Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan


Dosen Pengampu :
Dr. Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd.
Dhanar Dwi Hary Jatmiko, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Lina Shabrina 230210101135
Siti Nurhalisa 230210101065
Adinda Istiqomah 230210101115
Qolbiyatul Fitriyah 230210101138
Siti Hamidatin 230210101140

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas rahmat dan karunianya
sehingga makalah dengan judul “Hakikat manusia dan pendidikan” dapat terselesaikan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan kepada kami.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Dian Kurniati, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengajar kami dalam mata kuliah Pengantar ilmu pendidikan.
Tak ada hal yang sempurna di dunia ini, maka dari itu kami sadar bahwa makalah ini
juga masih memiliki banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap dengan adanya makalah ini akan menjadi bermanfaat bagi kami
khususnya bagi pihak lain yang berkepentingan pada umumnya. Atas kekurangan dan
kesalahan yang ada pada makalah ini, kami ucapkan mohon maaf.

Jember, 01 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manusia mengalami perubahan fisik dan psikologis sejak lahir. Manusia merupakan
makhluk cerdas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Sifat
pembangunan manusia menunjukkan aspek dinamisnya. Dengan kata lain, perubahan
terus terjadi dalam diri manusia. Tidak ada yang tetap sama kecuali perubahan. Salah satu
cara pembangunan manusia adalah pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan,


sikap, dan perilaku dalam suatu masyarakat dimana dia hidup dan tindakan atau proses
menanamkan, memperoleh pengetahuan umum, mengembangkan kekuatan penalaran dan
penilaian, serta mempersiapkan diri sendiri atau orang lain secara intelektual untuk
pendewasaan dana hidup, tindakan atau proses dalam memperoleh pengetahuan atau
keterampilan tertentu, sebagai sebuah profesi.

Melalui pendidikan manusia berharap nilai-nilai kemanusiaan diwariskan, bukan


sekadar diwariskan melainkan menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Nilai-nilai
kemanusiaan menjadi penuntun manusia untuk hidup berdampingan dengan manusia lain.
Upaya pendidikan melalui internalisasi nilai-nilai kemanusiaan menuntun untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia.

Berpikir menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lain, bahkan berpikir


membedakan antar manusia. Dengan berpikir, manusia dapat mengendalikan dirinya dan
lingkungannya. Sebagai manusia, kita memiliki tingkat keagenan tertentu dalam
mengendalikan diri, namun dengan mengendalikan lingkungan, manusia dapat
mengambil tindakan untuk mengeksplorasi lingkungan. Kendall memiliki perspektif
berbeda terhadap manusia dan lingkungan. Proses dan pengalaman hidup mengubahnya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud hakikat manusia?
2. Bagaimana hubungan hakikat manusia dengan pendidikan?
3. Apa itu hubungan hakikat manusia?
4. Jelaskan hak asasi manusia dengan harkat dan martabat manusia!
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia
2. Untuk mengetahui hubungan hakikat manusia dengan pendidikan
3. Untuk mengetahui hubungan hakikat manusia serta hak asasi manusia dengan harkat
dan martabat manusia.

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan hubungan manusia dan pendidikan
2. Menambah pengetahuan tentang hak asasi manusia dengan harkat dan martabat
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat manusia
Hakikat manusia merujuk pada sifat-sifat dan karakteristik inti yang
mendefinisikan manusia sebagai makhluk. Ini termasuk kemampuan berpikir, merasa,
dan bertindak secara rasional, memiliki kemampuan untuk belajar dan beradaptasi,
serta memiliki kesadaran diri. Hakikat manusia juga melibatkan aspek-aspek seperti
moralitas, empati, dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Ada berbagai macam pandangan mengenai pengertian tentang Hakikat manusia yang
dapat dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi)
dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropologi, psikologi,
politik), tetapi secara umum, manusia dianggap sebagai makhluk yang unik dan
kompleks dengan potensi luar biasa.

