Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan
hidayahNya karena, dalam penyelesaian makalah ini, yang Berjudul “Asumsi dan
Dimensi Perkembangan Peserta Didik” dapat terselesaikan dengan baik sebagai
tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Kami telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada :
Ibu Erlia Utami Panjaitan, M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan
bimbingan,arahan,serta saran dalam pembuatan makalah ini.
Penulis masih menerima dengan tangan terbuka terhadap kritik dan saran
dari pihak yang peduli terhadap makalah ini agar menjadi bahan perbaikan
dikemudian hari. Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membaca. Terimakasih.

Rantauprapat, 27 September 2016

Kelompok 2

i
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................3

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................4
C. TUJUAN............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5

A. TRIDIMENSI PESERTA DIDIK..................................................................5


B. DIMENSI INDIVIDUAL................................................................................5
1. Perkembangan dimensi individual..........................................................7
2. Faktor di bidang pendidikan......................................................................7
C. DIMENSI SOSIAL PESERTA DIDIK................................................9
1. Perkembangan dimensi sosial..................................................................9
2. Faktor di bidang pendidikan......................................................................10
D. DIMENSI KESUSILAAN..............................................................................10
E. DIMENSI KEAGAMAAN.............................................................................12
F. ASUMSI-ASUMSI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK...................15
1. Nativisme dan Naturalisme......................................................................15
2. Empirisme...................................................................................................16
3. Konvergensi................................................................................................16

BAB III PENUTUP.......................................................................................................17

A. KESIMPULAN................................................................................................ 17
B. SARAN..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20

ii
BAB
I
PENDAHULUAN

2
A. LATAR BELAKANG

3anusia adalah mahluk yang serba terhubung dengan masyarakat,


lingkunganya, dirinya sendiri, dan Tuhan. beerling mengemukakan bah=a pada
abad ke<)0 manusia mengalami krisis t&tal. Disebut demikian karena yang dilanda
krisis bukan hanya segi<segi tertentu dari kehidupan seperti krisis ek&n&mi, krisis
energi, dan sebagainya, melainkan yang krisis adalah manusia sendiri. Dalam
krisis t&tal manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat, dengan
lingkunganya, dengan dirinya sendiri, dan dengan Tuhannya.

Tidak ada hubungan pengenalan pemahaman dan kemesraan dengan


sesama manusia, inilah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh
dari kebahagia>an. Dalam hubugan ini, pendidikan mempunyai peranan penting
sebagai =ahana untuk mengantar peserta didik untuk men(apai kebahagia>an,
yaitu dengan jalan membantu mereka meningkat kan kualitas hubungannya
dengan dirinya, lingkunganya, dan Tuhannya.

Untuk men(iptakan rasa kebersama>an dengan individu lainnya, rasa


mengh&rmati serta menjalin hubungan yang baik, maka diperlukan aturan didalam
kehidupan sehari<hari agar ter(iptanya manusia yang sempurna dan berahklah
yang baik, adapun beberapa dimensi yang perludiketahui yatu : dimensi
individualisme, dimensi s&sialisme, dimensi kesusialan dan dimensi keagama>an
(religi&us@.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja aspek dalam tridimensi peserta didik?

3
) Bagaimana peran dimensi tersebut bagi peserta didik, agar dapat

menjadikan peserta didik yang baik dalam s&sial maupun spritual?

2. Fa(t&r<fakt&r apa saja yang mempenagaruhi perkembangan peserta didik

dalam setiap dimensi?

C. TUJUAN

1. 3emenuhi tuntutan tugas yang diajukan &leh d&sen pembimbing.

). 3engetahui asumsi perkembangan peserta didik

2. 3engetahui dimensi<dimensi dalam perkembangan peserta didik.

BAB II

PEMBAHASAN

4
A. TRIDIMENSI PESERTA DIDIK

Dengan mengikuti pemikiran filsuf Kuno, Bas Van Rijekn (2009)


berpendapat bahwa manusia, termasuk peserta didik, terdiri dari unsur atau
dimensi, yaitu fisik, nurani dan pikiran.

