Disusun oleh:
M. YOELANDO ZAFRAN
(2114090017)
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Macam Kebutuhan....................................................................................3
B. Sikap Keberagamaan................................................................................5
C. Perlakuan Terhadap Manula.....................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja macam kebutuhannya?
2. Bagaimana sikap keberagamaannya?
3. Bagaimana perlakuan terhadap manula?
C. TUJUAN
1. Mengetahui macam kebutuhannya
2. Mengetahui sikap keberagamaannya
3. Mengetahui perlakuan terhadap manula
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. MACAM KEBUTUHAN
Dalam bukunya Pengantar Psikologi Kriminil Drs. Gerson Bawengan,
S.H mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang
dikemukakan olehJ.P Guilford sebagai berikut:
1. Kebutuhan Individual Terdiri Dari:
Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses penyesuain diri
denganlingkungan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein, air,
garam, mineral,vitamin, oksigen dan lainya.
Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi
kebutuhan akan perubahan terhadap temperatur badan.
Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar
dari gejalahalusinasi.
Lapar adalah kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk
membangkitkan energi secara organis
seks merupakan sebagai salah satu kebutuhan yang timbul dari dorongan
mempertahankan jenis.Tidak terpenuhinya kebutuhan seks ini akan menda
tangkan gangguan-gangguankejiwaan dalam bentuk prilaku seksual yang
menyimpang (abnormal)
2. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari
luar (stimulus),seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan sosial pada manusia
berbrntuk nilai. Jadi, kebutuhanitu bukan semata-mata kebutuhan biologis
melainkan jugakebutuhan rohaniah.Bentuk-bentuk kebutuhan ini menurut
Guilford terdiri dari:
6
a. Pujian dan hinaan
Kedua unsur ini merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan
sistem moralmanusia. Pujian merangsang manusia untuk mengejar prestasi dan
kedudukanya. Hinaanmenyadarkan manusia dari kekeliruan dan pelanggaran
terhadap etika sosial kekuasaan dan mengalah
b. Pergaulan
kebutuhan yang mendorong manusia untuk hidup dan bergaul sebagai
homo-socius (makhluk bermasyarakat) danZon-Politicon(makhluk yang
berorganisasi)
c. Imitasi dan simpati
kebutuhan manusia dalam pergaulanya yang tercermin dalam bentuk
meniru danmengadakan respon-emosionil.
d. Perhatian
Besar kecilnya perhatian masyarakat terhadap seseorang akan
mempengaruhi siapnya. Halini akan tampak dalam kehidupanya sehari-hari,
misalnya guru di muka kelas, penceramahataupun pemuka aliran keagamaan,
kebatinan, para artis panggung, dan sebagainya. Sikapdan perhatian khalayak
akan mempengaruhi sikap mereka
e. Kebutuhan Manusia akan Agama
Selain berbagai macam kebutuhan yang disebutkan di atas, masih ada
lagi kebutuhanmanusia yang sangat perlu diperhatikan, yaitu kebutuhan terhadap
agama. Manusia disebut sebagaimakhluk yang beragama (homo religius).
Ahmad Yamani mengemukakan, bahwa tatkala Allah membekali insan
itu dengan nikmat berfikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung
dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai
imbangan atas rasa takutterhadap kegarangan dan kebengisan akam itu.Walaupun
para ahli ilmu jiwa belum sepedapat tentang kemutlakan naluri beragama
ataunaluri keagamaan pada diri manusia, namun hasil penelitian mereka sebagaian
besar membenarkaneksistensi naluri itu.
Manusia dimanapun berada dan bagaimanapun mereka hidup, baik
secarakelompo atau sendiri-sendiri terdorong untuk berbuat dengan mempragakan
diri dalam bentuk pengabdian kepada Dzat Yang Maha Tinggi itu. Suku
7
bangsa primitif dengan sistem primitifnyadan bangsa yang telah maju dengan cara
penyembahan yang mereka atur sendiri.
