Anda di halaman 1dari 23

Kelas B

MAKALAH PENGEMBANGAN BAHASA DAN LITERASI AUD

Kelompok 4

KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI


Dosen Pengampu : Aulia Rahma, M.Pd

Disusun oleh :

FIDIYA ANGRAENY (2001041007)


LUTHFIA NUR RIZQUNA PUTRI (2001041012)
MARIANI (2001041013)
NANA MARTA (2001041017)
REMA PUJI LESTARI (2001041023)
VICHA YOULANDA SARI (2001042009)

Kelas: B

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

T.A2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-
Nya kepada kita semua terutama nikmat kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kemampuan Berbicara AUD”. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengembangan Bahasa dan literasi. Shalawat berserta salam
semoga tercurah limpah kepada junjunan alam yakni Habibana Wanabiyyana karim Nabi
Muhamad SAW. Saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada ibu
Aulia Rahma, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengembangan Moral dan Agama yang telah
menyerahkan kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya pula kepada semua pihak yang
telah mendukung serta membantu kami dalam proses penyelesaian makalah ini. kami juga
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca. Selanjutnya,
kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya
dapat kami revisi kembali. Karena kami menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih
memiliki kekurangan.

Metro, 23 Maret 2022

(Kelompok 4)

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1

C. Tujuan............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3

A. Definisi Lingkungan Bicara yang Positif....................................................... 3

B. Tahap Perkembangan Kemampuan Berbicara AUD...................................... 5

C. Indikator Kemampuan Berbicara AUD.......................................................... 8

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berbicara AUD..................................... 10

E. Strategi Guru untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara AUD............ 13

F. Kegiatan Kelas Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara AUD......... 17

BAB III PENUTUP..........................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa
karena masa kanak-kanak berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan yang
paling pesat. Masa kanakkanak ini disebut dengan istilah The Golden Age, yaitu masa
keemasan. Pada masa ini berbagai potensi yang ada dalam diri manusia berkembang
dengan pesat. Dimana perkembangan fisik, motorik, intelektual, 2 emosional, bahasa
dan sosial berlangsung dengan cepat. Masa kanakkanak ini juga merupakan masa
yang menuntut perhatian ekstra. Segala kelebihan atau keistimewaan yang dimiliki
pada masa ini tidak dapat terulang untuk kedua kalinya. Itulah sebabnya masa kanak-
kanak ini dikatakan sebagai masa penentu bagi kehidupan selanjutnya. Maria
Montessori dalam Britton (1992:13), seorang tokoh pendidikan anak usia dini yang
terkenal, menyatakan bahwa pada rentang usia lahir sampai usia 6 tahun anak
mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif
menerima berbagai stimulus. Selama masa periode sensitif inilah, anak dengan mudah
menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Menurut Hurlock dalam Alex Sobur
(2003:133), perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya,
karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Perkembangan
bahasa untuk anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Pengembangan tersebut harus dilakukan seimbang
agar memperoleh perkembangan yang optimal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Lingkungan Bicara yang Positif?


2. Apa Tahap Perkembangan Kemampuan Berbicara AUD?
3. Bagaiman Indikator Kemampuan Berbicara AUD?
4. Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berbicara AUD?
5. Apa saja Strategi Guru untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara AUD?
6. Apa saja Kegiatan Kelas Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara AUD?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi Lingkungan Bicara yang Positif.


2. Untuk mengetahui Perkembangan Kemampuan Berbicara AUD.
3. Untuk mengetahui Indikator Kemampuan Berbicara AUD
4. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berbicara AUD
5. Untuk mengetahui Strategi Guru untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara
AUD
6. Untuk mengetahui Kegiatan Kelas Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara
AUD

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lingkungan Bicara yang Positif

