi fisik, dan energi yang
dunakan untuk aktivitas psikis disebut energi psikis. Freud menyatakan bahwa
pada mulanya yang memiliki energi hanyalah das Es saja. Melalui mekanisme
yang oleh Freud disebut identifikasi, energi tersebut diberikan oleh das Es kepada
das Ich dan das Ueber Ich.
3) Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian individu menurut freud, di pengaruhi oleh
kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Kematangan adalah
pengaru asli dari dalam diri manusia. Menurut Freud kepribadian individu telah
terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar
hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya freud menyatakan
bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan
dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif
terhdap rangsangan Fase oral (oral stage): 0 sampai dengan 18 bulan:
1) Fase anal (anal stage): kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini
bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
2) Fase falis (phallic stage): kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang
sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
3) Fase laten (latency stage): kira-kira usia 6 sampai pubertas. Pada fase ini
dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.

5
4) Fase genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan
selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ
reproduksi.
2. Pandangan Humanistik
Pusat perhatian teori Humanistik adalah pada makna kehidupan, dan masalah ini
dalam Psikologi Humanistik disebut sebagai Homo Ludens, yaitu manusia yang
mengerti makna kehidupan.
Menurut teori psikologi humanistik ini, setiap manusia hidup dalam dunia
pengalaman yang bersifat pribadi (unik) dan kehidupannya berpusat pada dirinya.
Perilaku manusia bukan dikendalikan oleh keinginan bawah sadarnya (seperti teori
psikoanalisa). Bukan pula tunduk pada lingkungannya (seperti teori behaviorisme),
tetapi berpusat pada konsep diri, yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap
dirinya, yang bisa berubah-ubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan
orang lain. Seorang penjahat yang merasa hebat karena berani nekat dalam perbuatan
jahatnya misalya. Karena pengalamannya dengan jagoan lain yang lebih hebat tetapi
baik perilakunya, dapat saja ia menemukan makna kehidupan, dan kemudian
memiliki kosep diri bahwa ia pasti dapat mengubah dirinya menjadi orang baik.
Adapun prinsip utama dalam aliran ini adalah :
1) Memahami manusia sebagai suatu totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju
dengan usaha untuk mereduksi manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit
dan kaku (behaviorisme) ataupun ke dalam proses fisiologis yang mekanistis.
Manusia harus berkembang lebih jauh daripada sekedar memenuhi kebutuhan
fisik, manusia harus mampu mengembangkan hal-hal non fisik, misalnya nilai
ataupun sikap.
2) Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari
sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
3) Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses
pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup. Tujuan hidup
manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi potensinya dan mencapai
aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi menjadi penting. Intensi yang
menentukan eksistensi manusia.
4) Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai
individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan
khas manusia yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya,
manusia mengekspresikan diri dan potensinya.
Menurut teori ini, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan kualitas dirinya. Manusia juga ingin selalu mengaktualisasikan dirinya
dalam kehidupan yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang
dihadapinya sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya, dan dunia dimana ia
6
hidup.kencenderungan batiniah manusia selalu menuju kesehatan dan keutuhan diri.
Jadi, dalam keadaan normal, manusia jalan (pekerjaan, karier atau jalan hidup)
yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya.
Contohnya, teori humanistic dalam pembelajaran cenderung mengarahkan siswa
untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
3. Pandangan Behaviorisme
Terapi perilaku [behavior therapy] dan pengubahan perilaku [behavior
modification] atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari
beberapa “ revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi.
Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak dipergunakan dalam rangka
melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya,
bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di
Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu
aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor
penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada abad ke-17, dunia
pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “ empiricism”
[physical science] dan kubu “ naturalism” [biological science].
Jika psikoanalisa memfokuskan manusia hanya pada totalitas kepribadian (yang
hanya tingkah laku yang tidak nampak) tetapi teori ini memfokuskan perhatiannya
lebih menekan pada perilaku yang nampak, yakni perilaku yang dapat diukur,
diramalkan dan di gambarkan.
Manusia, oleh Teori behaviorisme disebut sebagai Homo Mechanicus, artinya
manusia mesin. Mesin adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif di
belakangnya, mesin berjalan tidak karena adanya dorongan alam bawah sadar tertentu,
ia berjalan semata-mata karena lingkungan sistemnya. Jika mobil kehabisan bensin
pasti tidak hidup, jika businya kotor juga mesin mati, jika unsur-unsur lingkungannya
lengkap pasti berjalan lancar. Tingkah laku mesin dapat diukur, diramalkan dan
digambarkan. Manusia, menurut teori behaviorisme juga demikian. Selain insting,
seluruh tingkah lakunya merupakan hasil belajar. Belajar ialah perubahan perilaku
organisme sebagai pengaruh lingkungan. Orang batak yang di pinggir pantai laut
bicaranya selalu keras. Karena lingkungan menuntut keras, yakni bersaing dengan
suara ombak, sedangkan orang jawa yang hidupnya di perkampungan yang lenggang,
bicaranya seperti berbisik-bisik, karena lingkungan tidak menuntut suara keras,
berbisk-bisik pun terdengar.
Behaviorisme tidak memersoalkan apakah manusia itu baik atau buruk, rasional
atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku manusia
dikendalikan oleh lingkungan. Manusia dalam pandangan teori behaviorisme
makhluk yang sangat elastis, yang perilakunya sangat dipengaruhi oleh
pengalamannya. Manusia munurut teori ini dapat dibentuk dengan menciptakan
lingkungan yang relevan. Seorang anak misalnya dapat dibentuk perilakunya menjadi
7
seorang penakut jika secara sistematis ia ditakut-takuti. Demikian juga manusia dapat
dibentuk menjadi pemberani, disiplin, cerdas, dungu dan sebagainya dengan
menciptakan lingkungan yang relevan.
Dustin & George (1977), yang dikutip oleh George & Cristiani (1981),
mengemukakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni :
a. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu
yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam
keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu
pada semua jenis perilaku.
b. Manusia mampu mengonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
c. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
d. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan
perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
Dalam teori ini manusia dipandang sangat rapuh tak berdaya menghadapi
lingkungan ia dibentuk begitu saja oleh lingkungan tanpa mampu melakukan
perlawanan. Aristoteles, yang dianggap sebagai cikal bakal teori behaviorisme
memperkenalkan teori tabularasa. Yakni bahwa manusia itu tak ubahnya meja
lilin yang siap dilukis dengan tulisan apa saja. Jika kita berpegang pada teori ini
maka kita dapat mengatakan bahwa mahasiswa dapat dibentuk menjadi apa saja
(penurut, pemberontak, dan sebagainya) oleh dosenya atau Universitasnya, dan
untuk itu kurikulum serta alat-alat stimulasi bisa dirancang.
4. Pandangan Martin Buber
Martin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan
bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa
manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun,
diharapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini
bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-
mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat
diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.
Martin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan
bahwa manusia berdosa dan dalam genggaman dosa. Buber berpendapat bahwa
manusia tidak dapat dikatakan bahwa pada dasarnya ini atau itu. Manusia merupakan
suatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, dihadapkan pada kesemestaan
atau potensi manusia itu terbatas. Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang
mendasar (esensial), tetapi keterbatasan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang
akan dilakukan oleh manusia atau perkembanagn manusia itu tidak dapat diramalkan
dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan (surprise) dunia. Tetapi perlu
diingat, ketakterdugaan ini merupakan ketakterdugaan yang terkekang dan kekangan
ini amat kuat. Manusia itu tidak pada dasarnya baik, atau jahat, tetapi manusia itu
8
dengan amat kuat mengandung kedua kemungkinan ini. Justru inilah keterbatasan
manusia, yaitu adanya kemungkinan untuk menjadi jahat. Perlu juga diingat bahwa
ketetbatasan ini sifatnya hanya faktual belaka, tidak mendasar. Kejahatan yang ada
pada diri manusia (dilambangkan dengan perbuatan Adam memakan buah larangan di
surga) bukanlah keingkaran pada Tuhan, melainkan semata-mata untuk mewujudkan
kemanusiaan manusia oleh manusia itu sendiri. Manusia adalah mahluk yang cerdik
yang tidak merasa puas dalam keadaan yang aman, tentram, bahagia dan tergoda
untuk melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Namun anehnya, setelah aturan
“ dilanggar” terkuaklah sejarah kemanusiaan yang sejati melalui berbagai ketidak
pastian, perjuangan dan kegagalan. Sejarah kemanusiaan ini sejalan dengan aturan
Tuhan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat manusia adalah sebagai gagasan atau konsep yang mendasari manusia dan
eksistensinya di dunia. Eksistensinya berhubungan dengan masa lalunya untuk
9
menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Manusia berada dalam
perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri namun, manusia disini belum
tuntas mewujudkan dirinya sebagai manusia. Ada beberapa pandangan tentang teori
hakikat manusia yaitu; pandangan Pandangan Psikoanalatik, Pandangan Humanistik,
Pandangan Behavioristik dan Pandangan Martin Buber.
B. Saran
Demikian tugas makalah pendekatan belajar dan pembelajaran yang telah kami
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Pendidikan. Harapan kami semoga
dengan adanya makalah yang telah kami susun ini dapat mengambil pelajaran yang
berharga.
Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dari pembaca, temen-temen, para
dosen, khususnya pada dosen mata kuliah Teori Pendidikan. Apabila dalam penyusunan
makalah kelompok ini terdapat kesalahan, kami selaku penyusun mohon maaf dan
mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

