Anda di halaman 1dari 12

STUDY PEMULIAAN JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L)

DI P.T BISI INTERMASIONAL


FARM DESA GOBLEG, BULELENG BALI

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

OLEH :

GEDE WIDYASAPUTRA

019.01.0003

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANJI SAKTI
SINGARAJA
2022

i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bibit tanaman adalah suatu calon tanaman yang sudah mengalami masa
penyemaian, tumbuh memiliki batang dan daun, sudah berbentuk bukan berupa
biji, atau sudah dapat dipindah tanam pada media yang lebih besar, seperti lahan
atau pot yang lebih besar. Budidaya pembibitan yang ramai dipasaran adalah
pembibitan tanaman buah, karena semakin tinggi tingkat kesulitan pembibitan
maka semakin tinggi pula nilai jual suatu bibit. Jenis pembibitan yang dilakukan
bermacam- macam mulai dari sambung tanaman, cangkok, okulasi, dan lain-lain.
Umumnya perbanyakan bibit dilakukan pada tanaman buah tahunan, seperti
durian, mangga, blimbing, nangka dan jenis tanaman buah tahunan lainnya
(Prastowo N et al, 2006).

Keanekaragaman jenis buah-buahan merupakan sumber genetik yang sulit


ditemukan di daerah lain. Plasma nutfah ini dapat menjadi bahan utama dalam
perakitan jenis baru atau varietas unggul buah-buahan di masa datang (Sunarjono,
2006). Pembibitan tanaman buah terus dikembangkan karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi dibandingkan tanaman pangan, selain itu buah-buahan juga
bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk yang bernilai
besar, dan pasar yang terus berkembang. Oleh karena itu, tanaman buah-buahan
tepat dikembangkan sebagai usaha agribisnis (Tim Penulis PS, 2007).

Berdasarkan data BPS mengenai produksi tanaman buah-buahan di


Indonesia pada tahun 2015 – 2016, data hortikultura tanaman buah-buahan dan
sayuran tahunan yang dikumpulkan mencakup 22 (dua puluh dua) jenis buah-
buahan tahunan, yaitu alpukat, anggur, apel, belimbling, duku/langsat/kokosan/,
durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam/keprok, jeruk besar, mangga, manggis,
markisa, nangka/campedak, nanas, papaya, pisang, rambutan, salak, sawo, sirsak,
sukun, dan tiga (tiga) jenis sayuran tahunan, yaitu jengkol, melinjo, dan petai.
Terdapat lima komoditas unggulan yaitu tanaman pisang, jeruk

1
2

siam/keprok/orange/tangerine, tanaman mangga, dan tanaman nanas, lima


komoditas ini diproduksi hampir di setiap provinsi di Indonesia (BPS, 2016).

Menanam bibit buah kini sedang menjadi kegemaran masyarakat, selain


hasil panen yang dapat dinikmati sendiri, juga dapat menjual hasil panennya di
pasaran. Oleh karena itu, semakin banyak pula toko-toko penjualan bibit,
pemasaran penjualan bibit kini semakin mudah dan modern. Dengan adanya akses
internet, penjual dapat menjual produk bibitnya secara online diberbagai e-
commerce. Mulai dari bibit sayur, tanaman hias, dan tanaman tahunan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka yang menjadi
permasalahannya adalah:

1. Bagaimana Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Sayuran Di Kabupaten


Tanggamus?
BAB II
ANALIS USAHA
2.1 Aspek Teknis
2.1.1 Lokasi Usaha

Lokasi usaha pembibitan tanaman buah-buahan dipengaruhi oleh faktor


ketersediaan air sepanjang tahun dan ketersediaan pohon induk penghasil mata
tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Ketersediaan air mutlak
diperlukan untuk pembibitan karena bibit tanaman sangat memerlukan air untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Penangkar bibit umumnya mempunyai
sendiri pohon induk penghasil mata tempel sedang biji batang bawah diperoleh
dari pedagang biji atau penangkar membeli dari petani buah di sekitar lokasi
usaha pembibitan

2.1.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan


Fasilitas produksi usaha pembibitan tamanan buah-buahan yaitu
lahan pembibitan, biasanya berada pada lahan terbuka seperti di sawah dan
showroom yang terletak di tepi jalan raya, terpisah dari lokasi pembibitan.
Luas showroom biasanya kecil hanya lebih kurang 10% dari lokasi
pembibitan. Showroom merupakan bangunan tempat memamerkan bibit
tanaman buah, biasanya berupa dangau tanpa dinding yang beratapkan
daun kelapa dengan rangka terbuat dari bambu.
Fasilitas produksi lainnya yakni kebun buah yang berfungsi
sebagai pohon induk penghasil mata tempel dan juga dapat berfungsi
sebagai sumber mata pencaharian tambahan. Pohon induk tersebut adalah
pohon induk (tanaman buah) yang telah diobservasi dan varietasnya telah
dilepas oleh Menteri Pertanian serta layak sebagai penghasil mata tempel.
Kelayakan pohon induk penghasil mata tempel meliputi keadaan pohon
induk dan perkiraan jumlah mata tempel. Pohon tersebut merupakan
pohon induk utama yang akan diperbanyak secara vegetatif dan sumber

4
5

penghasil mata tempel atau bahan sambung untuk perbanyakan


selanjutnya.
Pohon induk yang dimiliki penangkar berjumlah banyak, sebagai
contoh jumlah pohoh induk yang dimiliki salah satu penangkar di
Kecamatan Sawan terdiri dari 20 pohon durian Kani, 3 pohon mangga
Arumanis, 4 pohon mangga Lalijiwa dan rambutan masing-masing 5
pohon untuk Binjai, Rapiah dan Lebak Bulus. Ada pula penangkar di
Kecamatan Kabutambahan yang memiliki 50 pohon induk mangga terdiri
dari 40 pohon mangga Arumanis dan 10 pohon mangga Lalijiwa. Mata
tempel yang diproduksi tergantung dari umur pohon, besarnya kanopi/luas
tajuk tanaman dan kesuburan tanah. Untuk pohon yang berumur 5-6 tahun
dan luas kanopi/tajuk 2-3 m dapat menghasilkan lebih kurang 3000 mata
tempel.
2.1.3 Bahan Baku
Bahan baku dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah
mata tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Mata tempel
untuk batang atas harus lulus sertifikasi dari Instansi Penyelenggara
Sertifikasi dan berasal dari pohon induk yang telah diobservasi dan telah
dilepas varietasnya oleh Menteri Pertanian.
Biji atau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus
berasal dari pohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi
Penyelenggara Sertifikasi dan dinyatakan layak sebagai pohon
induk/penghasil benih sumber. Pohon induk tersebut harus jelas
varietasnya, telah direkomendasikan sebagai penghasil batang bawah dan
telah terdaftar di Instansi Penyelenggara Sertifikasi, diketahui lokasinya,
mempunyai batas-batas/daerah yang jelas dan diberi identitas. Akan lebih
baik lagi apabila pohon induk tersebut terisolasi dari pohon lainnya yang
sejenis. Pohon induk tersebut dapat berasal dari biji (hasil perbanyakan
generatif) atau dari hasil perbanyakan vegetatif.
Biji yang digunakan untuk batang bawah adalah biji mangga Sanih,
rambutan Si Nyonya dan durian Kerikil. Syarat biji yang dipakai adalah
6

perakaran yang kuat dan menyebar merata, kompatibel dengan batang atas,
tahan terhadap organisme pengganggu tanaman, mempunyai daya adaptasi
yang luas, tidak berpengaruh buruk terhadap kuantitas dan kualitas buah.
Kebutuhan mata tempel dalam usaha pembibitan tanaman buah-
buahan dapat berasal dari kebun buah milik penangkar, namun seiring
dengan berjalannya waktu jumlah mata tempel yang tersedia semakin
menipis sehingga penangkar membeli dari luar kebunnya. Sedangkan
kebutuhan biji untuk batang bawah penangkar umumnya membeli biji dari
pedagang biji atau penangkar membeli langsung ke petani buah.
Sarana produksi yang digunakan adalah plastik,
keranjang/polybag/karung, pestisida, pupuk urea dan pupuk kandang.
Penangkar umumnya tidak memperoleh kesulitan dalam memperoleh
sarana produksi, karena ketersediaan sarana produksi di wilayah ini
melimpah