Lingkungan memiliki peran penting dalam perkembangan anak, salah satunya


adalah perkembangan bahasa anak. Siapakah pemeran utama dalam keluarga? Kedua
orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian
seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah
masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan
keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang
meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa
masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga
menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan perkembangan anak sejak dini.
Dengan kata lain perkembangan anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua
orang tua dan lingkungannya. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan
berdasarkan fitrah, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya dia Yahudi atau
Nasrani atau Majusi”.
Selain itu, para ahli teori belajar mengatakan bahwa kesempatan mendengar
bahasa dan aktif dalam mengobservasi lingkungan merupakan hal yang penting tanpa
harus ada latihan khusus agar anak berhasil dalam belajar bahasa. Banyak hasil
penelitian yang sudah mengemukakan tentang pengaruh lingkungan, menyelidiki
bagaimana orang tua berbicara dan menanggapi anakanaknya dan juga bagaimana
perbedaan kelas sosial serta kelompok budayanya. (Paul Henry).
Anak-anak yang belajar bahasa dalam lingkungan yang sosial berkomunikasi
dengan orang lain, pertama kali biasanya dengan ibu dan para pengasuh lain. Namun
tetap peran ibulah yang paling dominan dalam perkembangan bahasa anak sejak usia
dini. Oleh karena itu, untuk menghadapi perkembangan zaman yang sudah modern
ini, hendaknya pondasi anak dikuatkan oleh lingkungan keluarga terlebih dahulu,
dengan bahasa yang baik dan agamis sehingga begitu anak keluar kelak dalam
pergaulan masyarakatnya yang nota bene berasal dari status sosial dan budaya yang
heterogen, maka anak sudah mampu mengontrol dirinya. Hal tersebut dapat tercapai
jika anak sudah dibiasakan dalam lingkungan keluarganya. Perkembangan bahasa

3
anak tidak mutlak hanya dibentuk dari faktor lingkungan saja. Terdapat banyak
faktor-faktor perkembangan lain yang ikut serta mempengaruhinya, antara lain:
1. Perkembangan fisik motorik.
Dalam hal ini terdiri atas motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar
meliputi berlari, memanjat, menendang bola, menangkap bola, bermain lompat
tali, berjalan pada titian keseimbangan, dll. Adapun motorik halus meliputi
mewarnai pola, makan dengan sendok, mengancingkan baju, menarik resluiting,
menggunting pola, menyisir rambut, mengikat tali sepatu, menjahit dengan alat
jahit tiruan, dll. Selain itu terdapat Organ sensoris yang meliputi membedakan
berbagai macam rasa, mengenali berbagai macam bau, mengenali berbagai
macam warna benda, mengenali berbagai benda dari ciri-ciri fisiknya, mampu
membedakan berbagai macam bentuk, dll.
2. Perkembangan kognitif.
Hal tersebut meliputi mengenal nama-nama warna, mengenal nama
bagian-bagian tubuh, mengenal nama anggota keluarga, mampu membandingkan
dua objek atau lebih, menghitung, menata, mengurutkan; mengetahui nama-nama
hari dan bulan; mengetahui perbedaan waktu pagi, siang, atau malam; mengetahui
perbedaan kecepatan (lambat dan cepat); mengetahui perbedaan tinggi dan rendah,
besar dan kecil, panjang dan pendek; mengenal nama-nama huruf alfabet atau
membaca kata; memahami kuantitas benda, dll.
Perkembangan bahasa anak laki-laki dan anak perempuan menunjukkan
perbedaan. Hal ini dapat diketahui sejak lahir, bayi perempuan terlihat lebih
bereaksi terhadap suara manusia dibandingkan bayi laki-laki. Pada umumnya anak
perempuan akan memiliki kemampuan verbal lebih baik daripada anak laki-laki.
Contohnya anak perempuan berbicara lebih awal serta lebih cepat menyusun kata-
kata dalam sebuah kalimat dibandingkan dengan anak laki-laki.
Menurut Miriam Stoppard dalam buku Complete Baby and Child Care
menyebutkan bahwa secara fisik diketahui struktur otak perempuan berbeda
dengan laki-laki. Kortek (bagian otak besar yang menentukan intelektual
seseorang) berkembang lebih dulu pada janin perempuan dibanding janin lakilaki.
Perkembangan otak kiri yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa
berkembang lebih baik dibanding anak laki-laki, sehingga pusat berbicara di otak
pada anak perempuan berkembang dan memiliki hubungan lebih baik dengan
fungsifungsi lain yang ada dalam otak dibanding anak laki-laki.

4
Masalah yang berhubungan dengan perkembangan bicara dan berbahasa,
misalnya gagap akan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibanding
dengan anak perempuan. Namun perbedaan kemampuan linguistik ini akan
berakhir ketika anak memasuki usia remaja.
3. Perkembangan moral dan sosial.
Dalam diri anak dapat dilihat melalui perbedaan antara sopan santun dan
tidak, mengetahui aturan-aturan dalam keluarga atau sekolah jika ia bersekolah,
mampu bermain dan berkomunikasi bersama teman-teman, mampu bergantian
atau antre, belajar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dll.
4. Perkembangan emosional.
Perkembangan ini cukup menentukan dalam perkembangan anak. Anak
yang emosional sudah stabil mampu menunjukkan rasa sayang pada teman, orang
tua, dan saudaranya; menunjukkan rasa empati; mengetahui simbol-simbol emosi:
sedih, gembira, atau marah dan mampu mengontrol emosinya sesuai kondisi yang
tepat.

