Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKEKAT MANUSIA DAN KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN

Dosen : Dyoty Auliya Vilda Ghasya, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh :

Kisti Naya Salsabila

F1082221005

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022

1
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan, dengan
judul : “Hakekat Manusia dan Kebutuhan akan Pendidkan”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dyoty Auliya Vilda Ghasya, S.Pd,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sepenuhnya masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Sampul………………………………………………………………….…………………... 1

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. 2

Daftar Isi………...…………………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

1.1. Latar Belakang..............................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................5

1.3. Tujuan Penulisan Makalah..........................................................................................6

1.4. Manfaat Penulisan Makalah.......................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................7

2.1. Pengertian Hakikat Manusia......................................................................................7

2.2. Teori Hakikat Manusia……………………………………………………………….9


2.3. Wujud Sifat Hakikat Manusia..................................................................................10

2.4 Dimensi Kemanusiaan dan Pendidikan...................................................................12

2.5. Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan Akan


Pendidikan..........................................................................................................................15

2.6. Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan......................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................................20

3.1. Kesimpulan..................................................................................................................20

3.2. Saran.............................................................................................................................20

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………. 21

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Antara manusia satu dengan
manusia lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok demi
mencapai kepentingan serta tujuan yang sama. Bersosialisasi merupakan upaya diri
dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Kemampuan bersosialiasi dengan
lingkungan sosial akan mempengaruhi proses kehidupan selanjutnya. Sikap sosial
yang baik dapat menciptakan kerukunan, kenyamanan, dan ketentraman di Negara.
Sikap sosial yang baik juga bisa digunakan untuk memecahkan masalah.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Antara manusia satu dengan
manusia lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok demi
mencapai kepentingan serta tujuan yang sama. Pendidikan diambil dari kata dasar
didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki
peserta didik tersebut. Untuk menggali dan mengembangkan potensi tersebut,
diperlukan jasa yaitu Pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang digunakan
untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan tingkah
laku. Oleh karena itu proses pendidikan harus dilakukan dengan benar karena
sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pembentukan karakter manusia.

Menurut wadah yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan dapat


dibedakan menjadi pendidikan formal, informal dan nonformal. Pendidikan formal
adalah segala bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi
dan berjenjang, baik bersifat umum maupun bersifat khusus. Contohnya adalah
pendidikan SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Pendidikan
Informal dalah jenis Pendidikan atau pelatihan yang terdapat di dalam keluarga
atau masyarkat yang diselenggarakan tanpa ada organisasi tertentu (bukan

4
organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan
secara terorganisasi tetapi diluar wadah Pendidikan formal.

Pendidikan juga memegang peranan penting dalam kehidupan bernegara.


Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1 (Made Pidarta, 2007:10-11) memuat “Pendidikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
sehingga siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara.

Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan Pendidikan
formal yang diselenggarakan di Indonesia. Pada dasarnya setiap kegiatan yang
dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan. Kedua
dampak ini adalah dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah segala
sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata
lain dapat disebut sebagai “Tujuan”. Sedangkan dampak negatif adalah segala
sesuatu yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan diajukan penulis pada makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Pengertian hakikat manusia

2. Wujud Sifat hakikat manusia

3. Dimensi Kemanusiaan dan Pendidikan

4. Hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan akan Pendidikan

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan-tujuan yang ingin tercapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :

5
1. Untuk Mengetahui pengertian dari hakikat manusia

2. Untuk Mengetahui wujud sifat hakikat manusia

3. Untuk Dimensi Kemanusiaan dan Pendidikan

4. Untuk Menemukan hubungan antara sifat hakikat manusia dan kebutuhan akan
Pendidikan

1.4. Manfaat Penulisan Makalah


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian dari hakikat manusia

2. Mengetahui sifat hakikat manusia

3. Memahami Dimensi Kemanusiaan dan Pendidikan

4. Menemukan hubungan antara sifat hakikat manusia dan kebutuhan akan


Pendidikan

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hakikat Manusia
Makhluk tuhan yang bernama manusia ini memiliki beberapa hakikat. Yang
mana masing-masing dari hakikat tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi hakikat
yang berdiri sendiri. Karena apabila ada salah satu dari hakikat tersebut yang tidak
ada pada diri manusia, maka tidak dapat dikatakan sebagai manusia yang
sempurna baik dimata tuhan maupun manusia yang lainnya. 