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara


prinsipil (jadi bukan hanya gradual) dapat membedakan manusia dan makhluk
lainnya. Keberadaan sifat-sifat ini memberikan manusia posisi atau derajat yang lebih
tinggi daripada makhluk lainnya dalam hierarki kehidupan. Wujud sifat hakikat
manusia yang membedakannya dengan makhluk lain diantaranya :

a. Kemampuan menyadari diri


Dengan kemampuan ini, manusia dapat mengenali ciri-ciri unik atau karakteristik
pribadinya. Hal ini memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya, termasuk orang lain dan benda-benda nonpribadi. Kemampuan ini juga
memungkinkan manusia untuk mengeksplorasi potensinya melalui pendidikan
guna mencapai perkembangan pribadi yang lebih baik. Selain itu, kemampuan
untuk mengenali diri juga memungkinkan manusia untuk mengembangkan
hubungan sosial dengan orang lain dan memperkuat identitas pribadi mereka
sendiri.

b. Kemampuan bereksistensi
Dengan adanya kemampuan ini, membuat manusia mampu memahami
eksistensinya secara sadar. Dalam konteks ini, keberadaan manusia memiliki
kebebasannya. Hal ini yang membedakan manusia dengan hewan yang ada di
kandang atau tumbuhan di kebun yang eksis tetapi tanpa kesadaran akan
keberadaan mereka, sehingga mereka memiliki peran pasif dalam lingkungan. Di
sisi lain, manusia memiliki kemampuan untuk mengelola lingkungannya. Untuk
mengembangkan kemampuan ini, pendidikan menjadi penting. Seseorang perlu
mendapatkan pengajaran dari pengalaman hidup mereka agar mampu menghadapi
permasalahan dalam kehidupan dan siap menghadapi apa yang akan datang.

c. Pemilikan kata hati


Istilah "hati" di sini merujuk pada hati nurani. Hati nurani memungkinkan
seseorang untuk membedakan antara tindakan baik dan buruk. Seseorang yang
memiliki hati nurani yang tajam akan memiliki kecerdasan akal budi yang
memungkinkan mereka membuat keputusan yang benar atau salah. Kemampuan
hati nurani ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan, sehingga hati yang semula
kurang peka dapat menjadi lebih sensitif. Hal ini penting karena hati nurani
berfungsi sebagai panduan moral dalam mengambil keputusan.

d. Moral
Moral atau sering disebut juga sebagai etika, yang merupakan hasil dari ekspresi
hati nurani. Namun, untuk mewujudkan nilai-nilai hati nurani dalam perbuatan,
diperlukan kemauan. Ini berarti bahwa tidak semua individu yang memiliki hati
nurani yang baik atau kecerdasan etika juga otomatis memiliki moral yang baik
atau keberanian untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Seseorang
hanya dapat dianggap memiliki moral yang baik atau tinggi jika mereka mampu
menerapkan nilai-nilai moral tersebut dalam tindakan yang sesuai.

e. Kemampuan bertanggung jawab


Salah satu karakteristik khas dari manusia adalah memiliki rasa tanggung jawab,
yang dapat mencakup tanggung jawab kepada entitas seperti Tuhan, masyarakat,
dan diri sendiri. Tanggung jawab kepada diri sendiri berhubungan dengan
pelaksanaan hati nurani. Tanggung jawab kepada masyarakat melibatkan
kepatuhan terhadap norma-norma sosial, sementara tanggung jawab kepada Tuhan
terkait dengan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip agama. Secara singkat, hati
nurani memberikan panduan moral, moral mendorong tindakan, dan bertanggung
jawab melibatkan kesediaan untuk menghadapi akibat dari tindakan yang diambil.

f. Rasa kebebasan
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang harus dijalani dengan
memahami batasan-batasan yang ada dalam kodrat manusia. Ini berarti bahwa ada
peraturan yang harus dihormati dan mengikat, sehingga kebebasan tersebut tidak
boleh merugikan kebebasan individu lain. Manusia memiliki kebebasan untuk
bertindak asalkan tindakan tersebut tetap sesuai dengan hati nurani dan prinsip-
prinsip moral atau etika. Pelanggaran terhadap peraturan akan berakibat pada
tanggung jawab dan sanksi, yang pada akhirnya dapat membatasi kebebasan
individu.