2.2. Aspek Ekonomi


Analisis keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu
dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pendapatan dan
pengeluaran/biaya, kemampuan melunasi kredit, serta kelayakan usaha
ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan finansial seperti Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBP) dan
Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C).
Proses pembibitan tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan
tanah sampai dengan panen mencapai 14 bulan (1 musim tanam). Asumsi
total kehilangan hasil sebesar 30% (saat okulasi 20% ditambah 10%
setelah okulasi). Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan
dan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel dengan produksi
bibit setiap tahun adalah sama yaitu 70.000 bibit.
Bibit yang berhasil dijual tiap tahun sebesar 80 % dari total
produksi bibit tiap tahun. Bibit yang tidak laku terjual dapat dijual kembali
pada tahun berikutnya. Tenaga kerja tetap, termasuk didalamnya tenaga
7

kerja manajerial berjumlah 8 orang dengan upah Rp 500.000 per orang per
bulan. Dari hasil survei, pemilik usaha pembibitan tanaman buah-buahan
sekaligus bertindak sebagai tenaga kerja manajerial yang gajinya sama
dengan tenaga kerja tetap.

2.3. Aspek Organisasi

Tenaga kerja yang bekerja pada usaha pembibitan tanaman buah-


buahan umumnya dapat digolongkan menjadi tenaga kerja tetap yang
merupakan anggota keluarga dengan jumlah tenaga kerja sekitar 8 orang
dan tenaga kerja tidak tetap yakni masyarakat sekitar dengan jumlah
tenaga kerja berkisar antara 15-20 orang.
Tenaga kerja tetap/keluarga biasanya melibatkan kedua orang tua
dan anak-anaknya yang telah dewasa. Selain tenaga kerja keluarga juga
digunakan tenaga kerja tidak tetap/borongan yang berasal dari luar
keluarga. Tenaga kerja keluarga digunakan untuk kegiatan pemasaran
seperti menjaga showroom dan kegiatan pengolahan tanah, pembuatan
bedengan/guludan, penanaman biji/penyemaian dan pemeliharaan
tanaman, sedangkan tenaga kerja borongan biasanya untuk kegiatan
okulasi, pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom

2.4. Aspek Sosial Budaya

Peralihan dari teknologi pertanian tradisional ke teknologi


pertanian modern akan berkaitan erat dengan perubahan antara hubungan
manusia (petani) dengan alam, antara lain yaitu terjadi peningkatan
eksploitasi anarata hubungan manusia (petani) dengan alam, antara lain
yaitu terjadi peningkatan eksploitasi lahan. Kemudian apabila sistem
budidaya pertanian yang diterapkan, tidak/kurang memperhatikan prinsip-
prinsip kelestarian sumber daya alam, maka akan timbul dampak negatif
terhadap sumber daya alam dan lingkungan yang semakin tinggi terutama
lahan dan air. Di sisi lain intrusi kebudayaan modern menimbulkan
8

berbagai tuntutan hidup tambahan seperti pendidikan dan kebutuhan


primer dan sekunder lainnya. Untuk memenuhinya, bagi masyarakat
subsisten tidak ada pilihan lain kecuali merusak lingkungan.
13
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Kegiatan pemuliaan jagung hibrida di PT BISI Internasional melalui beberapa


tahapan yaitu, dari pembersihan lahan, pengolahan tanah, penanaman,pemupukan,
pembumbunan, pengendalian hama, penutupan calon tongkol, persilangan hingga
penangan pasca panen.
2. Kegiatan praktek kerja lapangan sangat meningkatkan wawasan baik secara
teori maupun scara praktek dan menambah pengalaman serta kemampuan dalam
teknik pemuliaan tanaman.

14
15

Anda mungkin juga menyukai