1. Fisik manusia adalah penampakan di permukaan, atau ciri-ciri fisiknya


seperti (Jangkung, pendek, berbadan tegap, keriting).
2. Nurani atau nalar hati juga dapat dipandang sebagai bantuan bagi
keinginan seseorang, yang menyangkut perasaan pribadi (empati, simpati,
antipati)
3. Pikiran atau nalar (tak juga dapat dipandang sebagai bantuan bagi
keinginan seseorang atau peserta didik. Kesadaran menggunakan pikiran
(kesadaran, harga diri, integritas, jati diri)

B. DIMENSI INDI)IDUAL

Kata manusia berasal dari kata manu (Sansekerta) atau mensi (Latin) yang
berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin) yang berarti manusia. Istilah
individu berasal dari bahasa Latin, yaitu individum, yang artinya sesuatu yang
tidak dapat dibagi-bagi lagi atau satu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Secara
kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk
individu, manusia berperan juga sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individu,
manusia merupakan mahluk cipta'an Tuhan yang terdiri atas unsur jasmani (raga)
dan rohani (jiwa) yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Jiwa dan raga inilah yang membentuk individu. Manusia juga diberi
kemampuan (akal, pikiran, dan perasa'an) sehingga sanggup berdiri sendiri dan
bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa
akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat
individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). kepribadian

5
seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi
(indevide). Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan
adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda.

M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk


mandiri yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak terdapat rasa tidak
berdaya, sehingga memerlukan pihak lain, (pendidik) yang dapat dijadikan tempat
bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan, sifat-sifat sebagaimana
di gambarkan diatas yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu
ditumbuhkan dikembangkan melalui pendidika agar bisa menjadi kenyata'an.
Sebab tanpa dibina melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat
berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian yang unik, serta
kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia.

Dengan kata lain kepribadian seseorang tidak akan terbentuk dengan


semestinya, sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas
sebagai miliknya. Jika terjadi hal demikian seorang tidak memilki kepribadian
yang otonom dan orang seperti ini tidak akan memilki pendirian serta mudah
dibawa oleh arus masa, padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu
peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan kemandiriannya
sendiri.

1. Perkembangan dimensi individual

Demi berkembangnya individual yang lebih baik Pendidikan


mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi
mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan: Hilfe zur selbathilfe, yang artinya

6
memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya sendiri. Untuk dapat
menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapatkan berbagai pengalaman di
dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas,
kehendak, emosi/perasaan, tanggung jawab, keterampilan dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan
kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan
pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya
bisa diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar.

Di atas telah dikatakan bahwa perwujudan manusia sebagai mahluk


individual (pribadi) ini memerlukan berbagai macam pengalaman. Tidaklah dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, apabila pendidikan terutama hanya memberikan
aspek kognitif (pengetahuan) saja sebagai yang sering dikenal dan diberikan oleh
para pendidik pada umumnya selama ini. Pendidikan seperti ini disebut bersifat
intelektualistik, karena hanya berhubungan dengan segi intelek saja.
Pengembangan intelek memang diperlukan, namun tidak boleh melupakan
pengembangan aspek-aspek lainnya sebagai yang telah disebutkan di atas..

2. Factor dibidang pendidikan

Diantara faktor yang mempengaruhi, berkembangnya individu sangatlah


berfariasi, dalam pemaparan kali ini, factor yang ada hanyalah sebagian kecil dari
factor-faktor yang lain, Murray menekankan factor yang mempengaruhi individu
ialah kebutuhan dan motifasi merupakan penekanan yang cukup berpengaruh.
Dipihak lain murrray juga menekankan tuntutan lingkungan (environmental
press), tuntutan lingkungan adalah kekuatan-kekuatan dari orang lain yang dapat
mengarahkan perilaku seseorang.

Sebagai contoh, melihat seorang teman yang memperoleh nilai terbaik di


kelasnya, mungkin dapat menjadi sebuah dorongan yang memacu usaha seorang
teman untuk menjadi unggul. Adapun faktor yang mempengaruhi dalam
pendidikan antara lain:

7
Menurut teori nativisme, teori ini menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi
di bidang pendidikan yaitu bahwasanya individu lahir ke bumi membawa faktor
turunan, yang dibawa sejak lahir yang berasal dari orang tuanya. Teori nativisme
pada umumnya mempertahankan konsepsinya yang menunjukan berbagai
kesama'an atau kemiripan antara orang tuanya dengan anaknya, sebagai contoh:
orang tua yang memiliki keahlian dibidang sains maka akan memiliki keturunan
yang sama dengannya.

Namun teori nativisme tidak memberikan implikasi yang tidak kondusif bagi
pendidikan. Teori ini tidak memberikan kemungkinan bagi pendidik dalam upaya
mengubah kepribadian peserta didik. Berdasarkan hal itu, peran pendidik dan
sekolah sangat kecil sekali dapat dipertimbangan untuk mengubah kepribadian.