g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari hak


Secara ideal, ada hak dan kewajiban yang terkait. Hak hanya dapat diperoleh
setelah melaksanakan kewajiban, bukan sebaliknya. Pada kenyataannya,
seringkali hak dianggap sebagai bentuk kenikmatan, sementara kewajiban
dianggap sebagai beban. Padahal, manusia hanya dapat merasakan kebebasan
setelah mereka dengan sungguh-sungguh menjalankan kewajiban mereka dengan
baik dan memperoleh haknya secara adil. Kesediaan untuk menjalankan
kewajiban dan kesadaran akan hak ini harus ditanamkan melalui proses
pendidikan disiplin. Selo Soemardjan berpendapat bahwa ada empat jenis
pendidikan disiplin yang diperlukan untuk membentuk karakter yang memahami
kewajiban dan hak mereka. Pertama, disiplin rasional, jika dilanggar akan
membuat seseorang merasa bersalah. Kedua, terdapat disiplin sosial, jika
dilanggar akan menimbulkan rasa malu. Ketiga, ada disiplin afektif, jika
dilanggar akan menimbulkan rasa gelisah. Terakhir, disiplin agama juga
diperlukan, yang jika dilanggar akan menimbulkan perasaan bersalah dan dosa.

h. Kemampuan menghayati kebahagiaan


Kebahagiaan dapat dijelaskan sebagai kumpulan perasaan positif seperti
kegembiraan, kebahagiaan, dan kenikmatan yang dirasakan oleh individu. Secara
umum, banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan lebih terkait dengan
perasaan daripada pikiran. Namun, sebenarnya, selain perasaan, aspek-aspek lain
dari kepribadian dan pikiran juga mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Untuk
mencapai kebahagiaan, seseorang perlu berusaha. Upaya tersebut harus
didasarkan pada norma-norma atau prinsip-prinsip yang berlaku. Namun, usaha
yang dilakukan juga terkait dengan takdir Tuhan. Oleh karena itu, kemampuan
individu dalam merasa bersyukur dan menerima keadaan akan mempengaruhi
bagaimana mereka mengalami kebahagiaan. Dalam konteks ini, pendidikan agama
menjadi elemen kunci untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap kebahagiaan.

2.2 Hakikat pendidikan


Pendidikan pada hakikatnya mencakup kegiatan pendidikan, pengajaran dan
pelatihan. Kita melaksanakan tindakan tersebut untuk mentransformasikan nilai-nilai.
Oleh karena itu, ketika diterapkan kegiatan tersebut harus berjalan secara simultan,
terpadu, berkelanjutan, serta selaras dengan perkembangan peserta didik dan
lingkungannya dan berlanjut sepanjang kehidupan.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkembangan manusia. Pendidik memperhatikan segala hal mulai dari
perkembangan fisik, pikiran, perasaan, kemauan, kesehatan, keterampilan, sosial,
hingga perkembangan keyakinan(iman). Artinya pendidikan bermaksud menjadikan
manusia lebih sempurna dan meningkatkan kehidupan manusia dari kehidupan yang
alami menuju kehidupan yang beradab atau berbudaya.
Pendidikan memegang peranan penting dalam kesuksesan manusia di masa
depan. Seluruh potensi yang ada dalam diri manusia dapat dikembangkan lewat
pendidikan. Manusia bisa memilih jalur pendidikan yang ingin mereka tempuh, agar
dapat mengoptimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan dapat
diberikan secara formal, informal, maupun non formal. Ketiga jenis pendidikan ini
mempunyai peranan yang sesuai dalam mengubah manusia menjadi manusia yang
berilmu dan beradab.
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di lembaga
pendidikan, mulai dari tingkatan pendidikan prasekolah hingga tingkatan pendidikan
perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta. Sedangkan
pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga-
lembaga kursus, dan lembaga informal (pendidikan dalam keluarga), sebab keluarga
juga memiliki peranan di dalamnya.

