Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI ANIMAL EDUCANDUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah: Pedagogik

Dosen Pengampu: Drs. Dindin M. Zaenal Muhyi, M.Pd. & Meity Suratiningsih, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Inge Aurellia B 205030007


Sitta Fadla Biyadillah 205030019
Lismawati Saepudin 205030029

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan berkat dan

Rahmat-Nya kita bisa menyelesaikan makalah yang Konsep Manusia Sebagai Animal
Educandum.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Drs. Dindin
M. Zaenal Muhyi, M.Pd. dan Ibu Meity Suratiningsih, S.Pd., M.Pd. pada mata kuliah
Pedadogik bertujuan untuk menambah wawasan tentang Manusia Sebagai Animal
Educandum bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Dindin M. Zaenal Muhyi, M.Pd.
dan Ibu Meity Suratiningsih, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu Pedagogik yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
bidang studi yang kami tekuni.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi makalah ini.

Bandung, 06 Februari

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut KBBI, manusia adalah makhluk yang berakal budi atau makhluk yang
mampu menguasai makhluk lain. Manusia sebagai makhluk yang berpolitik (zon
politicon), makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang berbudaya, makhluk yang
berbahasa, makhluk yang berbicara (Nata, 2009 : 29).

Harkat dan martabat manusia sejatinya adalah Makhluk paling indah dan paling
tinggi derajatnya, serta khalifah di muka bumi dan Pengembangan Manusia Utuh
(Monodualisme dan monopluralisme).

Dari dasar biologis, manusia harus dididik/mendidik karena pada dasarnya manusia
dilahirkan tidak berdaya. Oleh sebab itu, manusia dijuluki sebagai animal
educandum (makhluk yang dididik)dan animal educandus (makhluk yang mendidik)
sekaligus karena pendidikan adalah hal penting yang merupakan kebutuhan setiap
manusia dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, manusia
adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik
yangdilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo &
Ukim, 2009).

Dalam kamus besar bahasa indonesi, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka (Ihsan, 2005 : 2).

Pendidikan dapat ditinjau dari dua bagian yaitu secara pendidikan Islam dan
pendidikan umum. Salah satu sifat dari pendidikan adalah mengarah ke kemajuan.
Pendidikan juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempersiapkan sumber daya
manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut.
Anak-anak merupakan masa depan suatu bangsa, maka, jika dipersiapkan dengan
baik dengan pendidikan yang cukup, mereka akan berpengaruh terhadap kemajuan
suatu bangsa di masa yang akan datang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan manusia sebagai hewan?
2. Mengapa manusia harus dididik?
3. Mengapa manusia lahir tidak berdaya?
4. Apa yang dimaksud manusia sebagai dunia terbuka?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui maksud manusia sebagia hewan
2. Mengetahui alasan mengapa manusia harus dididik
3. Mengetahui alasan manusia lahir tidak berdaya
4. Mengetahu maksud dari manusia sebagai dunia terbuka
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia
BAB II

PEMBAHASAN
1.1. Manusia Sebagai Hewan
Manusia sebagai animal educandum yaitu manusia sebagai hewan yang didik dan harus
mendapatkan pendidikan. Dari pengertian tersebut secara tidak langsung menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara manusia dengan hewan, ialah bahwa manusia dapat dididik
dan harus mendapatkan pendidikan sedangkan hewan tidak dapat dididik dan tidak dapt
pendidikan. Manusia untuk dapat mewujudkan impian memanusiakan munusia adalah
dengan pendidikan.

Apakah hewan yang pintar dapat mengikuti segala intruksi bisa disebut terdidik? Tentu saja
jawabannya tidak, karena hewan menggunakan insting dalam kegiatannya dengan mengikuti
struktur atau pola-pola tertentu yang dilatih secara statis/tidak beruabh dan terus menerus.
Jadi secara mekanisme manusia dan hewan jelas berbeda. Hewan lebih kepada menghapal
pola-pola tertentu sementara manusia menilai pola ini dengan baik atau tidaknya. Itulah
mengapa manusia disebut makhluk yang istimewa dan sempurna karena diberikan akal dan
hati nurani yang tidak diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada makhluk lain. Walau
terrdapat beberapa persamaan tetap saja kurang pantas apabila manusia disamakan dengan
hewan. Manusia juga memiliki fitrah sebagia makhluk yang lemah dan tidak berdaya, yang
tidak tidak memiliki pengetahuan dan insting untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Namun manusia dapat dididik dalam suatu proses belajar yang membutukan
waktu lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, atau yang lebih dikenal
dengan pendidikan.