B. Tahap Perkembangan Kemampuan Berbicara AUD


Kemampuan bicara merupakan bagian dari aspek perkembangan bahasa anak.
Kemampuan ini sangat penting, melalui bicara anak maka akan terjadi komunikasi
antara anak yang satu dengan anak lainnya. Kemampuan bicara ini sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari anak, dimana ia akan tumbuh dalam lingkungannya
yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, baik dengan tema sebaya, guru dan
masyarakat. Untuk itu penting sekali untuk sobat PAUD mengenali tahapan berbicara
anak serta tips untuk menstimulasinya. Adapun secara umum perkembangan bahasa
anak terdiri dari dua periode yaitu sebagai berikut:
Periode Pralinguistik
Periode pralinguistik merupakan tahap awal dari perkembangan bahasa anak
yaitu ketika berusia bayi. Pada tahapan ini bayi belajar mengendalikan suara yang
dapat ia hasilkan dan merangkai suara-suara ini bersama-sama dalam permainan
vokal. Pada tahap ini, anak belum dapat memanipulasi suara-suara ini menjadi kata-
kata yang tepat.

5
  Adapun periode pralinguistik ini terdiri dari kategori yaitu sebagai berikut:
Suara vegetatif 
terjadi pada usia 0-2 bulan dan termasuk suara alami yang dibuat bayi, seperti
menangis sebagai bentuk komunikasinya.
Cooing dan tawa 
terjadi pada usia 2-5 bulan. Ini adalah vokalisasi yang dilakukan bayi ketika
senang atau puas dan dapat terdiri dari suara vokal atau konsonan. Contoh: aaaaa,
mmmm
Babbling atau mengoceh (bablingstage)
kemampuan ini terlihat ketika anak mulai mengoceh. Pada tahap ini suara
yang dikeluarkan tidak hanya berupa bunyi huruf vokal tapi juga berupa bunyi huruf
konsonan yang kadang-kadang anak menggabungkannya, contoh: bayi seperti
menyebut baaaaa, maaaa, dan lain-lain. Seiring bertambahnya usia, bayi mampu
menggabungkannya menjadi berbentuk suku kata seperti maaaamaa dan lain-lain.
Berikut adalah tips yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk menstimulasi
kemampuan bicara bayi pada periode pralinguistik:

 Lakukan kontak mata ketika berbicara dengan mereka. Bayi akan menyukai wajah
ibunya dan akan merespons saat berbicara dengannya.
 Berbicara tentang apa yang dilakukan, misalnya saat memberi makan, mengganti
dan memandikan mereka. Orang tua juga dapat bernyanyi untuk bayi. Hal ini
membantu mereka mendengarkan irama bahasa.

 Ulangi suara yang dilakukan bayi, karena ini mengajarkan bayi pelajaran tentang
mendengarkan dan bergantian dalam percakapan. Bicaralah dengan suara lagu-
bernyanyi untuk membantu menjaga perhatian bayi.

 Sebutkan dan arahkan pandangan bayi ke hal-hal yang bisa ia lihat, misalnya,
"Lihatlah, kucing itu". Ini akan membantu bayi belajar kosa kata dan pada
waktunya mereka akan mulai menyebutkan kata-kata tersebut. Saat bayi
bertambah besar, tambahkan lebih banyak kosa katanya, seperti, "Lihatlah kucing
hitam itu".

6
Periode Linguistik
Periode linguistic adalah tahap perkembangan bahasa yang ditandai oleh
munculnya kata-kata dan komunikasi simbolik. Ada enam periode perkembangan
bahasa linguistic
1. Periode satu kata yaitu dimulai sekitar usia 14-24 bulan. Pada tahap ini, kata-kata
yang digunakan oleh anak mudah diidentifikasi, dan ia mulai memberi nama dan
label orang dan benda di lingkungannya. Kosakata khas seorang anak selama
periode ini akan terdiri dari kata-kata seperti mama, papa. 
2. Selanjutnya adalah periode dua kata. Seperti namanya, ini adalah saat dia akan
mulai menggabungkan dua kata bersama untuk membuat frasa sederhana, seperti
“mau makan”. Periode dua kata biasanya dimulai dari usia 20-30 bulan.
3. Periode tiga kata dimulai sekitar usia 28-42 bulan. Selama periode ini, seorang
anak menambahkan setidaknya satu kata lagi ke frasa mereka dan mulai
menggunakan kata ganti. Contohnya 'dia menendang bola.'
4. Pada usia sekitar 34-48 bulan, periode empat kata dimulai. Pada saat ini, anak
mulai menggunakan kombinasi empat hingga enam kata dan kata sifat mulai
muncul dalam pembicaraan mereka. Contohnya adalah “aku punya kucing lucu.”
5. Periode terakhir perkembangan bahasa linguistik adalah periode ujaran yang
kompleks. Itu dimulai sekitar usia 48-60 bulan. Pada saat ini, seorang anak secara
teratur menghasilkan frasa yang panjangnya lebih dari enam kata, dan mereka
mulai mengekspresikan konsep masa lalu dan masa depan.
Contohnya: Kemaren saya tersandung di halaman rumah Besok kita pergi ke
mall. Berikut tips yang dapat dilakukan untuk menstimulasi kemampuan bicara
pada periode linguisti:

 Jika anak mencoba mengucapkan suatu kata tetapi belum tepat, maka orang
tua dapat mengulangi kata tersebut dengan benar agar anak dapat menirunya.
Misalnya, jika mereka menunjuk ke kucing dan berkata "ba!" orang tua dapat
merespons dengan, "itu kucing". Jangan mengkritik atau memberi tahu mereka
karena salah mengucapkan kata tapi cukup ulangi dengan benar.
 Tingkatkan kosa kata anak dengan memberi mereka pilihan, seperti, "Apakah
kamu ingin apel atau pisang?".

7
 Mainan dan buku yang mengeluarkan suara akan membantu keterampilan
mendengarkan anak.

 Ulangi kata-kata, misalnya, "di mana sepatu Nisa?", "Apakah Nisa


mengenakan sepatu biru hari ini?" dan "Ayo pakai sepatumu". Pengulangan
membantu anak untuk mengingat kata-kata.

 Gunakan instruksi sederhana - anak akan memahami beberapa instruksi pada


usia ini, seperti "Ambil tasnya" atau '"Tutup pintunya". Usahakan instruksi
tetap singkat dan sederhana akan agar membantu anak untuk memahaminya.
Coba tanyakan "Di mana ..." - minta anak menunjuk ke telinga, hidung, kaki,
dan sebagainya

C. Indikator Kemampuan Berbicara AUD


Perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang diramalkan secara umum
sekalipun terdapat variasi diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya Mansur,
2005: 35. Anak usia dini memulai perkembangan bahasanya dari menangis untuk
mengekspresikan keinginanya atau mengekspresikan responnya terhadap rangsangan
dari luar dirinya. Setelah itu, anak mulai melafalkan bunyi yang tidak bermakna
secara berulang-ulang kemudian anak 16 belajar kalimat mulai dengan suku kata,
seperti ma untuk sebutan ibu atau pa untuk sebutan ayah dan satu kata, seperti maem
yang artinya meminta makan. Anak pada umumnya belajar nama-nama benda atau
binatang sebelum kata-kata yang lain. Perkembangan bahasa anak akan terus
meningkat pada usia dini. Anak usia 3 sampai 5 tahun rata-rata belajar 50 kata baru
per bulan. Pada usia 5 tahun anak dapat menguasai 2932 kata dan meningkat pada
usia 6 tahun anak memiliki sekitar 8000 sampai 14000 kosa kata Mansur, 2005: 35.
Perkembangan berbicara dan berbahasa anak usia 5 sampai 6 tahun menurut
Allen dan Marotz 2010: 151 dan 166 yaitu sebagai berikut:
a. Menguasai 1500 sampai 14000 kosakata atau lebih.
b. Menceritakan cerita yang dikenal ketika melihat gambar dari buku.
c. Menyebutkan kegunaan sesuatu.
d. Mengenali dan menyebutkan 4 sampai 8 warna.
e. Memahami lelucon sederhana, mengarang lelucon, dan teka-teki.

8
f. Mengucapkan kalimat dengan 5 sampai 7 kata atau dapat juga kalimat yang lebih
panjang.
g. Menyebutkan nama kota dimana dia tinggal, tanggal ulang tahun, dan nama orang
tua.
h. Menjawab telepon dengan tepat, memanggil orang yang ditelepon, atau menerima
pesan singkat.
i. Menggunakan kata “bolehkah saya” dengan tepat.
j. Berbicara tanpa henti dan banyak bertanya.
k. Menggunakan bentuk kerja, urutan kata dan struktur kalimat yang tepat.
l. Berbicara sendiri sambil menentukan langkah-langkah yang diperlukan.
m. Senang menceritakan lelucon dan teka-teki.
n. Senang dibacakan cerita dan mengarang cerita.
o. Mampu belajar lebih dari satu bahasa.
Indikator perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari Tingkat Pencapaian
Perkembangan TPP anak. Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian RPPH untuk pembelajaran yang mengembangkan aspek bahasa perlu
mempertimbangan kemampuan dan tingkat pencapaian perkembangan sesuai dengan
usia anak. Sesuai Permendikbud Nomor 137 Tahun 17 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun
dibagi menjadi tiga lingkup perkembangan yaitu memahami bahasa, mengungkapkan
bahasa, dan keaksaraan. Lingkup perkembangan memahami bahasa terdiri dari
mengerti beberapa perintah secara bersamaan; mengulang kalimat yang lebih
kompleks; memahami aturan dalam suatu permainan; serta senang dan menghargai
bacaan.
Lingkup perkembangan mengungungkapkan bahasa terdiri dari menjawab
pertanyaan yang lebih kompleks; menyebutkan kelompok gambar yang memiliki
bunyi yang sama; berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta
mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung;
menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap pokok kalimat-predikat-
keterangan memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang
lain melanjutkan sebagian ceritadongeng yang telah diperdengarkan; dan
menunjukkan pemahaman konsep-konsep dalam buku cerita.
Selanjutnya, lingkup perkembangan keaksaraan terdiri dari menyebutkan
simbol-simbol huruf yang dikenal; mengenal suara huruf awal dari nama;

