Anda di halaman 1dari 27

MENGAPA MANUSIA

PERLU DI DIDIK?

Tujuan utama pendidikan bukanlah pengetahuan, tetapi tindakan."


"Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia makin berkarakter."
"Menjadi cerdas dan berkarakter adalah tujuan utama sebuah pendidikan."
"Mendidik pikiran tanpa mendidik hati bukanlah pendidikan sama sekali."

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.atas karunia dan rahmat-

Nya,makalah “Mengapa manusia perlu di didik” ini dapat di selesaikan.Makalah

yang di hadapan pembaca ini diniati untuk tugas individu saya pada perkuliahan

perkembangan peserta didik yang disampaikan pada program studi PGSD STKIP

Setia Budi Rangkasbitung.

Makalah ini terdiri atas tiga bab yang masing-masing menyajikan bab

pendahuluan,bab pembahasan,dan bab penutup.

3
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................................4
BAB I................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................5
1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan.......................................................................5
1.3 Rumusan Masalah............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
ISI......................................................................................................................................7
2.1 Mengapa Manusia Perlu di Didik?...........................................................................7
2.2 Pengertian Pendidikan...........................................................................................9
2.3 Tujuan Pendidikan...............................................................................................10
2.4 Fungsi Pendidikan................................................................................................12
2.5 Jenis - Jenis Pendidikan.......................................................................................13
2.6 Batas - Batas Kemungkinan Pendidikan............................................................15
2.7 Kapan Pendidikan itu Dimulai?..........................................................................16
2.8 Bilamana Pendidikan itu Berakhir?...................................................................16
2.9 Cara Mendidik Anak Yang Baik dan Benar......................................................17
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Adapun latar belakang penulis dalam mengerjakan makalah ini adalah untuk

mengetahui lebih jelas tentang mengapa manusia perlu untuk dididik khususnya

untuk mata kuliah Pendidikan Guru Sekolah Dasar . Selain itu makalah ini

dibuat sebagai wadah untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai

perlunya pendidikan secara menyeluruh.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

a. Melatih mahasiswa mengembangkan bahan ajar melalui karya tulis.

b. Mendidik mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak tentang materi yang

dijelaskan.

c. Agar mahasiswa mampu menjelaskan materi mengapa manusia perlu

dididik secara menyeluruh dengan cermat

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :

1. Mengapa manusia perlu dididik?

2. Apa pengertian Pendidikan?

3. Apa tujuan pendidikan?

4. Apa fungsi pendidikan?

5. Apa jenis jenis pendidikan?

6. Apa saja batas-batas kemungkinan pendidikan?

5
7. Bagaimana hasil dari Pendidikan tersebut?

8. Cara mendidik anak yang baik dan benar!

6
BAB II

ISI

2.1 Mengapa Manusia Perlu di Didik?

Bertolah dari aliran konvergensi inilah saya mencoba menganalisa dan

memberi jawab mengapa manusia perlu mendapatkan pendidikan dan mengapa

manusia harus dapat mendidik?

Seperti telah diuraikan diatas bahwa pada hakekatnya manusia itu adalah

animal educable (binatang yang dapat dididik), animal educandum (binatang

yang harus dididik) dan homo educandus (makhluk yang dapat mendidik). Dari

hakekat ini jelas bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi

manusia. Oleh karena itu mengapa manusia perlu dididik maka dapat ditinjau

dari berbagai aspek.

Pada waktu kehidupan permulaan (bayi/anak-anak), mula-mula yang

paling berperan adalah dari segi fisik, kemudian secara berangsur-angsur segi

rohani berganti memegang peranan penting. Perkembang fisik individu

ditentukan oleh dua faktor yaitu maturation (kematangan)

dan learning (belajar).

Seorang anak akan dapat berjalan jika memiliki tulang-tulang kaki dan

otot yang cukup kuat disertai dorongan untuk berjalan adalah faktor

kematangan. Tetapi kematangan itu sendiri belum cukup untuk memiliki

kemampuan untuk berjalan, ia harus belajar terus dan dibantu oleh orang lain.

Ditinjau dari sisi lain hakekat manusia adalah sebagai makhluk individu

dan sosial, terdiri dari unsur jiwa dan raga yang diciptakan oleh Tuhan lewat

7
hubungan orang tua untuk hiduh bersama secara sah lewat pernikahan, karena

itu secara kodrat orang tua harus mendidik anak-anaknya secara bertanggung

jawab.