Pendidikan itu hanya dapat dilakukan oleh manusia karena hewan tidak dapat dididik dan
tidak mungkin menerima pendidikan. Sehingga tidak mungkin dilibatkan dalam pendidikan.
Karena hanya manusia yang memiliki akal budi sehingga dapat digunakan untuk menentukan
mana yang benar mana yang salah. Hanya manusia yang memiliki hati nurani yang dapat
mempertimbangkan segala tindak tanduk yang diperbuat. Tidak seperti hewan yang hanya
mengandalkan isnting dan kebiasaan yang sering dilakukan dan dilatih.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara manusia dengan hewan,
pada umumnya hewan tidak dapat dididik melainkan hanya dilatih melalui pemberian
tekanan-tekanan, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis/tidak
berubah, sedangkan manusia kebalikannya.

Pada dasarnya terdapat dua alasan dasar mengapa manusia itu harus dididik dan mendidik.
Alasan pertama adalah dasar biologis dan alasan kedua adalah dasar sosio-antropologis.
Dasar biologis mengemukakan bahwa manusia lahir dengan kondisi tidak berdaya dan tidak
dilengkap dnegan insting sempurna untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan bersaing dalam lingkunagn, serta
Pendidikan itu dimulai ketika manusia sudah pencapai penyesuaian jasmani. Dalam
pendidikan manusia memerlukan bantuan manusia lain yang lebih berdaya untuk
memberikan perlindungan dan perawatan serta untuk mengembangkan berbagai potensi yang
dimiliki. Dan manusia dewasa yang tidak brehasil didik perlu reedukasi.

Dasar sosio-antropologis mengemukakan bahwa peradaban tidak terjadi dengan sendirinya,


melainkan dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Dasar ini memberikan implikasi
terhadapa keharusan dalam pendidikan, yaitu diperlukan transformasi dari organisme
biologis ke organisme berbudaya, diperlukan juga transmisi dan internalisasi budaya.

Secara garis besar, manusia dapat dididik dan mendidik untuk menyesuaikan diri dengan
limgkungan, karena manusia lahir tanpa pengetahuan dan memerlukan bantuan orang lain
agar dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya.

Hakikat pendidikan bukan terletak pada perbaikan keterampilan seperti pada hewan,
melainkan kita mendidik anak sehingga kepribadiannya merupakan integritas, merupakan
kesatuan jasmani rohani, dan dapat berperilaku yang bertanggung jawab. Kemampuan
bertanggungjawab memerlukan kemampuan memilih nilai-nilai, khususnya nilai kesusilaan,
nilai religi, sehingga dapat berbuah kebaikan.

2.2. Mengapa Manusia Harus Dididik


Ada dua aspek mengapa manusia perlu dididik, yaitu dari segi pandangan masyarakat
dan segi pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan
merupakan perisai kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup
masyarakat kekal dan berkelanjutan dengan mewariskan pengetahuan keterampilan
dan berbagai nilai kepada generasi di bawahnya.

Dilihat dari kedua sudut pandang di atas, maka manusia perlu sekali diberi
pendidikan, karena tanpa pendidikan pewarisan kebudayaan dan pengembangan
potensi manusia tak dapat dilaksanakan dengan sepenuhnya.

