Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LEMBAGA DAN LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu dan Teori


Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Muchamad Ridho Kurniawan (1860201221074)

Mohammad Subhan Salimi (1860201221078)

Khoirun Nisa (1860201221095)

Anisa Tri Banu Wati (1860201222102)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG


MARET 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu dan Teori Pendidikan Islam dengan judul makalah
“Lembaga dan Lingkungan Pendidikan Islam”. Sholawat serta salam kami
sampaikan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
mengantarkan manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang
penuh petunjuk. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Sutopo, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Dr. H. Imam Junaris, S.Ag., M.H.I. selaku Koorprodi Pendidikan Agama
Islam.
4. Abdul Wafa, M.Ag. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ilmu dan Teori
Pendidikan Islam.
5. Kedua orangtua kami yang sudah mendoakan kami.
6. Serta semua rekan dan pihak yang sudah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Demikian kata pengantar ini kami
buat semoga dapat bermanfaat khususnya bagi pribadi kami sendiri dan pembaca
pada umumnya. Aamiin ya robbal ‘alamiin.

Tulungagung, 12 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2

A. Pengertian Lingkungan dalam Pendidikan Islam....................................................2

B. Macam-Macam Lingkungan dalam Pendidikan Islam...........................................5

C. Pengertian Lembaga dalam Pendidikan Islam......................................................14

D. Jenis-Jenis lembaga Pendidikan Islam..................................................................14

BAB III PENUTUP........................................................................................................18

A. Kesimpulan..........................................................................................................18

B. Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sejatinya membentuk karakter manusia sebagaimana dengan
apa yang diinginkan. Karakter terbentuk oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah lingkungan. Orang berbeda karakternya, disebabkan oleh karena
mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda. Dengan begitu peran lingkungan
sangat besar dalam membentuk perilaku seseorang.
Dalam ajaran islam, lingkungan Pendidikan juga harus ditata dan dirawat
hingga kelihatan bersih dan rapih. Lingkungan harus dipandang sebagai
bagian dari pendidikan. Lingkungan harus dijadikan faktor penting untuk
membentuk pribadi anak-anak atau mahasiswa yang belajar di sekolah atau
kampus.
Lembaga memiliki pengertian yaitu sebagai wadah atau tempat orang-
orang berkumpul, bekerjasama secara berencana, terorganisasai, terkendali,
terpimpin dengan memanfaatkan sember daya untuk datu tujuan yang sudah
ditetapkan. Lembaga pendidikan baik informal, nonformal maupun formal
adalah tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya. Sehingga dalam
makalah ini akan dibahas tentang Lembaga dan Lingkungan Pendidikan
Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian lingkungan dalam Pendidikan Islam?
2. Apa saja macam-macam lingkungan dalam Pendidikan Islam?
3. Apakah pengertian lembaga dalam Pendidikan Islam?
4. Apa saja jenis-jenis lembaga Pendidikan Islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian lingkungan dalam Pendidikan Islam.

1
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam lingkungan dalam Pendidikan
Islam.
3. Untuk mendeskripsikan pengertian lembaga dalam Pendidikan Islam.
4. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis lembaga Pendidikan Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan dalam Pendidikan Islam


Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dalam
lingkungan, manusia hidup dan berinteraksi kepada sesamanya.1 Secara
harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari
kehidupan, baik berupa fisik seperti alam semesta dengan segala isinya,
maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai,
adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan
yang berkembang. Lingkungan-lingkungan tersebut hadir secara kebetulan,
yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia. 2 Menurut Sartain,
sebagaima dikatakan M. Ngalim Purwanto, lingkungan meliputi semua
kondisi-kondisi dunia yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah
laku, pertumbuhan, perkembangan atau life processes manusia.3 Menurut
Mohammad Surya, lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu,
sehingga turut terlibat dalam mempengaruhi perkembangannya.4

Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan mencakup


iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan
dan alam. Dalam ungkapan berbeda, lingkungan adalah segala sesuatu yang
tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. La
adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau
hal-hal yang mempunyai hubungan dengannya. Hubungan manusia dengan
1
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hal. 142
2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
hal. 290
3
M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Bandung, 2000), hal. 28
4
Mohamad Surya, Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasinya (Bandung: Alfabeta, 2014),
hal. 34

2
lingkungan kehidupannya, membuka peluang masuknya pengaruh pendidikan
kepadanya.5

Selanjutnya, Zakiah Daradjat juga menjelaskan, bagi para pendidik


pengetahuan tentang lingkungan merupakan alat untuk dapat mengerti,
memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak secara lebih baik. Misalnya,
anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang anaknya tunggal
atau anak yang yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan
yang keras atau kurang kasih sayang atau kurang mendapat perhatian guru.