Orang tua tidak cukup hanya memberikan makan minum pakaian kepada

anaknya, tetapi harus berusaha bagaimana agar anaknya menjadi pandai,

bahagia dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Pada hakekatnya usaha-usaha yang dlakukan dalam pendidikan memang

tertuju pada masalah keseimbangan, keselarasan, keserasian perkembangan

kepribadian dan kemampuan manusia. Emmanuel Kant mengatakan bahwa

“ manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”.

Prof. Dr. N. Driyarkoro memberi istilah “hominisasi ke humanisasi“

(memanusiakan manusia). Jadi jika manusia itu tidak dididik maka tidak akan

menjadi manusia yang sebenarnya.

Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan

faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi semua potensi yang dibawa sejak

lahir, potensi ini tetap terpendam apabila tidak dikembangkan melalui

pendidikan, ini pun juga tergantung dari kemauan (aktivitet). Jadi pendidikan

fungsinya untuk mengaktualisasikan potensi-potensi tersebut. Faktor dari luar

yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia yaitu lingkungan

alam. Artinya lingkungan anak dengan anak, anak dengan orang dewasa, orang

dewasa dengan orang dewasa yang saling berinteraksi. Lingkungan budaya

berupa sopan santun, TV dan majalah. Serta lingkungan alam secara

8
geografisnya, namun karena perkembangan iptek pengaruh lingkungan alam

dapat diatasi.

2.2 Pengertian Pendidikan

Menurut ahli pedagogik dari Belanda, Langeveld, mengemukakan

bahwa pengertian pendidikan merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh

orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu

kedewasaan.

Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang memiliki keterkaitan.

Pengertian pendidikan sendiri bermakna melakukan suatu tindakan berupa

memberikan pendidikan kepada pihak lain.

Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak supaya mereka sebagai manusia dan

sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan

yang setinggi-tingginya.

Lalu, menurut Crijns dan Reksosiswoyo, mendidik adalah pertolongan

yang diberikan oleh siapapun yang bertanggung jawab atas pertumbuhan anak

untuk membawanya ke tingkat dewasa.

Menurut GBHN 1973, pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar

untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik di dalam

dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Driyarkara, Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda

atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. (dalam buku Driyarkara

Tentang Pendidikan, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1950, hlm. 74.)

9
Menurut Carter V. Good,Pendidikan ialah:

1) Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar.

2) Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan

prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan

murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan.

( dalam buku Carter V. Good, Dictionary of Education

(terjemahan), New York, Mc. Graw Hill Book Company, Inc,

1959, hlm. 387 )

Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, Pendidikan adalah usaha sadar

untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan

merupakan persiapan bagi peranannya di masa yang akan datang.[3]

Menurut UU No. 20 th 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

ahlak mulia, serta keterampilan yang perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.

2.3 Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi di

dalam diri para peserta didik upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran

serta jasmani, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup.

10
Tujuan pendidikan juga disebutkan di dalam Undang-Undang Republik

Indonesia, diantaranya:

1. UU No. 2 Tahun 1985

Tujuan pendidikan menurut UU No. 2 Tahun 1985 adalah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang

seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki

pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur,

mandiri, kepribadian yang mantap, dan bertanggungjawab terhadap

bangsa.

2. UU. No. 20 Tahun 2003

Menurut UU. No.20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

3. MPRS No. 2 Tahun 1960

11
Menurut MPRS No. 2 Tahun 1960, tujuan pendidikan adalah membentuk

manusia yang berjiwa Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan

yang dikehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.

Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan dan

mengembangkan potensi di dalam diri para peserta didik. Dengan pertumbuhan

kecerdasan dan potensi diri maka setiap anak bisa memiliki ilmu pengetahuan,

kreativitas, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang baik, mandiri, dan

menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab.

2.4 Fungsi Pendidikan

Secara umum, fungsi pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk

membina kepribadiannya mengembangkan kemampuan, membentuk watak,

agar peserta didik menjadi pribadi yang bermartabat. Karena itulah sering

dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.