Pendidikan dimulai dari lingkunagn terkecil yaitu keluarga lalu ke masyararakat


luar/lingkungan. Dari keluargalah pendidikan dimulai, walau hanya dari ruang
lingkup yang terbatasa tapi sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Ada tiga orientasi hubungan yang membuat manusia memeprtahankan hidupnya,
yaitu:

1. Hubungan dengan Tuhan YME


2. Hubungan dengan sesama manusia
3. Hubungan manusia dengan lam sekitar

Dari ketiga orientasi hubungan inilah, kemudian manusia mengembangkan proses


pertumbuhan kebudayaan, proses inilah yang mendorong manusia ke arah kemajuan
hidup sejalan dengan tuntutan zaman. Untuk mencapai semua kebutuhan tersebut,
maka diperlukan pendidikan yang dapat mengembangkan kehidupan manusia dalam
segala aspek kehidupan.

Kedudukan manusia sebagai subjek dalam masyarakat dan alam semesta ini memiliki
tanggung jawab besar yaitu menjalin hubungan harmonis dengan sesama manuisa
dan memelihara lingkungan hidup bersama agar lebih baik. Ada beberapa alasan
yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan,
yaitu :

a. Kenyataan bahwa manusia dilahirkan tanpa pengetahuan dan ketidak


berdayaan serta tidak dilengkapi dengan insting yang sempurna membuat
manusia memerlukan uluran bantuan orang lain.
b. Manusia dilahirkan tidak langsung dewasa maka dari situ manusia perlu
belajar dengan waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi
lingkungan, Berbeda dengan manusia primitif proses pendidikannya relatif
lebih singkat karena mereka mempunyai insting mempertahankan hidup,
proses pendewasaan pun dicapai dengan cara konvensioanal, dimana apabila
seseorang sudah memiliki ketrampilan untuk hidup khususnya untuk hidup
berkeluarga, seperti dapat berburu, dapat bercocok tanam, mengenal norma
norma, atau norma norma hidup bermasyarakat, sudah dapat dikatakan
dewasa,
c. Hakikat manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan
menjadi manusia jika tidak hidup dengan manusia lainnya. Lingkungan
manusia dibesarkan menentukan bagaimana perilaku manusia tersebut. Lain
halnya dengan hewan, dimanapun hewan dibesarkan akan tetap memiliki
perilaku hewan, seekor kucing yang dibesarkan dalam lingkungan anjing
akan tetap berprilaku kucing, tidak akan berperilaku anjing. Karena setiap
jenis hewan sudah dilengkapi dengan insting tertentu yang pasti dan seragam,
yang berbeda antara jenis hewan yang satu dengan yang lainnya.

Anak manusia lahir itu dalam kondisi perlu bantuan, jadi yang dibantu adalah
manusia yang memiliki aktivitas, kreatifitas yang diberikan harus sesuai deangan
arah pendidikan. Hasil dari bantuan menjadikan anak manusia bisa menjadi
manusia mandiri dengan proses yang tidak sebentar, membutuhkan waktu yang
lama dan proses ini tidak bisa terjadi dengan sendirinya harus dibantu manusia
lain.

Dalam konteks pendidikan yang dapat memebantu manusia agar menuju kearah
yang lebih baik itu adalah seorang guru, dan pengaruh orang-orang di lingkungan
sekolah.

Terdapat pandangan dasar antor pologis mengapa manusia disebut sebagai


makhluk yang dapat dididik, ada 4 pandang sudut yaitu:

1. Menilai bahwa manusia memiliki prinsip individualisme. Ciri khas setiap


anak yang dilahirkan dengan potensi yang berbeda-beda karena setiap
anak memiliki bakat alami yang dibawa semnjak lahir yaitu
individualisme
2. Prinsip sosialitas. Manusia hanya dapat melangsungkan hidup secara layak
hanya dengan bersama-sama orang lain. Ketika ia hanya sendiri maka ia
tidak seperti hidup. Pada hakikatnya manusia dapat berbicara karena
berinteraksi dengan orang lain.
3. Prinsip identitas moral. Semua manusia mampu mengambil keputusan
susilanya sendiri serta mampu mengarahkan perbuatannya selaras dengan
susila atau nilai kebaikan yang dipilihnya.
4. Prinsip uniksitas. Memandang bahwa setiap anak memiliki keunikan
tersendiri tidak ada yang sama, semua berbeda.

Dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan makhluk yang harus dididik dan
mendidik untuk merealisakain dirinya, memanusiakan manusia melalui
pendidikan. Pendidikan membantu manusia dalam mengembangkan potensi-
potensi yang ada di dalam diri, semua itu butuh bantuna manusia lain. Pada
akhirnya dengan pertolongan dan bimbingan tadi, manusia akan menjadi manusia
yang sebenarnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

2.3 Manusia Lahir Tidak Berdaya


a. Manusia Memiliki Kelebihan
Manusia seringkali dibandingkan dengan hewan, pada umumnya
dibandingkan itu ditunjukkan dari kelebihan martabat dan kehidupan
manusia diatas hewan. Kehidupan manusia dewasa ini ssungguh luar
biasa pesatnya, sehingga jarak antara kehidupan hewan dengan
kehidupan manusiawi rasanya bukan untuk dibandingkan.
b. Manusia Belum Dapat Menolong Dirinya Sendiri
Manusia dilahirkan dalam keadaan belum dapat menolong dirinya
sendiri, juga dalam hal-hal yaang sangat penting bagi kelangsungan
hidupnya. Dengan kata lain “manusia berada dalam keadaaan perlu
bantuan”, dan bantuan harus datang dari pihak lain. Tanpa bantuan dari
pihak lain, manusia tidak mungkin melangsungkan hidupnya. Bantuan
tersebut tidak saja bagi kehidupan fisiknya, namun juga bagi kehidupan
psikisnya dan kehidupan sosialnya.
c. Manusia Dilahirkan dalam Lingkungan Manusiawi
Manusia dilahirkan dalam lingkungan manusiawi yang bertanggung
jawab, yang berperasaan, bermoral, dan yang social. Keadaan anak
manusia yang perlu bantuan itu mengunggah dan mengundang kasih
saying bagi orang dewasa khususnya orang tuanya. Ketergantungan
anak diimbangi dengan kesediaan orang tua, guru untuk
membimbingnya. Proses saling mengisi dan saling mengimbangi ini
tidak disarankan sebagai suatu yang sulit dan rumit, melainkan justru
dirasakan merupakan suatu karunia yang mengikat dan memperdalam
hubungan kedua pihak.
2.4 Manusia Sebagai Dunia Terbuka
a. Manusia Belum Siap Menghadapi Kehidupan

Anak manusia dilahirkan dalam keadaan belum siap menghadapi kehidupan.


Karena belum siap dan belum terspesialisasi itu, ia harus mempersiapkan
diri dan mendapatkan suatu cara yang khas bagi dia dalam melaksanakan
kehidupan dan tugas hidupnya itu. Manusia harus menentukan cara dan
corak, arak dan tujuan hidupnya, bahkan makna hidup baginya

b. Manusia Mampu Menggunakan Alat

Melalui anggota tubuhnya manusia menemukan kemungkinan dan


kemampuannya untuk menggunakan alat. Kemampuan ini membuka corak
dan dimensi yang secara prinsipil berlainan dengan hewan. Dalam hal ini
semua tersirat dengan adanya :

1. Inisiatif dan daya kreasi manusia.


2. Kemampuan manusia untuk merealisasikan dirinya.
3. Kesadaran mansuia akan lingkungan.
4. Keterarahan hidup manusia kepada lingkungan.
5. Kesadaran manusia akan tugasnya dalam lingkungan hidupnya.
c. Manusia Sebagai Makhluk yang Perlu Dididik

Dengan menggunakan peristilahan dari Bloom, masalah nilai-nilai


kemanusiaan tidak hanya bergerak di bidang kognitif dan psikomotor, akan
tetapi juga dalam perealisasiannya dengan penuh kesadaraan dan tanggung
jawab harus sampai menjangkau bidang afektif, atau kalau digunakan
peristilahan dengan “pengajaran” saja belum cukup untuk membuat
seseorang bertindak susila. Untuk itu perlu “pendidikan” yang diartikan
mencakup keseluruhan pribaadi manusia, mencakup pengetahuan, nilai,
keterampilan, emosi, dan spiritual.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia


1. Factor Keturunan (hereditas)

Anak memiliki warisan sifat-sifat bawaan berasal dari orangtuanya dan


sukar dirubah, namun hal tersebut dari gen, bukan hasil belajar orangtuanya,
seperti warna kulit, suara berhubungan dengan struktur selaput suara, mata,
kecerdasan (IQ).

