Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan


Dosen Pengampu :
Dr. Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd.
Dhanar Dwi Hary Jatmiko, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Lina Shabrina 230210101135
Siti Nurhalisa 230210101065
Adinda Istiqomah 230210101115
Qolbiyatul Fitriyah 230210101138
Siti Hamidatin 230210101140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata'ala atas kebaikan dan
rahmat-Nya yang memungkinkan terselesaikan nya makalah berjudul “Hakikat dan Pendidikan” tepat
pada waktunya. Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas kuliah yang diberikan kepada
kami.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd., menjabat
sebagai guru pengampu pada mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.
Tidak ada yang sempurna, jadi kami menyadari bahwa makalah ini masih menyisakan banyak
hal yang Tidak diinginkan. Dengan begitu, saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan
agar kami dapat berbuat lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Semoga Makalah ini berguna bagi kami dan khususnya bagi pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Kami mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan pada makalah ini.

Jember, 01 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
1.4 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1 Hakikat manusia..........................................................................................................6
2.2 Hakikat Pendidikan.....................................................................................................8
2.3 Hubungan hakikat manusia dan pendidikan................................................................9
2.4 Hubungan Hakikat Manusia dan Hak Asasi Manusia dengan Harkat dan Martabat
Manusia................................................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................12
3.2 Saran..........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia mengalami perubahan fisik dan psikologis sejak lahir. Manusia merupakan
makhluk cerdas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Sifat
pembangunan manusia menunjukkan aspek dinamisnya. Dengan kata lain, perubahan
terus terjadi dalam diri manusia. Tidak ada yang tetap sama kecuali perubahan. Salah satu
cara pembangunan manusia adalah pendidikan.

Proses saat seseorang mengembangkan kemampuan yang dimiliki, sikap dan perilaku
dalam masyarakat di mana ia tinggal, seperti tindakan atau proses menanamkan,
memperoleh pengetahuan umum, mengembangkan keterampilan penalaran dan penilaian,
dan menjadikan dirinya sendiri atau individu lainnya matang secara intelektual, Dan
dewasa dalam Kehidupan, tindakan, atau proses memperoleh pengetahuan atau
keterampilan tertentu sebagai suatu profesi Biasanya disebut dengan Pendidikan

Dengan adanya pendidikan ini, semua orang berharap nilai-nilai kemanusiaan dapat
diwariskan, bukan Cuma diwariskan, melainkan juga terinternalisasi dalam karakter dan
kepribadian. Nilai-nilai kemanusiaan menjadi pedoman bagi seluruh orang untuk hidup
berdampingan dengan Setiap orang lainnya. Upaya pendidikan untuk memanusiakan
manusia melalui internalisasi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan begitu, pendidikan sudah
menjadi kebutuhan manusia.

Berpikirlah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, bahkan berpikirlah


yang membedakan manusia. Melalui berpikir, manusia dapat mengendalikan diri dan
lingkungannya. Sebagai manusia, kita memiliki tingkat hak pilihan dalam diri kita.
Mengendalikan dirinya sendiri, namun dengan mengendalikan lingkungan, manusia dapat
melakukan tindakan untuk mengeksplorasi lingkungan. Kendall memiliki cara pandang
berbeda terhadap manusia dan lingkungan. Jalan hidup dan pengalaman mengubahnya

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang kita ketahui tentang hakikat manusia?
2. Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan?
3. Apa yang biasanya disebut dengan hubungan hakikat manusia?
4. Jelaskan hak asasi manusia dengan harkat dan martabat manusia!

1.3 Tujuan
1. Untuk mengenali tengang hakikat manusia
2. Untuk mengetahui serta menjaga hubungan hakikat manusia dengan pendidikan
3. Untuk mengetahui hubungan hakikat manusia serta hak asasi dengan harkat dan
martabat manusia.
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan hubungan manusia dan pendidikan
2. Menambah pengetahuan tentang hak asasi manusia serta harkat dan martabat
manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
1.5 Hakikat manusia
Hakikat manusia merujuk pada sifat-sifat dan karakteristik inti yang
mendefinisikan manusia sebagai makhluk. Ini termasuk kemampuan berpikir, merasa,
dan bertindak secara rasional, memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi,
serta memiliki kesadaran diri. Hakikat manusia juga melibatkan aspek-aspek seperti
moralitas, empati, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Ada berbagai macam pandangan mengenai pengertian tentang Hakikat manusia yang
dapat dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi)
dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropologi, psikologi,
politik), tetapi secara umum, manusia dianggap sebagai makhluk yang unik dan
kompleks dengan potensi luar biasa.

