Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DIMENSI-DIMENSI KEMANUSIAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama


Dosen pengampu: Dr. Nursyamsi, M.Pd.

Disusun oleh:

M. YOELANDO ZAFRAN
(2114090017)

PROGRAM STUDI TADRIS IPS KONSENTRASI SEJARAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. yang


sudah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan penulisan makalah
dalam pemenuhan tugas individu mata kuliah Psikologi Islam dengan judul
Dimensi-dimensi kemanusiaan. Penulis juga berterima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Agama, yaitu Ibu Dr. Nursyamsi, M.Pd. yang
sudah membimbing selama menjalani perkuliahan. Tidak lupa pula Penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu dalam pembentukan
makalah ini.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan sebuah referensi
yang baik dalam menggali informasi mengenai bagaimana cara mengembangkan
sebuah paragraf sesuai kaidah. Dengan kata lain, penulis mengharapkan
kesalahan seminimal mungkin dalam isi dan penulisan makalah ini.
Tetapi di balik semua harapan akan kesempurnaan, tentunya terdapat
suatu kekeliruan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kepada pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun untuk penulisan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk dunia pendidikan dan kebahasaan.

Padang, 2 Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dimensi Keindividualan...........................................................................3
B. Dimensi Kesosialan..................................................................................4
C. Dimesnsi Kesusialan.................................................................................5
D. Dimensi keberagamaan............................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dimensi manusia merupakan hal yang berkaitan dengan tujuan hidup
yang harus dilalui manusia sebagai makhluk Tuhan dan harus dikembangkan
secara serasi dan seimbang melalui pendidikan, khususnya pendidikan keluarga
(rumah tangga), yang kemudian dilanjutkan melalui bentuk dan jenjang formal
lainnya. Pendidikan formal dengan pendidikan nonformal lainnyalah yang akan
menghiasi perilaku hidup melalui perkembangan-perkembangan tren tersebut. Di
sisi lain, dimensi manusia dalam hal perbedaan ukuran tubuh, postur, termasuk
karakteristik, sikap, bakat dan kemampuan, ini berbeda dari orang ke orang.
Dalam kajian pendidikan Islam, ada tujuh tipe manusia. dimensi perlu
dikembangkan secara seimbang dan berkelanjutan di antaranya adalah sebagai
berikut:
 dimensi fisik;
 dimensi akal;
 dimensi iman;
 dimensi akhlak;
 dimensi kejiwaan;
 dimensi keindahan,
 dimensi sosial-kemasyarakatan.
Berbeda halnya dengan pandangan kajian bimbingan dan konseling yang
menyatakan bahwa dimensi-dimensi kemanusiaan meliputi:
 dimensi keindividualan;
 dimensi sosial;
 dimensi kesusilaan;

4
 dimensi keberagamaan.
Dengan demikian, kajian ilmu pendidikan dan pengajaran Islam
memberikan semacam pemahaman tentang perkembangan dalam semua dimensi
tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang ada di dalam pendidikan, karena sekecil
apa pun, kegiatan pendidikan juga tidak terlepas dari proses pembentukan dan
orientasi, sehingga manusia yang berkepribadian dapat diwujudkan bagi setiap
individu. Kepribadian manusia yang mulia adalah yang mampu mewujudkan
dimensi kemanusiaannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan dimensi keindividualan?
2. Apa yang dimaksud dengan dimensi kesosialan?
3. Apa yang dimaksud dengan dimensi kesusilaan?
4. Apa yang dimaksud dengan dimensi keberagamaan?

A. TUJUAN
1. Mengetahui tentang dimensi keindividualan
2. Mengetahui tentang dimensi kesosialan
3. Mengetahui tentang dimensi kesusilaan
4. Mengetahui tentang dimensi keberagamaan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. DIMENSI KEINDIVIDUALAN
Manusia adalah suatu kesatuan yang tak dapat dibagi-bagi antara aspek
jasmani dan rohani. Manusia memiliki sifat unik atau khas, artinya berbeda antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya baik secara fisik, psikis, maupun
sosial. Setiap individu memiliki keunikan, setiap anak manusia sebagai individu
ketika dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi diri sendiri (Tirtarahardja
& Sulo, 2005)
Berbeda dari yang lain. Tidak ada orang di dunia ini yang persis seperti
orang lain, bahkan kembar pun tidak bisa dianggap identik. Adanya individualitas
ini menyebabkan manusia memiliki keinginan, perasaan, cita-cita, kecenderungan,
nafsu, dan toleransi yang berbeda-beda.
Individu dalam diri manusia berhubungan dengan sisi luar manusia atau
tubuh. Dengan kepribadiannya, manusia ada di dunia, sehingga ia dapat
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya. Kepribadian setiap orang
berbeda dengan orang lain. Kepribadian manusia didasarkan pada aspek spiritual,
sehingga manusia bukanlah tiruan dari satu jenis kelamin. Manusia berharga
karena siapa mereka, bukan karena kesamaan mereka dengan spesies mereka.
Perbedaan antara manusia dan orang lain bukanlah kuantitatif tetapi kualitatif.
Individualitas memungkinkan orang untuk mengekspresikan individualitas
mereka, yang membuat orang unik satu sama lain(Sneijders, 2004).
Individu adalah “orang/orang”, sesuatu yang merupakan keseluruhan
yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Setiap orang memiliki kepribadian yang
unik. Kemampuan untuk mengurus diri sendiri merupakan sifat yang sangat
esensial bagi kelangsungan hidup individu pada manusia. Setiap anak memiliki
kebutuhan yang kuat untuk kemandirian, bahkan jika ada perasaan tidak berdaya

