Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM


Untuk memenuhi tugas matakuliah pedagogik

Dosen pengampu Ibu Riyanti, M.Pd

Disusun oleh :
Suciningsasi 14121245
Shovi 14121244
Nur Wahyuni 14121248
Muhammad Fadilah Azhari 14121645

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU BAHASA
INVADA CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia Sebagai
Animal Educandum”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pedagogik.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, dengan senang hati penyusun akan menerima kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna.

Cirebon, 24 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Pendidikan Hanya Untuk Manusia ....................................................................... 2
1. Mengapa Manusia Harus Di Didik .................................................................. 2
2. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat Dididik .............................................. 3
B. Anak Mnausia Dalam Kondisi Perlu Bantuan ........................................................ 5
1. Manusia Tidak Berdaya .................................................................................... 5
2. Dunia Manusia Sebagai Dunia Terbuka .......................................................... 5
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia dan Aliran Pendidikan ...... 6
1. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia ..................................... 6
2. Aliran Pendidikan ............................................................................................. 7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ...................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan pembelajaran agar secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta kecerdasan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat. Pendidikan
juga adalah satu usaha mengatur pengetahuan untuk menambahkan lagi pengetahuan
yang semula tidak tahu menjadi tahu. Dalam proses tidak tahu menjadi tahu ini manusia
mengalami sebuah rangkaian proses pembelajaran.
Manusia sejak lahir telah dibekali dengan potensi. Potensi adalah kemampuan,
kesanggupan, daya yang menjadi modal bagi manusia tersebut agar kelak siap mandiri
dalam menjalani kehidupan di lingkungan dimana dia berada. Anak manusia dalam hal
ini adalah manusia yang belum dewasa sehingga potensi yang ada dalam diri anak ibarat
bahan baku yang belum siap pakai. Untuk menjadi barang siap pakai, maka dalam proses
menjadi potensi tersebut membutuhkan sebuah penanganan dan bantuan oleh orang
dewasa.
Anak manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang dapat dididik (animal
educabile), makhluk yang harus dididik (animal educandum) dan makhluk yang dapat
mendidik (homo educandum).
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa manusia hanya untuk manusia?
2. Mengapa manusia perlu dididik?
3. Mengapa anak manusia dalam kondisi perlu bantuan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manusia hanya untuk manusia.
2. Untuk mengetahui manusia perlu dididik.
3. Untuk mengetahui anak manusia dalam kondisi perlu bantuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Hanya Untuk Manusia
Manusia sebagai animal educandum, secara bahasa berarti bahwa manusia
merupakan hewan yang dapat dididik dan harus mendapatkan pendidikan. Dari
pengertian tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
manusia dengan hewan, ialah bahwa manusia dapat dididik dan mendapatkan pendidikan.
Manusia tidak dapat disamakan dengan hewan. Manusia dilahirkan sebagai mahluk yang
tidak berdaya, yang tidak memiliki insting untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Namun, manusia dapat dididik dalam suatu proses belajar yang
membutuhkan waktu lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, atau
yang dikenal dengan pendidikan.
Hal inilah yang membedakan antara manusia dengan hewan, pada umumnya
hewan menjadi semakin penting, bahkan pendidikan merupakan kunci utama kemajuan
hidup umat manusia dalam segala aspek.
Pandangan Pendidikan Tentang Manusia sebagai Animal Educandum ialah
pandangan Pendidikan tentang Hakekat manusia sebagai makhluk yang secara biologis
fisik atau jasmaniah tidak jauh beda dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya
dengan hewan dengan melakukan usaha yang bersifat pendidikan. Berdasarkan
pandangan tersebut, manusia akan berasumsi pada ketentuan ketentuan berikut yaitu
Keharusan Pendidikan : Mengapa Manusia Harus Di Didik / Mendidik ?
Manusia adalah subjek pendidikan dan sekaligus pula sebagai objek pendidikan,
subagai subjek pendidikan manusia (khususnya manusi dewasa) bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pendidikan secara moral berkewajiban atas perkembangan
pribadi anak anak mereka, generasi penerus, manusia dewasa yang berfungsi sebagai
pendidik bertanggung jawab untk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan
dan nilai nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan berlangsung. Sebagai objek
pendidikan, manusia (khususnya anak) merupakan sasaran pembinaan dalam
melaksanakan pendidikan, yang pada hakekatnya ia memilki pribadi yang sama seperti
manusia dewasa, namun Karena kodratnya belum berkembang (Sadullah, 2001: 80).
1. Mengapa Manusia Harus Di Didik
Proses pendidikan merupakan interaksi pluralistis antara manusia dengan manusia,
dengan lingkungan alamiah, social dan cultural akan sangat ditentukan oleh aspek
manusianya. Kedudukan manusi sebagai subjek dalam masyarakat dan di alam semesta
ini memiliki tanggung jawab besar dalam mengemban amanat untuk membina dan
mengembangkan manusia sesamanya. Memelihara lingkungan hidup bersama lebih jauh
manuis bertanggung jawab atas martabat kemanusiaanya. Ada beberapa alasan yang
menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan, yaitu :
a. Manusia dilahirkan dalam kedaan tidak berdaya, manusia begitu lahir ke dunia perlu
mendapatkan uluran orang lain untuk dapat melangsungkan hidup dan kehidupanya.
b. Manusia lahir tidak langsung dewasa, untuk sampai pada kedewasaan yang
merupakan tujuan pendidikan dalam arti khusus memerlukan waktu lama. Pada
manusia primitif mungkin proses pencapaian kedewasaaan tersebut akan lebih pendek
dibandingkan dengan manusia modern dewasa ini, pada manuisia primitif cukup
dengan mencapai kedewasaan secara konvensional, dimana apabila seseorang sudah
memiliki ketrampilan untuk hidup khususnya untuk hidup berkeluarga, seperti dapat