Menurut David Popenoe, fungsi pendidikan adalah:

 Untuk mentransfer atau pemindahan kebudayaan dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

 Memilih dan mendidik manusia tentang peranan sosial.

 Memastikan terjadinya integrasi sosial di masyarakat.

 Lembaga pendidikan mengajarkan corak kepribadian.

 Menjadi sumber-sumber inovasi sosial di masyarakat.

12
Sedangkan menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan dan kaitannya

dengan fungsi pendidikan adalah sebagai berikut:

 Mempersiapkan setiap anggota masyarakat agar dapat mencari nafkah

sendiri.

 Membangun mengembangkan minat dan bakat seseorang demi kepuasan

pribadi dan kepentingan masyarakat umum.

 Membantu melestarikan kebudayaan yang ada di masyarakat.

 Menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam keikutsertaan dalam

demokrasi.

2.5 Jenis - Jenis Pendidikan

Ada tiga jenis pendidikan di Indonesia, yaitu Pendidikan Formal,

Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah Pendidikan yang memiliki jenjang dan terstruktur,

mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan sekolah dasar (SD),

pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), pendidikan sekolah menengah

atas (SMA), dan pendidikan tinggi (Universitas).

Berikut ini adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan formal :

 Taman Kanak-kanak (TK)

 Raudatul Athfal (RA)

 Sekolah Dasar (SD)

13
 Madrasah Ibtidaiyah (MI)

 Sekolah Menengah Pertama (SMP)

 Madrasah Tsanawiyah (MTs)

 Sekolah Menengah Atas (SMA)

 Madrasah Aliyah (MA)

 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

 Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

 Perguruan Tinggi

 Akademi

 Politeknik

 Sekolah Tinggi

 Institut

 Universitas

2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah Pendidikan di luar pendidikan formal yang

bisa dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur. Jenis pendidikan ini

bisa disetarakan dengan hasil program pendidikan formal melalui proses

penilaian dari pihak yang berwenang.

Berikut ini adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan non formal:

 Kelompok bermain (KB)

 Taman penitipan anak (TPA)

14
 Lembaga kursus

 Sanggar

 Lembaga pelatihan

 Kelompok belajar

 Pusat kegiatan belajar masyarakat

 Majelis taklim

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah Pendidikan yang berasal dari lingkungan dan

keluarga dimana peserta didiknya dapat belajar secara mandiri.

Beberapa yang termasuk di dalam pendidikan informal adalah;

 Agama

 Budi pekerti

 Etika

 Sopan santun

 Moral

 Sosialisasi

2.6 Batas - Batas Kemungkinan Pendidikan

Dalam menentukan batas batas pendidikan manusia akan mengalami

persoalan, mereka akan menemui   beberapa pertanyaan tentang kapan

pendidikan dimulai dan bila mana pendidikan akan berakhirDan juga pernah

15
kita temukan satu istilah dalam bahasa inggris yang menyatakan : "Long Live

Education” yang artinya  “Pendidikan Seumur Hidup”.

Dari pernyataan pernyatan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan

akan dimulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung terus sampai

manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh.

Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung seumur hidup.

Namun dalam mengalami proses pendidikan menusia akan mendapatkan

pendidikan dimana akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan

dalam jangka waktu tertentu.

2.7 Kapan Pendidikan itu Dimulai?

Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke

arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak

dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian.

Pendidikan dalam bentuk pemeliharaan adalah bersifat murni, sebab pada

pendidikan murni diperlukan adanya kesadaran mental dari si terdidik.

Dari segi psikologis usia 3 – 4 tahun dikenal sebagai masa berkembang

atau masa krisis, dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang

ketidak patuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan

kepatuhan yang sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka penyelenggaraan

pendidikan artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuh

kembangkan motivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan pendidikan.

16
2.8 Bilamana Pendidikan itu Berakhir?

Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak

berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan

pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya.

Sehubungan dengan itu, perlu suatu kehati-hatian kalau juga ingin

mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku, proses pendidikan itu

mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifat prinsipel  dan

tercapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara

mantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai pandangan

hidupnya.

Pada kondisi yang disebutkan di atas pendidikan sudah tidak menjadi

masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri, tetapi tidaklah dapat

disangkal bahwa mungkin juga diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam

bidang-bidang tertentu dalam memajukan kehidupanya, bantuan pendidikan

yang demikian itu disebut pembentukan manusia dewasa.

