Disusun oleh :
F1082221005
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
1
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan, dengan
judul : “Hakekat Manusia dan Kebutuhan akan Pendidkan”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dyoty Auliya Vilda Ghasya, S.Pd,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini sepenuhnya masih jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Sampul………………………………………………………………….…………………... 1
Daftar Isi………...…………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................20
3.2. Saran.............................................................................................................................20
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………. 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial. Antara manusia satu dengan
manusia lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok demi
mencapai kepentingan serta tujuan yang sama. Bersosialisasi merupakan upaya diri
dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial. Kemampuan bersosialiasi dengan
lingkungan sosial akan mempengaruhi proses kehidupan selanjutnya. Sikap sosial
yang baik dapat menciptakan kerukunan, kenyamanan, dan ketentraman di Negara.
Sikap sosial yang baik juga bisa digunakan untuk memecahkan masalah.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia
dimuka bumi ini. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Antara manusia satu dengan
manusia lainnya memiliki dorongan untuk berinteraksi dan berkelompok demi
mencapai kepentingan serta tujuan yang sama. Pendidikan diambil dari kata dasar
didik, yang ditambah imbuhan menjadi mendidik. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi yang dimiliki
peserta didik tersebut. Untuk menggali dan mengembangkan potensi tersebut,
diperlukan jasa yaitu Pendidikan. Pendidikan merupakan upaya yang digunakan
untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan tingkah
laku. Oleh karena itu proses pendidikan harus dilakukan dengan benar karena
sebagai dasar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
pembentukan karakter manusia.
4
organisasi). Pendidkan nonformal adalah segala bentuk pendidikan yang diberikan
secara terorganisasi tetapi diluar wadah Pendidikan formal.
Pada makalah ini, akan dikaji hal-hal yang berhubungan dengan Pendidikan
formal yang diselenggarakan di Indonesia. Pada dasarnya setiap kegiatan yang
dilakukan akan menimbulkan dua macam dampak yang saling bertentangan. Kedua
dampak ini adalah dampak positif dan negatif. Dampak positif adalah segala
sesuatu yang merupakan harapan dari pelaksanaan kegiatan tersebut, dengan kata
lain dapat disebut sebagai “Tujuan”. Sedangkan dampak negatif adalah segala
sesuatu yang bukan merupakan harapan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
berikut :
5
1. Untuk Mengetahui pengertian dari hakikat manusia
4. Untuk Menemukan hubungan antara sifat hakikat manusia dan kebutuhan akan
Pendidikan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hakikat Manusia
Makhluk tuhan yang bernama manusia ini memiliki beberapa hakikat. Yang
mana masing-masing dari hakikat tersebut tidak dapat dipisahkan menjadi hakikat
yang berdiri sendiri. Karena apabila ada salah satu dari hakikat tersebut yang tidak
ada pada diri manusia, maka tidak dapat dikatakan sebagai manusia yang
sempurna baik dimata tuhan maupun manusia yang lainnya.
Jika kita katakan manusia sebagai mahluk sosial, maka hakikatnya akan hilang
jika ia berada di suatu tempat dalam keadaan sendirian. Demikian pula hal nya jika
seorang laki-laki memperkosa perempuan, pada saat itu juga hilanglah hakikat
moralnya. Hakikat manusia hanya dapat hilang jika ia sudah mati. Dengan
demikian hakikat itu tidak terikat dengan peran atau fungsi namun sesuatu yang
sudah ada dan wajib ada.
Berikut Jalius menjelaskan pengertian tentang hakikat ini. Hakikat adalah berupa
apa yang membuat sesuatu terwujud. Dengan kata lain dapat dirumuskan, hakikat
adalah unsur utama yang mewujudkan sesuatu. Hakikat mengacu kepada faktor
utama yang lebih fundamental. Faktor utama tersebut wajib ada dan merupakan
suatu kemestian. Hakekat selalu ada dalam keadaan sifatnya tidak berubah-rubah.
Tanpa faktor utama tersebut sesuatu tidak akan bermakna sebagai wujud yang kita
maksudkan. Karena hakekat merupakan faktor utama yang wajib ada, maka esensi-
nya itu tidak dapat dipungkiri atau dinafikan.
7
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia
dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam
hakikatnya manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga
manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang
harus dijalankan oleh setiap manusia. Sesungguhnya hakikat manusia adalah
makhluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri.
Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk
memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki
dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada
stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya. Naluri ini tidak setiap
waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahatan. Namun pada
hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung
jawab.