2
berburu, dapat bercocok tanam, mengenal norma norma, atau norma norma hidup
bermasyarakat, sudah dapat dikatakan dewasa, dilihat dari segi usia misalnya, usia 12-
15 tahun pada masyarakat primitif sudah melangsungkan hidup berkeluarga, pada
masyarakat modern tuntutan kedewasaan lebih komplek, sesuai dengan makin
kompleknya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga makin kompleknya system
nilai.
c. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk social, ia tidak akan berprilaku manusia
seandainya tidak hidup bersama dengan manusia lainnya. Lain halnya dengan hewan,
dimanapun hewan dibesarkan akan tetap memiliki perilaku hewan, seekor kucing
yang dibesarkan dalam lingkungan anjing akan tetap berprilaku kucing, tidak akan
berperilaku anjing. Karena setiap jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting
tertentu yang pasti dan seragam, yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan
yang lainnya.
d. Dari asumsi-asumsi tersebut diatas , maka dapat diketahui bahwa manusia merupakan
makhluk yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan akan dapat membantu manusia
untuk merealisasikan dirinya, memanusiakan manusia. Pendidikan akan berusaha
membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia alam,
mengembangkan fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang,
mengarahkan kecenderungan dan membimbingnya demi kebaikan dirinya dan
masyarakat. Pada akhirnya dengan pertolongan dan bimbingan tadi, manusia akan
menjadi manusia yang sebenarnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Dididik
Memperhatikan situasi manusia seperti itu, muncul pertanyaan pada kita tentang
apa sebenarnya manusia itu. Langeveld ( Sadulloh, 2010) merumuskan manusia sebagai
“animal educandum”, manusia yang perlu dididik, agar ia dapat melaksanakan
kehidupannya sebagai manusia, agar ia dapat melaksanakan tugas hidupnya secara
mandiri. Secara implisit, rumusan ini mencakup pula pandangan bahwa manusia itu
adalah “hewan” yang dididik.
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan, kegiatan yang khas, kegiatan yang
istimewa. Keistimewaannya terletak diantaranya dalam hal, bahwa yang menjadi obyek
kegiatannya adalah tidak begitu saja “menerima” apa yang dididikkan kepadanya; suatu
kegiatan yang keberhasilannya tercapai tidak semata-mata karena kegiatan itu sendiri,
melainkan dengan kerjasama antara pendidik dengan obyek yang dididik. Mungkin
timbul pertanyaan bagaimana pendidikan dapat berlangsung, bagaimana anak dapat
dididik,dan bagaiamana arah pendidikan itu sendiri.
Dalam menentukan batas batas pendidikan manusia akan mengalami persoalan,
mereka akan menemui beberapa pertanyaan tentang kapan pendidikan dimulai dan bila
mana pendidikan akan berakhir. Pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa inggris
yang menyataka “Long live education” yang artinya “pendidikan seumur hidup”
Dari pernyataan pernyatan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai
segera setelah anak lahir dan akan berlangsung terus sampai manusia meninggal dunia,
sepanjang ia mampu menerima pengaruh pengaruh, oleh karena itu pendidikan akan
berlangsung seumur hidup.

