DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KELAS : PTE 01
Akhir kata kami berharap akan saran dan pendapat dari para pembaca
terhadap makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat, Aamiin.
Kelompok III
ii
Contents
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Konsep Pengasuhan Secara Umum.....................................................................................................3
B. Konsep Kearifan Lokal.....................................................................................................................10
C. Konsep Pengasuhan Berdasarkan Kearifan Lokal.......................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................................18
A. KESIMPULAN............................................................................................................................18
B. SARAN.........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
atau cerita. Pengenalan lagu “ilirilir” misalnya Lagu ini mengandung
nasehat keagamaan, agar memperbanyak bekal dengan amal dan sholat
(simbul buah blimbing sholat 5 waktu) untuk membersihkan jiwa walaupun
sulit dan beratuntuk kebahagian di akirat, selagi masih di beri waktu yang
longgar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
3
sakit), memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak, berinteraksi
dengaan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan
kemampuan sosialisasi dengan budayanya. Sedangkan dalam buku Berns
R.M dalam bukunya yang berjudul Child, Family, School, Community
Social and Support dijelaskan bahwa Jerome Kagan-seorang psikolog
perkembangan Jerman- (1975) menyebutkan bahwa pengasuhan merujuk
pada serangkaian implementasi dari berbagai keputusan tentang sosialisasi
pada anak –apa yang harus dilakukan orang tua untuk menjadikan anak
sebagai individu yang bertanggung jawab dan mampu memberikan
kontribusi terhadap masyarakat, serta apa yang terbaik dilakukan orang tua
dalam menghadapi beragam sifat anak ketika menangis, agresif, berbohong,
marah, dll.
Pengasuhan adalah sebuah proses bidirectional perilaku orang dewasa
dalam menghadapai anak seringkali merupakan reaksi yang muncul dari
perilaku anak.
Berdasarkan buku Parenting karangan J.B. Brooks chapter 1 dijelaskan
bahwa pengasuhan adalah sebuah proses, yang di dalamnya terdapat
hubungan yang unik antara orang tua dan anak. Secara umum, pengasuhan
dapat dideskripsikan sebagai aksi dan interaksi orang tua dalam membangun
perkembangan dan pertumbuhan anak. Jay Belsky, dalam tulisannya
menyatakan, terdapat tiga hal yang mempengaruhi proses pengasuhan,
yakni individu dan karakteristik seorang anak, latar belakang orang tua dan
kondisi psikologis, serta kondisi tekanan dan dukungan sosial.
Seorang anak, terutama bayi dan balita sangat membutuhkan dukungan
dalam pengasuhan dari orang tua dan juga dari lingkungan sekitarnya.
Bronfenbenner dan Pamela Morris menyatakan, seorang anak akan
mendapatkan pertumbuhan yang optimal jika terjalin hubungan dua arah
dengan orang, benda, maupun simbol yang ia temukan pertama kali di
lingkungan sekitarnya. Bronfebenner dan Morris pecaya bahwa interaksi
seperti ini sangat penting untuk dilakukan secara berkesinambungan agar
menjadi hubungan yang lebih kompleks dan akan menjadi stimulus dalam
4
perkembangan seorang anak.
Sedangkan dalam chapter kedua dikatakan bahwa menurut ilmu sosial
pengasuh memiliki tugas untuk menyediakan :
a) kebutuhan fisik : makan
5
mendukung keberadaan pengasingan. Kita harus mengajar anak-anak kita
untuk berinteraksi, menjadi masyarakat independen. Pengalaman anak-anak
dimulai dari belajar di rumah. Belajar mengenai pola-pola perilaku,
sosialisasi dan interaksi yang terjadi dalam unit keluarga internal biasanya
diterjemahkan menjadi situasi sosial eksternal, seperti penitipan anak,
sekolah, dan pengaturan kerja, sampai tantangan dari pengaruh lain.