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
sehingga mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
c. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai selama hidupnya.
d. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
1. Pandangan Psikoanalitik
Menurut kaum psikoanalis tradisional (dalam Hansen dan warner 1977) manusia di
gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya bersifat instink. Dalam hal ini individu
tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi tingkah lakunya tersebut
semata-mata di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insstink biologisnya.
2. Pandangan Humanistik
3. Pandangan Behavioristik
Kaum behavioristik (Skinner) menganggap bahwa manusia sepenuhnya makhiuk
reaktif, yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Lingkungan
menjadi penentu tunggal tingkah laku manusia. Manusia tidak pada dasarnya baik
atau jelek, tetapi netral; menjadi baik atau jelek tergantung lingkunganrnya.
Kepribadian manusia terbentuk dari hubungan individu dengan lingkungannya,
yang diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditioning) dan
peniruan.
9
2.3. Wujud Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil
membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan
banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Disebut sifat hakikat
manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Karena manusia mempunyai hati yang halus dan dua
pasukannya. Pertama, pasukan yang tampak yang meliputi tangan, kaki, mata dan
seluruh anggota tubuh, yang mengabdi dan tunduk kepada perintah hati. Inilah
yang disebut pengetahuan. Kedua, pasukan yang mempunyai dasar yang lebih
halus seperti syaraf dan otak. Inilah yang disebut kemauan. Pengetahuan dan
kemauan inilah yang membedakan antara manusia dengan binatang.
Pada bagian ini akan dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang tidak dimiliki
oleh hewan) yang dikemukakan oleh paham eksistensialisme, dengan maksud
menjadi masukan dalam membenahi konsep pendidikan, yaitu :
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya
kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan menyadari diriyang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari
bahwa dirinya(akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Drijarkara
menyebut kemampuan tersebut dengan istilah “mengAku”, yaitu kemampun
mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-
potensi tersebut sebagaikekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat
berkembang kearah kesempurnaan diri.
2) Kemampuan bereksistensi
10
3) Kata hati
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya
perbuatan sebagai manusia.
4) Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron
dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan
kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata
hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat
manusia.
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk sosial. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang
lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut
sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut
11
(yang pada saat itu belum dipenuhi ), sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada
pihak lain yang harus dipenuhi haknya. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang
masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu
seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum).
Kebahagian itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara faktual tetapi
terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan
mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaitu: usaha, norma-
norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia
dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
Pengalaman itu terjadi karena adanya interaksi secara efektif dan efisien antara
manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
manusia. Interaksi manusia dengan lingkungannya secara efektif dan efisien yang
memberikan pengalaman yang dapat mengembangkan potensi-petensi
kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan. Oleh karena itu sebelum mempelajari
dimensi kemanusiaan perlu diketahui apa itu hakekat manusia.
12
Menurut Pratiwi (2012), hakekat merupakan sesuatu yang mesti ada pada
sesuatu dan jika sesuatu itu tidak ada maka sesuatu tidak berwujud. Jadi hakekat
manusia adalah sesuatu yang pasti ada pada manusia dan sesuatu yang dimiliki
dari manusia yang satu dengan yang lain itu berbeda. Pada hakekat manusia
terdapat 4 dimensi manusia yang dibawa dari lahir. Adapun dimensi-dimensi
tersebut adalah dimensi keindividuan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan
dimensi keberagamaan.
A. Dimensi Keindividuan
Menurut Irvan (2008), manusia sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami
atau sebagai anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi sebagai pribadi terutama hak
hidup, hak kemerdekaan dan hak memiliki. Konsekuensi dari adanya hak yaitu
manusia menyadari kewajiban-kewajiban, dan tanggung jawab sosial.
13
B. Dimensi Kesosialan
Perwujudan manusia sebagai makhluk sosial tampak nyata bahwa tidak pernah
ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup saling
bergantung, berhubungan, dan saling membutuhkan. Manusia lahir ke dunia dari
rahim ibunya dalam keadaan tidak mengatahui apa- apa, ia lahir dalam keadaan
tidak berdaya. Namun, bersamaan dengan itu ia lahir memiliki potensi kemanusiaan
berupa kekuatan pendengaran, penglihatan, budi dan nurani. Potensi kemanusiaan
tersebut merupakan modal dasar bagi manusia untuk berkembang menjadi dirinya
sendiri.
C. Dimensi Kesusilaan
Susila berarti dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai kehidupan
berupa norma yang berlaku di masyarakat dan moral yaitu ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam moral diajarkan segala perbuatan yang
dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai buruk yang
ditinggalkan. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga disebutkan manusia itu adalah
makhluk susila.