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara


prinsipil (jadi bukan hanya gradual) dapat membedakan manusia dan makhluk
lainnya. Adanya sifat hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada manusia
sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi daripada makhluk lainnya.
Wujud sifat hakikat manusia diantaranya :

a. Kemampuan menyadari diri


Dengan kemampuan ini, manusia dapat mengenali ciri-ciri unik atau karakteristik
pribadinya. Hal ini memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya, termasuk orang lain dan benda-benda nonpribadi. Kemampuan ini juga
memungkinkan manusia untuk mengeksplorasi potensinya melalui pendidikan
guna mencapai perkembangan pribadi yang lebih baik. Selain itu, kemampuan
untuk mengenali diri juga memungkinkan manusia untuk mengembangkan
hubungan sosial dengan orang lain dan memperkuat identitas pribadi mereka
sendiri.

b. Kemampuan bereksistensi
Dengan kemampuan ini, manusia memahami eksistensinya dengan sadar. Dalam
konteks ini, manusia memiliki kebebasan dalam keberadaannya. Ini berbeda
dengan hewan yang ada di kandang atau tumbuhan di kebun yang eksis tetapi
tanpa kesadaran akan keberadaan mereka, sehingga mereka menjadi bagian pasif
dari lingkungannya. Di sisi lain, manusia memiliki kemampuan untuk mengelola
lingkungannya. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan menjadi
penting. Manusia perlu diajari untuk belajar dari pengalaman hidupnya agar dapat
mengatasi tantangan dalam hidupnya dan bersiap menghadapi masa depan.

c. Pemilikan kata hati


Istilah "hati" di sini merujuk pada hati nurani. Hati nurani memungkinkan
seseorang untuk membedakan antara tindakan baik dan buruk. Seseorang yang
memiliki hati nurani yang tajam akan memiliki kemampuan etika yang baik, yang
memungkinkan mereka membuat keputusan yang benar atau salah. Kemampuan
hati nurani ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan, sehingga hati yang semula
kurang peka dapat menjadi lebih sensitif. Hal ini penting karena hati nurani
berfungsi sebagai panduan moral dalam mengambil keputusan.

d. Moral
Moral atau sering disebut juga sebagai etika, yang merupakan hasil dari ekspresi
hati nurani. Namun, untuk mewujudkan nilai-nilai hati nurani dalam perbuatan,
diperlukan kemauan. Ini berarti bahwa tidak semua individu yang memiliki hati
nurani yang baik atau kecerdasan etika juga otomatis memiliki moral yang baik
atau keberanian untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Seseorang
hanya dapat dianggap memiliki moral yang baik atau tinggi jika mereka mampu
menerapkan nilai-nilai moral tersebut dalam tindakan yang sesuai.

e. Kemampuan bertanggung jawab


Karakteristik lain dari manusia adalah memiliki rasa tanggung jawab, yang bisa
mencakup tanggung jawab kepada Tuhan, masyarakat, atau diri sendiri. Tanggung
jawab kepada diri sendiri berhubungan dengan pelaksanaan hati nurani. Tanggung
jawab kepada masyarakat berkaitan dengan mematuhi norma-norma sosial,
sementara tanggung jawab kepada Tuhan berkaitan dengan mematuhi norma-
norma agama. Dengan kata lain, hati nurani memberikan panduan moral, moral
mendorong tindakan, dan bertanggung jawab melibatkan kemauan dan kesiapan
untuk menghadapi konsekuensi dari tindakan yang diambil.

f. Rasa kebebasan
Kebebasan yang dimaksud di sini adalah kebebasan yang harus berada dalam
batas-batas kodrat manusia. Ini berarti bahwa ada peraturan yang tetap mengikat,
sehingga kebebasan ini tidak boleh mengganggu kebebasan individu lainnya.
Manusia memiliki kebebasan untuk bertindak selama tindakan tersebut tetap
sejalan dengan hati nurani yang baik dan nilai-nilai moral atau etika. Kebebasan
yang melanggar peraturan akan menghadapi tanggung jawab dan sanksi yang
diberlakukan, yang pada akhirnya dapat mengurangi kebebasan manusia.