9
menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyihuruf awal yang sama;
memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf; membaca nama sendiri;
menuliskan nama sendiri; dan memahami arti kata dalam cerita. Berdasarkan uraian di
atas indikator perkembangan bahasa anak usia dini dapat dilihat dari tingkat
pencapaian perkembangannya. Jika anak sudah mampu mencapai TPP sesuai dengan
usianya, berarti perkembangan bahasa anak sudah berkembang sesuai dengan
harapan. Jika anak mampu melebihi tingkat 18 pencapaian perkembangannya, berarti
perkembangan bahasa anak sudah berkembang dengan sangat baik.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berbicara AUD


Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak usia
dini. Anak usia dini memiliki keterampilan yang berbeda-beda itu dikarenakan
stimulasi yang diterima, lingkungan tempat tinggal, kesehatan, jenis kelamin dan
masih banyak lagi.  Keterampilan berbicara mengalami proses belajar yang unik
karena berbicara tersebut digunakan sehari-hari meskipun tanpa proses informal
namun melalui proses formal.
Menurut Tarmasyah (1996) faktor yang mempengaruhi perkembangan berbahasa dan
bicara diantaranya:
1. Kondisi jasmani dan kemampuan motorik
Kondisi jasmaniah anak meliputi kondisi fisik sehat, tentunya mempunyai
kemampuan gerakan yang lincah, dan penuh energi. Anak demikian anak
mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, kemudian benda
tersebut diasosikan anak menjadi sebuah pengertian. Untuk selanjutnya pengertian
tersebut dilahirkan dalam bentuk bahasa dan di ucapakan. Anak yang mempunyai
kondisi fisik yang normal akan mempunyai kosep bahasa yang lebih dari anak yang
kondisi fisiknya terganggu. Dengan demikian kemampuan bahasa dan keterampilan
berbicara akan berbeda.
2. Kesehatan umum
Kesehatan secara umum menujang perkembangan setiap anak termasuk
didalamya kemampuan bahasa dan keterampilan berbicara. Anak yang berpenyakit
tidak mempunyai kebebasan dalam mengenal lingkungan sekitarnya secara utuh
sehingga anak kurang mampu mengekspresikannya. Namun anak yang sehat akan

10
mampu mengenali lingkungan dan mampu mengekspresikan secara utuh dalam
bentuk bahasa dan berbicara.
Lebih lanjut Tarmansyah (1996: 53) mengatakan “.... adanya gangguan pada
kesehatan anak, akan mempengaruhi dalam perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini
terjadi sehubungan dengan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh
pengalaman dari lingkungan. Selain itu, mungkin anak yang kesehatannya kurang
baik tersebut menjadi berkurang minatnya untuk ikut aktif melakukan kegiatan,
sehingga menyebabkan kurangnya input yang diperlukan untuk membentuk konsep
bahasa dan perbendaharaan pengertian.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) faktor yang menimbulkan
perbedaan dalam belajar berbicara tentang kesehatan anak yang sehat akan cepat
belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena ada motivasi untuk
bergabung dengan kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok
tersebut.
3. Kecerdasan
Kecerdasan pada anak usia dini meliputi fungsi mental intelektual. Anak
yang memiliki intelegensi tinggi akan mampu berbicara lebih awal sedangkan
anak yang memiliki intelegensi rendah akan terlambat dalam kemampuan
berbahasa dan berbicara. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa
kecerdasan atau intelegensi berpengaruh terhadap kemampuan bahasa dan bicara.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak yang memiliki
kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan
bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kelancaran keterampilan
berbicara pada anak yang memiliki kecerdasan yang baik, umumnya tidak
mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Jadi, kelancaran berbicara
menunjukan kematangan mental intelektual.
4. Sikap lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak
adalah lingkungan bermain baik dari tetangga maupun dari sekolah. Oleh karena
itu lingkungan sangat mempengaruhi bahasa anak, maka lingkungan dari mana
pun bagi anak hendaklah lingkungan yang dapat menimbulkan minat
berkomunikasi anak. Proses perolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan
mendengar kemudian maniru suara yang didengar dari lingkungan. Proses