Ketiga, intrafamilial (dalam), extrafamilial (luar) dan interfamilial
(antara) faktor pengaruh pengasuhan dan perkembangan anak. Collins,
Maccoby, Steinberg, Hetherington, dan Bornstein (2000) menemukan
[bahwa] “orangtua dan rekan-rekan bergabung dalam pengaruh anak
berkembang” (p.227). Para penulis ini lebih lanjut menunjukkan bahwa gaya
pengasuhan yang ada antara keluarga juga berdampak pada dugaan anak
sebagai tersangka sebagai rekan yang berpengaruh. Gaya pengasuhan yang
digunakan oleh orang tua dari teman-teman anak memiliki dampak langsung
terhadap perkembangan sosial seluruh anak-anak dalam kelompok bermain
tersebut. Harris (2000) menambahkan bahwa pentingnya peer group tidak
dapat diabaikan mengingat bahwa “anak-anak cenderung berperilaku sama
dengan cara rekan-rekan mereka dan saudara berperilaku dalam konteks itu”
(hal. 633).
2. Tujuan pengasuhan
6
6
kesehatan anak. Selain itu juga untuk meningkatkan kompetensi intelektual,
7
b) Pengasuhan itu langsung dan tidak langsung.
c) Komplek interaksi.
Dan yang terkhir tujuan pengasuhan yang di dapat dalam bacaan
Parenting in the 21st Century: A Return to Community, Yolanda K H
Bogan adalah mendapatkan perhatian dari anak-anak yang pada abad
sekarang telah berkurang akibat adanya permainan dan fasilitas- fasilitas
baru yang berkontribusi terhadap hilangnya keterhubungan antara keluarga
dengan masyarakat. Penanam nilai dan karakter pada anak juga menjadi
fokus dalam tujuan pengasuhan serta memberikan pengaruh yang baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Seseorang menganjurkan kesempatan lain untuk menyampaikan
Sembilan nila-nilai untuk anak sebagai jalan mempertinggi kepaduan
keluarga. Nilai-nilai ini adalah komitmen, pujian, komunikasi, konsisten,
disipli, keamanan, tanggung jawab, kesadaran, dan kebebasan. Kita harus
mengajar anak-anak kita untuk berinteraksi, menjadi masyarakat yang
mandiri. Menurut Kupets, pengalaman anak-anak dimulai dari belajar di
rumah. Lingkungan pergaulan social adalah aspek penting bagi
perkembangan anak dimana orangtua memilih untuk bekerja di luar
rumah, tinggal di rumah, atau menjadi individu berpengaruh dalam
kehidupan anak-anak.
B. Konsep Kearifan Lokal
1. Pengertian Kearifan Lokal
Pengertian kearifan local, bila dilihat dari kamus Inggris-Indonesia,
terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local yang
berarti setempat, sementara wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan
demikian maka dapat dipahami, bahwa pengertian kearifan lokal merupakan
nilai-nilai, pandangan-padangan setempat atau (lokal) yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya. Kearifan lokal adalah produk (ide, praktek, dan
hasil karya) kebudayaan para pemangkunya mengenai lingkungan dan
ii 9
manusia yang berbasis keTuhanan, kemanusiaan, dan lingkungan yang
menyatu sedemikian rupa sehingga menjamin harmoni antara manusia dan
alam sekitarnya (Ibnu Hamad, 2011). Dengan adanya kearifan lokal maka
masyarakat Indonesia memiliki keyakinan terhadap adanya Tuhan, ketaatan
dan kepercayaan kepada pemimpin menjadi ciri pengaturan kehidupan
bersama masyarakat, kemampuan masyarakat dalam berserikat, membentuk
forum dan bermusyawarah dalam penyelesaian masalah-masalah
kemasyarakatan, solidaritas dan empati yang tinggi sehingga mendorong
setiap orang untuk menolong orang lain.
