MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas
dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar PIAUD
Dosen Pengampu Suroningsih, M.Pd
Oleh:
Fitri Wulansari NIM 13023003
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ........................................................................ 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini sebagai suatu upaya penstimulusan dan
rangsangan yang dilakukan kepada anak yang baru lahir sampai dengan usia
enam tahun yang disebut dengan masa Golden Age, yang dilakukan dengan
memberi rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik jasmani maupun rohani agar anak siap dalam
memasuki pendidikan selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan
mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga
terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya. Anak usia dini ialah kelompok yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik yaitu pola pertumbuhan
dan perkembangan, intelegensi, sosial emosional, bahasa, dan komunikasi
yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
(Maghfiroh & Suryana, 2021).
Lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam
perkembangan anak. Anak yang memiliki lingkungan yang baik tentu akan
tumbuh menjadi orang yang baik, sedangkan anak yang tumbuh pada
lingkungan yang negatif cenderung akan memiliki sifat yang negatif .
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dianggap belum
maksimal. Lingkungan sekolah yang baik dapat membuat peserta didik
menjadi nyaman berada di sekolah. Karena lingkungan sekolah juga dapat
menciptakan rasa nyaman bagi peserta didik untuk belajar (Claudia et al.,
2018).
Untuk itu, lingkungan belajar bagi anak pun perlu diperhatikan. Baik
oleh orang tua di lingkungan keluarga, maupun oleh para pendidik di
lingkungan sekolah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar?
2. Bagaimana lingkungan belajar yang baik bagi anak?
3. Bagaimana lingkungan belajar indoor dan outdoor itu?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari lingkungan belajar.
2. Menjelaskan lingkungan belajar yang baik bagi anak.
3. Menjelaskan lingkungan belajar indoor dan outdoor.
D. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan pemahaman dan wawasan terkait dengan lingkungan
belajar.
2. Meningkatkan pemahaman terkait lingkungan belajar yang baik bagi anak.
3. Meningkatkan pemahaman terkait lingkungan belajar indoor dan outdoor.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
cermat agar dapat mendukung pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan
bersama.
Lingkungan belajar bagi anak haruslah menyenangkan, hal ini
mengacu pada pendapat Montessori dalam (Ismail, 2019), yang mana beliau
berpendapat bahwa lingkungan bagi anak harus menyenangkan serta mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Beliau berpandangan bahwa
lingkungan yang menyenangkan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Accessibility and availability (mudah diakses dan tersedia)
Orang tua ataupun pendidik harus menyediakan fasilitas belajar
anak yang mudah diakses dan tersedia. Beberapa anak senang bermain di
area terbuka yang mana area tersebut dapat digunakan aktivitas individu
atau kelompok.
b) Freedom of movement choice (kebebasan bergerak dan memilih)
Dalam hal ini, seorang pendidik dan orang tua sudah seharusnya
memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan pilihan. Anak-
anak akan menentukan pilihan yang tepat jika dirinya mempunyai
kesempatan untuk bergerak kemanapun yang ia senangi, serta menemukan
apa yang dirinya butuhkan demi kepuasannya.
c) Personal responsibility (penuh tanggung jawab personal)
Meskipun anak diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan
keputusan, sebagai orang tua dan pendidik perlu memberikan training atau
pelatihan sikap tanggung jawab kepada anak. Sikap tersebut dapat
diciptakan dengan cara memberi latihan dan pembiasaan kepada anak agar
selalu mengembalikan barang ataupun fasilitas lainnya yang digunakan
untuk proses belajar ke tempat semula.
d) Reality and nature (nyata dan alami)
Menggunakan model 3D akan memberikan pemahaman yang
mudah bagi anak. Misal, keberadaan buah jeruk akan lebih mudah
dipahami dibanding gambar jeruk berupa 2D. Kesan alami dapat dilakukan
dengan cara melakukan kegiatan yang berkaitan dengan alam. Di
4
antaranya dengan cara mengajak anak untuk berkebun, menjelajah,
melakukan kunjungan ke kebun binatang dan lain-lain.
e) Beauty and harmony (indah dan selaras)
Untuk menciptakan lingkungan belajar yang indah dan selaras,
orang tua atau pendidik dapat membuat ruangan sederhana dan dibuat
seindah mungkin dengan pemilihan dekorasi ruangan warna-warni. Karena
biasanya anak menyenangi warna-warni.Sedangkan, kesan selaras dapat
ditentukan dengan penempatan barang atau pengorganisasian ruang
belajar.
Selain hal-hal di atas, lingkungan belajar yang baik bagi anak
haruslah aman, nyaman, dan tetap kondusif. Lingkungan belajar yang
kondusif merupakan lingkungan belajar yang berada di sekolah dalam
suasana berlangsungnya proses belajar mengajar.
5
Permainan yang dilakukan di luar ruangan biasanya dominan
dengan aktivitas fisik dalam pembelajarannya. Yang mana, pada
pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan motorik kasarnya.
6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Lingkungan belajar merupakan hal yang penting yang mampu
mempengaruhi perkembangan anak melalui emosi yang dibentuk,
kenyamanan yang dirasakan, serta kesempatan untuk berinteraksi yang
diberikan oleh lingkungan.
Lingkungan belajar bagi anak terbagi menjadi dua, yaitu lingkungan
belajar di dalam ruangan atau indoor dan lingkungan belajar di luar ruangan
atau outdoor.
B. Saran
Lingkungan menjadi salah satu faktor penentu berhasil tidaknya suatu
pembelajaran, oleh karena itu, orang tua dan pendidik diharapkan dapat
memberikan perhatian secara kontinu pada anak dalam belajar. Perhatian
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan fasilitas belajar yang memadai
bagi anak. Orang tua juga perlu memotivasi anak, agar bersemangat belajar
dengan dipenuhinya segala fasilitas belajar dan pendidik pun perlu
menghimbau orang tua siswa supaya ikut mengawasi belajar anaknya.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar anak tidak melupakan
kewajiban belajarnya. Sekolah juga perlu meningkatkan kualitas dan
kuantitas fasilitas belajar yang menunjang kegiatan belajar mengajar disertai
dengan pengelolaan yang baik. Selain meningkatkan fasilitas yang ada,
sekolah juga perlu menciptakan lingkungan yang nyaman dan efektif untuk
kegiatan belajar mengajar.
7
DAFTAR PUSTAKA
Claudia, H., Surbakti, A., & Marpaung, R. R. T. (2018). Perbedaan Outdoor Study
Dan Indoor Study Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Bioterdidik
Wahana Ekspresi Ilmiah, 6(6), 96–105.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/17028/pdf
Ismail, W., Rauhun, R., Mutmainnah, M., Nurwahilda, N., Misbawati, M., &
Hasanah, U. (2019). Pengelolaan Lingkungan Pembelajaran Di Paud
Kemala Bhayangkari. NANAEKE: Indonesian Journal of Early Childhood
Education, 2(2), 121.
https://doi.org/10.24252/nananeke.v2i2.11625
Jumrawarsi, J., & Suhaili, N. (2021). Peran Seorang Guru Dalam Menciptakan
Lingkungan Belajar Yang Kondusif. Ensiklopedia Education Review, 2(3),
50–54.
https://doi.org/10.33559/eer.v2i3.628