6
di sisi lain, sehingga mereka membutuhkan bagian lain dari hidup mereka yang
dapat mereka andalkan untuk perlindungan dan nasihat.
Orang sebagai individu yang terpisah, tidak hanya dalam arti
keseluruhan dan jiwa, tetapi juga dalam arti bahwa setiap orang adalah individu
(individu) yang unik dengan gaya kepribadiannya, termasuk kekuatan dan
kelemahannya. Individu adalah manusia yang tidak hanya memiliki peran tertentu
dalam lingkungan sosialnya, tetapi juga memiliki kepribadian dan pola perilaku
tertentu bagi dirinya sendiri. Persepsi individu atau hasil pengamatan manusia
dengan segala maknanya merupakan suatu totalitas ciptaan Tuhan, yang di
dalamnya terdapat tiga aspek yang melekat padanya, yaitu aspek jasmani organik,
aspek kerohanian dan aspek kesatuan sosial. Ketiga aspek ini saling
mempengaruhi, guncangan satu aspek akan mempengaruhi aspek lainnya
(Soelaeman, 1988).

B. DIMENSI KESOSIALAN
Manusia itu pada dasarnya adalah mahluk yang mampu bermasyarakat,
memiliki kecenderungan untuk bekerja sama, bergotong- royong, dan saling
tolong-menolong. Setiap manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk hidup
bersama dengan orang lain (Tirtarahardja & Sulo,2005).
Manusia dilahirkan dengan potensi sebagai makhluk sosial. Menurut
Immanuel Kant, manusia menjadi manusia hanya jika dia berada di antara
manusia. Hidup bersama dan antar sesama memungkinkan seseorang untuk
mengembangkan kemanusiaannya. Sebagai makhluk sosial, manusia saling
berinteraksi. Hanya dengan berinteraksi satu sama lain, menerima dan memberi,
orang dapat menyadari dan menjalani kemanusiaannya.
Dimensi sosial ini membuat orang tidak mampu hidup sendiri. Manusia
selalu membutuhkan satu sama lain. Kehadiran orang lain dalam kehidupan
seseorang membuat seseorang lebih sadar diri. Oleh karena itu, manusia selalu
hidup dalam kelompok sosial tertentu, di mana mereka dapat lebih memahami
nilai-nilai budaya yang diciptakan oleh generasi sebelumnya. Kondisi ini akan
memaksa manusia untuk bertindak secara khusus seperti manusia. Kehadiran

7
orang lain bagi orang lain juga memberi arti lebih bagi kehidupan mereka
(Sneijders, 2004).
Hidup bersama dengan sesama membuat hidup manusia selalu terkait
dalam relasi dengan sesamanya. Terkait dengan itu, mengutip pendapat Martin
Buber bahwa dalam diri manusia terdapat dua jenis relasi yang mendasar. Relasi
tersebut ialah relasi aku- objek (I-it) serta relasi aku-engkau (I-You). Relasi aku-
objek (I-it) berarti manusia dapat mempergunakan serta menguasai objek dengan
sesuka hatinya. Relasi aku-engkau (I-You) manusia menghargai sesamanya
dengan segala keunikannya. Sesama dipandang sebagai anugerah yang akan
semakin menyempurnakan setiap person yang terlibat dalam relasi tersebut.
(Bertens, 1990).

C. DIMENSI KESUSILAAN
Saat lahir, manusia tidak hanya dikaruniai potensi individualitas dan
sosialitas, tetapi juga potensi moralitas atau kesusilaan. Eksistensi manusia
memiliki dimensi moral karena memiliki hati nurani yang dapat membedakan
antara yang baik dan yang jahat. Adapun menurut Imanuel Kant, memang dalam
diri manusia terdapat hubungan faktual yang memberikan imperatif mutlak atau
imperatif kategoris (Van der Weij, 1991).
Manusia adalah makhluk yang berpegang pada nilai dan norma, baik
norma sosial, norma agama, maupun norma hukum. Manusia memiliki hati
nurani, yaitu mengetahui perbedaan antara yang baik dan yang buruk. Dimensi
kesusilaan atau moralitas berarti bahwa manusia mampu berbuat baik, seperti
kejujuran dan keadilan. Badan hukum adalah orang yang memiliki nilai-nilai,
menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut. Agar anak dapat
mengembangkan aspek moralnya, diperlukan upaya untuk mengembangkannya
dengan memberi mereka banyak kesempatan untuk berbuat baik (Tirtarahardja
dan Sulo 2005).
Kebebasan manusia bukanlah kebebasan mutlak tetapi kebebasan yang
bertanggung jawab. Kebebasan manusia memiliki batasan, seperti faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor yang membatasi kebebasan masyarakat dari luar adalah