3
Namun dalam mengalami proses pendidikan menusia akan mendapatkan pendidikan
dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu
tertentu (Daradjat, 2000:48 ).

a. Kapan pendidikan itu dimulai ?


Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan
nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan
pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalam bentuk
pemeliharaan adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni diperlukan adanya
kesadaran mental dari si terdidik. Dari segi psikologis usia 3 – 4 tahun dikenal sebagai
masa berkembang, atau masa krisis, dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka
peluang ketidakpatuhan yang sekaligus merupkan landasan untuk menegakkan kepatuhan
yang sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya
sentuhan sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam
perilakunya ke arah tujuan pendidikan.

b. Bilamana pendidikan itu berakhir ?


Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak berlangsung
untuk pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentuka kapan pendidikan itu
berlangsung untuk terakhir kalinya. Sehubungan dengan itu, perlu suatu kehati hatian
kalau juga ingin mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, proses pendidikan
itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifat prinsipel dan
tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap
mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai pandanagan hidupnya.pada kondisi
yang disebutkan di atas pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat
mendidik dirinya sendiri, tetapi tidaklah dapat disangkal bahwa mungkin juga diperlukan
untuk tetap menerima ajaran dalam bidang bidang tertentu dalam memajukan
kehidupanya, bantuan pendidikan yang demikian itu disebut pembentukan manusia
dewasa”.

Inti dari kegiatan pendidikan adalah pemberian bantuan kepada anak dalam rangka
mencapai kedewasaannya. Pemberian bantuan itu mengimplikasikan :
a. Bahwa yang dibantu adalah seseorang yang memiliki aktivitas. Aktivitas yang
direalisasikannya, hendaknya tidak bertentangan dengan proses dan arah kegiatan yang
bersangkutan. Jadi aktivitas dan kreativitas anak didik yang sejalan dengan proses dan
arah pendidikan denan kata lain kerjasama antara pendidik dan anak didik dimana
pendidik memperkuat kedudukan anak manusia sebagai makhluk yang dapat dididik.
b. Pencapaian kemandirian harus dimulai dengan menerima realita tentang
ketergantungan anak mencakup kemampuan untuk beridentifikasi, bekerja sama dan
meniru pendidiknya.
c. Tidak semua orang mampu melaksanakan kehidupan sebagai orang dewasa yang
berarti terdapat peralihan dari status bayi, aanak, sampai deawa itu tidak berlangsung
dengan sendirinya. Artinya manusia mendapat pengaruh-pengaru dari luar.
d. Manusia adalah makhluk yang dapat dididik berdasar pada empat pandangan dasar
antropologis yaitu :
1. Prinsip Individualitas