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa
yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah
kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lai menjadi watak dan
kemampuan sendiri Wibowo (2015:17). Identitas dan Kepribadian
tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat
sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah
satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertahankan diri dari
kebudayaan asing yang tidak baik.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai
kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat local genious Fajarini (2014:123).
Berbagai strategi dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga
kebudayaannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Alfian (2013: 428) Kearifan lokal
diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi
kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan pendapat Alfian itu dapat
diartikan bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah
mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun
iii 9
temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh
masyarakat hukum adat tertentu di daerah tertentu. Berdasarkan pengertian
di atas dapat diartikan bahwa local wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat local yang bersifat bijaksana, penuh
kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakatnya.
iv 9
dapat ditemui dalam cerita rakyat, nyayian, pepatah, sasanti, petuah,
semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari.
Kearifan lokal ini akan mewujud menjadi budaya tradisi, kearifan lokal
akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat
tertentu.
Kearifan lokal diungkapkan dalam bentuk kata-kata bijak (falsafah)
berupa nasehat, pepatah, pantun, syair, folklore (cerita lisan) dan
sebagainya; aturan, prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang
menjadi sistem sosial; ritus, seremonial atau upacara tradisi dan ritual; serta
kebiasaan yang terlihat dalam perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial
(Haryanto, 2013: 368). Cerita rakyat banyak mengandung amanat-amanat
kepada
Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan lokal juga dapat berwujud
benda-benda nyata salah contohya adalah wayang. Wayang kulit diakui
sebagai kekayaan budaya dunia karena paling tidak memiliki nilai edipeni
(estetis) adiluhung (etis) yang melahirkan kearifan masyarakat, terutama
masyarakat Jawa. Bahkan cerita wayang merupakan pencerminan
kehidupan masyarakat Jawa ,sehingga tidak aneh bila wayang disebut
sebagai agamanya orang Jawa. Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab
atas permasalahan kehidupan mereka (Sutarso, 2012 : 507). Dalam
pertunjukan wayang bergabung keindahan seni sastra, seni musik, seni
suara, seni sungging dan ajaran mistik Jawa yang bersumber dari agama-
agama besar yang ada dan hidup dalam masyarakat Jawa. Bentuk kearifan
lokal yang terdapat pada masyarakat jawa selain wayang adalah joglo
( rumah tradisional jawa ).
v 9
dari generasi tua ke generasi muda melalui pendidikan, baik itu pendidikan
formal, informal, maupun nonformal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Sebaliknya bentuk, ciri-
ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ditentukan oleh kebudayaan
masyarakat dimana proses pendidikan itu berlangsung. Kearifan lokal
diperlukan untuk terciptanya ketertiban, kedamaian, keadilan, mencegah
konflik, kesopanan, kesejahteraan, ilmu pengetahuan, pendidikan,
pengembangan sistem nilai, pengembangan kelembagaan, dan perubahan
tingkah laku. dan terdapat norma sosial yang menjunjung perdamaian,
kebersamaan dan gotong royong. Kearifan local apabila diterjemahkan
secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di
dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan
lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya
yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut. Sebenarnya nilai-nilai
kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua
kepada anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati dan
tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal. Budaya lokal adalah
budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati lokalitas atau
daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat
yang berada di tempat yang lain. Permendagri Nomor 39 Tahun 2007
pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang
dianut oleh komunitas/ kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang
diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya
dan di dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tatacara masyarakat yang
diyakini dapat memenuhi kehidupan warga masyarakatnya (Dirjen
Kesbangpol Depdagri, 2007: 5).
Sudah selayaknya, kita sebagai pendidik mencoba menggali kembali
nilai-nilai budaya kita, agar tidak hilang ditelan perkembangan jaman
untuk diwariskan kepada anak didik kita, sejak usia dini. Nilai budaya dan
norma dalam kebudayaan Jawa, misalnya, tetap dianggap sebagai pemandu
vi 9
perilaku yang menentukan keberadaban, seperti kebajikan, kesantunan,
vii 9
Dengan demikian produk kebudayaan yang mencerminkan kearifan local
bias berwujud perilaku.yang sesuai dengan norma agama, dan norma social.