Menurut M.J.Langeveld: 1995 Hakikat manusia adalah mahluk yang memiliki


yang sifat sosial, individualitas, dan moralitas, yang mana sifat tersebut menjadi
dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan
tujuan setiap orang dan kelompoknya. Dengan keberadaan sifat itu pula maka
setiap manusia akan saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi
dan juga selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya,
dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepribdiannya.

Jika kita katakan manusia sebagai mahluk sosial, maka hakikatnya akan hilang
jika ia berada di suatu tempat dalam keadaan sendirian. Demikian pula hal nya jika
seorang laki-laki memperkosa perempuan, pada saat itu juga hilanglah hakikat
moralnya. Hakikat manusia hanya dapat hilang jika ia sudah mati. Dengan
demikian hakikat itu tidak terikat dengan peran atau fungsi namun sesuatu yang
sudah ada dan wajib ada.

Berikut Jalius menjelaskan pengertian tentang hakikat ini. Hakikat adalah berupa
apa yang membuat sesuatu terwujud. Dengan kata lain dapat dirumuskan, hakikat
adalah unsur utama yang mewujudkan sesuatu. Hakikat mengacu kepada faktor
utama yang lebih fundamental. Faktor utama tersebut wajib ada dan merupakan
suatu kemestian. Hakekat selalu ada dalam keadaan sifatnya tidak berubah-rubah.
Tanpa faktor utama tersebut sesuatu tidak akan bermakna sebagai wujud yang kita
maksudkan. Karena hakekat merupakan faktor utama yang wajib ada, maka esensi-
nya itu tidak dapat dipungkiri atau dinafikan.

7
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia
dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
hakikatnya manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga
manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang
harus dijalankan oleh setiap manusia. Sesungguhnya hakikat manusia adalah
makhluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri.

Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk
memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki
dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada
stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap
waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahatan. Namun pada
hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung
jawab.

Hakikat manusia adalah sebagai berikut:

a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
sehingga mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.

c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai selama hidupnya.

d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.

e. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan


ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.

2.2. Teori Hakikat Manusia


8
Ada tiga teori atau pandangan tentang hakikat manusia, yaitu pandangan: kelompok
psikoanalitik, kelompok humanistik, dan kelompok behavioristik.

1. Pandangan Psikoanalitik
Menurut kaum psikoanalis tradisional (dalam Hansen dan warner 1977) manusia di
gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya bersifat instink. Dalam hal ini individu
tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi tingkah lakunya tersebut
semata-mata di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insstink biologisnya.

2. Pandangan Humanistik

Menurut Rogers, tokoh humanistik, berpendapat bahwa manusia itu memiliki


dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan positif, manusia itu rasional,
tersosialisasikan, dan dalam beberapa hal dapat menentukan nasibnya sendiri.
Menurut Rogers, manusia pada hakikatnya dalam proses menyadari menjadi (on
becoming), tidak pernah berhenti, tidak pernah selesai atau sempurna. Jadi,
pandangan humanistik menolak pandangan Freud bahwa manusia pada dasamya
tidak rasional, tidak tersosialisasikan, dan tidak memiliki kontrol terhadap nasib
dirinya.

3. Pandangan Behavioristik
Kaum behavioristik (Skinner) menganggap bahwa manusia sepenuhnya makhiuk
reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Lingkungan
menjadi penentu tunggal tingkah laku manusia. Manusia tidak pada dasarnya baik
atau jelek, tetapi netral; menjadi baik atau jelek tergantung lingkunganrnya.
Kepribadian manusia terbentuk dari hubungan individu dengan lingkungannya,
yang diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditioning) dan
peniruan.

9
2.3. Wujud Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil
membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan
banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Disebut sifat hakikat
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua
pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan
seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah
yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih
halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan
kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki
oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud
menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu :

1) Kemampuan Menyadari Diri

Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan menyadari diriyang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari
bahwa dirinya(akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Drijarkara
menyebut kemampuan tersebut dengan istilah “mengAku”, yaitu kemampun
mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-
potensi tersebut sebagaikekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat
berkembang kearah kesempurnaan diri.

2) Kemampuan bereksistensi

Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas


yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu
manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”.

10
3) Kata hati

Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya
perbuatan sebagai manusia.

4) Moral

Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron
dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)

5) Kemampuan bertanggung jawab

Kesedian untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut


jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggung jawab. Wujud
bertanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab kepada diri sendiri,
tanggung jawab keada masyarakat, dan tanggung jawab terhadap tuhan.

