Anda di halaman 1dari 13

TRI PUSAT PENDIDIKAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN

KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : KETAMANSISWAAN II


Dosen Pengampu : Dra.TRISHARSIWI, M.Pd.

Di Susun Oleh:
1. Janu Nur Fitrianta (2019015141)
2. Dadang Nurmanto (2019015142)
3. Indah Rosalina Dewi (2019015151)
4. Tasya Citra Utami (2019015154)
5. Sheren Viona (2019015159)

Program Studi : PGSD (2D)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA

i
KATA PENGANTAR

‫ِبْســــــــــــــــــــــِم الّلِهالَّرْح َم ِنالَّر ِح ْيِم‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga
penulisan Makalah “TRI PUSAT Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak
Sekolah Dasar” ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan
Yogyakarta, 3 Mei 2020
Makalah “TRI PUSAT Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah
Dasar” Ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “KETAMANSISWAAN
II”, topik yang dibahas adalah “TRI PUSAT Pendidikan Sebagai Penulis
Sarana Pendidikan
Karakter Anak Sekolah Dasar”.

Penyusunan tugas ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih
Kelompok 6
memahami materi tentang “TRI PUSAT Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Anak Sekolah Dasar”. Namun demikian, tentu saja dalam penyusunan masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat. Dengan ini, memohon
saran dan kritik yang konstruktif, sehingga penulis bisa menyempurnakan hasil Makalah
“TRI PUSAT Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar” yang
telah dibuat.

DAFTAR ISI

ii
COVER.......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
BAB I LANDASAN TEORI.....................................................................................................2
A. Tri Pusat Pendidikan.......................................................................................................2
1. Pendidikan dalam keluarga :.......................................................................................2
2. Pendidikan Dalam Sekolah..........................................................................................3
3. Pendidikandalam masyarakat......................................................................................3
B. Sekolah Dasar..................................................................................................................3
C. Tujuan Sekolah Dasar.....................................................................................................4
D. Membentuk Karakter Anak Sekolah Dasar Melalui Tri Pusat Pendidikan.....................4
BAB II REALITA......................................................................................................................6
A. Lingkungan sekolah........................................................................................................6
B. Lingkungan keluarga.......................................................................................................6
C. Lingkungan Masyarakat..................................................................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................8
A. Simpulan :.......................................................................................................................8
B. Saran :..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

iii
PENDAHULUAN
Hymne Guru yang diciptakan oleh Sartono.
Terpujilah
Wahai engkau ibu bapak guru

Namamu akan selalu hidup


Dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir


Didalam hatiku

Sebagai prasasti terimakasihku


Tuk pengabdianmu

Terpujilah wahai ibu bapak guru


Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku

Semua baktimu akan kuukir


Didalam hatiku

Sebagai prasasti terimakasihku


Tuk pengabdianmu

Engkau bagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

Engkau patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa

BAB I

1
LANDASAN TEORI

A. Tri Pusat Pendidikan


Istilah Tri Pusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan oleh tokoh pendidikan
Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara, membedakan pendidikan menjadi
tiga, Tiga pendidikan tersebut disebut dengan Tri Pusat Pendidikan (Ahmadi, 2004). Tri pusat
pendidikan adalah tiga pusat pendidikan yang meliputi; Pendidikan dalam keluarga,
pendidikan dalam sekolah, danpendidikan di dalam masyarakat.