Selanjutnya pengenalan terhadap budaya setempat pada anak usia dini di
lembaga pendidikan prasekolah bisa melalui pendidikan nilai.
viii 9
jawab, tanpa semangat belajar pada anak, tanpa semangat berkontribusi
bagi sesama.
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni dalam sebuah seminar
nasional Kerukunan Umat Beragama Sebagai Pilar Kerukunan Nasional,di
Jakarta pada hari Rabu, 31 Desember 2009 mengatakan; kerukunan umat
beragama yang merupakan pilar kerukunan nasional yang dinamis harus
terus dipelihara dari waktu ke waktu. Kita memang tidak boleh berhenti
membicarakan dan mengupayakan pemeliharaan kerukunan umat beragama
di Indonesia. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya
dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, kita lihat masih banyak
kesenjangan antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam
sumber-sumber normatif, konstitusional dengan fenomena sosial, kultural,
politik, ideologis, dan religiositas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara RI sampai dengan saat ini (Winataputra, 2009).
Nampaknya kesenjangan antara konsep dan muatan nilai sudah merembet
pada dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan nilai perlu ditanamkan
kepada anak sejak usia dini, sehingga nilai-nilai yang diyakini
kebenarannya tersebut mengkristalisasi dalam dirinya sebagai perwujudan
perilaku anak Indonesia yang mencerminkan kearifan local budaya kita.
Nilai moral dapat diartikan ketaatan dan kepatuhan seseorang terhadap
sesuatu.
Selanjutnya bila dikaitkan dengan nilai moral-agama berarti ketaatan dan
kepatuhan seseorang terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya. Ditinjau
dari ajaran agama khususnya Islam, setiap manusia yang lahir berada dalam
keadaan suci, dan factor penentu kualitas keagamaan anak itu sendiri banyak
ditentukan oleh peran serta kedua orang tuanya. Dengan demikian dapat
dikatakan, bahwa factor lingkungan keluarga merupakan peringkat pertama
yang akan memberi warna dasar bagi nilai-nilai keagamaan anak.
15
Nilai-nilai agama akan tumbuh dan berkembang pada jiwa anak melalui
peran pendidikan dan pengalaman yang dilakukan sejak kecil. Seorang anak
yang memperoleh pendidikan dan pengetahuan nilai-nilai keagamaan yang
cukup dalam keluarganya, maka mereka akan tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan masyarakat yang agamis, komunitas mereka taat
beribadah, ditambah dengan pengalaman keagamaan yang baik di sekolah
maupun di tempat-tempat ibadah maka dengan sendirinya anak akan
memiliki kecenderungan merasa terbiasa melaksanakan ibadah ritual
keagamaan, merasa takut jika melanggar aturan agama, dan mempunyai rasa
sebagai umat Nya.
2 14
g) Berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar
h) Merasa puas atas prestasi yang dicapai
i) Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
j) Bergotong royong sesame
k) Mencintai tanah air
l) Mengurus diri sendiri
m) Menjaga kebersihan lingkungan
n) Menyimpan mainan setelah digunakan
o) Mengendalikan emosi
p) Sopan santun, meliputi mengucapkan terimakasih dengan baik
q) Menjaga keamanan diri
Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri anak, guru dan
orang tua dapat melakukan hal-hal sebagai berikut
a)Anak ditugasi menyelesaikan dan mengerjakan tugas pilihannya sendiri
tanpa bantuan orang dewasa
b) Menerima tanggung jawab pribadi dengan baik
3 14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
4 14
5 14
6
DAFTAR PUSTAKA
ABD.Rahim, SP, M.Si dan Diah Retno Dwi Hastuti, S.P M.Si, pengantar Teori,
dan Kasus, Ekonometrika Pertanian.
