DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
KELAS : PTE 01
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kemudahan dan keluasan pikiran yang diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Psikologi Pendidikan dengan judul makalah “Pemberdayaan Kearifan Lokal
Dalam Paud” yang dikerjakan oleh Mahasiswa Universitas Negeri Makassar secara
berkelompok di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro semester 3
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Akhir kata kami berharap akan saran dan pendapat dari para pembaca
terhadap makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat, Aamiin.
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I...............................................................................................................................................
PENDAHULUAN...........................................................................................................................
1. LATAR BELAKANG..........................................................................................................
2. TUJUAN...............................................................................................................................
3. MANFAAT...........................................................................................................................
BAB II.............................................................................................................................................
PEMBAHASAN..............................................................................................................................
BAB III..........................................................................................................................................
PENUTUP.....................................................................................................................................
1. Kesimpulan.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara spontan karena di
senangi, dan sering tanpa tujuan tertentu. Bagi anak bermain merupakan kebutuhan
yang perlu agar anak dapat berkembang secara wajar dan utuh, menjadi orang dewasa
yang mampu menyesuaikan dan membangun dirinya, menjadi pribadi yang matang
dan mandiri.
Banyak jenis jenis permainan baik itu permainan yang memakai aturan-aturan
tertentu / sekedar bermain tanpa mengunakan aturan. Permainan tradisional misalnya
adalah salah satu jenis permainan yang mengunakan aturan-aturan tertentu yang
berasal dari budaya lokal/budaya daerah di mana PAUD itu berada. Di antara jenis
kearifan budaya lokal, banyak sekali budaya yang merupakan warisan nenek moyang.
Budaya-budaya ini mengandung banyak nilai-nilai luhur yang dikemas dalam sebuah
permainan, lagu-lagu, cerita/dongeng dan ungkapan-ungkapan.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian konsep pengasuhan secara umum?
2. Jelaskan pengertian konsep kearifan local?
3. Jelaskan konsep pengasuhan berdasarkan kearifan lokal?
C. Manfaat
1. Pembaca dapat mengerti konsep pengasuhan secara umum
2. Pembaca dapat mengerti Konsep kearifan lokal
3. Pembaca dapat mengerti konsep pengasuhan berdasarkan kearifan lokal
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
2. Tujuan pengasuhan
Dan yang terkhir tujuan pengasuhan yang di dapat dalam bacaan Parenting
in the 21st Century: A Return to Community, Yolanda K H Bogan adalah
mendapatkan perhatian dari anak-anak yang pada abad sekarang telah
berkurang akibat adanya permainan dan fasilitas- fasilitas baru yang
berkontribusi terhadap hilangnya keterhubungan antara keluarga dengan
masyarakat. Penanam nilai dan karakter pada anak juga menjadi fokus dalam
tujuan pengasuhan serta memberikan pengaruh yang baik terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Peak (2003) menganjurkan kesempatan lain untuk menyampaikan Sembilan
nila-nilai untuk anak sebagai jalan mempertinggi kepaduan keluarga. Nilai-
nilai ini adalah komitmen, pujian, komunikasi, konsisten, disipli, keamanan,
tanggung jawab, kesadaran, dan kebebasan. Kita harus mengajar anak-anak
kita untuk berinteraksi, menjadi masyarakat yang mandiri. Menurut
Kupets, 1998, pengalaman anak-anak dimulai dari belajar di rumah.
Lingkungan pergaulan social adalah aspek penting bagi perkembangan anak
dimana orangtua memilih untuk bekerja di luar rumah, tinggal di rumah,
atau menjadi individu berpengaruh dalam kehidupan anak-anak.
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan
yang berasal dari luar/bangsa lai menjadi watak dan kemampuan sendiri
Wibowo (2015:17). Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya
menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi
pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah
kebudayaan dan mempertahankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh
masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan sebagai
kebijakan setempat local wisdom atau pengetahuan setempat “local knowledge”
atau kecerdasan setempat local genious Fajarini (2014:123). Berbagai strategi
dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga kebudayaannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Alfian (2013: 428) Kearifan lokal
diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta sebagai strategi
kehidupan yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Berdasarkan pendapat Alfian itu dapat diartikan
bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah mentradisi
dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat
ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di
daerah tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa local
wisdom (kearifan lokal) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
local yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya.
2. BENTUK-BENTUK KEARIFAN LOKAL
Hal hampir serupa dikemukakan oleh Wahyudi (2014: 13) kearifan lokal
merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang
meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa Tata aturan yang menyangkut
hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar
individu maupun kelompok, yang berkaitan dengan hirarkhi dalam
kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan antar klan, tata karma dalam
kehidupan sehari- hari.
Tata aturan menyangkut hubungan manusia dengan alam, binatang,
tumbuh-tumbuhan yang lebih bertujuan pada upaya konservasi alam.Tata
aturan yang menyangkut hubungan manusia dengan yang gaib, misalnya Tuhan
dan roh-roh gaib. Kearifan lokal dapat berupa adat istiadat, institusi, kata-kata
bijak, pepatah (Jawa: parian, paribasan, bebasan dan saloka).
Dalam karya sastra kearifan lokal jelas merupakan bahasa, baik lisan
maupun tulisan (Ratna, 2021)Ratna (2011-95). Dalam masyarakat, kearifan-
kearifan lokal dapat ditemui dalam cerita rakyat, nyayian, pepatah, sasanti,
petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-
hari. Kearifan lokal ini akan mewujud menjadi budaya tradisi, kearifan lokal
akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat
tertentu.