11
semacam ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak
diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena
itu keluarga harus memberi kesempatan kepada anak belajar dari pengalaman
yang pernah didengarnya. Kemudian berangsur-angsur ketika anak mampu
mengekspresikan pengalaman, baik dari pengalaman mendengar, melihat,
membaca dan diungkapkan kembali dalam bahasa lisan.
5. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan
bicara. Hal ini dikarenakan sosial ekonomi seseorang memberikan dampak
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan berbahasa dan berbicara. Makanan dapat
mempengaruhi kesehatan. Makanan yang bergizi akan memberikan pengaruh
positif untuk perkembangan sel otak. Perkembangan sel otak inilah yang
akhirnya digunakan untuk mencerna semua rangsangan dari luar sehingga
rangsangan tersebut akan melahirkan respon dalam bentuk berbahasa dan
berbicara. Gambaran tersebut menujukkan bahwa kondisi social ekonomi yang
tinggi dapat memenuhi kebutuhan makan anaknya yang memadai.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak dari kelompok sosial
ekonomi tinggi lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih
baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang keadaan
ekonominya lebih rendah. Penyebab utama adalah anak dari kelompok lebih
tinggi lebih banyak didorong unutk berbicara dan lebih banyak di bombing
melakukannya.
6. Kedwibahasaan
Kedwibahasaan atau bilingualism adalah kondisi dimana seseorang berada di
lingkungan orang lain yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Kondisi demikian
dapatlah mempengaruhi atau memberikan akibat bagi perkembangan bahasa dan
berbicara anak. Meskipun ada anggapan bahwa anak usia dini dapat belajar bahasa
yang berbeda sekaligus, namun jika dalam penggunaannya bersamaan dan bahasa
yang digunakan berbeda, maka hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa
dan bicara anak.
7. Neurologi
Neuro adalah syaraf, sedangakan neurologis dalam berbicara adalah bentuk
layanan yang dapat diberikan kepada anak untuk membantu mereka yang mengalami

12
gangguan bicara. Oleh karena itu gangguan berbicara penyebabnya dapat dilihat dari
keadaan neurologisnya.
Beberapa faktor neurologis yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara
anak menurut Tarmansyyah (1996) adalah meliputi:

a) Bagaimana struktur susunan syarafnya 


b) Bagaimana fungsi susunan syarafnya 

c) Bagaimana peranan susunan syarafnya 

d) Bagaimana syaraf yang behubungan dengan organ bicaranya.

E. Strategi Guru untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara AUD

Strategi pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk


mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa
yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa
strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996)
berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi pembelajaran
terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur  yang akan digunakan
untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran
yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik
siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang
dirumuskan. Gerlach & Ely (1980) juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan
antara strategi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-
langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri
dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul
mencapai tujuan pembelajaran. Kata metode dan teknik sering digunakan secara
bergantian. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa teknik (yang kadang- kadang
disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran. Teknik adalah

13
jalan atau alat (way or means) yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan
siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Guru yang efektif sewaktu-waktu siap
menggunakan berbagai metode (teknik) dengan efektif dan efisien menuju
tercapainya tujuan.
Metode, menurut Winarno Surakhmad (1986) adalah cara, yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru
(metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang
dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. Namun, metode kadang-kadang
dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat
implementatif, maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi
(dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B sama-sama
menggunakan metode ceramah, keduanya mengetahui bagaimana prosedur
pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru A berbeda dengan guru B
karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi, tiap guru mempunyai teknik yang
berbeda dalam melaksanakan metode yang sama.

Strategi pembelajaran, menurut Molyono, dalam bukunya yang berjudul


Strategi Pembelajaran (2012), meliputi sembilan aktivitas dalam pembelajaran, yaitu:

1. Menarik Perhatian Peserta Didik

Menarik perhatian siswa adalah langkah paling utama yang dilakukan


seorang guru, karena dengan menarik perhatian siswa guru telah berhasil
menanamkan rasa ketertarikan dalam hati para peserta didik untuk mencintai
materi pelajaran yang akan disampaikan, bila siswa sudah mencintai materi
pelajarn ynag disampaikan maka suasana pembelajaran akan menjadi
menyenagkan. Sebagaimana kita mengetahui bahwa dari suasana belajar yang
menyenagkan proses dan prestasi belajar bisa lebih optimal.