8
lingkungan dan pendidikan, sedangkan faktor pembatas dari dalam adalah bakat
dan kapasitas. Kebebasan manusia juga memiliki aturan dalam norma yang
berbeda, seperti standar kesopanan, standar etiket, norma sosial, standar moral,
norma agama, standar adat, dan hukum (Azani, 2012).

D. DIMENSI KEBERAGAMAAN
Agama atau religiusitas diekspresikan dalam berbagai aspek kehidupan
manusia, aktivitas keagamaan tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan
tindakan ritual ibadah tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain karena
keyakinan agama, kekuatan gaib dikuatkan. Ini melibatkan tidak hanya aktivitas
yang terlihat dan terlihat oleh mata, tetapi juga aktivitas yang terlihat dan terjadi
di hati seseorang.
Karena itu, Keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi
atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi
banyak. Terdapat lima macam dimensi keberagamaan yaitu Dimensi keyakinan
idiologi, Dimensi Praktik Agama ritualistic, Dimensi Pengalaman eksperiental,
Dimensi Pengetahuan Agama Intelektual, dan Dimensi Pengamalan konsekuensi
(C.Y. Glock dan R. Stark Robertson, 1998). Adapun penjelasannya dari masing-
masing macam dimensi keberagamaan yang telah disebutkan adalah sebagai
berikut:
1. Dimensi Keyakinan Idiologis
Dimensi ini mengandung harapan-harapan di mana umat beragama
berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan menyadari kebenaran
doktrin-doktrin tersebut.
2. Dimensi Praktik Agama Ritualistik
Dimensi ini mencakup tindakan ibadah, ketaatan, dan hal-hal yang
dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agamanya. Adapun yang
dimaksud dengan Ritual adalah mengacu pada seperangkat ritual, tindakan
keagamaan formal, dan praktik sakral yang diharapkan oleh semua orang percaya.

9
3. Dimensi Pengalaman Eksperiental
. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-
perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseoang atau
didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan.
4. Dimensi Pengetahuan Agama Intelektual
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar
keyakinan, ritus- ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.
5. Dimensi Pengamalan Konsekuensi
Konsekuensi komitmen agama ini merupakan dimensi yang mengacu
pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan
pengetahuan seseorang dari hari ke hari.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dimensi kemanusiaan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan tujuan
hidup yang harus dilalui manusia sebagai makhluk Tuhan dan harus
dikembangkan secara serasi dan seimbang melalui pendidikan. Dalam pandangan
kajian psikologi menyatakan bahwa dimensi-dimensi kemanusiaan meliputi:
 dimensi keindividualan;
 dimensi sosial;
 dimensi kesusilaan;
 dimensi keberagamaan.
Oleh karena itu, kajian pendidikan dan pengajaran Islam memberikan
semacam pemahaman tentang perkembangan dalam semua aspek tersebut melalui
kegiatan pendidikan, karena sekecil apapun kegiatan pendidikan tidak mungkin
pula memisahkan proses pembinaan dan bimbingan, sehingga kepribadian
manusia tidak dapat dipisahkan. diwujudkan. untuk setiap individu. Kepribadian
mulia seorang manusia adalah yang mampu mewujudkan dimensi
kemanusiaannya sendiri.

B. SARAN
Kesempurnaan adalah keinginan semua orang. Begitu juga dengan
penulis, penulis berharap makalah yang penulis tulis dapat mencapai titik
kesempurnaan. Tetapi pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu
pun dengan makalah ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan di dalam
makalah yang penulis buat. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran
yang membangun, agar penulis dapat membuat makalah yang jauh lebih baik
dalam penulisan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

123dok. 2017. Dimensi Keberagamaan Pengertian Agama dan Keberagamaan 1.


Pengertian Agama. Diakses pada 3 September 2022, dari
https://bit.ly/3BfU4f5
Baharudin, 2004. Pengantar Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka pelajar
F.j.Monks, Siti Rahayu Haditono. 1999, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Husamah dkk. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas Muhamadiyah.
Hal. 15-16.
Jalaluddin, 2005. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Ramayulis. 2011. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia
Thouless, Robert H. 1995. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Hal. 34.
Yasin, Abdul Fatah. 2008. Dimensi Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN
Malang Press.
Zubaedi, 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

12

Anda mungkin juga menyukai