Sedangkan pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe”
dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan
arti mendidik adalah memelihara dan memberikan latihan mengenai akhlak
dan kecerdasan pikiran.6 Istilah pendidikan merupakan terjemahan dari
bahasa Yunani paedagogie yang berarti pendidikan dan paedagogia yang
berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan manusia yang memiliki tugas
membimbing dan mendidik disebut paedagogos. Kata ini berasal dari paedos
yang berarti anak dan agoge yang berarti membimbing atau memimpin.7

Dari istilah di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang


dilakukan manusia dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
membimbing atau memimpin perkembangan jasmani dan ruhaninya ke arah
kedewasaan. Dengan kata lain, pendidikan ialah bimbingan yang diberikan
secara sengaja oleh manusia dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun ruhani, agar berguna bagi diri sendiri
dan masyarakat.8

Dalam bahasa Arab pendidikan diartikan sebagai tarbiyah. Kata ini


berasal dari tiga asal kata. Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan
tumbuh. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-
yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga

5
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 27.
6
Yadianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Mas, 1996), hal. 88.
7
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam (Ciputat: CRSD PRESS, 2007), hal.15
8
Armai, Reformulasi, hal. 15

3
dan memelihara.9 Dari ketiga asal kata ini, Abdurrahman al-Bani,
sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman an-Nahlawi, menyimpulkan
pendidikan (tarbiyah) terdiri dari tiga unsur. Pertama, menjaga dan
memelihara fitrah anak menjelang baligh. Kedua, mengembangkan seluruh
potensi anak. Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju
kebaikan.¹10 Melalui ketiga hal ini pendidikan dapat dimaknai sebagai proses
pembentukkan fitrah dan potensi manusia menuju kepada kebaikan.
Pembentukan tersebut dapat terwujudkan manakala didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik.

Dari dua pengertian yang dijelaskan di atas (lingkungan dan pendidikan)


maka lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan
lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan anak (peserta didik) untuk menjadi manusia
yang lebih baik. Hubungan manusia dengan lingkungan, membuka peluang
masuknya pengaruh pendidikan. Semakin baik lingkungan pendidikan,
semakin besar peluang peserta menjadi berkarakter.

Ramayulis menegaskan lingkungan pendidikan Islam mempunyai peran


penting terhadap keberhasilan pendidikan Islam. Perkembangan jiwa anak itu
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat
memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
dan perkembangan jiwa anak. Positif apabila memberikan dorongan terhadap
keberhasilan proses pendidikan itu. Negatif apabila lingkungan menghambat
keberhasilannya.11 Dengan demikian pendidikan Islam dapat berjalan dengan
baik manakala dipengaruhi oleh berbagai macam lingkungan pendidikan yang
positif dan dapat merubah pribadi dan karakter anak menjadi lebih baik.

9
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, terj. Herry Noer Ali, (Bandung: Diponegoro, 1996), hal.
31
10
An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda pendidikan islam, hal. 32
11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 34; Nasution,
Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 126

4
Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam proses
pendidikan. Lingkungan itu berfungsi menunjang terjadinya proses belajar
mengajar secara berkelanjutan. Maka, agar proses belajar mengajar menjadi
baik, dibutuhkan lingkungan pendidikan yang baik. Jika proses belajar
mengajar yang dilakukan baik, maka pencapaian tujuan pendidikan untuk
membentuk peserta didik memiliki moralitas luhur pasti dapat diwujudkan.
Tujuan pendidikan semacam ini, selaras dengan ajaran Islam. Karena,
pembawa ajaran Islam, Muhammad saw. Diutus Tuhan dalam rangka
menyempurnakan moralitas manusia.

Apabila merujuk pada teori yang dikemukan oleh Mahmud Yunus, 12


lingkungan pendidikan dapat dikategorikan dalam tiga bagian yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga memiliki
keterkaitan dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses pendidikan Islam.

B. Macam-Macam Lingkungan dalam Pendidikan Islam


Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam proses
pendidikan. Lingkungan itu berfungsi menunjang terjadinya proses belajar
mengajar secara berkelanjutan. Maka, agar proses belajar mengajar menjadi
baik, dibutuhkan lingkungan pendidikan yang baik. Jika proses belajar
mengajar yang dilakukan baik, maka pencapaian tujuan pendidikan untuk
membentuk peserta didik memiliki moralitas luhur pasti dapat diwujudkan.
Tujuan pendidikan semacam ini, selaras dengan ajaran Islam. Karena,
pembawa ajaran Islam, Muhammad saw. diutus Tuhan dalam rangka
menyempurnakan moralitas manusia.