Sebab pendidikan dipandang tidak berfungsi untuk mengubah keadaan anak, anak
akan tetap sesuai dengan dasar yang dimilikinya. Namun demikian, hal tesebut
bertentangan dengan realitas yang sesungguhnya. Karena terbukti sejak dahulu
hingga sekarang, para orang tua dan guru, baik dirumah maupun disekolah,
mereka mendidik anak/siwa siswinya karena pendidikan merupakan faktor yang
sangat penting dan harus dilakukan dalam rangka membantu anak/siswa agar
berkembang sesuai yang diharapkan.

C. DIMENSI SoSIAL PESERTA DIDIK

Dimensi kesosialan merupakan dimensi yang pada dasarnya setiap


individu diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya dengan dasar-
dasar yang baik agar dalam perkembangan selanjutnya tidak meninggalkan bibit-

8
bibit perpe(ahan antara satu dengan yang lainnya demi ter(iptanya masyarakat
yang lebih k&ndusif.

Peserta didik memiliki keinginan untuk memahami dan menerima


lingkungan mereka, berusaha menjelaskan dan memanipulasi fen&mena alam
melalui ilmu pengetahuan, penalaran, per(&baan, bahkan juga dengan filsafat,
serta mit&l&gi dan agama.

Rasa ingin tahu baik alami maupun diren(anakan akan mend&r&ng peserta
didik menjadi manusia masa depa yang mampu men(iptakan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, tekn&l&gi, alat<alat (anggih, serta
keterampilan lain yang bermanfaat

Perkembangan dimensi kes&sialan dapat kita amati dari berbagai sisi,


antara lain

1. Perkembangan dimensi kesosialan

Bidang ilmu psik&l&gi dan s&sial menganalisis pengaruh lingkungan


s&sial terhadap prilaku individu maupun kel&mp&k dalam masyarakat, psik&l&gi
s&sial membantu kita memahami perilaku yang etis dalam ruang lingkup
masyarakat yang baik seperti apa. Pr&ses terbentuknya dimensi s&sial dan
perkembangannya dalam pendidikan seperti apa, dimensi kes&sialan pada diri
manusia tampak lebih jelas pada d&r&ngan untuk bergaul, dengan adanya
d&r&ngan untuk bergaul, setiap &rang ingin bertemu sesamanyaSebagai angg&ta
suatu masyarakat, sese&rang berke=ajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri
serta bekerja sama dengan masyarakat.

3asih banyak (&nt&h<(&nt&h lain yang menunjukan betapa d&r&ngan


s&sialitas tersebut demikian kuat tanpa &rang menyadari sebenarnya ada alasan
yang (ukup kuat. Se&rang fil&s&f Immanuel Kant menyatakan manusia hanya
menjadi manusia jika berada diantara manusia, maksudnya tidak ada se&rang
manusiapun yang dapat hidup se&rang diri tanpa membutuhkan &rang lain.

9
2. Fakt(r dibidan+ p*ndidikan

Sedemikian istime=anya hingga sek&lah telah menjadi salah satu ritus


yang harus dijalani &rang<&rang muda yang hendak mengubah kedudukannya
dalam susunan masyarakat. 3udah diduga bah=a jalan pikiran seperti itu se(ara
l&gis mengikuti satu yang menampung imajinasi may&ritas mengalir menuju
sebuah muara, sek&lah sebagai ka=ah tempat agen<agen perubahan di(etak.

Esensi dari sek&lah adalah pendidikan dan p&k&k perkara dalam


pendidikan adalah belajar. Oleh sebab itu tujuan sek&lah terutama adalah
menjadikan setiap murid di dalamnya lulus sebagai &rang dengan karakter yang
siap untuk terus belajar, bukan tenaga<tenaga yang siap pakai untuk kepentingan
industri. Dalam arus gl&balisasi de=asa ini perubahan<perubahan berlangsung
dalam temp& yang akan makin sulit diperkirakan.

5akupan perubahan yang ditimbulkan juga akan makin sulit diukur.


Pengaruhnya pada setiap individu juga makin mendalam dan tak akan pernah
dapat diduga dengan akurat.

D. DIMENSI KESUSILAAN

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih tinggi.
Akan tetapi dalam kehidupan bermasyarakat &rang tidak (ukup hanya berbuat
yang pantas jika didalam yang pantas atau s&pan itu misalnya terkandung
kejahatan terselubung.