Kearifan lokal diungkapkan dalam bentuk kata-kata bijak (falsafah) berupa
nasehat, pepatah, pantun, syair, folklore (cerita lisan) dan sebagainya; aturan,
prinsip, norma dan tata aturan sosial dan moral yang menjadi sistem sosial;
ritus, seremonial atau upacara tradisi dan ritual; serta kebiasaan yang terlihat
dalam perilaku sehari-hari dalam pergaulan sosial (Haryanto, 2013: 368). Cerita
rakyat banyak mengandung amanat-amanat kepada
Selain berupa nilai dan kebiasaan kearifan lokal juga dapat berwujud
benda-benda nyata salah contohya adalah wayang. Wayang kulit diakui sebagai
kekayaan budaya dunia karena paling tidak memiliki nilai edipeni (estetis)
adiluhung (etis) yang melahirkan kearifan masyarakat, terutama masyarakat
Jawa. Bahkan cerita wayang merupakan pencerminan kehidupan masyarakat
Jawa ,sehingga tidak aneh bila wayang disebut sebagai agamanya orang Jawa.
Dengan wayang, orang Jawa mencari jawab atas permasalahan kehidupan
mereka (Sutarso, 2012 : 507). Dalam pertunjukan wayang bergabung keindahan
seni sastra, seni musik, seni suara, seni sungging dan ajaran mistik Jawa yang
bersumber dari agama-agama besar yang ada dan hidup dalam masyarakat
Jawa. Bentuk kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat jawa selain wayang
adalah joglo ( rumah tradisional jawa ).
D. KONSEP PENGASUHAN BERDASARKAN KARIFAN LOKAL
1. PENGERTIAN
Kearifan lokal pada anak usia dini adalah nilai-nilai sikap yang mendasari
perilaku anak, yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur budaya kita. Nilai-nilai
luhur budaya kita dapat dilestarikan dengan jalan mewariskan dari generasi tua
ke generasi muda melalui pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal,
maupun nonformal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan dan pendidikan
mempunyai hubungan timbal balik. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan
pelaksanaan pendidikan itu ditentukan oleh kebudayaan masyarakat dimana
proses pendidikan itu berlangsung. Kearifan lokal diperlukan untuk
terciptanya ketertiban, kedamaian, keadilan, mencegah konflik, kesopanan,
kesejahteraan, ilmu pengetahuan, pendidikan, pengembangan sistem nilai,
pengembangan kelembagaan, dan perubahan tingkah laku. dan terdapat
norma sosial yang menjunjung perdamaian, kebersamaan dan gotong
royong. Kearifan local apabila diterjemahkan secara bebas dapat diartikan
nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini
berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita
harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah
tersebut. Sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun
temurun oleh orang tua kepada anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling
menghormati dan tepa salira merupakan contoh kecil dari kearifan lokal.
Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati
lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh
masyarakat yang berada di tempat yang lain. Permendagri Nomor 39 Tahun
2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai suatu sistem nilai yang
dianut oleh komunitas/ kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang
diyakini akan dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di
dalamnya terdapat nilai-nilai, sikap tatacara masyarakat yang diyakini dapat
memenuhi kehidupan warga masyarakatnya (Dirjen Kesbangpol Depdagri,
2007: 5).
Sudah selayaknya, kita sebagai pendidik mencoba menggali kembali
nilai-nilai budaya kita, agar tidak hilang ditelan perkembangan jaman untuk
diwariskan kepada anak didik kita, sejak usia dini. Nilai budaya dan norma
dalam kebudayaan Jawa, misalnya, tetap dianggap sebagai pemandu perilaku
yang menentukan keberadaban, seperti kebajikan, kesantunan, kejujuran,
tenggang rasa, dan tepa salira.
2. PENDIDIKAN ANAK DALAM USIA DINI
Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri anak, guru dan
orang tua dapat melakukan hal-hal sebagai berikut
1) Anak ditugasi menyelesaikan dan mengerjakan tugas pilihannya sendiri
tanpa bantuan orang dewasa;
2) Menerima tanggung jawab pribadi dengan baik;
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan atas uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hwa
kearifan local dapat ditumbuhkan dalam diri anak, sejak usia dini melalui
pendidikan nilai yang tercermin dan terintegrasi pada bidang pengembangan
moral-agama, sosial-emosional, bahasa dan seni yang terdapat dalam
pendidikan formal.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Terbuka
http://www.depsos.go.id/unduh/images/banjamsos/PSKBS.JPG
http://www.pendidikankarakter.com/3-misteri-dibalik-nilai-
anak-yang-hancur.
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-
melengkapikepribadian http://www.pendidikankarakter.com/cara-jitu-
menumbuhkan-semangat-belajar-pada-anak
http://www.depsos.go.id/modules.php?
name=News&file=categories&op=newindex&catid=7 DitPerlinjamsos:
Kearifan Lokal Menciptakan Perdamaian, Kebersamaan dan Gotong Royong
J.B. Brooks. 2001. Parenting. Mayfield Publish Company (Chapter 1 dan Chapter
2)
R.M. Berns. 1997. Child, Family, School, Community Social and Support.
Harcourt Brace Collage Publihers (Bab Ecology Parenting)
Artikel: Yolnda K.H. Bogan. Parenting in 21st Century: A return to Community.