Dengan demikian, tanggung jawab dapat diartikan keberanian untuk


menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia, dan
bahwa hanya karena itu perbuatan tersebut dilakukan sebagai sanksi apa pun yang
dituntukan (oleh kata hati, oleh masyarakat, oleh norma-norma agama), diterima
dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

6) Rasa kebebasan (kemerdekaan)

Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan
kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata
hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat
manusia.

7) Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk sosial. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang
lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut
sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut

11
(yang pada saat itu belum dipenuhi ), sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada
pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang
masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu
seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum).

8) Kemampuan menghayati kebahagiaan

Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.


Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi
merupakan integrasi dari segenap kesenangan,kepuasan dan sejenisnya dengan
pengalaman pahit dan penderitaan. Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,
dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan.

Kebahagian itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara faktual tetapi
terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan
mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaitu: usaha, norma-
norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia
dengan segenap keadaan dan kemampuannya.

2.4. Dimensi Kemanusiaan dan Pendidikan


Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek, obyek atau
sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia
untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh karena
keberadaan manusia yang tidak dapat terlepas dari lingkungannya maka
berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya akan berkaitan erat dengan
lingkungan dan akan saling mempengaruhi secara timbal balik Potensi-potensi
manusia dapat dikembangkan melalui pengalaman.

Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif dan efisien antara
manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara efektif dan efisien yang
memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-petensi
kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan. Oleh karena itu sebelum mempelajari
dimensi kemanusiaan perlu diketahui apa itu hakekat manusia.

12
Menurut Pratiwi (2012), hakekat merupakan sesuatu yang mesti ada pada
sesuatu dan jika sesuatu itu tidak ada maka sesuatu tidak berwujud. Jadi hakekat
manusia adalah sesuatu yang pasti ada pada manusia dan sesuatu yang dimiliki
dari manusia yang satu dengan yang lain itu berbeda. Pada hakekat manusia
terdapat 4 dimensi manusia yang dibawa dari lahir. Adapun dimensi-dimensi
tersebut adalah dimensi keindividuan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan
dimensi keberagamaan.

A. Dimensi Keindividuan

Manusia sebagai makhluk individual mempunyai arti bahwa manusia sebagai


seorang yang utuh, yang tidak dapat dibagi antara kesatuan pisik dan psikis.
Sebagai individual, manusia merupakan makhluk yang unik (berbeda antara yang
satu dengan yang lain). Hal itupun terlihat pada diri setiap manusia yang
mempunyai dunianya sendiri. Mereka secara sadar ingin menunjukkan
eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri, dan bebas bercita-cita.

Menurut Irvan (2008), manusia sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami
atau sebagai anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi sebagai pribadi terutama hak
hidup, hak kemerdekaan dan hak memiliki. Konsekuensi dari adanya hak yaitu
manusia menyadari kewajiban-kewajiban, dan tanggung jawab sosial.

Lysen mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yangmerupakan


suatu kebutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi . Selanjutnyaindividu diartikan
sebagai pribadi. Setiap anak manusia yangdilahirkan telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yanglain, atau menjadi seperti dirinya sendiri. Tidak ada diri
individu yang identik di muka bumi. Demikian kata M.J. Langeveld (seorang pak
pendidikan yang tersohor di negeri Belanda) yang mengatakan bahwa setiap orang
memiliki individualitas. Bahkan anak kembar yang berasal dari satu telur pun, yang
lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan satu dari
yang lain, hanya serupa tetapitidak sama, apalagi identik. Hal ini berlaku baik dari
sifat-sifat fisiknyamaupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya). Karena adanya
individualitas itu setiap oarang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.

13
B. Dimensi Kesosialan

Dimensi kesosialan merupakan dimensi yang didasarkan pada tiap-tiap individu


yang diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dan menjalin
komunikasi yang baik dimana dalam kehidupan sehari-harinya tidak menyebabkan
perpecahan antara satu dengan yang lain sehingga tercipta masyarakat yang rukun,
aman, dan tentram.

Perwujudan manusia sebagai makhluk sosial tampak nyata bahwa tidak pernah
ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup saling
bergantung, berhubungan, dan saling membutuhkan. Manusia lahir ke dunia dari
rahim ibunya dalam keadaan tidak mengatahui apa- apa, ia lahir dalam keadaan
tidak berdaya. Namun, bersamaan dengan itu ia lahir memiliki potensi kemanusiaan
berupa kekuatan pendengaran, penglihatan, budi dan nurani. Potensi kemanusiaan
tersebut merupakan modal dasar bagi manusia untuk berkembang menjadi dirinya
sendiri.