Adapun secara umum yang disebut manusia dewasa adalah :

1. Manusia mandiri

Dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungkan

diri kepada orang lain.

2. Manusia yang bertanggung jawab

Manusia yang dapat mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dan

dapat dimintai pertanggung jawaban dari perbuatannya.

17
3. Manusia yang mampu memahami dan melakukan norma serta moral

dalam kehidupan

Maka dari itu, manusia dewasa akan lebih dapat mendidik dirinya sendiri

dibandingkan orang lain, namun dalam keadaan tertentu manusia dewasa

juga akan membutuhkan didikan dari orang lain.

2.9 Cara Mendidik Anak Yang Baik dan Benar

1. Ucapkan Tolong, Maaf, dan Terima Kasih

Cara mendidik anak yang baik dalam keluarga adalah dengan memintanya

untuk mengucapkan tolong, maaf, dan terima kasih. Tiga kata sederhana ini

memiliki dampak yang luar biasa ketika diucapkan. Namun terkadang,

beberapa orang sulit mengucapkannya karena alasan sungkan dan lainnya.

Sebelum mendidik anak dengan baik agar cerdas dan sukses, orangtua perlu

belajar cara menjadi orang tua yang baik terlebih dahulu. Misalnya, dengan

mencontohkan kegiatan-kegiatan positif di depan anak.

Membiasakan anak untuk berkata tolong saat meminta bantuan, maaf jika

melakukan kesalahan, dan terima kasih ketika diberi bantuan adalah hal

yang bijaksana.

Mengucapkan kata 'Tolong', 'Maaf', dan 'Terima kasih' tidak akan membuat

anak menjadi lebih rendah daripada anak lain, justru ini menjadi bekal

baginya dalam membina hubungan dengan orang lain kelak saat ia dewasa.

Tentu saja dalam hal ini orang tua harus menjadi role model atau contoh

bagi anaknya. Ingat, Bu, apa pun yang dilakukan orang tua, mulai dari cara

18
bersikap, berbicara, bahasa tubuh, hingga pandangan, semua akan ditiru

oleh si Kecil.

2. Biasakan Berkata Jujur

Sering kali, seseorang berbohong tanpa alasan. Ia berbohong hanya karena

memang terbiasa untuk tidak berkata jujur. Akhirnya menjadi sebuah

kebiasaan.

Nah, sebagai orang tua, kita harus selalu memberikan contoh dengan

berkata jujur saat menjelaskan sesuatu pada anak. Berkata jujur adalah salah

satu cara mendidik anak yang baik dalam keluarga.

Misalnya, ketika anak bertanya kenapa ia tidak boleh membeli mainan,

hindari jawaban klasik "Tidak punya uang". Lebih baik katakan,

"Mainanmu masih banyak dan bagus. Kali ini, uangnya kita pakai untuk

membeli buku yang lebih bermanfaat, ya!" Diharapkan dengan contoh ini,

anak akan bisa meniru cara bertutur orang tuanya yang jujur dan terbuka.

3. Suka Memberi

Pola asuh dan teladan yang orang tua berikan sangat memengaruhi akan jadi

sosok seperti apa sang anak kelak2. Salah satunya, kebiasaan memberi

orang tua yang akan ditirunya. Memiliki anak yang murah hati adalah

harapan setiap orang tua. Namun, sikap ini tentu tidak datang begitu saja.

Beramal, meminjami mainan, atau berbagi makanan, semua merupakan

contoh perbuatan baik yang perlu Ibu tunjukkan kepada anak untuk

membentuk kebiasaan suka memberi. Jangan ragu untuk melibatkan anak

dalam berbagai kegiatan sosial ini ya, Bu. Minta anak untuk berbagi mainan

19
dengan kakak atau adiknya, atau membagikan baju dan boneka layak pakai

kepada anak-anak di panti asuhan.

4. Menaati Peraturan

Bagi si Kecil, peraturan mungkin masih terasa abstrak dan tak nyata.

Namun, ia harus diperkenalkan pada peraturan sejak dini. Karena dimana

pun anak berada, mulai dari rumah, sekolah, hingga di jalan, anak akan

menemukan aturan yang harus dipatuhi.