4
2. Prinsip Sosialitas
3. Prinsip Moralitas
4. Prinsip Uniksitas
B. Anak Manusia dalam Kondisi Perlu Bantuan
Anak manusia untuk bisa menjadi manusia yang mandiri, membutuhkan suatu
proses yang lama dan tidak akan dengan sendirinya tanpa bantuan orang lain untuk
mencapainya. Karena itu anak manusia memerlukan bantuan orang lain yang berada
disekitarnya. Dirumah ia membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya, diluar rumah ia
akan bergaul dengan teman sebayanya, yang pasti akan saling mengisi berbagai
pengalamannya.
Apabila sang anak sudah bersekolah, ia akan sangat membutuhkan bantuan
pendidiknya, yaittu gurunya yang melakukan tugasnya secaara profesional, dan tanggung
jawab yang sangat dalam. Guru di sekolah merupakan pihak yang mewakili para orang
tua anak.
Manusia pada saat lahir tidak langsung dapat mengembangkan kemanusiaannya,
karena ketidakberdayaan dan kelemahannya yang ia miliki secara kodrati memerlukan
uluran pihak luar untuk membantunya. Namun secara kodrati pula anak dilahirkan
dengan potensi untuk berkembang menuju kemandirian. Potensi inilah yaang perlu
dipahami oleh pihak luar khususnya orang tua sehingga potensi tersebut dapat
berkembang secara optimal.
1. Manusia Lahir Tidak Berdaya
a. Manusia Memiliki Kelebihan
Manusia seringkali dibandingkan dengan hewan, pada umumnya dalam
membandingkan itu ditunjukkan dari kelebihan martabat dan kehidupan manusia
diatas hewan. Kehidupan manusia dewasa ini ssungguh luar biasa pesatnya, sehingga
jarak antara kehidupan hewan dengan kehidupan manusiawi rasanya bukan untuk
dibandingkan.
b. Manusia Belum Dapat Menolong Dirinya Sendiri
Manusia dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya sendiri, juga
dalam hal-hal yaang sangat penting bagi kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain
“manusia berada dalam keadaaan perlu bantuan”, dan bantuan harus datang dari pihak
lain. Tanpa bantuan dari pihak lain, manusia tidak mungkin melangsungkan
hidupnya. Bantuan tersebut tidak saja bagi kehidupan fisiknya, namun juga bagi
kehidupan psikisnya dan kehidupan sosialnya.
c. Manusia Dilahirkan dalam Lingkungan Manusiawi
Manusia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi yang bertanggung jawab, yang
berperasaan, bermoral, dan yaang sosial. Keadaan anak manusia yang perlu bantuan
itu menggugah dan mengundang kasih sayang bagi orang dewasa khususnya kepada
orang dewasa khususnya orang tuanya. Ketergantungan anak diimbangi dengan
kesediaan orang tua, guru untuk membimbingnya. Proses saling mengisi dan saling
mengimbangi ini tidak dirasakan sebagai suatu yang sulit dan rumit, melainkan justru
dirasakan merupakan suatu karunia yang megikat dan memperdalam hubungan kedua
pihak.
2. Dunia Manusia sebagai Dunia Terbuka
a. Manusia Belum Siap Menghadapi Kehidupan

5
Anak manusia dilahirkan dalam keadaan belum siap menghadapi kehidupan.
Karena belum siap dan belum terspesialisasi itu, ia harus mempersiapkan diri dan
mendapatkan suatu cara yang khas bagi dia dalam melaksanakan kehidupan dan tugas
hidupnya itu. Manusia harus menentukan cara dan corak, arak dan tujuan hidupnya,
bahkan makna hidup baginya yang tidak disdorkan alam secara ready to wear.
b. Manusia Mampu Menggunakan Alat
Melalui anggota tubuhnya manusia menemukan kemungkinan dan
kemampuannya untuk menggunakan alat. Kemampuan ini membuka corak dan
dimensi yang secara prinsipil berlainan dengan hewan. Dalam hal ini semua tersirat
dengan adanya :
1) Inisiatif dan daya kreasi manusia
2) Kemampuan manusia untuk merealisasikan dirinya
3) Kesadaran manusia akan lingkungan
4) Keterarahan hidup manusia kepada lingkungan
5) Kesadaran manusia akan tugasnya dalam lingkungan hidupnya
c. Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik
Dengan menggunakan peristilahan dari Bloom, masalah nilai-nilai kemanusiaan tidak
hanya bergerak di bidang kognitif dan psikomotor, akan tetapi juga dalam
perealisasiannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab harus sampai
menjangkau bidang afektif, atau kalau digunakan peristilahan dengan “pengajaran”
saja belum cukup untuk mrmbut seseorang bertindak susila. Untuk itu perlu
“pendidikan” yang diartikan mencakup keseluruhan pribadi manusia, mencakup
pengetahuan, nilai, keterampilan, emosi, dan spritual.
C. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia dan Aliran-Aliran
Pendidikan
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Anak manusia sejak dilahirkan berkembang terus sampai mati. Perkembangan
anak manusia itu meliputi perkembangan fisik dan rohani. Perkembangan berlangsung
secara teratur dan terarah menuju kedewasaannya. Tugas pendidikan membimbing
anak agar perkembangannya berlangsung secara wajar dan normal. Adapun beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, adalah :
a. Faktor Hereditas
Anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan yang berasal dari kedua orang tuanya,
merupakan potensi tertentu sudah terbentuk dan sukar diubah. Menurut H.C.
Wittherington hereditas adalah proses penurunan sifat-sifat tertentu dari suatu generasi
ke generasi lain dengan perantaraan sel benih. Pada dasarnya yang diturunkan itu adalah
struktur tubuh. Beberapa ciri atau sifat orang tua yang kemungkinan dapat diturunkan,
misalnya warna kulit, intelegensi, bentuk fisik seperti bentuk mata, hidung,suara
berhubungan dengan struktur selaput suara dan lain sebagainya.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan di sekitar manusia dapat digolongkan kepada dua jenis lingkungan yaitu
lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. Lingkungan abiotik adalah lingkungan
makhluk tidak bernyawa seperti batu, air, dan hujan, tanah, musim yang disebabkan
iklim karena peredaran matahari, dan sebagainya. lingkungan biotik adalah lingkungan
mahluk hidup yang bernyawa terdiri dari tiga jenis, yaitu ; lingkungan nabati atau