Dimensi kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi. kesusilaan


diartikan men(akup etika dan etiket. Etika adalah (pers&alan kebaikan@
sedangkan etiket adalah (pers&alan kepantasan dan kes&panan@. Pada hakikatnya
manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta
melaksanakannya. Sehingga dikatakan manusia itu makhluk susila. Pers&alan
kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai<nilai kehidupan. Susila

1
berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih
sempurna.

Nilai kehidupan adalah n&rma yang berlaku dalam masyarakat, m&ral ialah
ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Dalam m&ral diajarkan segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai
buruk yang ditinggalkan.

1. Fakt&r dan Perkembangan dimensi kesusilaan


2. Tahapan perkembangan nilai<nilai yang terkandung dalam dimensi ini
memiliki berbagai ma(am tingkatan, antara lain:
a@ Tingkatan pertama, Anak ber&rientasi pada kepatuhan dan hukuman,
nilai dianggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya.

b@ Tingkatan kedua, Pada tahapan ini, sese&rang tidak lagi tergantung


pada aturan yang se(ara mutlak mengaturnya, namun sese&rang
menjadikan aturan sebagai suatu yang dianggap sebagai aturan yang
membuatnya tidak bebas dan selalu mengikuti kehendak pribadi.

(@ Tingkatan ketiga, Pada tingkatan ini se&rang anak memasuki umur


belasan tahun, dimana mereka mempelihatkan &rientasi perbuatan
yang dinilai baik.

d@ Tingkatan keempat, Pada tahapan ini, perbuatan baik yang


diperlihatkan sese&rang bukan hanya dapat diterima, melainkan
bertujuan agar ikut mempertahankan aturan dan n&rma<n&rma.
e@ Tingkatan kelima, Tingkatan ini merupakan tahapan &rientasi
terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan s&sial. Pada
stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan
s&sial, dengan masyarakat.
Fakt&r yang mempengahuri pertumbuhan dan perkembangan kesusilaan
manusia pada lingkungan keseharian pada dasarnya sese&rang diharapkan mampu
memahami dan mengamalkan nilai<nilai yang terkandung didalam unsur
masyarakat. Pengamalan disini tidak hanya pengamalan semata, namun harus
diajarkan dan diresapi sedemikian mungkin sampai ter(iptanya llingkungan yang
harm&nis dan itu terus berkelanjutan.

1
E. DIMENSI KEAGAMAAN 0RELIGIoUS1

Peserta didik merupakan makhluk yang memiliki energi spiritual dimana


dimensi spiritual merupakan nilai kemanusiaan sejati. Didalam energi spiritual
terkandung dimensi spiritual itu sendiri, intelektual, dan psik&material. Dimensi
tersebut yang membuat manusia menjadi bernilai, tanpa harus mengabaikan
dimensi fisiknya.

Peserta didik adalah insan yang berkesadaran dan memiliki pusat


kesadaran, berupa “diri sejati atau “jati diri , yang didalamnya terkandung rasa
(inta, inspirasi, kasih sayang, hati nurani, bahkan iluminasi. Dimensi spiritual dan
intelektual pun sesuai dengan kepentingannya menjadi alat bagi peserta didik
untuk belajar, mengingat fakta, menghitung persamaan, meren(anakan kegiatan,
dan sebagainya.

Dimensi<dimensi ini harus diaktivasi melalui layanan pendidikan. Satu hal


yang tidak kalah penting dalam dimensi spiritual adalah kesadaran, sesuatu yang
diidentifikasi sebagai dapat menembus semua lini kehidupan. Kesadaran peserta
didik adalah hubungan mereka dengan dunianya, sementara kemampuan berpikir
merupakan alat membuat keputusan.

Dimensi keagamaan merupakan dimensi dalam kehidupan manusia,


dimana dimensi ini merupakan (ara sese&rang mendiami alam semesta yang tidak
hanya dalam k&nteks keseharian saja, namun dalam keseluruhan hidup sese&rang
yang se(ara khusus adalah refleksi dari karakter yang kita yakini dan kita rasakan.