g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak


Secara ideal, ada hak dan kewajiban yang terkait. Hak hanya dapat diperoleh
setelah melaksanakan kewajiban, bukan sebaliknya. Pada kenyataannya,
seringkali hak dianggap sebagai bentuk kenikmatan, sementara kewajiban
dianggap sebagai beban. Padahal, manusia hanya dapat merasakan kebebasan
setelah mereka dengan sungguh-sungguh menjalankan kewajiban mereka dengan
baik dan memperoleh haknya secara adil. Kesediaan untuk menjalankan
kewajiban dan kesadaran akan hak ini harus ditanamkan melalui proses
pendidikan disiplin. Seperti yang dikutip oleh Umar dan La Sulo, Selo Soemarjan
mengemukakan bahwa diperlukan empat jenis pendidikan disiplin untuk
membentuk karakter yang memahami kewajiban dan hak mereka:
1) Disiplin rasional, yang jika dilanggar akan menimbulkan perasaan
bersalah.
2) Disiplin sosial, yang jika dilanggar akan menyebabkan rasa malu.
3) Disiplin afektif, yang jika dilanggar akan menimbulkan rasa gelisah.
4) Disiplin agama, yang jika dilanggar akan menimbulkan perasaan bersalah
dan dosa.

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan


Kebahagiaan dapat dijelaskan sebagai kumpulan perasaan positif seperti
kegembiraan, kebahagiaan, dan kenikmatan yang dirasakan oleh individu. Secara
umum, banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan lebih terkait dengan
perasaan daripada pikiran. Namun, sebenarnya, selain perasaan, aspek-aspek lain
dari kepribadian dan pemikiran juga memengaruhi kebahagiaan seseorang. Untuk
mencapai kebahagiaan, seseorang perlu berusaha. Upaya tersebut harus
didasarkan pada norma-norma atau prinsip-prinsip yang berlaku. Namun, usaha
yang dilakukan juga terkait dengan takdir Tuhan. Oleh karena itu, kemampuan
individu dalam merasa bersyukur dan menerima keadaan akan memengaruhi
bagaimana mereka mengalami kebahagiaan. Dalam konteks ini, pendidikan agama
menjadi elemen kunci untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap kebahagiaan.

1.6 Hakikat Pendidikan


Pendidikan adalah upaya membimbing anak sejak lahir untuk mencapai
kematangan jasmani dan rohani dalam berinteraksi antara alam dan lingkungan
tempat ia tinggal.
Dalam pendidikan terdapat tiga hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir),
aspek gerak (psikomotorik), dan aspek emosional (perasaan). Sebagai gambaran,
ketika kita mempelajari sesuatu, tidak hanya proses berpikir yang terlibat tetapi ada
juga faktor yang terlibat dalam mengungkapkan minat atau perasaan tersebut seperti
antusiasme, apresiasi, dan lain-lain.
Pendidikan pada umumnya bertujuan untuk membantu manusia menemukan
akan hakikat kemanusiaannya. Artinya, pendidikan harus mampu mewujudkan
manusia yang seutuhnya atau sempurna. Fungsi pendidikan adalah melaksanakan
proses kognitif yang memungkinkan manusia mengenal, memahami dan memahami
realitas kehidupan disekitarnya. Dengan pendidikan diharapkan manusia mampu
mewujudkan potensi dirinya sebagai makhluk berpikir.
Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia dalam bentuk
formal dan informal. Bentuk dari pendidikan formal adalah pengajaran, yaitu proses
transfer pengetahuan atau upaya mengembangkan dan mengeluarkan potensi
intelektual seseorang. Pengetahuan dan intelektualitas tidak sepenuhnya mewakili diri
seseorang. Oleh karena itu, pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan,
namun dengan pendidikan diharapkan peserta didik dapat mengetahui dan memahami
eksistensi dan potensi dirinya.
Di sinilah tujuan pendidikan berakhir, yaitu tercapainya proses
memanusiakan manusia atau humanisasi yang berujung pada proses pembebasan. Hal
ini berangkat dari asumsi bahwa seseorang yang berada dalam sistem dan struktur
sosial mengalami dehumanisasi melalui eksploitasi kelas, dominasi gender, atau
hegemoni budaya lain. Pendidikan dengan demikian merupakan sarana untuk
meningkatkan kesadaran tentang pemulihan kemanusiaan manusia dan dalam hal ini
berperan dalam membangkitkan kesadaran kritis sebagai prasyarat upaya
pembebasan.
Dengan demikian, pendidikan dipahami sebagai proses memanusiakan
manusia, yaitu pendidikan yang membawa peserta didik pada kematangan,
kedewasaan jiwa(rohani) dan raga(jasmani), sehingga peserta didik menjadi manusia
yang benar-benar sempurna atau seutuhnya baik secara emosional, intelektual, sikap,
spiritual dan sebagainya.
1.7 Hubungan hakikat manusia dan pendidikan
1. Ada tiga ahli yang mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia disebut sebagai
animal educable, animal aducandum, homo educandus. Tiga sebutan ini mengartikan
bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik, manusia yang dididik, dan bukan
hanya dididik tetapi harus dan dapat yang dididik.