Anak belajar dari orang tua dan lingkungannya. Jadi, agar anak mampu

menaati peraturan, tentunya orang tua harus memberikan contoh terlebih

dahulu, karena anak lebih cenderung belajar dengan cara meniru.

Misalnya, membuang sampah pada tempatnya, disiplin menaati jam tidur,

atau batasi memakai gadget saat sedang berkumpul bersama keluarga. Dari

sana, si Kecil akan secara langsung melhat apa yang dilakukan orang

tuanya. Jika dibarengi dengan penjelasan tentang peraturan itu dan

konsekuensi yang akan ia hadapi jika tidak melakukannya, diharapkan si

Kecil akan turut disiplin.

5. Ramah dan Peduli pada Orang Lain

Tak semua anak terlahir sebagai pribadi yang ramah dan suka menyapa

setiap orang yang ditemuinya. Untuk mengatasinya, Ibu bisa memberinya

contoh bersikap sopan dan ramah pada orang-orang yang ia temui.

Misalnya, menyapa orang yang sering ditemui walaupun tidak kenal, seperti

pegawai di minimarket atau tukang sampah yang rutin datang setiap pekan.

20
Anak juga akan belajar peduli pada orang lain ketika ia melihat orang

terdekatnya melakukan hal yang sama. Jadi, ciptakanlah suasana saling

menyayangi di tengah keluarga, dan tumbuhkan rasa saling peduli antara

anggota keluarga. Anak yang tumbuh di tengah keluarga yang saling

menyayangi akan tumbuh menjadi anak yang peduli pada orang lain di

sekitarnya.

6. Menumbuhkan Sikap Menghargai Orang Lain di Sekitarnya

Sebelum anak-anak berinteraksi dengan teman atau orang-orang di luar

keluarga, sebaiknya orang tua mengajarkan anak untuk menumbuhkan sikap

menghargai orang lain yang berada di lingkungan sekitar keluarga.

Misalnya, anak harus menghargai pengasuhnya dengan tetap berlaku sopan

di depannya.

7. Mengenalkan Anak dengan Konsekuensi

Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Perbuatan yang baik akan

menimbulkan hasil yang baik. Sejak kecil anak sudah harus memahami

konsekuensi dari apa yang mereka pilih.

8. Mengenalkan Anak terhadap Sikap Adil

Bertindak dengan adil menjadi faktor yang perlu ditanamakan kepada anak

sejak dini. Hal itu bertujuan agar saat dewasa nanti anak tidak bersikap jahat

dan diskriminasi terhadap sesama.

9. Ajarkan Anak Menjaga Lingkungan

21
Polusi atau banjir terjadi karena ulah manusia. Karena itu, sebaiknya orang

tua mendidik anak untuk menjaga lingkungan sejak kecil.

10. Cobalah Orang Tua Bersikap Terbuka kepada Anak

Salah satu cara mendidik anak dengan baik agar sukses dan cerdas adalah

dengan berkomunikasi dengan anak. Sebaiknya orang tua lebih terbuka

terhadap anak dan mengungkapkan sifat apa yang kurang disukai oleh orang

tua terhadap anak. Hal itu tentunya diiringi dengan solusi perubahan dari

orang tua.

11. Hindari Membohongi Anak

Ada sebagian orangtua yang suka memberikan janji kepada anak, namun

kadang kala lupa ditepati. Hal itu tentunyamembuat anak merasa dibohongi.

Secara tak langsung, Ibu telah mengajari anak menjadi orang yang tidak

menepati tanggung jawab. Karena itu, sebelum berjanji pada anak, pastikan

Ibu bisa memenuhinya.

12. Bangun Kreativitas Bersama Anak

Mengajarkan anak tandanya tak harus membuat peraturan-peraturan baru.

Namun, mendidik anak bisa dilakukan dengan cara mengasah kreativitas

bersama anak. Beberapa contohnya, seperti bernyanyi bersama atau belajar

lewat lagu.

13. Berikan Rasa Nyaman

22
Tumbuhkanlah rasa nyaman saat mendidik anak usia dini dengan baik. Ajak

anak berdiskusi saat berkomunikasi dengan orangtua. Dengan demikian,

anak akan timbul rasa nyaman terhadap orangtua.