2. Factor Lingkungan ( evinronment)

Lingkungan di sekitar manusia dapat di golongkan menjadi 2 yaitu,


lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Lingkungan biotik adalah
lingkungan makhluk hidup yang bernyawa, terdiri dari 3 jenis yaitu :

 Lingkungan nabati atau lingkungan tumbuhan.


 Lingkungan hewani.
 Lingkungan manusia. , yaitu kehidupan manusia termasuk sosial,
budaya, dan spiritual.

Lingkungan abiotik adalah lingkungan makhluk tidak bernyawa, seperti :


batu, air, tanah, musim yang disebabkan iklim karena peredaran matahari.

3. Faktor Diri

Guru harus memahami faktor diri yang merupakan factor kejiwaan


kehidupan seorang anak. Factor-faktor ini dapat berupa perasaan (emosi),
dorongan untuk berbuat (motivasi), intelegensi, sikap, kemampuan
berkomunikasi, dan sebagainya. Beberapa ciri perkembangan kejiwaan anak
dikemukakan oleh Abu Ahmad (2001, 220-221), sebagai berikut :

a. Ciri Perkembangan Kejiwaan Anak TK


 Kemampuan melayani kebutuhan fisik secara sederhana telah
mulai berubah.
 Mulai mengenal kehidupan social dan pola social yang berlaku
dan dilakukannya.
 Menyadari dirinya berbeda dengan anak yang lainnya yang
mempunyai keinginan dan perasaan tertentu.
 Masih tergantung dari orang lain, dan memerlukan perlindungan
orang lain.
 Belum dapat membedakan antara yang khayal dan nyata.
b. Ciri Perkembangan Kejiwaan Anak SD
 Pertumbuhan fisik dan motoric maju pesat.
 Kehiupan social diperkaya dengan kemampuan bekerja sama dan
bersaing dalam kehidupan berkelompok.
 Mempunyai kemampuan memahami sebab akibat.
 Dalam kegiatan-kegiatannya belum membedakan jenis kelamin,
dan dasar yang digunakannya adalah kemampuan dan
pengalaman yang sama.
c. Ciri Perkembangan Kejiwaan Anak SMP
 Mulai mampu memahami hal-hhal yang abstrak (khyaal).
 Mampu bertukar pendapat dengan orang lain.
 Tumbuh minat memahami diri sendiri dan diri orang lain.
 Tumbuh pengertian tentang konsep norma dan social.
 Mampu memubuat keputusan sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai animal educandum yaitu manusia sebagai hewan yang didik dan
harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh manusia
karena hewan tidak dapat dididik dan tidak mungkin menerima pendidikan. Sehingga
tidak mungkin dilibatkan dalam pendidikan.

Pendidikan bisa dimulai melalui lingkungan yang terkecil yaitu keluarga, kemudian
ke masyarakat. Dengan lingkungan itu manusia bisa menjadi makhluk yang mendidik
dan dididik.

Manusia perlu dididik sebab pada dasarnya ketika lahir, manusia adalah makhluk
yang tidak berdaya, manusia tidak memiliki apapun termasuk pengetahuan, nilai
keterampilan, emosi, bahkan spiritual. Maka dari itu seiring berjalannya waktu,
dengan belajar dan berkembang manusia akan menambah pengetahuannya, nilai
keterampilannya, dan emosinya. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang yang
mempengaruhi perkembangan manusia misalnya seperti faktpr keturunan, faktor
lingkungan, dan faktor diri.

Dengan segala rintangan dalam hidupnya manusia menjadi makhluk yang belajar
setiap saat, karena manusia memiliki akal dan hati yang tidak dimiliki oleh hewan.
Dari situ bisa jelas terlihat bahwa secara arti, manusia berbeda dengan hewan.
DAFRAR PUSTAKA
Rijal. (2016). Manusia Sebagai Animal Educandum. Berbagi Ilmu, 1.

Anda mungkin juga menyukai