2.3 Hubungan hakikat manusia dan pendidikan


1. Ada tiga ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagai:
a. Animal educable berarti pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang dapat
dididik.
b. Animal aducandum berarti pada hakikatnya manusia adalah manusia yang
dididik.
c. Homo educandus yang artinya manusia merupakan makhluk yang bukan
hanya harus dapat dididik tetapi juga harus dan dapat yang dididik.
2. Asas - asas keharusan atau perlunya pendidikan bagi manusia
a. Manusia sebagai Makhluk yang Belum Selesai
Manusia sebagai makhluk yang belum selesai berarti manusia harus
merencanakan, berbuat sesuatu, dan menjadi. Beradanya manusia didunia
adalah sebagai ciptaan Tuhan, manusia tidak mampu menciptakan dirinya
sendiri. Manusia memiliki historisaitas dan hidup bertujuan. Berbeda dengan
benda, manusia berinteraksi di dunia yang mana secara aktif meng"ada"kan
dirinya tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagaimana Tuhan
menciptakan manusia. Melainkan, manusia harus bertanggung jawab atas
dirinya dan harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi siapa nantinya.
Dengan demikian setiap saat manusia dapat menjadi lebih atau menjadi
kurang dari keadaannya. Karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa
lalunya. Misal manusia lahir dalam keadaaan tidak berdaya sehingga
memerlukan bantuan orang tuanya atau orang lain dan selain itu manusia
harus mengejar masa depan untuk mencapai tujuannya. Jadi dapat dikatakan ia
adalah manusia tapi sekaligus belum selesai mewujudkan dirinya sebagai
manusia.
b. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusia
Tugas dan tujuan manusia adalah menjadi manusia, berarti aspek
potensi untuk menjadi apa dan siapa merupakan tugas yang harus diwujudkan
oleh setiap orang. Manusia hidup didunia ini dalam keadaan belum tahu
menjadi apa dan siapa dirinya nanti. Manusia bersifat otonom yang artinya
bebas memilih mau menjadi apa dan siapa dimasa depannya tetapi bebas itu
masih dalam artian terikat pada aspek-aspek hakikatnya menjadi manusia.
Dengan kebebasan itulah seseorang wajib bertanggung jawab serta akan
dimintai pertanggungjawaban.
c. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
Perkembangan manusia bersifat terbuka yaitu pada kenyataannya
manusia hidup dengan berbagai kemungkinan yang mana manusia mungkin
berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaanya atau mampu menjadi
manusia. Sebaliknya, bisa juga berkembang kearah yang kurang sesuai.
Contoh: manusia memiliki kesempatan memperoleh kepandaian, sehat jasmani
rohani, tata krama yang baik, dan memiliki tujuan di hidupnya.
3. Asas - Asas Kemungkinan Pendidikan Ada lima asas antropologis yang mendasari
kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik dan dapat dididik yaitu:
a. Asas Potensialitas
Berbagai potensi yang ada pada setiap individu, memungkinkan ia mampu
menjadi manusia dan akan dapat didik. Dengan memerlukan suatu sebab yaitu
pendidikan.
b. Asas Dinamika
Manusia selalu menginginkan dan mengejar segala yang lebih dari apa yang
telah dicapainya. Dengan pendidikan, membantu manusia menjadi manusia
ideal maka terwujudlah asas dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.
c. Asas Individualitas
Pendidikan ada untuk membantu manusia mewujudkan dirinya. Manusia
sebagai makhluk individu yang tidak akan pasif, melainkan bebas dan aktif
berupaya untuk mewujudkan dirinya.
d. Asas Sosialitas
Sebagai makhluk sosial, manusia butuh bergaul dengan orang lain. Dengan ini
akan timbul timbal balik antara setiap individu yang berbeda dan
memungkinkan manusia untuk dapat dididik. Pendidikan yang disampaikan
melalui interaksi dan komunikasi antar sesama manusia.
e. Asas Moralitas
Kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik. Manusia
diharapkan dapat menerima pendidikan yang bersifat normatif )sesuai dan
terarah) berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu yang bersumber dari
agama maupun budaya yang ada. Pendidikan mutlak harus dilaksanakan.