Dalam proses pengembangan potensi kemanusiaan yang dimilikinya, tidak akan


berlangsung secara ilmiah dengan sendirinya, tetapi ia membutuhkan manusia
lainnya diluar dirinya sendiri, seperti dengan ibunya, dengan ayahnya maupun
dengan saudara-saudaranya dan masyarakat lingkungannya. Anak akan menjadi
manusia jika ia hidup bersama-sama dengan manusia lain diluar dirinya. Semua ini
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial

C. Dimensi Kesusilaan

Susila berarti dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai kehidupan
berupa norma yang berlaku di masyarakat dan moral yaitu ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam moral diajarkan segala perbuatan yang
dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang
ditinggalkan. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga disebutkan manusia itu adalah
makhluk susila.

D. Dimensi Keberagaman

14
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum
manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwadi luar alam yang dapat
dijangkau dengan perantara alat indranya,diyakini akan adanya kekuatan
supranatural yang menguasai hidupalam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi
dan mendekatkan dirikepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos.

Kemudian setelah ada agama manusia mulai menganutnya. Beragama


merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah
sehingga memerlukan tempat bertopang. Manusia memerlukan agama demi
keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertikal
manusia.. Khonstam berpendapatbahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi
tugas orang tua dalamlingkungan keluaraga, karena pendidikan agama adalah
persoalan afektifdan kata hati.

Pemerintah dengan berlandaskan GBHN memasukkan pendidikan agama ke


dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampaidengan perguruan tinggi. Di sini
perlu ditekankan bahwa meskipunpengkajian agama melalui mata pelajaran agama
ditingkatkan, namunharus tetap disadari bahwa pendidikan agama bukan semata-
matapelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama.Jadi
dari segi-segi afektif harus diutamakan.

2.5. Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan Akan


Pendidikan
Sifat hakikat manusia memberikan tempat kedudukan pada manusia sedemikian
rupa sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan dan sekaligus menguasai
hewan. Salah satu sifat hakikat manusia yang istimewa ialah adanya kemampuan
menghayati kebahagiaan pada manusia. Semua sifat hakekat manusia dapat dan
harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan, berkat pendidian maka sifat
hakekat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang
sehingga menjadi manusia yang utuh.

15
Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan
melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk
mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaanya, kegiatan tadi harus
berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan
perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya dan berlangsung seumur
hidup. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik,
kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada
perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti pendidikan
bermaksud membuat manusia lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan
hidupnya dari kehidupan alamiyah menjadi berbudaya.

Mendidik adalah membudayakan manusia. Berbagai pendekatan mengenai


hakikat pendidikan telah melahirkan berbagai teori mengenai apakah sebenarnya
pendidikan itu. Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek,
obyek atau sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh
karena keberadaan manusia yang tidak dapat terlepas dari lingkungannya maka
berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya akan berkaitan erat dengan
lingkungan dan akan saling mempengaruhi secara timbal balik.

Potensi-potensi manusia dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman


itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif dan efisien antara manusia dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia. Interaksi
manusia dengan lingkungannya secara efektif dan efisien yang memberikan
pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-petensi kemanusiaan itulah yang
disebut pendidikan.

Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya,


relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau caracara
pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan
yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu
terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat

16
pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para
pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya.

Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap


konsep dan praktek pendidikannya. Sasaran pendidikan adalah manusia.
Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Wujud sifat hakikat manusia mencakup:
kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, pemilikan kata hati, moral,
kemampuan bertanggung jawab, rasa kebebasan (kemerdekaan), kesediaan
melaksanakan kewajiban dan menyadari hak, kemampuan menghayati
kebahagiaan. Sedangkan dimensidimensinya meliputi: dimensi keindividualan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan.

Sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil
dunia hewan dari dunia manusia. Adanya sifat hakikat tersebut memberikan tempat
kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi
daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan, terutama kemampuan
menghayati kebahagiaan pada manusia. Korelasi antara manusia dan pendidikan
dapat terlihat pada pernyataan: semua sifat hakikat manusia dapat dan harus
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan berkat pendidikan, maka sifat
hakikat dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga
menjadi manusia yang utuh.

2.6. Hubungan Hakikat Manusia Dan Pendidikan


Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna yang memilki
kemampuan intelektual dan daya nalar sehingga manusia mampu berfikir, berbuat,
dan bertindak untuk membuat perubahan dengan maksud pengembangan sebagai
manusia yang utuh. Manusia berfikir secara dinamis.

Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan


berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik bersifat jasmani

17
maupun rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi
mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.

Asas-Asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia. Asas keharusan


pendidikan ada 3 asas yaitu:

a. Manusia sebagai makhluk yang belum selesai, artinya manusia harus


merencanakan, berbuat, dan menjadi. Dengan demikian setiap saat manusia dapat
menjadi lebih atau kurang dari keadaanya. Contoh manusia belum selesai: manusia
lahir dalam keadaaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya
atau orang lain dan selain itu manusia harus mengejar masa depan untuk mencapai
tujuannya.

b. Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia, yaitu aspek potensi untuk
menjadi apa dan siapa, merupakan tugas yang harus diwujudkan oleh setiap orang.

c. Perkembangan manusia bersifat terbuka, yaitu manusia mungkin berkembang


sesuai dengan kodratnya dan martabat kemanusiaanya, sebaliknya mungkin pula
berkembang kearah yang kurang sesuai.

2. Asas-asas Kemungkinan Pendidikan Ada lima asas antropologi yang mendasari


kesimpulan bahwa manusia mungkin di didik atau dapat di didik yaitu:

a. Azas Potensial, yaitu manusia akan dapat didik karena memiliki potensi untuk
dapat menjadi manusia.

b. Azas Dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan mengejar segala yang
lebih dari apa yang telah dicapainya.

c. Azas Individualitas, yaitu manusia sebagai mahluk individu tidak akan pasif,
melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya.

d. Azas Sosialitas, yaitu manusia butuh bergaul dengan orang lain.

e. Azas Moralitas, yaitu manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang


baik dan tidak

18
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan
segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Ciri-ciri khas tersebutlah yang membedakan secara prinsipil dunia hewan dan dunia
manusia. Adanya hakikat tersebut memberikan tempat dan kedudukan pada
manusia sedemikian rupa sehingga derajat manusia lebih tinggi daripada hewan.
Salah satu hakikat yang istimewa adalah kemampuan menghayati kebahagian pada
manusia dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Berkat

19
pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras
dan berimbang sehingga membuat kita menjadi manusia yang seutuhnya.

3.2. Saran
Manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya
seharusnya memanfaatkan potensi dirinya demi keberlangsungan umat di dunia.
Hakikat manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai makhluk sosial,
manusia sebagai makhluk susila dan manusia sebagai makhluk religius hanya dapat
dijalankan oleh manusia itu sendiri sebagai andil dari kehidupan di dunia. Akhir
kata hakikat yang dimiliki oleh manusia harus sejalan dengan tujuan hidupnya dan
membedakan dirinya dari makhluk hidup lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

(Anjar, 2013; Basri, 2016; Dimensi Hakikat Manusia, n.d.; Dr. H. Chairil Anwar, 2014;
irma listiyani, 2020; Muhni & Sumantri, 2015; Suanda & Erawati, 2019)Anjar.
(2013). Sifat wujud hakikat manusia. 31 May.
https://www.wawasanpendidikan.com/2013/05/artikel-pendidikan-tentang-
sifat-dan-wujud-hakekat-manusia_30.html

Basri, H. (2016). Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan Akan
Pendidikan. 7 Desember.
https://hasanbasri748.wordpress.com/2016/12/07/hubungan-hakekat-
manusia-dengan-pendidikan/

Dimensi hakikat manusia. (n.d.). Retrieved September 10, 2022, from

20
http://info.trilogi.ac.id/repository/assets/uploads/PGSD/30589-modul-
pengantar-pendidikan.pdf

Dr. H. Chairil Anwar, M. P. (2014). Chairul Anwar Hakikat Manusia.Pdf (p. 280).

irma listiyani, A. (2020). hakikat manusia itu apa sih. 7 April.


https://www.kompasiana.com/adeirmalstyn31/5e8c7b56d541df20477b2772/
hakikat-manusia-itu-apa-sih

Muhni, D. A. I., & Sumantri, M. S. (2015). Manusia Menurut Ortega Y. Gasset. Jurnal
Filsafat, 1–43. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-
M1.pdf&ved=2ahUKEwia4d2nmoHkAhVKqY8KHfb4BcAQFjAJegQIBxAB&us
g=AOvVaw1JH5ksrCgIlrXdlkYefnAv

Suanda, I. W., & Erawati, N. M. P. (2019). Modul Pengantar Pendidikan. Ikip Pgri Bali
Denpasar, 127.

21

Anda mungkin juga menyukai