Apabila merujuk pada teori yang dikemukan oleh Mahmud Yunus,


lingkungan pendidikan dapat dikategorikan dalam tiga bagian yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga memiliki

12
Mahmud Yunus, al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (Ponorogo-Gontor: Dar as-Salam,1986),
hal.16

5
keterkaitan dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses pendidikan Islam.

1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak
dan karakter manusia (anak). Dalam konteks pendidikan Islam, keluarga
merupakan lembaga pendidikan pertama, karena dalam keluarga dasar-
dasar kepribadian anak dibentuk. Baik dan buruk perilaku anak di masa-
masa awal sangat ditentukan dari pola pendidikan di keluarga. Perilaku
dan sikap baik yang merupakan bagian dari pendidikan akhlak dapat
ditumbuhkan melalui pendidikan di dalam keluarga.
Pendidikan akhlak dalam lingkungan keluarga memiliki peran
penting menumbuhkan kepribadian anak menjadi baik. Menurut al-
Ghazali, pendidikan akhlak merupakan pendidikan awal yang patut
diberikan oleh keluarga, dalam hal ini orangtua, kepada setiap anak-
anaknya.13 Apabila pendidikan akhlak diberikan dengan baik di dalam
keluarga, maka hal ini dapat berdampak positif bagi perkembangan
kepribadiaan anak ketika dewasa. Semakin baik pendidikan akhlak yang
diberikan di dalam keluarga, semakin baik pula kepribadian anak ketika
dewasa.
Di sisi lain, pendidikan dalam lingkungan keluarga akan bernilai
positif manakala para orangtua menanamkan kasih sayang kepada anak-
anaknya. Memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak termasuk
salah satu naluri yang difitrahkan Allah swt. kepada semua mahkluknya.
Keluarga (orangtua) memiliki tanggung jawab mendidik dengan kasih
sayang dan kecintaan kepada anak-anaknya. Hal ini sangat berpengaruh
bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta sosial mereka.
Sekiranya kasih sayang dan cinta kasih kepada anak-anak tidak
terealisikan dengan baik, maka jangan disalahkan jika anak-anak mencari
pelarian di luar keluarga.

13
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din (Saudi Arabia:
Dai al-Ihya’, t.th), Jilid I, hal. 10-13.

6
Dalam hal ini, Rasulullah saw. memberikan teladan yang baik
untuk mencintai, menyayangi dan sabar dalam mendidik anak-anak,
termasuk dalam beriman kepada Allah swt; “Rasulullah saw. mencium
al-Hasan Ibn ‘Ali, sedangkan ada al-Aqra Ibn Abi Habis al-Tamimi yang
tengah duduk. Al-Aqra berkata: “Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh
anak, tetapi aku tidak pernah mencium seorang pun di antara mereka”.
Rasulullah saw. menatapnya lalu berkata, lalu bersabda: “Siapa yang
tidak mengasihi (anak), maka tidak akan dikasihi oleh Allah”.14
Hadits di atas menunjukan bahwa Rasulullah saw. tidak suka
kepada setiap orangtua yang tidak mencium, mengasihi dan
menyanyangi anak-anaknya. Hal tersebut juga menunjukan kasih sayang
orangtua memiliki peran penting dalam mendidik anak-anak. Sebab
landasan kehidupan keluarga bahagia adalah cinta dan kasih sayang.
Ketika pendidikan dalam lingkungan keluarga dibangun atas dasar kasar
sayang, maka ketika dewasa sangat mungkin anak-anak dapat
menyebarkan kasih sayang kepada keluarga, bahkan kepada masyarakat
luas. Pendidikan yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang dalam
lingkungan keluarga dapat menjadi jembatan bagi seorang anak untuk
mengembangkan sikap saling menyayangi dan mengasihi kepada sesama
manusia.
Islam memandang keluarga bertanggung jawab atas fitrah anak.
Menurut ajaran Islam, segala penyimpangan yang membuat rusak fitrah
tersebut berpangkal dari pendidikan orangtua (keluarga) atau para
pendidik yang mewakilinya. Pandangan ini lahir dari perspektif bahwa
anak dilahirkan dalam keadaan suci. Ini dilukiskan Rasulullah saw.
dalam Haditsnya; “Tidak ada seorang anak pun, kecuali dilahirkan dalam
keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya
beragama Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Sebagaimana hewan menjadikan
hewan yang sempurna, adakah kalian merasakan padanya ada hewan
yang anggotanya terpotong?”. (HR. Bukhari).15

14
Shahih Bukhari, , (Mesir: al-Mathaba’ah al-Ustmaniyyah, 1932), Vol. IV, h. 36.
15
Shahih Bukhari, Vol. I, h. 36.

7
Peran penting pendidikan dalam lingkungan keluarga tentu
berada pada orangtua. Maka menjadi bagi setiap orangtua untuk
memberikan pendidikan yang baik kepada setiap anak-anaknya agar
kelak mereka menjadi manusia berguna dan menjadi penghalang bagi
orangtua terjerumus dalam kehinaan (neraka):
‫ٰۤل‬
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُقْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم َو َاْه ِلْيُك ْم َناًر ا َّو ُقْو ُدَها الَّناُس َو اْلِحَج اَر ُة َع َلْيَهاَم ِٕىَك ٌة ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل‬
‫َيْع ُصْو َن َهّٰللا َم ٓا َاَم َر ُهْم َو َيْفَعُلْو َن َم ا ُيْؤ َم ُرْو َن‬

:Artinya

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. at-Tahrim [66]: 6).
Ayat di atas menjadi pelajaran bagi para orangtua untuk membawa
keluarga (anak-anaknya) menjauhkan diri dari nereka. Untuk
menghindari hal tersebut, maka tujuan pendidikan dan pembinaan
keluarga harus didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 16

a. Pertama, menegakkan hukum-hukum Allah swt. Menegakkan

hukum-hukum Allah swt. berarti merealisasikan bentuk ajaran


agama dalam keluarga. Artinya, kedua orangtua dituntut
mengaplikasikan ibadah kepada Allah swt. dan mengajarkannya
kepada anak, sebagai upaya perealisasian tujuan akhir pendidikan
Islam. Di dalam lingkungan keluarga, para orangtua dapat melatih
anak-anak untuk beribadah kepada-Nya semenjak dini. Dengan
begitu anak-anak ketika dewasa akan terbiasa dalam melaksanakan
ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua dapat membantu
anak-anak dengan menjelaskan peranan agama dalam kehidupan di
masa dewasa, sehingga kesadaran ini dapat memberi arti pada
keyakinan agama yang telah diperolehnya.17 Tidak boleh ada kata

16
TB. Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 62.
17
Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2004), h. 214.

8
menyerah dalam mengajarkan aturan agama dalam keluarga.
Karena pendidikan Islam akan berjalan dengan baik, jika orangtua
menanamkan pentingkan melaksanakan aturan-aturan agama dalam
lingkungan keluarga.
b. Kedua, merealisasikan ketentraman jiwa. Jika orangtua memiliki

kesamaan visi dalam mendidik anak berdasarkan kasih sayang,


maka akan muncul dalam diri anak-anak suasana ketenteraman
jiwa. Dengan adanya ketentraman jiwa kedua orangtua dapat
mudah menanamkan sikap percaya diri kepada anak-anak.
Sehingga, mereka (anak-anak) akan terhindar dari kegelisahan,
keterkekangan, sikap menutup diri dan penyakit psikis lain yang
akan melemahkan kepribadiannya. Membangun ketentraman jiwa
pada anak adalah kunci keberhasilan dalam melaksanakan
pendidikan pada lingkungan keluarga. Ketika jiwa anak tentram
orangtua dapat dengan mudah memberikan sugesti dan segala
arahan/pengajaran yang bersifat positif.
2. Lingkungan Sekolah/Madrasah
Selain pendidikan keluarga, sekolah/madrasah pun masuk dalam
lingkungan pendidikan Islam. Dalam pendidikan Islam sekolah lebih
diidentikkan dengan madrasah. Namun dalam al-Qur’an tidak ada satu
pun kata yang menunjukkan pada arti sekolah. Tetapi akar kata madrasah
(darasa) disebutkan sebanyak 6 kali dalam al-Qur’an. Kata-kata darasa
tersebut mengandung pengertian yang bermacam-macam, diantaranya
- berarti mempelajari Taurat (QS. al-‘Araf [7]: 169);
- perintah agar mereka (ahli kitab) menyembah Allah lantaran mereka
telah membaca al-Kitab (QS. Ali Imran [3]: 79);
- pertanyaan kepada kaum Yahudi apakah mereka memiliki kitab yang
dapat dipelajari (QS. al-Qolam [68]: 37);
- informasi bahwa Allah tidak pernah memberikan kepada mereka suatu
kitab yang mereka pelajari (baca) (QS. Saba [34]: 44);
- mempelajari sesuatu (QS. Al-An’aam [6]: 105); dan

9
- berisi informasi bahwa al-Quran ditujukan sebagai bacaan untuk
semua orang (QS. Al-An’aam [6]: 156).18
Sekolah merupakan pendidikan formal untuk mengajar anak-anak
dengan aturan-aturan atau undang-undang yang mesti ditaati oleh
pendidik dan anak didik.19 Pendidikan sekolah tidak hanya diperuntukan
untuk mengembangkan kemampuan manusia melakukan sesuatu
menurut cara-cara yang baik, tetapi juga mengembangkan kemampuan
mereka untuk melakukan hal-hal yang baik. Pendidikan sekolah akan
berjalan dengan baik apabila program pendidikan disesuaikan dengan
kemampuan anak didik dan dengan kehidupan sosial masyarakat yang
ada di sekitar.
Sekolah dalam wujud yang sekarang dikenal muncul setelah
menembus masa perkembangan yang lama, melalui berbagai macam
upaya dan percobaan. Dalam kehidupan lampau, anak-anak mempelajari
segala sesuatu dari orangtua dan masyarakatnya dengan metode yang
tidak menentu dan tidak terarah. Kadangkala dengan mengikuti atau
dengan jalan perenungan yang lebih terarah serta pengulangan-
pengulangan untuk mencapai tujuan yang lebih mantap. 20
Dalam mewujudkan pendidikan, Islam memiliki konsep yang
sangat terarah dan bertujuan. Hal itu dapat dilihat dari dua sendi
pendidikan Islam. Pertama, beriman dan beribadah semata hanya kepada
Allah SWT. Kedua, kurikulum yang menggariskan materi berpikir dan
bertingkah laku, seperti taat dan meneladani Rasul-nya dalam upaya
memelihara dan mengamalkan segala tuntutannya untuk
ditransformasikan kepada generasi berikutnya. Sebelum Islam datang
pendidikan keagamaan atau yang terkait dengan keimanan kepada Allah
swt. telah disampaikan oleh para Rasul-Nya. Mereka membimbing dan
mendidik umat manusia untuk senantiasa meyakini keberadaan-Nya.
Setiap rasul yang diutus Allah swt. memiliki tujuan mulia, yaitu
mendidik manusia untuk beriman dan beribadah kepada-Nya. Pada masa-
18
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, h. 55.
19
Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hida Karya
Agung, 1990), h. 29.
20
Norman M. Goble, Perubahan Peranan Guru (Jakarta: Gunung Agung, 1983), h. 65.

10
masa tulisan belum tersebar secara luas, generasi demi generasi belajar
dengan menggunakan lisan, diskusi, peniruan, pengikutan pelaksanaan
praktis dan pengalaman yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
macam tempat, seperti lapangan, perkumpulan, pondokan dan masjid.
Cara-cara seperti ini dilakukan agar setiap generasi mampu mempelajari
dan memahami segala macam pengetahuan.
Tempat-tempat itulah yang merupakan cikal-bakal tumbuhnya
sekolah-sekolah atau sarana pendidikan yang terarah. Demikianlah,
tempat-tempat pendidikan keagaman terus tersebar dengan mengalami
pasang surut, karena konflik antara keimanan dan kekufuran senantiasa
terjadi. Namun, seiring dengan kemajuan zaman sarana pendidikan
semakin tumbuh dan berkembang dari masa ke masa, bahkan semakin
menunjukan taringnya. Salah satu elemen penting dalam lingkungan
pendidikan sekolah adalah pendidik atau guru.
Melalui tangan-tangan merekalah dapat lahir generasi penerus
bangsa yang baik untuk melahirkan peserta didik yang memiliki karakter
baik atau karakter luhur, seorang guru patut mencurahkan segala
perhatian dan kemampuan yang dimiliki olehnya. Di sisi lain, seorang
guru mesti menjadikan profesinya sebagai sarana ibadah kepada Allah
swt., sehingga muncul keikhlashan dalam dirinya untuk mendidik dan
memberikan bimbingan kepada siswa-siswinya secara totalitas. Sikap
ikhlash dalam mendidik dan mengajar akan melahirkan semangat luar
biasa dalam membentuk generasi penurus bangsa menjadi lebih baik. Di
sisi lain, memberikan kesadaran bahwa pekerjaan guru merupakan
profesi mulia. Profesi ini tidak sekedar diperuntukkan bagi diri sendiri,
tetapi diperuntukkan pula bagi kepentingan orang banyak, bahkan bagi
agama, bangsa dan negara.
Guru yang ikhlas akan selalu terpanggil jiwanya untuk
memberikan yang terbaik kepada setiap anak didiknya dan tidak merasa
khawatir terhadap rezeki yang didapatkan serta meyakini bahwa Tuhan
akan memberikan yang terbaik atas segala kebaikan yang diberikan
kepada murid-muridnya. Seorang guru yang ikhlas dalam mengajar,

11
tidak pernah mengharapkan untaian terima kasih dari murid-muridnya.
Karena setiap hal yang diberikan kepada murid-muridnya dilakukan
untuk mengharapkan ridha dari Allah swt., dengan demikian lingkungan
sekolah yang didalamnya terdapat guru-guru terbaik dan ikhlas dalam
mendidik para siswa-siswinya merupakan salah satu sarana efektif atau
sarana lanjutan dalam pendidikan Islam.
Guru-guru yang melakukan pekerjaan tanpa meminta untaian
terima kasih para siswasiswinya adalah para pejuang ulung yang telah
mendermakan dirinya bagi kepentingan khalayak. Maju dan mundurnya
lingkungan pendidikan sekolah tergantung dari guru-guru yang ada di
dalamnya.
3. Lingkungan Masyarakat.
Selain lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat
pun mempunyai peranan penting dan tanggung jawab dalam keberhasilan
pendidikan. Masyarakat dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang
menempati suatu daerah diikat oleh pengalaman yang sama dan hidup
sesuai dengan tradisi dan adat yang telah disepakati bersama.21 Dalam
masyarakat seseorang diajarkan untuk bersikap dan berperilaku sesuai
dengan norma yang berlaku. Norma ini dapat dijadikan sebagai tempat
belajar pada setiap orang, baik oleh orang dewasa, khususnya bagi anak-
anak.
Bila di masyarakat adat dan tradisi yang dibangun baik, maka hal
itu pasti memiliki pengaruh signifikan dalam memberikan pembelajaran
kepada anak. Misalnya, perilaku untuk berlaku sopan, menghormati dan
menghargai, toleransi dan berbagai perilaku baik lainnya. Pada
lingkungan masyarakat setiap anak patut belajar tentang segala norma
baik yang berlaku. Dengan begitu anak akan menjadi tahu segala hal
yang berkenan dan boleh dilakukan pada lingkungan masyarakat.
Adapun sosok pengarah yang patut memberikan pelajaran kepada
anak adalah seluruh elemen yang ada di dalam masyarakat terutama para
tokoh masyarakat. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan

21
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Cet. 10, h. 55.

12
mengaktifkan fasilitas-fasilitas yang ada di Masyarakat salah satunya
adalah masjid. Sebagai rumah ibadah, masjid merupakan tempat yang
layak untuk dijadikan sarana pendidikan. Salah satu usaha pertama yang
dilakukan Rasulallah saw. setelah tiba di Madinah adalah membangun
masjid sebagai sarana menghimpun masyarakat muslim. 22
Pada masa awal penyebaran Islam, masjid memiliki fungsi mulia.
Pada zaman tersebut, masjid digunakan sebagai pusat pendidikan yang
mengajak manusia kepada keutamaan, kecintaan pada pengetahuan,
kesadaran sosial, serta pengetahuan mengenai hak dan kewajiban mereka
terhadap negara Islam yang pada dasarnya didirikan untuk mewujudkan
ketaatan kepada syariat, keadilan dan rahmat Allah. Masjid dimanfaatkan
sebagai pusat gerakan penyebaran akhlak Islam dan pemberantasan
kebodohan.23
Menurut Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh, fungsi masjid pada
zaman Rasulullah adalah tempat berkumpulnya kaum muslimin beserta
Rasulullah saw untuk belajar hukum-hukum dan dasar-dasar agama
Islam.24 Guru yang mengajarnya adalah Rasulullah sendiri.25 Namun
pada masa sekarang, tidak lagi sesuai dengan masa Rasulullah yang
hanya dijadikan sebagai tempat ibadah semata, tetapi dijadikan untuk
kegiatan pendidikan. Padahal bila masjid mampu dimaksimalkan kaum
Muslimin sebagai sarana pendidikan, maka masjid akan menjadi lembaga
pembinaan yang sangat penting terhadap perkembangan jiwa manusia.
Karena di dalam mereka bisa mempelajari banyak hal, tidak sekedar
ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu dunia.
Sebagai salah satu sarana yang ada di lingkungan pendidikan
masyarakat, masjid dapat dikembangkan sebagai salah satu pusat
kegiatan pendidikan. Dengan menjadikannya sebagai kegiatan
pendidikan keberadaan masjid di masyarakat akan dapat lebih
bermanfaat daripada hanya sekedar menjadi tempat ibadah.
22
Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj.
Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal. 136
23
Abdurrahman al-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah..., h. 137.
24
Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh al-Tuwanisi, Perbandingan Pendidikan Islam
(Jakarta: Renika Cipta, 2002), h. 24.
25
Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh al-Tuwanisi..., h. 23.

13
C. Pengertian Lembaga dalam Pendidikan Islam
Lembaga secara etimologi lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu
yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan
mengadakan suatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Dalam
bahasa inggris, lembaga disebut institute, yang berarti yaitu sarana atau
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam pengertian
secara terminology, Amir Daiem mendefinisikan dengan orang atau bada
yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan. Melihat
pengertian diatas, dapat dipahami yaitu lembaga mengandung dua arti yaitu
pengertian secara fisik, materi, kongkrit dan pengertian secara non fisik, non
materil, dan abstrak. Dalam pengertiannya secara fisik lembaga disebut
sebagai sarana atau disebut juga dengan bangunan. Sedangkan dalam
pengertiannya secara non fisik, lembaga dapat disebut sebagai institusi yaitu
suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.

Di dalam islam, lembaga disebut sebagai lembaga pendidikan islam, yang


secara terminology diartikan sebagai sebuah wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan islam. Pendidikan islam juga termasuk
dalam masalah sosial, sehingga dalam kelembagaannya tidak terlepas dari
lembaga-lembaga sosial yang ada. Lembaga sosial tersebut terdiri dari tiga
bagian, yaitu:
1. Asosiasi, misalnya universitas, persatuan atau perkumpulan.
2. Organisasi khusus, seperti penjara, rumah sakit, dan sekolah.
3. Pola tingkah laku yang menjadi kebiasaan atau pola hubungan sosial yang
mempunyai hubungan tertentu.
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa lembaga pendidikan itu
mengandung pengertian kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga
pengertian yang abstrak, dengan adanya norma-norma dan peraturan tertentu,
serta penanggung jawab pendidikan itu sendiri. Sedangkan lembaga
pendidikan islam dapat disimpulkan sebagau suatu wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan islam yang bersamaan dengan proses
pembudayaan.

14
D. Jenis-Jenis lembaga Pendidikan Islam
Di Indonesia, secara garis lembaga pendidikan islam dibagi kedalam 3
jenis yaitu lembaga pendidikan islam secara formal, non formal dan informal.
Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa jalur pendidikan di
Indonesia terbagi menjadi tiga: formal, non formal dan informal.
1. Lembaga Pendidikan Islam Formal
Lembaga pendidikan islam yang diselenggarakan secara formal
merupakan lembaga pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, dimana
lembaga tersebut terbagi atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Hal tersebut juga sesuai dengan yang disebutkan dalam
Undang-undang nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Lembaga pendidikan islam formal yang diselenggarakan di Indonesia saat
ini terbagi kedalam tiga tahapan yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Pembagian tersebut dijabarkan pada
tabel dibawah ini:
a) Lembaga Pendidikan Islam (Formal) Pendidikan Dasar
Terdiri dari : Taman Kanak-Kanak (TK) Islam Terpadu Raudatul
Athfal Sekolah Dasar Islam Terpadu/Boarding School Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam
Terpadu/Boarding School Madrasah Tsanawiyah (MTs)
b) Lembaga Pendidikan Islam (Formal) Pendidikan Menengah
Terdiri dari : Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Terpadu/
Boarding School Madrasah Aliyah (MA) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Islam Terpadu/Boarding School
c) Lembaga Pendidikan Islam (Formal) Jenjang Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi Akademi Politeknik Sekolah Tinggi, Institut,
Universitas
2. Lembaga Pendidikan Islam Non Formal
Menurut UU No 20 Tahun 2003 pendidikan non formal ialah jalur
pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan melengkapi

15
pendidikan formal. Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga
khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar
nasional pendidikan. Dan karena berpedoman pada standar nasional
pendidikan maka hasil dari pendidikan non formal tersebut dapat dihargai
setara dengan pendidikan formal. Selain itu lembaga pendidikan non
formal juga dapat berasal dari program pembelajaran yang tumbuh dan
berkembang di Masyarakat.
Berkembangnya layanan pendidikan nonformal berbasis
pendidikan islam juga sangat erat kaitannya dengan undang-undang
system pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 yang meyeb utkan
bahwa peyelenggaraan pendidikan di Indonesia terbagi atas tiga jalur
pendidikan yang salah satunya adalah pendidikan non-formal. Pernyataan
tersebut semakin menguatkan pengakuan lembaga pendidikan non formal
secara hukum di Indonesia. Keberadaan lembaga pendidikan non formal
di Indonesia tidak hanya disegmentasi untuk peserta didik diluar
pendidikan formal saja, melainkan keberadaan lembaga ini juga
diperuntukkan bagi semua masyarakat tanpa terkecuali. Fungsi yang
melekat pada lembaga pendidikan non formal bias dijadikan sebagai
pengganti, penambah atau pelengkap pendidika formal dalam rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Satuan Lembaga Pendidikan Non Formal terdiri dari :
a) Lembaga kursus
b) Lembaga Pelatihan
c) Kelompok Belajar
d) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
e) Majelis Taklim
f) Satuan Pendidikan Sejenis : Pesantren, Day care, Bimbingan Belajar
3. Lembaga Pendidikan Islam Informal
Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan

16
diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional. Selain itu menurut
Coombs dalam Hasbullah 2006 pendidikan informal adalah setiap
kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar persekolahan yang mapan,
dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan
yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan informal merupakan
pendidikan yang berlangsung dalam lingkup keluarga dan masyarakat.
Pendidikan informal dalam ruang lingkup pendidikan islam
mempunyai keterkaitan erat dengan konsep keluarga sebagai sekolah
pertama bagi setiap manusia. Hal tersebut manjadi sebuah konsep
pendidikan yang tidak terpisahkan karena dalam islam pun dijelaskan
bahwa sekolah pertama setiap manusia itu adalah keluarga dan guru
pertama dalam kehidupan adalah orang tua.
Karena memiliki sifat yang berbeda dengan pendidikan formal dan
non formal, pendidikan informal merupakan pendidikan yang banyak
memberikan bekal soft skill kepada peserta didik. Terdapat enam bentuk
soft skill yang dibelajarkan pada saat anak melangsungkan pembelajaran
informal, yaitu:
a) Agama
b) Budi pekerti
c) Etika
d) Sopansantun
e) Moral
f) Sosialisasi

Keenam materi pembelajaran diatas merupakan materi yang


menyangkut dengan perkembangan pribadi seseorang, dimana proses
pembangunan karakteristik itu memerluakan waktu yang relative lama
serta terdapat peran pendidikan agama yang lebih besar.26

26
Ahmad Taofik, “Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia,” Indonesian Journal of Adult
and Community Education, Vol. 2, No. 2, (2020), hal. 3-7.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari
kehidupan, baik berupa fisik seperti alam semesta dengan segala isinya,
maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai,
adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan yang berkembang.
2. Lingkungan pendidikan dapat dikategorikan dalam tiga bagian yaitu
lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiga
memiliki keterkaitan dan merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam proses pendidikan Islam.
3. Lembaga disebut sebagai lembaga pendidikan islam, yang secara
terminology diartikan sebagai sebuah wadah atau tempat berlangsungnya
proses pendidikan islam. Pendidikan islam juga termasuk dalam masalah
sosial, sehingga dalam kelembagaannya tidak terlepas dari lembaga-
lembaga sosial yang ada.
4. lembaga pendidikan islam dibagi kedalam 3 jenis yaitu lembaga
pendidikan islam secara formal, non formal dan informal. Hal tersebut
sesuai dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa jalur pendidikan di
Indonesia terbagi menjadi tiga: formal, non formal dan informal.

B. Saran
Kami menyadari bahwasannya dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan disebakan karena keterbatasan kami dalam
mempereloh informasi. Oleh karena itu, kami berharap akan kritik dan saran
dari pembaca mengenai makalah yang kami buat sehingga kami bisa
memperbaiki dalam penyusunan makalah berikutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai.(2007). Reformulasi Pendidikan Islam. Ciputat: CRSD PRESS.

Al-Nahlawi, Abdurrahman.(1997). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan


Masyarakat, terj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press.

Al-Jumbulati, A., & al-Tuwanisi, A. F. (2002). Perbandingan Pendidikan Islam


(Jakarta: Renika Cipta, 2002), h. 24. Jakarta: Renika Cipta.

Al-Nahlawi, A. (1997). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,


terj. Shihabuddin . Jakarta: Gema Insani Press.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Goble, N. M. (1983). Perubahan Peranan Guru. Jakarta: Gunung Agung.

Gunarsa, Y. D. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.


BPK Gunung Mulia.

Hasbullah. (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Lembaga Pendidikan Islam : Pengertian, Tugas, Tujuan dan Jenis-jenisnya –


Universitas Islam An Nur Lampung. (2022, December 19).10 Maret 2024.
An-Nur.ac.id. https://an-nur.ac.id/lembaga-pendidikan-islam-pengertian-
tugas-tujuan-dan-jenis-jenisnya/

Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, H. A. (n.d.). Ihya’ Ulum ad-Din. Saudi


Arabia: Dai al-Ihya’.

Nata, Abuddin. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Purwanto, M. Ngalim. (2000). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset Bandung.

Ramayulis. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Shahih Bukhari. (1932). Mesir: al-Mathaba’ah al-Ustmaniyyah.

19
Surya, Mohamad. (2014). Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasinya. Bandung:
Alfabeta.

Syafaat, dkk, A. T. (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah


Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Taofik, A. (2020). Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Indonesian Journal of


Adult and Community Education, 3-7.

Yunus, M. (1986). Al-Tarbiyah wa al-Ta’lim. Ponorogo-Gontor: Dar as-Salam.

Yunus, Mahmud. (1990). Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: Hida


Karya Agung.

20

Anda mungkin juga menyukai