D. Dimensi Keberagaman
14
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Sejak dahulu kala, sebelum
manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwadi luar alam yang dapat
dijangkau dengan perantara alat indranya,diyakini akan adanya kekuatan
supranatural yang menguasai hidupalam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi
dan mendekatkan dirikepada kekuatan tersebut diciptakanlah mitos-mitos.
15
Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan
melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk
mentransformasikan nilai-nilai. Maka dalam pelaksanaanya, kegiatan tadi harus
berjalan secara serempak dan terpadu, berkelanjutan, serta serasi dengan
perkembangan anak didik serta lingkungan hidupnya dan berlangsung seumur
hidup. Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang
berkaitan dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik,
kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai pada
perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti pendidikan
bermaksud membuat manusia lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan
hidupnya dari kehidupan alamiyah menjadi berbudaya.
16
pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para
pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya.
Sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Ciri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipil
dunia hewan dari dunia manusia. Adanya sifat hakikat tersebut memberikan tempat
kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi
daripada hewan dan sekaligus menguasai hewan, terutama kemampuan
menghayati kebahagiaan pada manusia. Korelasi antara manusia dan pendidikan
dapat terlihat pada pernyataan: semua sifat hakikat manusia dapat dan harus
ditumbuhkembangkan melalui pendidikan dan berkat pendidikan, maka sifat
hakikat dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga
menjadi manusia yang utuh.
17
maupun rohani. Oleh karena itu, manusia memerlukan pendidikan demi
mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.
b. Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia, yaitu aspek potensi untuk
menjadi apa dan siapa, merupakan tugas yang harus diwujudkan oleh setiap orang.
a. Azas Potensial, yaitu manusia akan dapat didik karena memiliki potensi untuk
dapat menjadi manusia.
b. Azas Dinamika, yaitu manusia selalu menginginkan dan mengejar segala yang
lebih dari apa yang telah dicapainya.
c. Azas Individualitas, yaitu manusia sebagai mahluk individu tidak akan pasif,
melainkan bebas dan aktif berupaya untuk mewujudkan dirinya.
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan
segenap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan.
Ciri-ciri khas tersebutlah yang membedakan secara prinsipil dunia hewan dan dunia
manusia. Adanya hakikat tersebut memberikan tempat dan kedudukan pada
manusia sedemikian rupa sehingga derajat manusia lebih tinggi daripada hewan.
Salah satu hakikat yang istimewa adalah kemampuan menghayati kebahagian pada
manusia dapat dan harus ditumbuhkembangkan melalui pendidikan. Berkat
19
pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras
dan berimbang sehingga membuat kita menjadi manusia yang seutuhnya.
3.2. Saran
Manusia sebagai makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya
seharusnya memanfaatkan potensi dirinya demi keberlangsungan umat di dunia.
Hakikat manusia sebagai makhluk pribadi, manusia sebagai makhluk sosial,
manusia sebagai makhluk susila dan manusia sebagai makhluk religius hanya dapat
dijalankan oleh manusia itu sendiri sebagai andil dari kehidupan di dunia. Akhir
kata hakikat yang dimiliki oleh manusia harus sejalan dengan tujuan hidupnya dan
membedakan dirinya dari makhluk hidup lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
(Anjar, 2013; Basri, 2016; Dimensi Hakikat Manusia, n.d.; Dr. H. Chairil Anwar, 2014;
irma listiyani, 2020; Muhni & Sumantri, 2015; Suanda & Erawati, 2019)Anjar.
(2013). Sifat wujud hakikat manusia. 31 May.
https://www.wawasanpendidikan.com/2013/05/artikel-pendidikan-tentang-
sifat-dan-wujud-hakekat-manusia_30.html
Basri, H. (2016). Hubungan Antara Sifat Hakikat Manusia dengan Kebutuhan Akan
Pendidikan. 7 Desember.
https://hasanbasri748.wordpress.com/2016/12/07/hubungan-hakekat-
manusia-dengan-pendidikan/
20
http://info.trilogi.ac.id/repository/assets/uploads/PGSD/30589-modul-
pengantar-pendidikan.pdf
Dr. H. Chairil Anwar, M. P. (2014). Chairul Anwar Hakikat Manusia.Pdf (p. 280).
Muhni, D. A. I., & Sumantri, M. S. (2015). Manusia Menurut Ortega Y. Gasset. Jurnal
Filsafat, 1–43. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ut.ac.id/4028/1/MKDK4001-
M1.pdf&ved=2ahUKEwia4d2nmoHkAhVKqY8KHfb4BcAQFjAJegQIBxAB&us
g=AOvVaw1JH5ksrCgIlrXdlkYefnAv
Suanda, I. W., & Erawati, N. M. P. (2019). Modul Pengantar Pendidikan. Ikip Pgri Bali
Denpasar, 127.
21