Menurut Robert Nuttin, dorongan beragama merupakan salah satu
dorongan yang bekerjadalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan
lainya, seperti: makan, minum, intelek danlain sebagainya. Sejalan dengan hal itu
maka dorongan beragama pun menuntut untuk dipenuhi ,sehingga pribadi
manusia itu mendapat kepuasan dan ketenangan.
Sedangkan dengan Sigmund friend menekankan libido sxull dan rasa
berdosa sebagaifaktor penyebab yang dominan. Yang penting adanya suatu
pengakuan walaupun secara samar bahwa tingkah laku keagamaan seseorang
timbul dari adanya dorongan dari dalam sebagai faktorintern titik perkembangan
selanjutnya tingkah laku keagamaan itu dipengaruhi pula
oleh pengalaman keagamaan struktur kepribadian serta unsur
kejiwaan lainnya titik dengan kata lain dorongan keagamaan itu berperan sejalan
dengan kebutuhan manusia Selain itu dorongan ini juga berkembang selaras
dengan tingkat usia
B. SIKAP KEBERAGAMAAN
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya maka sikap keberagamaan
pada seorangdewasa antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran
yang matang bukansekedar ikut-ikutan
2. Cenderung bersifat realis sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalamsikap dan tingkah laku
3. bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha
untuk mempelajaridan memperdalam pemahaman keagamaan
4. tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung
jawab diri hinggasikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap
hidup
5. bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas
8
6. bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama Sehingga
kemantapan beragama selaindidasarkan atas pertimbangan pikiran juga
didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
7. sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masingsehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima memahami sertamelaksanakan ajaran agama yang
diyakininya.
8. terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan
kehidupan sosial sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi
sosial keagamaan sudah berkembang
9
Gejolak dan kegelisahan kegelisahan batin.Selain itu gejala psikologis yang
ditampilkan manusia usia senja ini adalah berupa pernyataan-pernyataan
kontroversial dan kritik terhadap hasil kerja generasi muda merekaseakan sulit
untuk mengemukakan pujian terhadap sukses maupun prestasi yang dicapai
olehgenerasi muda di dalam berbagai bidang Oleh karena itu kelompok usia ini
sulit hidup akurdan berdampingan dengan generasi muda ada semacam
Kecenderungan dalam diri merekauntuk senantiasa dipuji dan dibanggakan.Lain
halnya dengan konsep yang dianjurkan oleh Islam perlakuan terhadap
manusiausia lanjut dianjurkan seteliti dan telaten mungkin perlakuan terhadap
orang tua yang berusia lanjut dibebankan kepada anak-anak mereka bukan kepada
badan atau Panti Asuhan termasuk panti jompo.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi
akibat proses kematangan dan pengalaman, Perkembangan sebagai rentetan
perubahan jasmani dan rohani manusia menuju kea rah yang lebih maju dan
sempurna. Kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia sebagai makhluk
Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah
satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama. Salah satu fitrah inilah,
bahwa manu sia meneria Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain, manusia itu
adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian
dari fitrahNya. Dan Sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki perspektif
yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap
keberagamaan ini umumnya dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya, beragama bagi orang dewasa
sudah meruapak sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
B. SARAN
Kesempurnaan adalah keinginan semua orang. Begitu juga dengan
penulis, penulis berharap makalah yang penulis tulis dapat mencapai titik
kesempurnaan. Tetapi pada hakikatnya tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu
pun dengan makalah ini. Penulis menyadari banyak sekali kekurangan di dalam
makalah yang penulis buat. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran
yang membangun, agar penulis dapat membuat makalah yang jauh lebih baik
dalam penulisan makalah selanjutnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis. 2002. Pengantar Psikologi Agama, Cet. VI. Jakarta: Kalam Mulia.
Dradjat, Zakiah. 2005. Ilmu jiwa agama. Jakarta: Bulan Bintang, hal 43-45
12