1. Pendidikan dalam keluarga :


Pendidikan dalam keluargaadalah proses pembelajaran yangterjadi yang merupakan
sistem jaringan interaksiyang lebih bersifat hubunganinterpersonal dimana masing-
masinganggota dalam keluargadimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama
lain, antara ayahdan ibu, ayah dan anak, maupunantara anak dengan anak (Khairuddin,
1985:10). Keluargamerupakan institusi sosial yangbersifat universal multifungsional,yaitu
fungsi pengawasan, sosial,pendidikan, keagamaan,perlindungan, dan rekreasi.Di dalam
keluarga seoranganak belajar bersosialisasi danberinteraksi agar ketika dewasamampu
melakukan hubungan yangbaik dengan lingkungan danmasyarakat sekitar. Hal ini
bertujuan agar anak dimasa dewasanya nanti mampu menjadi anggota masyarakat yang
baik dan memiliki jiwa kepribadian bertanggung jawab (Ahmadi, 2004)

Dalam pandangan lain dijelaskan, keluarga adalah kelembagaan masyarakat yang


memegang peran kunci dalam proses pendidikan. Menurut pandangan ini, anggota
keluarga berperan penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi
anak.Pada masa ini anak akan banyak melakukan imitasi dari apa yang dilakukan oleh
orang tu sebagai bekal dimasa dewasanya nanti. Orang tua yang bersikap logis harus
menampakkan mana perbuatan yang benar dan salah atau baik, buruk. Sikap ini
ditampilkan oleh orang tua agar seorang anak mampu membedakan tingkah laku mereka
dalam melakukan hubungan sosial, baik dengan teman-temannya yang seumuran atau
dikala dewasa nanti. Selain itu, bersikap etis sangat penting dalam menjelaskan dasar dari
setiap perbuatan. Dengan kata lain, orang tua harus bersikap yang didasarkan pada
patokan tertentu, sehingga tidak asal didalam bertindak dan memberi arahan. Orang tua
harus menciptakan suasana menyenangkan bagi seorang anak. (Soekanro, 1992: 6-7).

2
2. Pendidikan Dalam Sekolah
Pendidikan dalam sekolah adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sekolah
mempunyai tujuan untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik. Guru adalah orang
yang telah menerima limpahan tanggung jawab dari orang tua atau keluarga. Sebab
berdasarkan kenyatan orang tua tidak cukup mampu dan tidak memiliki waktu untuk
mendidik, mengarahkan anak secara baik dan sempurna. Hal itu disebabkan karena
keterbatasan dan kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya setiap saat.
Maka dari itu tugas guru disamping memberikan ilmu-ilmu pengetahuan, keterampilan-
keterampilan juga mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur. Disinilah sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran
kepada anak didik, sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang telah diberikan di dalam
keluarga.

3. Pendidikandalam masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan
sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi
dengan lingkungannya. Masyarakat merupakan gejala sosial yang ada dalam kehidupan
ini diseluruh dunia. Oleh karena itu masyarakat oleh sosiologi dijadikan sebagai objek
kajian atau suatu hal yang dipelajari terus-menerus. Karena sifat dari masyarakat itu
sangat kompleks, banyak para akhli yang menjelaskan masyarakat dari sudut pandang
yang berbeda-beda. Menurut Mac Iver dan Page, masyarakat merupakan jalinan
hubungan sosial, dan selalu berubah. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah
kesatuan hidup mahluk-mahluk menusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat
tertentu. Definisi mengenai masyarakat secara khusus dapat kita rumuskan sebagai
berikut: Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.

B. Sekolah Dasar
Sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan enam tahun bagi anak-
anak usia 6-12 tahun Suharjo (2006:1). Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

3
sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa jenjang pendidikan dasar dan menengah
adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7 sampai 18 tahun dan merupakan
persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi. Jika usia anak pada saat masuk sekolah,
merujuk pada definisi pendidikan dasar dalam undang-undang tersebut, berarti pengertian
sekolah dasar dapat dikatakan sebagai institusi pendidikan yang menyelenggarakan proses
pendidikan dasar selama masa enam tahun yang ditunjukan bagi anak usia 7-12 tahun.

C. Tujuan Sekolah Dasar


Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang memilki tujuan pendidikan,
adapun tujuan pendidikan sekolah dasar yaitu:
1) Menuntun pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, bakat dan minat siswa.
2) Memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang bermanfaat bagi
siswa.
3) Membentuk warga negara yang baik.
4) Melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan di SLTP.
5) Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar bekerja di masyarakat.
6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat mengembangkan diri sesuai dengan asas
pendidikan seumur hidup (Suharjo (2006: 8).