1
Setiap agama menawarkan konsepsi yang komprehensif mengenai alam semesta dan kehidupan manusia, agama-a
umat beragama.

Disini islam sebagai jalan hidup telah berdiri kokoh dan setabil, karena Al-
Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, ini adalah firman abadi dari
Tuhan yang dinyatakan dalam situasi manusia yang berbeda melalui Nabi dan
kitab suci yang berbeda-beda. Stabilitas islam berasal dari kepatuhan hukum Ilahi,
yang menentukan aspek kehidupan, hal ini pada umumnya juga diajarkan oleh
agama-agama yang lainya, namun islam tidak bisa disamakan dengan agama-
agama yang lainya, dalam hal ini Allah swt berfirman :
?´ ¹´2¸¹˚4 ´@˚¹´´ ¹J´¹˚>´´ s„ 4˚ u´ 89 2; 9¹ ¹>˝¹@´˚¸
Yang artinya: Dan Kami turunkan kepadamu kitab (Al-Qur-an) untuk
menjelaskan segala sesuatu ...” [An-Nahl: 89]
Dengan demikian berarti ruang lingup ajaran islam meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia. Yang tidak bisa disamakan dengan agama-agama yang
lainnya, dan diera globalisasi sekarang ini sudah dibuktikan kebenaran agama
islam, dimana mana Al-Qur'an yang menjadi pedoman memberikan kontribusi
yang luar biasa bagi umat manusia.
1. Faktor dan perkembangannya dalam pendidikan
Proses perkembangan agama dalam pendidikan dilatarbelakangi dengan semakin
merosotnya moral manusia dalam ruang lingkup keseharian saat ini. Hal inilah
yang menjadi tujuan dalam pendidikan, yang bertujuan membina dan mendidik
seseorang agar menjadi manusia yang bermoral dan berakhlak mulia.
Ilmu pengetahuan adalah alat yang harus dimiliki manusia, agar mencapai
kesempurnaan dirinya, antara lain meliputi berbagai aspek dalam pembentukan
kepribadian dibidang pendidikan, dalam hal ini pendidikan berbasis pesantren lah
yang menjadi pondasi utama dalam pelaksanaannya namun tidak meninggalkan
antar individu dengan lingkungan dalam sistim pengajarannya, proses dan faktor
yang mempengaruhi diantaranya:
a. Pembentukan hati
1) Pembentukan kata hati nurani.

1
2) Pembentukan niat dalam melakukan.

b. Pembentukan kebiasaan
1) Kebiasaan berbuat ihsan kepada Allah swt.
2) Kebiasaan berbuat ihsan kepada sesama manusia,
3) Kebiasaan berbuat ihsan terhadap makhluk Allah lainnya.

c. Pembentukan daya jiwa


Pembentukan filsafat atau pandangan hidup yang selaras dan seimbang
dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan tuntutan agama.
Dari ketiga pembahasan di atas, dalam hal ini memiliki dua nilai, yaitu:

a. Nilai Fungsional
Yang dimaksut disini, ialah relevansi bahan dengan kehidupan sehari-hari.
Jika bahan itu mengandung kegunaan, atau berfungsi dalam kehidupan sehari-
hari, maka itu berarti memiliki nilai fungsional. Ditinjau dari seg
i agama, jelas bahwa ajaran itu harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Nilai Esensial
Maksutnya, ialah nilai hakiki yng diajarkan dalam islam. Bahwa
kehidupan yang hakiki itu berlanjut di alam baqa, jadi kehidupan itu tidak
berhenti di dunia saja, melainkan terus sampai alam akhirat. Dengan demikian
seluruh nilai-nilai pengajaran islam itu bermuara pada nilai hakiki atau nilai
esensial, yang berbentuk nilai pembersian ataupensucian rohani atau jiwa! yang
memungkinkan seseorang untuk siap menerima, memahami dan menghayati
ajaran agama islam sebagai pandangan hidupnya menuju manusia yang bermoral
dan sesuai dengan landasan-landasan agama yang memungkinkannya untuk selalu
menjadikan ajaran agama sebagai landasan dalam bersikap yang baik.

F. ASUMSI-ASUMSI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


1. Nativisme & Naturalisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti kelahiran, sedangkan
naturalisme berasal dari kata natur, yang berarti alam. Asumsi dasar aliran ini
adalah perkembangan anak atau peserta didik ditentukan oleh bawaanya sejak
lahir. Anak dilahirkan ke dunia sudah mempunyai pembawaan dari orang tua dan
itulah yang menentujan perkembangan dan hasil pendidikan mereka selanjutnya.
Menurut pandangan ini, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat tidak
banyak mempengaruhi perkembangan peserta didik lebih lanjut. Tokoh aliran

1
nativisme adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860), seorang filsuf Jerman,
sedangkan aliran naturalisme yang dipelopori oleh Jean Jaquest Rousseau.