Alfian, Magdalia. (2013). “Potensi Kearifan lokal dalam Pembentukan Jati Diri
dan Karakter Bangsa”. Prosiding The 5 thn ICSSIS; “Ethnicity and
Globalization”, di Jogyakarta pada tanggal 13-14 Juni 2013.
Allport, G. W., & Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and prejudice.
Journal of Personality and Social Psychology, 5(4), 432–443
Collins, W. A., Maccoby, E. E., Steinberg, L., Hetherington, E. M., & Bornstein,
M. H. (2000). Contemporary research on parenting: The case for nature
and nurture. American Psychologist, 55(2), 218–232
Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik Dalam Media Massa. Jakarta: Granit,
2004.
20
22
Haryanto (2013: 368). dalam BAB II kajian pustaka 2.1 pengertian kearifan lokal.
Eprints UMM. http://eprints.umm.ac.id/35955/3/jiptummpp-
gdlirawansatr-48429-3-babiip-f.pd
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-
melengkapikepribadian http://www.pendidikankarakter.com/cara-
jitu-menumbuhkan-semangat-belajar-pada-anak
http://www.depsos.go.id/modules.php?
name=News&file=categories&op=newindex&catid=7
DitPerlinjamsos: Kearifan Lokal Menciptakan Perdamaian,
Kebersamaan dan Gotong Royong
J.B. Brooks. 2001. Parenting. Mayfield Publish Company (Chapter 1 dan Chapter
2)
Levine, N. D. 1994. Buku Pelajaran : Parasitologi Veteriner. Edisi Kedua.
Penerjemah : Ashadi G. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
212
Udin S.Winataputra, 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka. Solehudin,M. (2000) Konsep Pendidikan Prasekolah,
212
Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan
IndonesiaUniversitasTerbuka
http://www.depsos.go.id/unduh/images/banjamsos/PSKBS.JPG
http://www.pendidikankarakter.com/3-misteri-dibalik-nilai-anak-
yang-hancur.
Wahyudi, Agung. 2014. Implementasi Sekolah Berbasis Kearifan Lokal Di Sd
Negeri Sendangsari Pajangan. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
212
PERTANYAAN
(Heriyanti Rambung Sandainan/210204501007)
1. Bagaimana pentingnya Kearifan Lokal dalam Psikologi Pendidikan?
(Ibnu Haldun/210204500019)
2. Mengapa Kearifan Lokal menjadi penting untuk dipelajari, khususnya
berkaitan dengan pembelajaran di sekolah?
(Aqshal Bin Ichsan/210204501012)
3. Bagaimana cara menjanga Kearifan di era Globalisasi?
(Adinda Tiara Zalsabila/210204500011)
4. Bagaimana strategi penerapan Pendidikan Kearifan Lokal dalam proses
Pendidikan
(Nurafrida/210204500014)
5. Bagaimana strategi pemberdayaan dalam Paud berbasis Kearifan Lokal di
Era Globalisasi
(Nur Fadillah/210204501001)
6. Apa hubungan Kearifan Lokal dengan Paud
(Sulkifli/210204501015)
7. Apa hubungan dalam mengembangkan Kearifan Lokal
(Muh. Rafli Rauf/210204500007)
8. Apa peran Kearifan Lokal dalam Pendidikan karakter
(Nur Rohim Toyib Prasetyo/210204501018)
9. Apa perbedaan Kearifan Lokal dengan Budaya Lokal
(Nur Fadilah/210204501004)
10. Bagaimana sikap kita menyikapi kurangnya generasi muda dalam Budaya
Lokal
(Muhammad Tasrif Tahir/210204500003)
11. Apakah keterkaitan antara Pendidikan Informal dengan Kearifan Lokal
212
JAWAB
1. Berikut pentingnya Kearifan Lokal dalam Psikologi Pendidikan
a. Melahirkan generasi-generasi yang kompeten
b. Merefleksikan nilai-nilai Budaya
c. Berperan dalam membentuk karakter Bangsa
d. Ikut berkontribusi demi terciptanya identitas Bangsa
e. Ikut andil dalam melestarikan budaya
2. Nilai-nilai Kearifan Lokal akan membantu siswa dalam memahami setiap
konsep dalam materi sehingga bekal pengetahuan yang diperoleh siswa tidak
hanya sampai pada sebatas pengetahuan saja, tetapi juga dapat
diimplementasikan siswa dalam wujud di luar sekolah.