D. Membentuk Karakter Anak Sekolah Dasar Melalui Tri Pusat Pendidikan


Tiga pusat pendidikan atau biasa dikenal dengan Tripusat Pendidikan, mengakui adanya
pusat-pusat pendidikan yang mempengaruhi proses tumbuh kembangnya seorang anak, tiga
pusat pendidikan tersebut, yaitu;

1) Pendidikan dalam lingkungan keluarga,


2) Pendidikan dalam lingkungan sekolah,
3) Pendidikan dalam lingkungan kemasyarakatan.

Oleh sebab itu, pembentukan karakter bangsa anak usia sekolah dasar melalui tri pusat
pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dalam pembentukan
karakter, perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan
konsisten mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Misalnya; seorang
anak/siswa akan selalu berkata jujur apabila selalu diajarkan dan dibiasakan berkata jujur
dilingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat, dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut
dapat dikatakan bahwa; Tri pusat pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam

4
pembentukan karakter seorang anak terutama anak usia sekolah dasar. Dalam pembentukan
karakter, nilai-nilai karakter harus ditanamkan secara konsisten antara pendidikan dalam
keluarga, pendidikan dalam sekolah, dan pendidikan. Demikian juga dalam pembentukan
karakter anak sekolah dasar. Nilai-nilai yang ditanamkan harus ditanamkan secara konsisten
baik ketika anak berada dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan
masyarakat. Dengan adanya konsistensi tersebut, karakter yang diharapkan dapat tertananam
dengan baik sehingga terbentuk kakrakter yang baik.

Peran tri pusat pendidikan sebagai sarana pendidikan karakter anak sekolah dasar
sangat besar, karena dalam pembentukan karakter anak sekolah dasar, diperlukan kerjasama
antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Kerjasama
dalam hal konsistensi penanaman nilai-nilai karakter dilingkungan keluarga, dilingkungan
sekolah, dan dilingkungan masyarakat. Dengan adanya konsistensi tersebut, karakter yang
diharapkan dapat tertananam dengan baik sehingga terbentuk kakrakter yang baik. Misalnya:
anak akan memiliki karakter jujur apabila dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat menanamkan/mengajarkan tentang nilai kejujuran. Berdasarkan
hal tersebut dapat simpulkan bahwa tri pusat pendidikan yaitu pendidikan dalam lingkungan
keluarga, pendidikan dalam lingkungan sekolah dan pendidikan dalam lingkungan
masyarakat merupakan sarana yang tepat dalam menanamkan dan membentuk karakter siswa
sekolah dasar.

5
BAB II
REALITA
A. Lingkungan sekolah
Salah satu contoh permasalahan yang dapat terjadi akibat kurangnya pendidikan
katakter di lingkungan sekolah ialah bullying, penyalahgunaan tekonologi, pembunuhan,
pemerkosaan, hamildiluar nikah, dan lain sebagainya. Pendidikan karakter juga
harusditekankankepada murid atausiswa di lingkungan sekolah, tidak hanya di lingkungan
keluarga dan masyarakat saja, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti
bullying, pembunuhan antar pelajar, hamil di luar nikah dan penyalahgunaan teknologi.
Dalam kasus seperti ini, banyak yang menyalahkan kecanggihan teknologi, misalnya saja
banyak siswa, pelajar, mahasiswa/mahasiswi yang melakukan prostitusi online.

Sejatinya teknologi memang selalu berkembang. Tetapi, di negara kita masih sedikit
yang memiliki kesadaran untuk menggunakan teknologi sebaik mungkin. Banyak teknologi
yang di salah gunakan. Padahal, teknologi memiliki fungsi yang sangat bagus dan menunjang
aktivitas bisnis maupun pembelajaran sehingga dapat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tetapi, mengapa masih saja ada prostitusi online, masih ada kasus hamil di luar nikah karena
kenalan di media sosial, dan hanya karena ingin mendapat pujian banyak orang, mengambil
foto hingga bertaruh nyawa.