2. Memberikan Informasi Tujuan Pembelajaran Pada Peserta Didik

Maksud utama memberikan informasi tentang


tujuan pembelajaran pada peserta didik adalah untuk memberikan gambaran
secara umum tentang manfaat mempelajari sebuah materi yang akan dibahas.

14
Hal ini perlu karena dengan menyebutkan tujuan pembelajaran para murid bisa
mengetahui arahan ke mana maksud pembelajaran dimaksudkan.

3. Mengulang Pembelajaran Yang Bersifat Prasyarat Untuk Memastikan


Peserta Didik Menguasainya

Pengulangan ini diperlukan karena tidak semua siswa dapat langsung


memahami sebuah penjelasan yang dipaparkan seorang guru dengan sekali
penjelassan, hal ini berkaitan dengan daya tangkap masing- masing siswa
terhadap materi pelajaran yang berbeda-beda. Sehingga untuk mengakomodasi
kemungkinan-kemungkinan tidak meratanya daya tangkap seluruh siswa ada
baiknya bila seorang guru memberikan pengulangan terhadap materi yang
telah disampaikan.

4. Memberikan Stimulus

Stimulus berguna untuk memacu motivasi peserta didik untuk semakin


maju dan berprestasi. Stimulus bisa bersifat materi maupun non materi.
Stimulus yang bersifat materi bisa berupa pemberian hadiah kongkret pada
siswa yang memiliki perestasi, seperti memberi sebuah buku atau alat tulis
tertentu, hal ini secara tidak langsung memberi stimulus bagi kawan-kawan
yang lain untuk lebih meningkatkan prestasi mereka. Demikian pula dengan
stimulus yang bersifat non materi seperti memberikan pujian pada peserta
didik yang berprestasi atau dengan memberikan kisah-kisah orang sukses yang
bisa membangkitkan inspirasi.

5. Memberi Petunjuk Cara Mempelajari Materi yang Bersangkutan

Terkadang suatu materi yang akan dipelajari menyimpan kekaburan


atau belum jelas maksud tujuanya bagi siswa, maka dari itu seorang guru juga
harus memperhartikan tentang cara mempelajari materi yang diberikan
olehnya, semisal hubungan sebab dengan akibat atau definisi degan contoh
dan lain sebagainya.

6. Menunjukkan Kinerja Peserta Didik Terkait Dengan Apa Yang Sudah


Disampaikan

15
Kinerja peserta didik terhadap apa yang telah disampaikan seorang
guru adalah cerminan keberhasilan dari guru itu sendiri, artinya bila siswa
berhasil merespon apa yang telah disampaikan guru dengan baik berupa
pemahaman, penguasaan dan kecakapan khusus itu semua adalah indikator
keberhasilan, sebaliknya respon negatif dari siswa adalah indikator kurang
berhasilnya seorang guru dalam mengelola kelas atau membimbing
sebuah pembelajaran.

7. Memberikan Umpan Balik Terkait Dengan Kinerja Atau Tingkat


Pemahaman Peserta Didik

Memberi umpan balik dimaksudkan memberi respon terhadap sejauh


mana seorang siswa berhasil menyerap materi, bila seorang siswa mampu
menyerap materi dengan baik maka konsekuensinya adalah sang guru
memberi reward atau pijian kepada siswa yang berhasil tersebut sebaliknya
bila siswa mengalami kelambatan dalam menyelesaikan atau
mengikuti pembelajaran maka guru berusaha untuk lebih intens dalam
membina siswa tersebut.

8. Memberikan Penilaian

Penilaian sifatnya penting untuk mengukur sejauh mana tingkat


penangkapan dan penguasaan seorang siswa didik terhadap materi yang
diajarkan, melalui serangkaian metode yang ada para guru bisa mengevaluasi
keberhasilan siswa dalam mengikuti sebuah pembelajaran, disamping juga
dengan penilaian seorang guru bisa memngevaluasi metode pembelajaran
yang ia terpkan selama ini, sudah idealkah atau masih memerlukan perbaikan
dan penyempurnaan.

9. Memberikan Kesimpulan.

Memberikan kesimpulan memegang peran yang penting karena lewat


pemberian kesimpulan seorang siswa bisa mendapatkan gambaran secara garis
besar akan apa yang mereka pelajari, hal ini juga bisa mempermudah seorang

16
siswa mengingat dan menghubungkan satuan pelajaran dalam poin-poin yang
sistematis.