3. Cara menjanga Kearifan di era Globalisasi :
a. Mempelajari Budaya Lokal
b. Mengikuti kegiatan Budaya asal
c. Mengenalkan produk Budaya di kancah International
d. Menjadikan Budaya sebagai identitas
e. Mengekspor barang kesenian
4. Strategi penerapan dalam pembelajaran berdasarkan Kearifan Lokal
implementasinya bisa terlihat seperti tinggal bersama dalam komunitas
masyarakat tertentu dengan mengadakan bakti social dan ajang ke panti
sosial, serta turut terlibat dalam kehidupan budaya para seniman.
5. Strategi pemberdayaan dalam Paud berbasis Kearifan Lokal di Era
Globalisasi :
a. Mempertahankan Budaya asli masyarakat
b. Menyaring masuknya Budaya luar
c. Memperkuat nilai norma dan budi pekerti yang luhur peninggalan nenek
moyang.
6. Kearifan Lokal dalam Pendidikan adalah upaya menjadikan keunggulan
212
7. lokal sebagai potensi yang harus terlestarikan melalui pengajaran di sekolah.
Utamanya dalam PAUD, Pendidikan berbasis Kearifan Lokal sangat
bermanfaat guna melahirkan generasi-generasi yang kompeten dan
bermanfaat serta membentuk karakter bangsa sejak dini.
8. Adapun kelebihan pemberdayaan Kearifan Lokal, yaitu:
a. Dapat mengembangkan potensi komunitas dengan Kearifan Lokal
b. Dapat mengangkat dan melestarikan warisan Budaya sebagai bagian dari
pemberdayaan
c. Dapat melakukan pembangunan yang berasal dari partisipasi masyarakat
langsung
9. Kearifan Lokal menjadi bahan ajar untuk meningkatkan karakter dan
pengembangan diri anak, sehingga dalam menghadapi perkembangan zaman
yang semakin pesat dan revolusi industry 4.0 anak-anak sebagai generasi
penerus bangsa mampu menghadapi, dan kearifan local mampu menjadi
benteng jati diri agar tidak terpengaruh.
10. Perbedaan Kearifan Lokal dengan Budaya Lokal yaitu :
a. Kearifan Lokal menyajikan cara pandang suatu kelompok mesyarakat
terkait suatu hal atau isu berdasarkan nilai-nilai luhur yang mereka
hayati.
b. Kebudayaan Lokal adalah produk dari kebiasaan yang telah berlangsung
lama dan diwariskan turun-temurun di suatu kelompok masyarakat
11. Sikap kita menyikapi kurangnya perhatian generasi muda terhadap Budaya
Lokal, yaitu Melestarikan Budaya masing-masing dan menghormati budaya
lain, karena mudahnya Budaya luar masuk ke dalam negeri dan kurangnya
pengajaran Budaya tradisional kepada generasi muda, kita tidak boleh
membiarkan tari tradisional Indonesia punah serta kita harus mencintai,
mempelajari dan melestarikan tarian Indonesia
12. Dapat dikatakan Kebudayaan Kearifa Lokal dan Pendidikan memiliki
hubungan timbal balik, Kearifan Lokal diperlukan untuk terciptanya
ketertiban, kedamaian, dan ilmu pengetahuan.
24