Mereka melakukan ha ltersebut karena tidak ditekankannya Pendidikan karakter dari


sekolahan maupun dari orang tuanya sendiri dan Jika di telusuri, akar masalah semua ini
akibat kurangnya pendidikan karakter dan moral generasi muda Indonesia.Akibat metode
pendidikan yang terlalu fokus pada ilmu pelajaran dan tidak memperhatikan pendidikan
moral atau karakter, muncullah kasus-kasus di luar kewajaran. Karena itu, sekolah maupun
orang tua di tuntut memerankan tanggung jawabnya untuk menanamkan nilai-nilai yang baik
dan membantu anak dalam membentuk dan membangun karakter mereka. Pendidikan
karakter ini diarahkan untuk memberikan tekanan pada nilai-nilai tertentu, seperti rasa
hormat, tanggung jawab, jujur, peduli, adil, dan membantu siswa untuk memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

B. Lingkungan keluarga
Salah satu contoh permasalahan yang dapat terjadi akibat kurangnya pendidikan
katakter di lingkungan keluarga adalah anak cenderung kurang sopan terhadap otang yang
lebih tua dan kenakalan remaja. Kita tahu sendiri bahwa pendidikan pertama anak adalah

6
dari orang tua. Orang tua merupakan pendidikan pertama bagi anak. Terutama pada anak usia
dini, dimana pada usia dini ini adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan potensi
anak, bahwa pada usia ini merupakan usia emas yang tidak akan berulang, karena merupakan
masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berfikir,
kecerdasan, ketrampilan dan kemampuan bersosialisasi.

Melihat kondisi sekarang dan yang akan datang, anak-anak usia remaja mulai jarang
yang memiliki karakter berbudi luhur. Contoh yang paling mudah adalah, banyak diantara
mereka yang kurang sopan terhadap orang yg lebih tua, mereka berbicara dengan tidak sopan,
contoh lainnya lagi banyak diantara mereka keluar larut malam dan tidak tahu waktu atau
biasa kita sebut kenakalan remaja. Situasi dan lingkungan seperti ini akan menjadi pemicu
pembentukan karakter seorang anak yang menyimpang. Hilangnya nilai saling menghormati,
sopan santun, kepedulian dan lain sebagainya.Para orang tua hendaklah selalu memberikan
bekal yang maksimal melalui pendidikan sejak dini. Daya ingat anak akan lebih tajam dan
bertahan lebih lama dibandingan dengan orang tua. Dalam lingkup keluarga, seorang anak
dibentuk karakter atau pola perilaku moralnya oleh orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu.
Selain itu ada institusi pendidikan lain yang bisa dilibatkan oleh orang tua untuk
menanamkan karakter yang baik dala diri anak yaitu sekolah atau pendidikan formal.

Untuk itu, peran serta orang tua dan semua anggota keluarga di rumah sangat penting
untuk membentuk karakter yang baik sejak dini. Keluarga sebagai tempat pembentukan
karakter anak, yang mana karakter yang terbentuk di lingkungan keluarga dapat terbawa
kelingkungan sekolah maupun masyarakat. Jadi, sikap dan perilaku keseharian keluarga di
rumah dapat mempengaruhi karakter anak dimanapun ia berada

C. Lingkungan Masyarakat
Salah satu contoh permasalahan yang dapat terjadi akibat kurangnya pendidikan
karakter di lingkungan masyarakat adalah tawuran pelajar, pergaulan bebas, dan lain-lain.
Minimnya pendidikana karakter pada anak, dinilai bisa menyebabkan maraknya masalah
sosial di masyarakat seperti tawuran pelajar, pergaulan bebas, dan lain-lain.