2.4 Hubungan Hakikat Manusia dan Hak Asasi Manusia dengan Harkat dan
Martabat Manusia.
Dari penjelasan di atas,kita tahu bahwa hakikat manusia adalah seperangkat
konsep atau satuan gagasan mendasar tentang manusia dan makna keberadaan
manusia di dunia. Selain itu, manusia juga punya hak asasi yang wajib dimiliki oleh
setiap manusia. Hak asasi adalah hak-hak dasar yang melekat pada hakikat dan
eksistensi manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati dan
dilindungi oleh negara. Hak asasi bersifat langgeng dan universal.
Selain itu manusia juga harus memiliki harkat dan martabat sebagai manusia.
Harkat berarti nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang diberi cipta hak asasi
manusia, sedangkan martabat adalah tingkatan harkat kemanusiaan atau kedudukan
yang terhormat. Harkat dan martabat manusia mengandung makna bahwa manusia
adalah makhluk paling indah dalam pencitraan dan bentuknya,manusia juga
merupakan makhluk yang tertinggi derajatnya dan beriman pada Tuhan, makhluk
yang menjadi Khalifah di bumi serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki
hak asasi manusia.
Dalam hal-hal tersebut terjadi hubungan yang saling berkaitan antara satu
sama lain yang tidak dapat dipisahkan. Untuk mencapai kehidupan yang mana
manusia sebagai manusia yang sebenarnya maka diperlukan penerapan dan
pengakuan dari hakikat dan hak asasi manusia. Dengan begitu manusia akan menjadi
manusia dan memiliki harkat dan martabat. Tujuan manusia hidup adalah untuk
menuju manusia yang ideal atau sering kita sebut dengan self-realization(realisasi-
diri) yang erat sekali hubungannya dengan hakikat manusia,dengan begitu kita tahu
bahwa manusia akan menjadi manusia yang memiliki harkat dan martabat jika
manusia tersebut dapat menerapkan atau merealisasikan hakikat dan hak asasi
manusianya secara total.
Dengan begitu,kita tahu bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang paling
sempurna yang telah dikaruniai hakikat dan hak asasi agar dapat mengembangkan
potensi diri,berperan penting untuk kesejahteraan hidup,dan menjalani kehidupannya
sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat sehingga dapat bersesuaian
dengan norma-norma yang telah ditetapkan di masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan hakikat manusia dan hak asasi
manusia dengan harkat dan martabat manusia adalah untuk mencapai kehidupan
manusia yang sebenarnya yang sesuai dengan aturan-aturan dan norma-norma yang
telah ditetapkan. Hak-hak dasar tersebut harus diakui dan di hormati,kita sebagai
manusia harus bisa menghargai hak-hak tersebut dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga ,sekolah, masyarakat, berbangsa
dan bernegara agar tercipta pesamaan harkat dan martabat manusia sehingga akan
tercipta kehidupan yang aman,damai,dan selaras.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hakikat manusia merujuk pada sifat-sifat dan karakteristik inti yang
mendefinisikan manusia sebagai makhluk. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai
ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil (jadi bukan hanya gradual) dapat
membedakan manusia dan makhluk lainnya. Berikut sifat hakikat manusia yaitu:
Kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, Pemilihan kata hati,
moral, kemampuan bertanggung jawab, rasa kebabasan, Kesediaan melaksanakan
kewajiban dan menyadari hak, Kemampuan menghayati kebahagiaan.
2. Pendidikan memegang peranan penting dalam kesuksesan manusia di masa depan.
Seluruh potensi yang ada dalam diri manusia dapat dikembangkan lewat
pendidikan.
3. Hak asasi adalah hak-hak dasar yang melekat pada hakikat dan eksistensi manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati dan dilindungi oleh
negara. Hak asasi bersifat langgeng dan universal. Harkat dan martabat manusia
mengandung makna bahwa manusia adalah makhluk paling indah dalam
pencitraan dan bentuknya,manusia juga merupakan makhluk yang tertinggi
derajatnya dan beriman pada Tuhan, makhluk yang menjadi Khalifah di bumi
serta manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki hak asasi manusia.

3.2 Saran
Dengan menyadari hubungan hakikat manusia dan pendidikan, maka kita harus
lebih semangat untuk mendapat pendidikan. Dengan begitu kita tidak akan
menjadi orang yang minim pendidikan. Hal ini begitu penting, karena jika kita
sampai minim pendidikan kita akan menjadi orang yang biasanya disebut paling
tertinggal, Apalagi dengan zaman yang sudah canggih seperti sekarang.

Anda mungkin juga menyukai