F. Kegiatan Kelas Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbicara AUD

Saat anak masih usia dini, pasti suka bermain. Tapi dengan bermain anak juga
bisa belajar banyak hal, salah satunya dapat mengembangkan bahasa lisannya.
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dengan
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan
gerak, bicara, bahasa, sosialisasi, dan kemandirian.
berikut ini kegiatan bermain dengan anak usia dini dapat mengembangkan bahasa
lisan:
a. Bermain balok
Saat anak bermain balok, maka ada banyak hal yang bisa diperolehnya. Orang
tua bisa membandingkan, menjelaskan, lalu mengembangkan kemampuan
kosa kata yang berkaitan dengan berbagai bentuk. Misal bentuk bangunan,
menara, jembatan atau struktur alam seperti pohon, batu dan gunung. Ini untuk
belajar kosakata tentang struktur. Bermain mengembangkan bahasa ketika
anak-anak berbicara bersama Anda, membandingkan, menjelaskan dan
memberi nama pada struktur-struktur yang telah diciptakan oleh mereka.

b. Bermain drama
Coba gunakan pakaian, aksesoris, nyanyian, tarian yang dapat mendramakan
suatu cerita sehingga disukai anak. Bermain seperti ini, melibatkan anak dalam
mengalami pelibatan bahasa dan membantu mereka mengerti perlunya
membaca untuk memahami sesuatu.
c. Menyanyi bersama anak
Musik dan nyanyian adalah hal yang penting dalam mengembangkan
pengenalan bunyi dan suara, khususnya yang digunakan untuk mengucapkan
huruf. Selain itu menyanyikan lagu yang memuat irama dan cerita dapat

17
membantu anak untuk mempelajari huruf baru sebagaimana mereka
memahami irama dan isi lagu. Hal itu juga membantu untuk mengembangkan
kemampuan anak dalam mencipta isi dan lagu sendiri. Banyak anak-anak
secara alami tertarik untuk bergumam atau menyanyikan lagu. Hal itu juga
bermanfaat untuk membangun ketertarikan anak terhadap musik dan
meningkatkan perkembangan keaksaraan anak pada waktu yang sama. Hal ini
dapat dilakukan dengan bermain permainan lagu alphabet dengan anak dengan
mencari benda-benda misalnya yang dimulai dengan huruf "B" bola, boneka,
bunga dan seterusnya. Orangtua dapat membantu mereka untuk menjelaskan
kosakata yang disebutkan anak-anak.
d. Bermain dengan permainan sendiri
Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan mengumpulkan benda-benda yang
dimulai dengan huruf "D", misalnya daun, dadu, donat, duku, dan lain-lain.
e. Membaca bersama anak

Ketika membaca bersama anak, minta mereka menjelaskan mengenai cerita


apa yang telah mereka baca. Membaca bersama-sama membantu anak untuk
mengekspresikan diri mereka sendiri secara verbal. Dari penelitian
menunjukkan bahwa anak-anak dapat lebih mempelajari tentang huruf dan
kosakata ketika orang tua membaca bersama-sama dengan mereka. Serta
meminta anak-anak untuk menceritakan cerita yang mereka baca. Hal ini bisa
dilakukan dengan menyuruh anak-anak melihat hanya pada gambar yang ada
dalam buku, bukan kata-katanya, kemudian minta mereka untuk menceritakan
isi cerita berdasarkan gambar dari buku yang dibaca bersama.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berbahasa tidak dapat dipisahkan dengan berbicara dan berpikir. Secara tidak
disadari, ketika orang berbicara selalu menggunakan pengetahuan bahasa dan
pikirannya. Tanpa hal tersebut, ungkapan yang terlahir adalah ucapan yang berada di
luar pemikirannya atau bahkan ucapan yang salah. Bentuk kesalahan dalam berbicara
pada anak mempunyai latar belakang dan alasan yang tidak selalu sarna antara anak
yang satu dengan anak yang lain. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor, baik
faktor dari luar dan dari dalam diri anak. Dari mana pun asalnya faktor tersebut, guru
sebagai orang yang berada di lingkungan anak ketika anak disekolah hendaklah mampu
dan mau menjadi pengarah, pembimbing, penyejuk, dan model bagi anak, agar mereka
mampu dan terampil berbicara dengan kemampuan bahasanya.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.psychologymania.com/2012/12/faktor-yang-mempengaruhi-
keterampilan.html?m=1
https://www.kompas.com/edu/read/2020/09/09/133614871/5-kegiatan-bermain-
bisa-kembangkan-bahasa-lisan-anak-usia-dini?page=all
file:///C:/Users/Maryani/Downloads/215457-strategi-guru-dalam-pembelajaran-
mengemb.pdf

https://text-id.123dok.com/document/wq2020r2z-indikator-perkembangan-bahasa-
5-6-tahun.html
https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/berita/index/20200801132200

20

Anda mungkin juga menyukai