10
Sitorus, Martha. 2011. ” Teori Psikoanalisa Menurut Freud Erikson” . Tersedia:
http://marthasitorus.blogspot.com/2011/02/teori-psikoanalisa-freud-erikson-yang.html. Diakses
pada: 16 Juli 2015
Anonim. 2010. ” Manusia Menurut Teori Behaviorisme” . Tersedia: http://mubarok-
institute.blogspot.com/2010/10/manusia-menurut-teori-behaviorisme.html. Diakses pada: 16 Juli
2015
Anonim. 2010. ” Manusia Menurut Teori Psikologi” . Tersedia: http://mubarok-
institute.blogspot.com/2010/10/manusia-menurut-teori-psikologi_18.html. Diakses pada: 16 Juli
2015
Anonim. 2012. ” Pendekatan Psikoanalisis Oleh Sigmund Freud” . Tersedia:
http://ilhamkons.wordpress.com/2012/03/07/pendekatan-psikoanalisis-oleh-sigmund-freud/.
Diakses pada: 16 Juli 2015
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/14/hakikat-manusia-dan-perkembangannya/
http://qym7882.blogspot.com/2009/04/hakikat-manusia-dan-pengembangannya.html?m=1
https://definisimenurutparaahli.blogspot.com/2017/05/4-definisi-hakikat-manusia-menurut-
para.html?m=1#:~:text=Menurut%20M.J.%20Langeveld%20%3A1955,tujuan%20setiap%20ora
ng%20dan%20kelompoknya.

11

Anda mungkin juga menyukai