6
lingkungan tumbuhan, lingkungan hewani, dan lingkungan manusia, yaitu kehidupan
manusia termasuk sosial, budaya dan spiritual.
1) Lingkungan sosial, mencakup bentuk hubungan , sikap atau tingkah laku antar
manusia, dan hubungannya antar manusia dengan manusia disekitar anak.
2) Lingkungan budaya, dapat berupa bahasa, karya seni, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan norma-norma atau peraturan – peraturan yang berlaku dalam
pergaulan di masyarakat sekitar anak.
3) Lingkungan spiritual, berupa agama, keyakinan, dan ide-ide yang muncul dalam
masyrakat disekitar anak.
c. Faktor Diri
Guru harus memahami faktor diri yang merupakan faktor kejiwaan kehidupan
seorang anak. Faktor-faktor ini dapat berupa perasaan (emosi), dorongan untuk
berbuat (motivasi), intelegensi, sikap, kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya.
Hal ini juga akan berpengaruh dalam tindakan anak sehari-hari. Beberapa ciri
perkembangan kejiwaan anak dikemukakan oleh Abu Ahmad ( 2001_ 220-221 ),
sebagai berikut :
1. Ciri Perkembangan Kejiwaan Anak TK
a. Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana telah mulai berubah.
b. Mulai mengenal kehidupan sosial dan pola sosial yang berlaku dan
dilakukannya.
c. Menyadari dirinya berbeda dengan anak yang lainyang mempunyai keinginan
dan perasaan tertentu.
d. Masih tergantung dari orang lain, dan memerlukan perlindungan orang lain.
e. Belum dapat membedakan antara yang nyata dan yang khayal.
2. Ciri-ciri Perkembangan Kejiwaan Anak SD
a. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat.
b. Kehidupan sosial diperkaya dengan kemampuan bekerja sama dan bersaing
dalam kehidupan berkelompok.
c. Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat
d. Dalam kegiatan – kegiatannya belum membedakan jenis kelamin, dan dasar
yang digunakan adalah kemampuan dan pengalaman yang sama.
3. Ciri-ciri Perkembangan kejiwaan Anak SMP
a. Mulai mampu memahami hal-hal yang abstrak ( khayal)
b. Mampu bertukar pendapat dengan orang lain
c. Tumbuh minat memahami diri sendiri dan diri orang lain
d. Tumbuh pengertian tentang konsep norma dan social
e. Mampu membuat keputusan sendiri
2. Aliran-Aliran Pendidikan
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran – pemikiran yang membawa
pembaharuan dalam dunia pendidikan.Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan, yakni pemikiran – pemikiran orang terdahulu selalu ditanggapi
dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya.Sehingga timbul pemikiran yang baru,
dan demikian seterusnya.
Aliran-aliran yang meliputi aliran-aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan
konvergensi merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-
pemikiran pendidikan masa lalu, kini, dan mungkin yang akan datang. Aliran-aliran itu

7
mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan, mulai dari yang pesimis yang
memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat bahkan merusak bakat yang telah
dimiliki anak sampai dengan yang optimis yang memandang bahwa anak seakan-akan
tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati.
Aliran-aliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu
saja,dan dengan demikian, suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan
untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi
eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak
tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Tokoh perintis
ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan
teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih.
Menurut pandangan empirisme pendidik memegang peranan yang sangat penting sebab
pendidik dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh
anak sebagai pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. sedangkan kemampuan dasar yang dibawa
anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupa sehari-
hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak
mendukung. Penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang
manusia sebagai makhluk pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi
tingkah laku.
b. Aliran Nativisme
Aliran nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor
pendidikan,kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Schopenhauer berpendapat
bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena
itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir dan
wataknya tidak bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan pandangan ini maka
keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri. Istilah nativisme dari
asala kata natie yang artinya adalah terlahir. Terdapat satu pokok pendapat aliran
nativisme yang berpengaruh luas yakni bahwa dalam diri individu terdapat satu inti
pribadi yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam
menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai
makhluk aktif yang mempunyai kemauan bebas.
c. Aliran Naturalisme
Pandangan yang ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalisme
yang dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Rousseau
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunya pembawaan buruk.
Aliran ini juga disebut negativisme, karena berpendapat bahwa pendidik wajib
membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak
diperlukan. J.J. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang
serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara
alamiyah sejak kelahirannya itu tampak secara spontan dan bebas. Seperti diketahui,

8
gagasan naturalisme yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini tidak
terbukti malahan terbukti sebaliknya: pendidikan makin lama makin diperlukan.
d. Aliran Konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan
bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk. penganut aliran ini berpendapat bahwa
dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun lingkungan sama-
sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir
tidak akan berkembang tanpa adanya lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat
itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak
yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk
mengembangkan itu. William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung
dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju ke satu titik
pertemuan.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah subjek pendidikan dan sekaligus pula sebagai objek pendidikan,
subagai subjek pendidikan manusia (khususnya manusi dewasa) bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pendidikan secara moral berkewajiban atas perkembangan
pribadi anak anak mereka, generasi penerus, manusia dewasa yang berfungsi sebagai
pendidik bertanggung jawab untk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan
tujuan dan nilai nilai yang dikehendaki manusia dimana pendidikan berlangsung.
Titik akhir bersifat prinsipel dan tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat
berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai
pandanagan hidupnya.pada kondisi yang disebutkan di atas pendidikan sudah tidak
menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri, tetapi tidaklah dapat
disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam bidang
bidang tertentu dalam memajukan kehidupanya, bantuan pendidikan yang demikian
itu disebut pembentukan manusia dewasa”.
Dalam hal ini semua tersirat dengan adanya :
1) Inisiatif dan daya kreasi manusia
2) Kemampuan manusia untuk merealisasikan dirinya
3) Kesadaran manusia akan lingkungan
4) Keterarahan hidup manusia kepada lingkungan
5) Kesadaran manusia akan tugasnya dalam lingkungan hidupnya
Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik Dengan menggunakan peristilahan
dari Bloom, masalah nilai-nilai kemanusiaan tidak hanya bergerak di bidang kognitif
dan psikomotor, akan tetapi juga dalam perealisasiannya dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab harus sampai menjangkau bidang afektif, atau kalau digunakan
peristilahan dengan “pengajaran” saja belum cukup untuk mrmbut seseorang
bertindak susila.
Aliran-aliran itu mewakili berbagai variasi pendapat tentang pendidikan, mulai
dari yang pesimis yang memandang bahwa pendidikan kurang bermanfaat bahkan
merusak bakat yang telah dimiliki anak sampai dengan yang optimis yang
memandang bahwa anak seakan-akan tanah liat yang dapat dibentuk sesuka hati.
Terdapat satu pokok pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni
bahwa dalam diri individu terdapat satu inti pribadi yang mendorong manusia untuk
mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan
sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai makhluk aktif yang mempunyai
kemauan bebas.

10
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bag pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena kami adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini bisa dijadikan acuan buat penyusun
supaya lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Kadir Abdul, 2008. Dasar – dasar Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik ( Ilmu Mendidik ). Bandung : Alfabeta.

12

Anda mungkin juga menyukai