14. Hindari Kalimat yang Mengancam

Di usia emas, anak akan mengikuti tingkah laku orangtuanya. Karena itu,

sebaiknya Ibu menghindari menggunakan kalimat mengancam di depan

anak. Hal itu bisa menjadi salah satu cara mendidik dengan baik di rumah.

15. Berikan Dukungan pada Anak

Selain membutuhkan kasih sayang, anak juga perlu perhatian yang tulus.

Berikanlah dukungan pada anak agar anak tumbuh menjadi individu yang

lebih percaya diri.

16. Mengajak Bermain Bersama

Salah satu cara mengajarkan dan mendidik anak usia dini dengan baik

adalah mengajaknya bermain bersama. Orangtua dan anak bisa melakukan

aktivitas yang saling mendukung.

 Hasil Pendidikan

Hasil pendidikan berupa perubahan sikap dan tingkah laku. Contohnya

penambahan keterampilan, pengetahuan, cara bersosialisasi, menerapkan aturan,

tata krama dan nilai-nilai. Pendidikan bukan hanya berkutat pada otot namun

juga harus menjadi sarana menginternalisasikan nilai-nilai hidup yang harus

penuhi. Pendidikan sejati bukanlah untuk menciptakan manusia sebagai “robot”

yang cerdas namun memebntuk manusia yang dengan mampu memiliki

kepedulian terhadap manusia dan mahluk lainnya. Karenanya, Pendidikan

23
memang sejatinya dimaknai sebagi proses memanusiakan manusia yang

mensyaratkan adanya semangat, usaha, ketekunan dan kerja keras, serta

penginternalisasian nilai-nilai intelektual, moral dan spiritual.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan yaitu:

1. Manusia harus dididik, karena manusia lahir dalam keadaan tak berdaya, lahir

tidak langsung dewasa dan merupakan makhluk social yang membutuhkan

interaksi dengan orang lain.

2. Manusia dapat di didik karena manusia dapat memiliki, memperbaiki dan

mengembangkan hati nurani, perasaan, nilai-nilai atau norma susila yang

dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain. Pendidikan akan di alami

manusia seumur hidup, namun batas batas nyata kemungkinan pendidikan

pada manusia dimulai sejak manusia tersebut memiliki kesiapan dalam

berinteraksi edukatif hingga mencapai kedewasaan yang dilalui dengan

proses kematangan.

24
Berdasarkan hakekat manusia dan hakekat pendidikan, kiranya cukup jelas

dalam memberikan alasan mengapa manusia perlu dididik, pendidikan harus

dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada manusia. Baik

perkembangan cipta, rasa, karsa, keterampilan, jasmani dan rohani, moral

maupun ke Tuhanan dan didukung oleh lingkungan yang kondusif terhadap

pertumbuhan si anak menuju kedewasaannya.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan

bahkan kesalahan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat perbaikan untuk makalah selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

[1]Ekosusilo, M dan Kasihadi, R.B. 1993. Dasar-dasar pendidikan, Semarang :


Effhar Publishing.
[2] Hasbullah,2006. Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada
[3] Hidayanto, D.N. 2007. Pemikiran pendidikan dari filsafat ke ruang kelas .
Jakarta : Transwacana.
[4] (Daradjat, 2000:48 )
[5] Melianie, S.M, Dra, M. Pd. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta :
Universitas Negeri Jakarta.
[6] (Sadullah, 2001:80).
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pendidikan/(di akses pada tanggal
24 oktober 2022 pukul 19.15 WIB)

https://pirnas.com/artikel/pendidikan-pengertian-definisi-tujuan-fungsi-dan-jenis-
pendidikan/(di akses pada tanggal 24 oktober 2022 pukul 20.00 WIB)

Suhail Ahmad Azmi, et al. 2014. Role models and occupational ambitions of in-
school male adolescents. Diambil dari:

26
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4261211/ [Diakses 05
November 2022 20.09 WIB]
Cara J. Kiff, et al. 2011. Nature and Nurturing: Parenting in the Context of Child
Temperament. Diambil dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3163750/ [Diakses 05
N0vember 2022 pukul 20.09 WIB]
Patricia A Thomas, et al. 2017. Family Relationships and Well-Being. Diambil
dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5954612/ [Diakses
045November 2022 pukul 20.09 WIB]

27

Anda mungkin juga menyukai