2. Empirisme

Empirisme berasal dari kata empire yang bermakna pengalaman. Jika


peserta didik menerima lanyanan dari guru yang baik, belajar di sekolah dengan
fasilitas yang lengkap, dan lingkungan yang kondusif, perkembangan mereka
akan menjadi optimal. Aliran ini berlawanan dengan aliran nativisme karena aliran
ini berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi dewasa itu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman dan pendidikan yang diterimanya
sejak kecil.
Tokoh aliran ini adalah John Locke, yang memanadang bahwa anak yang
dilahirkan itu ibarat kertas putih, kaca yang bening atau laksana tabularasa aliar
meja lilin putih.

3. Konvergensi

Konvergensi berasal dari kata convergative yang bermakna penyatuan atau


kerjasama dua sisi untuk mencapai hasil yang optimal. Perkembangan anak
merupakan fungsi dari interaksi faktor bawaan dan lingkungan. Perkembangan
anak ibarat bibit yang baik ditanam pada tempat yang cocok, dengan
pemeliharaan yang prima.

1
T&k&h aliran ini adalah William Stern, se&rang ahli ilmu ji=a
berkebangsaan jerman. Bagi stern k&mbinasi yang k&ngruen antara pemba=aan
dan lingkungan menentukan perkembangan anak.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Tridimensi peserta didik memiliki 2 aspek :
a. Fisik merupakan penampakan di permukaan. (Jangkung, pendek,
berbadan tegap, keriting@
b. Nurani, Dapat dipandang sebagai Bantuan bagi keinginan sese&rang
yang menyangkut perasaan pribadi (empati, simpati, antipati@
(. PikiranCNalar &tak, Kesadaran menggunakan pikiran (kesadaran, harga
diri, integritas, jati diri@.

). Dimensi S&sial
Peserta didik merupakan mahkluk s&sial yan unik dibandingkan dengan primata yang lain, seperti kemampuan
2. Dimensi spritual.
Peserta didik merupakan makhluk yang memiliki energi spiritual dimana dimensi spiritual merupakan nilai kem
Peserta didik adalah insan yang berkesadaran dan memiliki pusat
kesadaran,berupa“dirisejatiatau“jatidiri,yangdidalamnya

1
terkandung rasa (inta, inspirasi, kasih sayang, hati nurani, bahkan
iluminasi. Dimensi spiritual dan intelektual pun sesuai dengan kepentingannya menjadi alat bagi peserta d

Dimensi<dimensi ini harus diaktivasi melalui layanan pendidikan.


Satu hal yang tidak kalah penting dalam dimensi spiritual adalah kesadaran, sesuatu yang diidentifikas
keputusan.

4. Dari uraian yang telah dibahas diatas dapat disimpulkan bah=a, dari
keempat dimensi<dimensi terebut, bah=a dimensi tersebut merupakan ji=a
manusia yang harus ditata sedemikian rupa, agar dalam pelaksanaan dalam
berbuat dan bersikap dalam kesehariannya memiliki aturan dalam
pelaksanaannya (sesuai nilai dan m&ral yang terkandung dalam
masyarakat@. Dan dari keempat dimensi yang dibahas, ada satu dimensi
yang harus menjadi pegangan agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan
yang diharapkan, yaitu dimensi keagamaan, dalam hal ini menjadi p&ndasi
yang paling utama dan yang paling indah menuju indahnya hidup didunia
dan setelah mati nantinya.

7. Sedangkanfakt&ryangmempengaruhiperkembangananakadalah
ke(erdasan, em&si, dan interaksi dalam lingkungan. 3enurut R&bert J.

0avighurst pada usia tertentu sese&rang harus mampu melakukan tugas<


tugas perkembangan. Setiap tahap perkembangan individu haru sejalan

dengan perkembangan aspek<aspek lainnya, yaitu fisik, psikis, em&si&nal,


m&ral, dan s&sial.

1
B. SARAN

Guru diharapkan untuk menyadari bah=a setiap &rang mempunyai (ara yang berbeda untuk mempelajari inf&rma
kaitannyadenganperkembanganpesertadidik.Sebagaiguru,kitaharus

memahami asumsi<asumsi dari peserta didik.. 0al ini dapat di(apai apabila guru
mengetahuikarakteristikmurid<muridnyayang,audi&t&rial,maupunyang

kinestik. perkembangan intelektual anak berbeda satu sama lain, sekalipun anak<
anak tersebut usianya relatif sama.

DAFTAR PUSTAKA

0art&n&,Agung.1;;7. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :#ineka Cipta,

1
Sabri, Alisuf.1993. Pengantar Psikologi Umum dan
Perkembangan.Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya.

Waade, Carol.2007. Psikolog.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai