Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

PEDAGOGIK

KASIH SAYANG, KEWIBAWAAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM


PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 12

1. ETA ALYUSITA (5021121)

2. INTIN PRATIWI (5021144)

3. TIARA ANGELIA AISA (5021115)

DOSEN PENGAMPU : CAHYO DWI ANDITA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2022
KATA PEGANTAR

Puji syukur, penulis ungkapan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat
dan Karunia-nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan mata kuliah PEDAGOGIK
dengan baik dan tepat waktunya.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Cahyo Dwi Andita, M.Pd sebagai Dosen Pengampu mata kuliah.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
3. Teman-teman yang telah membantu penulisan dalam kelancaran penyusunan.

Namun ibarat pepatah mengatakan “tiada gading yang tak retak” begitu pun rangkuman ini
dibuat tentu saja masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyajian. Untuk itu, penulis
mohon maaf apabila dalam penyajian terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau, Mei 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2

A. Konsep Tanggung jawab dalam pendidikan ............................................................... 2


B. Kasih Sayang dalam pendidikan ............................................................................... 5
C. Pengertian Kewibawaan dalam pendidikan ................................................................ 8
D. Pengertian Tanggung jawab dalam pendidikan .......................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahwa kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab pendidikan, merupakan ruh dari
suatu pendidikan, ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Ketiga hal tersebut dapat
dikatakan sebagai prasyarat dalam melaksanakan pendidikan. Tanpa kasih sayang anak akan
berkembang menurut kemauannya sendiri, karena pendidik sama sekali tidak peduli terhadap
perkembangan anak didiknya. Anak didik bertindak semaunya tanpa peduli terhadap
pendidiknya. Semua upaya pendidik mungkin akan dilecehkan oleh anak didiknya. Kalaupun
anak patuh kepada pendidik, bukan berasal dari hati nuraninya, melainkan mungkin
karena paksaan atau merasa terpaksa. Tanpa tanggung jawab dari pendidik, upaya pendidikan
tidak akan memiliki arah dan tujuan, karena pendidik akan acuh dalam melaksanakan tugasnnya
sebagai orang dewasa yang harus membawa anak didiknya ke arah kedewasaan.
Begitu pula seorang pendidik harus mempunyai kewibawaan tersendiri, Jika anak sudah
dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai pendidikan dan
pengenalan norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus berbuat sesuai dengan norma
secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan norma itu sendirilah yang diperkenalkan
kepada peserta didik. Maka dari itu, pendidik harus menjadikan diri sendiri menjadi perwujudan
norma itu sendiri. Selain itu, ada atau tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat peserta didik
menghadapi norma.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tanggung jawab dalam pendidikan?
2.Apa Pengertian kasih sayang, kewibawaan, dan Tanggung jawab dalam pendidikan?

C.Tujuan

1. Mengetahui Konsep tanggung jawab dalam pendidikan.

2. Mengetahui Pengertian kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab dalam pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tanggung jawab dalam pendidikan

Manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban. Setiap
manusia mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, terutama terhadap orang-orang yang
berada dibawah kekuasaannya,

Pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin
atau penguasa akan ditanya tentang rakyatnya, seorang laki-laki bertanggung jawab atas
keluarganya, seorang istri akan bertanggung jawab di rumah dan anak suaminya begitu juga
seorang pendidik memiliki tanggung jawab terhadap anak didiknya, orang tua anak didik,
masyarakat, bangsa dan Tuhan, tentang apa yang telah dikerjakannya.

Tanggung jawab dalam arti harfiah ialah tanggungan beban untuk menjawab atau lebih
tegasnya adalah tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu. Bertanggung
jawab selalu dalam hubungan dengan orang lain. Bertanggung jawab dapat menerangkan
perbuatan kita dan kepentingan kita dengan orang lain. Tidak mengganggu orang lain berarti
dewasa secara sosial, dewasa secara sosial berarti dapat bertanggung jawab atas segala
perbuatan.

Bertanggung jawab dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana semua tindakan atau
perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur
kesusilaan dan keagamaan. Bisa juga dikatakn bahwa bertanggung jawab berarti dapat didakwa
berdasarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai susila maupun nilai-nilai agama. Dengan kata lain
bertanggung jawab berarti berada dalam tatanan norma, kesusilaan dan agama, dan tidak di
luarnya.

1. Pendidikan dan Tanggung Jawab

Menyinggung masalah peserta didik, khususnya pada tingkat dewasa, hendaknya para
pendidik harus mengetahui apa yang disebut kedewasaan. Karena pada hakekatnya pendidikan
adalah mendewasakan anak. Kedewasaan adalah ketika peserta didik telah bertanggung jawab
atas keadaan dirinya baik secara psikologis, paedagogis, biologis dan sosiologis.

Disekolah guru merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab dalam membimbing
anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yakni adalah berkembangnnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab yang tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003.

2
3

Hasil pendidikan adalah manusia yang bertanggung jawab seperti yang dijelaskan dalam
tujuan pendidikan nasional tadi bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia
sosial yang cakap dan warga negara demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan
masyarakat dan tanah air.

Rumusan tujuan pendidikan terdiri atas dua bagian, yaitu :

a. Tujuan individual : membentuk manusia susila yang cakap. Istilah manusia susila yang cakap
dimaksudkan bahwa setiap manusia indonesia harus mendapat pendidikan dan pengajaran
sehingga manusia Indonesia menjadi manusia yang susila dan juga cakap. Bukan individu yang
susila tetapi tidak cakap, juga bukan individu yang cakap tetapi tidak susila. Karena individu
susila yang tidak cakap tidak akan menjadikan sejahtera dan kemakmuran bangsanya. Dan
individu yang cakap tetapi tidak susila dapat berbahaya bagi bangsa dan masyarakat sebab
kecakapan yang dimiliki digunakan untuk menjalankan kejahatan terhadap bangsanya,
masyarakatnya atau menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab.

b. Tujuan kemasyarakatan : membentuk warga negara demokratis serta tanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Jadi yang dikehendaki adalah warga negara yang
berjiwa demokratis dan sekaligus tanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah
air.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia dapat dilihat dari dua aspek yakni :

1) Manusia sebagai Makhluk Tuhan

Manusia sebagai makhluk tuhan berkewajiban untuk melaksanakan segala perintahnya


dan segala larangannya. Dalam ajaran islam ada tiga inti ajaran islam yaitu: iman, islam, dan
ihsan. Dalam hal ini Allah telah memberi petunjuk melalui Al-Quran dan sunnah, bagaimana
manusia harus beriman (ingat rukun iman) bagaimana manusia harus menjalankan syariat islam
(ingat rukun islam), dan bagaimana manusia harus berbuat baik, dalam berbuat baik kepada
Allah, dan berbuat baik kepada sesama manusia, maupun berbuat baik kepada sesama makhluk
lainnya (misalnya), serta berbuat baik kepada alam dan lingkungannya, manusia sama sekali
tidak boleh merusak alam (menjarah hutan, merusak keseimbangan kehidupan).

Pendidik sebagai makhluk tuhan dalam hidup dan kehidupannya senantiasa harus tunduk
dan taat untuk melaksanakan aturan-aturan tuhan tersebut. Karena itu seorang guru sebagai pendidik di
sekolah, sudah seharusnya memahami nilai-nilai/norma-norma agama dan sekaligus sudah dapat
melaksanakannya dalam segalan aspek kehidupannya.

2) Manusia dalam hubungannya dengan Sesama Manusia dan Alam

(a) Tanggung jawab Manusia terhadap Keluarga


4

Allah swt. telah berfirman di dalam Al-Quran, “wahai oran g-orang yang beriman,
perliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnnya adalah manusia dan
baku penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai allah
terhadap apa-apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan (Q.S. At-Tahrim : 6)

(b) Tanggung jawab terhadap Sanak-kerabat

Rasulullah saw bersabda, “aku berpesan kepada umatku baik yang hadir maupun yang
tidak hadir, maupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau rahim ibu
mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahmi dengan sanak kerabat
mereka, karena silaturahmi merupakan bagian dari agama.

(c) Tanggung jawab manusia terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan
anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang
lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala
tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

(d) Tanggung jawab manusia tehadap alam

Allah Swt telah menciptakan alam dan telah memberikan kepada manusia yang dengan
kemampuan itu manusia dapat menyingkap beberapa rahasia alam dan memanfaatkannya untuk
membangun alam dan kehidupan yang lebih baik.

Oleh karena itu manusia harus menghargai segala nikmat Allah dan menggunakan pada
tempatnya. Menusia harus menganggap barang tambang berharga itu sebagai nikmat Allah yang
diciptakan untuk dimanfaatkan oleh mereka buakn untuk dihambur-hamburkan dan disia-siakan.

2. Tindakan yang berkaitan dengan Bertanggung Jawab

Untuk membahas tindakan yang bertanggung jawab khususnya disekolah, perlu


dikemukakan contoh-contoh berikut:

Ada seorang guru sekolah dasar setiap pagi setiap pagi selalu datang setengah jam sebelum
pembelajaran di sekolah dimulai. Hal tersebut selalu dilakukan baik pada hari hujan maupun
tidak.
5

Waktu pulang ia selalu yang terakhir, sebab setelah lonceng tanda sekolah berbunyi dan
setelah murid-muridnya pulang, guru ini terlebih dahulu memeriksa kelasnya, barangkali ada
kapur yang tertinggal dimeja. Kapur itu walau hanya sepotong ia masukan kedalam lemarinya.
Kemudian diperiksanya semua bangku atau meja murid-muridnya kalau ada barang murid-
muridnya yang tertinggal.

Sebelum pulang, sebentar seorang guru menghadap kepada kepala sekolah dan mohon
diri memberitahukan bahwa ia akan pulang. Setelah itu barulah ia pulang. Guru semacam ini
merupakan contoh dari manusia yang sudah bertanggung jawab.

Seorang guru harus bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai guru, yaitu mendidik
dan mengajar anak-anak yang telah dipercayakan orang tua anak kepadanya. Sekarang sudah ada
undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang merupakan suatu landasan
moral bagi guru untuk menjalankan tugasnya secara profesional karena itu guru yang
bertanggung jawab senantiasa akan berbuat dan bertindak tidak keluar dari undang-undang
tersebut.

B. Pengertian Kasih Sayang dalam pendidikan

Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah
memiliki kasih sayang terhadap semuanya. Dalam hal pendidikan, kasih sayang harus mendasari
semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Anak-anak yang
dibesarkan dalam limpahan kasih sayang, akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat.
Kasih sayang yang berlebihan dan hidup tanpa kasih:

1. Kasih sayang yang Berlebihan

Sebagai orang tua yang baik mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan
anak-anak mereka. Anak harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh pada saat ia telah
dewasa. Jangan membiarkan mereka menjadi anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu
mengharapkan uluran tangan orang lain.

Sadulloh (2011, hlm. 159) menyatakan bahwa kasih sayang yang berlebihan dapat
menimbulkan dampak negatif diantaranya:

a. Akan tumbuh sikap yang selalu ingin diperlakukan secara istimewa. Sifat-sifat seorang otoriter
dalam diri anak semakin berkembang ketika orang tua selalu memenuhi segala keinginanan-
keinginanya. Benih-benih kediktoratan semakin bersemi di dalam dirinya. Ketika hidup di
tengah-tengah masyarakat, ia ingin semua orang memperlakukan dirinya seperti orang tuanya
dulu melayano dirinya. Orang seperti itu akan mudah putus asa kalau keinginanya tidak ada yang
memperhatikan dan tidak memperoleh simpati dari orang lain.
6

b. Anak yang selalu di manja dapat mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya
dikemudian hari, mungkin ia akan meminta dilayani istrinya secara sempurna mungkin yang
lebih tidak baik lagi ia suka memperlakukan istrinya seperti pembantu yang harus tunduk pada
perintahnya.

c. Anak yang dibesarkan dalam asuhan kasih sayang berlebihan dapat menjadi anak yang sangat
rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak mengambil risiko, tidak mau
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalau mengharapkn uluran tangan orang lain.

d. Anak tidak mau mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
Orang tuanya telah memenuhi segala keinginannya, pujian dan segalanya menjadi gambaran
semu dirinya si anak jadi kehilangan kenyataan tentang dirinya.

e. Anak yang selalu dimanjakan dengan segala kesenangan dan segala keinginanya selalu
dipenuhi oleh orang tuanya, kalau sudah besar mungkin akan tumbuh menjadi manusia yang
sombong, suka memaksakan kehendak

2. Hidup Tanpa Kasih Sayang

Husain Mazhahiri dalam buku Sadulloh (2010, hlm.160), mengemukakan bahwa


“kecintaan/kasih sayang meninggalkan bekasnya secara positif pada anak, dan menjadikan
perilakunya dimasa yang akan datang memiliki sifat kasih sayang dan kecintaan. Sebaliknya,
andaikan suatu kecintaan hilang dari rumah tangga, dan rumah tangga menjadi korban dan
kebekuan dan kekerasan, maka masa depan anak akan terlempar pada marabahaya dan
kepribadiamya, di masa datang akan memiliki sifat-sifat kekerasan dan emosional yang
melampui batas.”

Jadi anak yang hidup tanpa kasih sayang orang tuanya, pada masa yang akan datang
setelah ia dewasa akan menampakkan kebencianya terhadap masyarakat sekitarnya, dan
menunjukan ketidak pedulianya terhadap orang lain. Ia tidak menunjukan jiwa tolong menolong
dan belas kasih sayang terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga ia menjadi manusia yang tidak
berperasaan. Banyak peran yang semestinya dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan
proses pendidikan diantaranya:

a.Guru Sebagai Pembimbing

Realitas di masyarakat menunjukan bahwa perilaku menyimpang dari anàk-anak seperti


kebrutalan, kecanduan narkoba, pemurung, apatis dan sebagainya muncul karena dilatar
belakangi oleh kondisi dimana anak tumbuh dalam keluarga yang tidak memberikan kepuasan
7

kasih sayang terhadap dirinya. Hal ini menjadi tantangan pendidikan manakala kehidupan di
kota besar dipenuhi oleh kesibukan orang tua dengan berbagai aktifitas pekerjaan.

Dengan kasih sayang yang diberikan oleh guru, anak akan mendapatkan bimbingan untuk
menjalani kehidupan ,baik yang di jalani saat ini maupun bekal di masa yang akan datang. Guru
bagi anak sebagai tempat bertanya, mengadu meminta pendapat, berkeluh kesah, curhat
berlindungan, dan posisi lainya dalam diri seorang anak didik.

b. Guru Pembentuk kepribadian

Pembentukan kepribadian anak disekolah merupakan hal yang tidak mudah, sulit kiranya
dilakukan tanpa disertai dengan kasih sayang guru di sekolah bertanggung jawab membimbing
anak didik, menjadi manusia bermoral, berhati nurani, kasih sayang terhadap sesama, dan
sebagainya. Guru harus menunjukan sosok pribadi yang utuh, berpribadi stabil tidak
emosionalan, penghayatan dan pelaksanaan moral dalam semua aspek kehidupan, sehingga akan
menjadi teladan bagi anak didiknya.

Di sekolah, guru yang baik akan memperhatikan hal ini sebagian dari perannya dalam
menjalankan proses pendidikan. Pembentukan kepribadian anak di sekolah merupakan hal yang
tidak mudah, pernah kita dikejutkan oleh pemberitaan media masa, seperti media cetak: koran,
majalah, juga media elektronik: radio, televisi, ada anak yang bunuh diri karena ingin
menyelamatkan harga diri dan rasa malu yang di alaminya karena tidak dapat membayar uang
sekolah.

c.Guru Sebagai Tempat Perlindungan

Di sekolah anak akan minta perlindungan kepada gurunya, gurulah yang menjadi
perlindungan bagi anak-anak tersebut. Pada kondisi ini, guru semestinya bijaksana,
mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasihat dan sebisa mungkin
menyadarkan tindakan yang dilakukan anak atau bahkan berupaya menjebati permasalahan anak
dengan orang tuanya.

Ada anak yang kabur dari rumah akibat tidak menemukan kasih sayang dirumahnya.
Dalam tindakan ini anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat atau
yang dapat memberikan perhatian, beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung pada
orang yang berlatar belakang baik, misalnya kepada gurunya disekolah. Tetapi apabila anak
bertemu dan bergaul dengan pemakan/pengedar narkoba misalnya maka anak akan berakibat
merusak masa depannya.