2. Asas - asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia


 Manusia sebagai Makhluk yang Belum Selesai
Beradanya manusia didunia adalah sebagai ciptaan Tuhan. Manusia
memiliki historisaitas dan hidup bertujuan. Berbeda dengan benda, manusia
berinteraksi didunia yang mana meng"ada"kan dirinya bahwa dia ada.
Manusia juga harus bertanggung jawab atas dirinya menjadi apa atau menjadi
siapa nantinya. Dengan demikian setiap individu akan merasa menjadi lebih
atau menjadi kurang dari keadaannya. Karena itu, eksistensi manusia terpaut
dengan masa lalunya. Misal saat kita baru lahir, kita masih tidak berdaya
sehingga memerlukan bantuan orang tua. Kita juga harus mengejar masa
depan untuk mencapai tujuan kita. Jadi dapat dikatakan kita itu manusia tapi
belum selesai mewujudkan diri kita sebagai manusia.
 Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
Manusia hidup didunia ini dalam keadaan belum tahu menjadi apa dan
siapa nantinya. Manusia bersifat otonom yang artinya bebas memilih mau
menjadi apa dan siapa dimasa depannya tetapi bebas itu masih dalam artian
terikat pada aspek-aspek hakikatnya menjadi manusia. Nantinya manusia juga
akan dimintai pertanggungjawaban.
 Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
Kenyataannya manusia hidup dengan berbagai kemungkinan dimana
manusia berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaanya atau mampu
menjadi manusia. Tetapi bisa juga salah arah. Contoh: kita sebagai manusia
memiliki kesempatan memperoleh kepintaran, kesehatan, dan tujuan hidup.

3. Asas - Asas Kemungkinan Pendidikan


Ada lima asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin di
didik dan dapat di didik yaitu:
 Asas Potensialitas
Banyaknya potensi yang ada dan bermacam-macam pada setiap
individu, memungkinkan mampu menjadi manusia dan akan dapat didik.
Dengan memerlukan suatu sebab yaitu pendidikan.
 Asas Dinamika
Setiap manusia pasti ada saja yang merasa dirinya kurang, hal ini
menarik rasa ingin untuk mengejar segala hal yang lebih dari apa yang telah
tercapai. Dengan pendidikan, membantu manusia mewujudkannya maka ia
manusia yang dapat dididik.
 Asas Individualitas
Pendidikan ada untuk membantu manusia mewujudkan dirinya.
Manusia tidak menjadi pasif, melainkan menjadi bebas dan aktif. Selalu
berupaya untuk mewujudkan dirinya sendiri.
 Asas Sosialitas
Sebagai makhluk sosial. Dengan ini akan timbul timbal balik antara
setiap individu yang berbeda dan memungkinkan manusia untuk dapat dididik.
Pendidikan yang didapat melalui interaksi dan komunikasi.
 Asas Moralitas
Adanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan kurang baik.
Diharapkan dapat menerima pendidikan yang bersifat normatif (sesuai dan
terarah) berdasarkan nilai dan norma yang ada, bersumber dari agama atau
budaya. Pendidikan mutlak harus dilaksanakan.

1.8 Hubungan Hakikat Manusia dan Hak Asasi Manusia dengan Harkat dan Martabat
Manusia.
Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa hakikat manusia ialah
seperangkat konsep atau satuan gagasan yang mendasar tentang manusia dan tentang
makna keberadaan manusia di dunia.
Selain itu, manusia juga punya hak asasi yang wajib dimiliki oleh setiap
manusia. Hak asasi merupakan hak-hak dasar yang melekat pada hakikat dan
eksistensi manusia sebagai makhluk Tuhan yang wajib diakui,dihormati dan
dilindungi oleh suatu negara. Hak asasi bersifat langgeng dan universal.
Selain itu manusia juga harus memiliki harkat dan martabat sebagai manusia.
Harkat berarti nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi hak asasi manusia,
sedangkan martabat ialah tingkatan harkat kemanusiaan atau kedudukan yang
terhormat. Harkat dan martabat manusia memiliki makna bahwa manusia adalah
makhluk paling indah dalam pencitraan dan bentuknya,manusia juga merupakan
makhluk yang tertinggi derajatnya dan beriman pada Tuhan, makhluk yang menjadi
Khalifah di bumi serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki hak asasi
manusia.
Dalam hal-hal tersebut terjadi hubungan yang akan berkaitan antara satu sama
lain yang tidak dapat dipisahkan. Untuk mencapai kehidupan yang mana manusia
sebagai manusia yang sebenarnya maka diperlukan penerapan dan pengakuan dari
hakikat dan hak asasi manusia. Dengan begitu manusia akan menjadi manusia dan
memiliki harkat dan martabat. Tujuan manusia hidup adalah untuk menuju manusia
yang ideal atau sering kita sebut dengan self-realization(realisasi-diri) yang erat sekali
kaitannya dengan hakikat manusia,dengan begitu kita tahu bahwa manusia akan
menjadi manusia yang mempunyai harkat dan martabat jika manusia tersebut dapat
menerapkan atau merealisasikan hakikat dan hak asasi manusianya secara total.
Dengan begitu,kita tahu bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang
paling sempurna yang telah dianugrahi hakikat dan hak asasi agar dapat
mengembangkan potensi diri,berperan penting untuk kesejahteraan hidup,dan
menjalani kehidupannya sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat
sehingga dapat bersesuaian dengan norma-norma yang telah ditetapkan di masyarkat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan hakikat manusia dan hak asasi
manusia dengan harkat dan martabat manusia adalah untuk mencapai kehidupan
manusia yang sebenarnya yang sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma yang
telah ditetapkan baik secara yang tertulis ataupun tidak tertulis .Hak-hak dasar
tersebut harus diakui dan di hormati,kita sebagai manusia harus bisa menghargai hak-
hak tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,diamapun dan
kapanpun baik itu dilingkungan keluarga ,sekolah, masyarakat, berbangsa dan
bernegara agar tercipta pesamaan harkat dan martabat manusia sehingga akan tercipta
kehidupan yang aman,damai,dan selaras.
BAB III
PENUTUP
1.9 Kesimpulan
1. Hakikat manusia merujuk pada sifat-sifat dan karakteristik inti yang
mendefinisikan manusia sebagai makhluk. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai
ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) dapat
membedakan manusia dan makhluk lainnya. Berikut sifat hakikat manusia yaitu:
Kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, Pemilihan kata hati,
moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebabasan, Kesediaan melaksanakan
kewajiban dan menyadari hak, Kemampuan menghayati kebahagiaan.
2. Pendidikan memegang peranan penting dalam kesuksesan manusia di masa depan.
Seluruh potensi yang ada dalam diri manusia dapat dikembangkan lewat
pendidikan.
3. Hak asasi adalah hak-hak dasar yang melekat pada hakikat dan eksistensi manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati dan dilindungi oleh
negara. Hak asasi bersifat langgeng dan universal. Harkat dan martabat manusia
mengandung makna bahwa manusia adalah makhluk paling indah dalam
pencitraan dan bentuknya,manusia juga merupakan makhluk yang tertinggi
derajatnya dan beriman pada Tuhan, makhluk yang menjadi Khalifah di bumi
serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki hak asasi manusia.

1.10 Saran
Dengan menyadari hubungan hakikat manusia dan pendidikan, maka kita harus
lebih semangat untuk mendapat pendidikan. Dengan begitu kita tidak akan
menjadi orang yang minim pendidikan. Hal ini begitu penting, karena jika kita
sampai minim pendidikan kita akan menjadi orang yang biasanya disebut paling
tertinggal, Apalagi dengan zaman yang sudah canggih seperti sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, W. (2018). Modul Pengantar Pendidikan Kajian Konsep dan Teori. Universitas
Trilogi.
Astuti, W. (n.d.). SUPLEMEN MATERI MATA KULIAH PENGANTAR ILMU
KEPENDIDIKAN TENTANG HAIKIKAT PENDIDIKAN. Retrieved from
Academia.edu:
https://www.academia.edu/download/65851529/3.HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf
Ferdi. (2023). Tata Nilai Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Tengah Bermartabat,
Bermanfaat, Akuntabel, Profesional (Mantap). Retrieved from Balai Bahasa Provinsi
Kalimantan Tengah - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi :
https://balaibahasakalteng.kemdikbud.go.id/tentang-kami/tata-nilai-balai-bahasa-
provinsi-kalimantan-tengah-bermartabat-bermanfaat-akuntabel-profesional-mantap/
#:~:text=Kata%20harkat%20sendiri%20bermakna%20derajat,dan%20harga%20diri
%20yang%20tinggi
Khasinah, S. (2013). HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN
BARAT. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA.
Sumantri, M. S. (n.d.). Hakikat Manusia dan Pendidikan. Reposity UT.
Syifa, A., & dkk. (2015). Pengantar Ilmu Pendidikan Hubungan Hakikat Manusia dan
Pendidikan. Universitas Borneo.

Anda mungkin juga menyukai