Menyikapi kasus ini, selayaknya disekolah seorang guru dapat memberikan kasih sayang,
maka anak akan merasa diperhatikan dan dilindungi. Pada kondisi ini, guru semestinya berlaku
bijaksana, mendengarkan masalah yang dihadapi anak, memberikan nasihat dan mungkin
8

menyadarkan tindakan yang dilakukan anak atau bahkan berupaya menjembatani permasalahan
anak dengan orang tuanya.

d. Guru Sebagai Figur Teladan

Kasih sayang harus tergambarkan dalam perilaku ayah-ibu mereka, kasih sayang itu
harus terlihat dalam pelukan, senyuman, bahkan dalam nada bicara orang tua mereka. Kasih
sayang harus terwujud melalui perilaku secara kongkret atau tidak hanya bicara "saya
menyayangi" atau "saya mencintai". Kasih sayang yang terwujud melalui perilaku, di samping
secara psikologis akan dirasakan anak, juga perilaku itu akan menjadi contoh atau teladan
apalagi anak yang menginjak remaja. Anak remaja memerlukan kasih sayang dengan kadar yang
lebih besar dalam bentuk yang kongkret, ia masih hidup dalam lautan kebimbangan dan masa-
masa yang sangat kritis.

Seorang guru yang ramah, hangat dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka
kusam atau kesal, merespon pembicaraan atau pertanyaan anak didik, akan menumbukan kondisi
psikologis yang menyenangkan bagi anak. Anak tidak berbicara, dapat merencanakan isi hatinya
saat menghadapi masalah dan anak akan senang melibatkan diri dalam kegiatan disekolah.
Perilaku anak didik yang terbentuk ini pada dasarnya merupakan hasil dari mencontoh atau
meneladani perilaku yang diperlihatkan pendidik dengan penuh kasih sayang.

e. Guru Sebagai Sumber Pengetahuan

Dalam proses pembelajaran dimana terjadi transformasi pengetahuan, sikap memberi dan
melarang semestinya dilakukan dengan hati-hati terhadap anak didik. Pengetahuan dapat
merubah sikap dan prilaku anak, perubahan dapat positif apabila pengetahuan yang diterima
anak sesuai dengan hati-hati terhadap anak didik. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku
anak sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai akan membentuk perilaku anak
yang negatif. Misalnya, pendidikan seks yang di berikan guru dengan tidak hati-hati akan
berdampak pada perilaku anak yang salah tentang kehidupan seks. Oleh karena itu, seorang guru
dalam menyampaikan pengetahuan harus didasari oleh kasih sayang.

C. Pengertian Kewibawaan dalam Pendidikan

Sadulloh (2011, hlm. 164) mengemukakan bahwa “kewibawaan adalah suatu pengaruh
yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa.” Kewibawaan harus
berbanding dengan ketidakberdayaan anak didik, jika pendidik kemampuannya tidak berbeda
dengan anak didik, maka kewibawan tersebut sukar ditegakkan. Dengan demikian kewibawaan
seorang pendidik akan diakui apabila pendidik mempunyai kelebihan dari anak didiknya baik
sikap, pengetahuan maupun keterampilannya.

Kewibawaan hanya dimiliki oleh manusia yang sudah dewasa, suatu kedewasaan
rohaniah yang didukung kedewasaan jasmaniah. Kewibawaaan jasmaniah tercapai apabila
9

seseorang telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal. Kedewasaan rohaniah
tercapai apabila seseorang telah memiliki cita-cita hidup dan pandangan hidup yang tetap. Bagi
seorang pendidik melaksanakan cita-cita dan pandangan hidupnya secara nyata berlangsung
melalui statusnya sebagai orang tua maupun sebagai pendidik pengganti orang tua (guru
misalnya).

Kewibawaan itu ada pada orang dewasa terutama pada orang tua (ayah dan ibu) dan itu
merupakan kewibawaan asli. Orang tua dengan langsung memberikan tugas dari Allah untuk
mendidik anak-anakanya. Orang tua mendapatkan haknya untuk mendidik anak-anaknya, suatu
hak yang yang tidak dapat dicabut karena terikat oleh kewibawaan. Hak dan kewajiban yang
melekat pada orang tua dalam mendidik anak-anaknya tidak dapat dipisahkan. Pendidik harus
memiliki kewibawaaan di mata anak didik, karena anak didik membutuhkan perlindungan,
bantuan, bimbingan dan seterusnya dari pendidik, dan pendidik bersedia untuk memenuhinya.
Pendidik dapat memenuhi kebutuhan anak didik tersebut sepanjang terjadi hubungan harmonis
antara keduanya, sehingga selama itu pula terdapat pengakuan akan adanya kewibawaan
pendidik oleh anak didik.

1. Awal Penerimaan Kewibawaaan oleh Anak

Kewibawaan itu menentukan bentuk perlakuan yang harus diikuti serta menghalangi atau
menolak yang tidak dikehendaki. Seandainya hal terakhir ini hanya dapat dilakukan dengan
pembuktian atau atas dasar keterikatan pada pribadi pendidik ataupun dengan paksaan, maka si
anak akan tetap tinggal tak terdidik. Sebab itu kewibawaan merupakan syarat mutlak (conditio
sine qua non) untuk mendidik. Dari manakah anak didik mendapatkan keberanian moral untuk
mencoba menjalankan dan menuruti kewibawaan? Mereka mendapatkannya dalam rasa kasih
sayang yang menjadi pengikat bagi mereka. Dalam kasih itu anak didik yang tidak berdaya
menurut kodratnya itu menaruh (mencurahkan kepercayaannya), yang karena kemurniaannya
menjadi pendorong dan pemberi semangat bagi pendidik untuk melakukan tugasnya serta
memberi kepadanya keyakinan akan kesanggupan diri sendiri.

Anak sudah memiliki kontak dengan orang tua tetapi kontak itu bukan melalui bahasa,
melainkan melalui perasaan. Pemebentukan tingkah laku anak bukan hanya dengan pendidikan,
melainkan dengan pembiasaan. Pembiasaan adalah pembentukan tingkah laku pada anak, dengan
usaha menguasai insting anak, misalnya melatih anak supaya bangun pagi-pagi, dengan jalan
membangunkannya setiap pagi.

Di dalam arti luas, pendidikan itu mencakup tindakan diatas, tetapi dalam arti sempit,
pendidikan baru dimulai setelah anak menghayati kewibawaan pendidik, seperti dikatakan oleh
Langeveld dalam buku Sadulloh (2010, hlm.168), bahwa “pendidikan itu baru dapat dimulai,

apabila anak sudah mengakui atau menghayati kewibawaan orang tua atau pendidiknya,
dan anak dapat mengakui kewibawaan pendidiknya, apabila anak sudah memahami (mengerti)
bahasa. Anak baru dipandang mengerti bahasa apabila anak sudah berumur 3 tahun.”
10

2. Kewibawaan dan Penerimaan Norma oleh Anak

Kalau anak sudah dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka dapatlah dimulai
pendidikan yang sesungguhnya, anak mulai dapat dikenalkan dengan norma yang sesungguhnya.
Anak bukan sekedar harus berbuat yang sesuai dengan norma secara paksa tanpa mengetahui
normanya, melainkan norma itu sendirilah yang diperkenalkan kepada anak didik. Kepada anak
diperkenalkan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, dengan contoh
larangan, nasihat, dongeng, teladan, dan lain-lain. Sehubungan dengan penerima norma itu,
kiranya perlu di paparkan bagaimana proses penerimaan norma itu oleh anak. Sadulloh (2011,
hlm. 170) menyatakan bahwa tahap-tahap proses penerimaan norma adalah, sebagai berikut:

a. Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu, yang selalu dilihatnya
melaksanakan norma itu. Pada mulanya anak berpikir, tindakan itu baik, karena dilakukan oleh
pendidiknya, dan tindakan itu adalah tindak baik, karena dilarang oleh pendidik.

b. Anak kemudian mengerti bahwa tindakan-tindakan itu atau tingkah laku pendidiknya itu
diatur oleh sesuatu yang disebut norma.

c. Setelah anak dapat melihat norma terlepas dari si pendukung norma, maka tindakan atau
tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma, selalu dibandingkan dengan norma yang
diketahui anak, juga dengan peraturan atau norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.

d. Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma yang dikemukakan
atau dinasihatkan, maka anak kan merima norma itu dengan sukarela.

Tetapi bila anak didik tahu bahwa tindakan atau perbutan pendidik itu tidak cocok atau
bahkan bertentangan dengan norma yang dinasehatkan, maka anak didik akan menolaknya, dan
tidak akan melaksanakan norma itu.

3. Mempertahankan Kewibawaan

Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang dimilikinya, sehingga kewibawaan


tersebut harus dipelihara. Langeveld dalam buku Sadulloh (2010, hm.171) mengemukakan
bahwa “ada tiga sendi kewibawaan untuk memeliharanya , yaitu : kepercayaan, kasih sayang,
dan kemampuan mendidik.”

Dalam hal kepercayaan, pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa dan mampu mendidik
dan juga harus percaya bahwa anak didik dapat dididik. Kasih saying mengandung dua makna,
yakni penyerahan diri kepada yang dikasih sayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi.
untuk berkorban berupa pengabdian dalam bekerja. Pengendalian terhadap yang disayangi
bertujuan agar anak didik tidak dapat berbuat sesuatu yang merugikan dirinya. Kemampuan
mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, diantaranya pengkajian terhadap ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pendidikan, mengambil manfaat dari pengalaman kerja, dan lain-
11

lain. Bagi guru menguasai bahan/materi merupakan suatu keharusan untuk mempertahankan
kewibawaan.

D. Pengertian Tanggung Jawab Dalam Pendidikan

Sadulloh (2011, hlm. 176) mengemukakan bahwa “bertanggung jawab dimaksudkan


sebagai suatu keadaan dimana semua perbuatan atau tindakan atau sikap merupakan penjelmaan
dari nilai-nilai moral serta nila-nilai luhur kesusilaan dan atau keagamaan.” Bisa juga dikatakan
bahwa bertanggung jawab berarti dapat di dakwa berdasarkan nilai-nilai moral dan susila
maupun nilai agama. Dengan kata lain bertanggung jawab berarti berada dalam tatanan
norma,nilai kesusilaan, agama dan tidak diluarnya. Segala tindakan ,perbuatan atau sikap yang
berada di luar bidang nilai atau norma kesusilaan dan agama tidak dapat di pertanggung
jawabkan.

1. Tindakan yang Berkaitan dengan Bertanggung Jawab

Di kelas seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab. Seorang guru harus
bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai guru, yaitu mendidik dan mengajar anak-anak
yang telah di percayakan orang tua anak kepadanya. Sekarang sudah ada Undang-Undang No 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang merupakan suatu landasan moral bagi guru untuk
menjalankan tugasnya secara professional. Oleh karena itu guru yang bertanggung jawab
senantiasa akan berbuat dan bertindak tidak keluar dari undang-undang tersebut

2. Tanggung Jawab dalam Pendidikan

Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional


disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Di sekolah guru merupakan pendidik yang bertanggung jawab dalam membimbing anak
didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Bagian akhir dari tujuan pendidikan nasional adalah
warga negara yang bertanggung jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia dapat
dilihat dari dua aspek,yaitu: 1). Manusia sebagai makhluk tuhan 2). Manusia dalam hubungannya
dengan sesama manusia dan alam.

a. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan

Manusia sebagai makhluk Tuhan berkewajiban untuk melaksanakan segala perintah-Nya


dan segala larangan-Nya. Dalam ajaran islam ada tiga inti ajaran islam, yaitu : Iman, Islam, dan
Ihsan. Dalam hal ini Allah telah memberi petunjuk melalui Al-Qur’an san Sunnah ,bagaimana
manusia harus beriman (ingat rukun iman), bagaimana manusia harus menjalankan syariat islam
(ingat rukun islam) dan bagaimana manusia harus berbuat baik ,dalam berbuat baik kepada
Allah, kepada sesame manusia, maupun berbuat baik kepada makhluk lain (misalnya hewan),
12

serta berbuat baik kepada alam dan lingkungannya, manusia sama sekali tidak boleh merusak
alam (menjarah hutan, merusak keseimbangan kehidupan).

Menurut akal dan dan agama manusia wajib mengertahui mengenal dan mengetahui
pencipta alam, yang merupakan pemilik dan pemberi kenikmatan kepada seluruh makhluk dan
tunduk serta beribadah kepada-Nya. Manusia wajib tunduk dan menerima perintah-perintah-Nya
yang di turunkan dengan perantaraan nabi, dan mengamalkannya dalam kehidupannya.
Tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya, yakni menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya dengan sesuatu.

b. Manusia dalam Hubungannya dengan Sesama Manusia dan Alam

Manusia mempunyai kecenderungan kepada masyarakat dan kehidupan sosial.


Kehidupan sosial manusia memiliki sebuah bentuk hubungan khusus, dia tidak akan dapat
memenuhi segala kebutuhannya dengan tanpa kerja sama dan keikutsertaan yang lain. Berbagai
aktivitas manusia memiliki esensi sosial ,dan oleh karena itu mau tidak mau mereka harus
membagi pekerjaan diantara mereka. Sehingga dengan begitu mereka dapat memberikan manfaat
kepada yang lain dan sekaligus mengambil manfaat dari mereka.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kasih Sayang, Kewibawaan, dan Tanggung Jawab Pendidikan, merupakan ruh dari
pendidikan, tidak dapat di pisahkan satu sama lainya . ketiga hal tersebut dapat dikatakan
merupakan prasyarat dalam melaksanakan pendidikan. Pada praktiknya, ternyata menerapkan
kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab dalam proses pendidikan tidak mudah, banyak
hambatan dan kendala yang dihadapi pendidik, baik berkaitan dengan pemahaman maupun
kemampuan pendidik.

Kita sebagai calon pendidik hendaknya mempunyai rasa kasih sayang karena tanpa kasih
sayang anak akan berkembang menurut kemauanya sendiri, maka dari itu seorang calon pendidik
harus mempunyai rasa kasih sayang terhadap anak didiknya. Seorang guru harus memilki
kewibawaan tanpa kewibawaan pendidik akan kehilangan kepercayaan dari anak didiknya.
Seorang pendidik harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugasnya sebagi guru
yaitu mendidik dan mengajar anak-anak yang telah dipercayakan orang tua anak kepadanya.

Tanggung jawab dalam pendidikan yaitu Manusia adalah makhluk yang mempunyai
tanggung jawab dan kewajiban. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain,
terutama terhadap orang-orang yang berada dibawah kekuasaannya, pemimpin bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin atau penguasa akan ditanya
tentang rakyatnya, seorang laki-laki bertanggung jawab atas keluarganya, seorang istri akan
bertanggung jawab di rumah dan anak suaminya begitu juga seorang pendidik memiliki
tanggung jawab terhadap anak didiknya, orang tua anak didik, masyarakat, bangsa dan Tuhan,
tentang apa yang telah dikerjakannya. Konsep Tanggung Jawab dalam Pendidikan

Seharusnya sebagai seorang pendidik yang baik harus bertanggung jawab dengan apa
tugas yang hendak dilaksanakannya dalam mendidik anak didiknya karena manusia adalah
makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban.

B. SARAN

Demikian makalah yang kami susun. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik demi membangun kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, N.(2007). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sadulloh, U. Dkk.(2010). Pedagogik (Ilmu Pendidik). Bandung : ALFABETA

Sadulloh, U. Robandi, B.Muharam, A.(2007). Bandung : Cipta Utama

Sadulloh, U. Robandi, B.Muharam, A.(2009). Bandung: UPI Press

14
14
14
8

14
8

14
3
3
3
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, N.(2007). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sadulloh, U. Dkk.(2010). Pedagogik (Ilmu Pendidik). Bandung : ALFABETA

Sadulloh, U. Robandi, B.Muharam, A.(2007). Bandung : Cipta Utama

Sadulloh, U. Robandi, B.Muharam, A.(2009). Bandung: UPI Press

2
2
3
3
13
8
4
5
6
7
9

.
10
11
12

.
13
15
15
15
15
15
15

Anda mungkin juga menyukai