Tawuran di kalangan pelajar saat ini cenderung dijadikan trend. Akibatnya fenomena
tawuran ini sangat mudah menular dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Upaya antisipasi
telah dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru, orang tua siswa,
masyarakat, dan pemerintah. Namun, agaknya antisipasi itu belim membuahkan hasil yang

7
menggembirakan. Oleh karena itu diperlukan upaya yang lebih serius untuk menangani
permasalah tawuran pelajar ini.

Penanganan kasus tawuran dan kekerasan secara represif, cenderung mendapatkan


perlawanan serta penolakan dari kalangan pelajar. Oleh kerena itu, perlu upaya persuatis yang
lebih mengedepankan hati nurani dalam membangun kesadaran. Salah satu cara yang
dilakukan melalui penanaman dan pelembagaan nilai-nilai luhur bangsa indonesia yang saat
ini mulai terkikis. Nilai-nilai luhur yang berwujud nyata sebagai kearifan lokal muali
mendapatkan tekanan yang akibat derasnya arus indformasi dan globalisasi. Dalam konteks
inilah, perlunya membangkitkan kembali nilai-nilai karakter bangsa Indonesia yang adi
luhung.

Lingkungan masyarakat merupakan bagian tak terpisahkan dari pembentukan karakter


bangsa. Hai ini karena pelajar selalu berinteraksi dengan masyarakat. Bahkan, interaksi ini
lebih banyak di lingkungan masyarakat dari pada lingkungan sekolah. Oleh karena itu tidak
dimungkiri masyarakat harus memberi dukungan positif terhadapa pembentukan karakter
bangsa. Masyarakat memberikan kesempatan kepada pelajar untuk terlibat aktif di tengah-
tengah masyarakat. Kegiatan kemanusian dan bakti sosial adalah kegiatan yang menyentuh
langsung pembentukan karakter bangsa. Interkasi masyarakat dengan pelajar dapat dilakukan
memberikan dukungan dengan memberikan dukungan tenaga maupun fasilitas akomodasi
lainnya. Disamping itu, masyarakat harus melakukan pengawasan atau kontrol sosial
terhadap setiap penyimpangan yang dilakukan. Kontrol berkelanjutan dan melekata dari
masyarakat diyakini mampu mengurangi dan banhkan menghilangkan perilaku menyimpang
di kalangan pelajar.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan :
Tri Pusat Pendidikan digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar
Dewantara. Ki Hajar Dewantara, membedakan pendidikan menjadi tiga, Tiga pendidikan
tersebut disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah tiga pusat
pendidikan yang meliputi; Pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam sekolah,
danpendidikan di dalam masyarakat. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa jenjang
pendidikan dasar dan menengah adalah jenis pendidikan formal untuk peserta didik usia 7
sampai 18 tahun dan merupakan persyaratan dasar bagi pendidikan yang lebih tinggi.
Tripusat Pendidikan, mengakui adanya pusat-pusat pendidikan yang mempengaruhi proses
tumbuh kembangnya seorang anak, tiga pusat pendidikan tersebut, yaitu; Pendidikan dalam
lingkungan keluarga, Pendidikan dalam lingkungan sekolah, Dan pendidikan dalam
lingkungan kemasyarakatan. Pendidikan karakter ini diarahkan untuk memberikan tekanan
pada nilai-nilai tertentu, seperti rasa hormat, tanggung jawab, jujur, peduli, adil, dan
membantu siswa untuk memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

B. Saran :

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca


khususnya kepada mahasiswa calon guru SD untuk dapat meningkatkan pemahamannya
tentang “TRI PUSAT Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah
Dasar” guna terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik khususnya
pembelajaran “KETAMANSISWAAN II” dan kelak menjadi bekal dalam mengajar di
Sekolah Dasar. Kami pun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca untuk tetap terus menggali
sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang
akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Winarno ,S. ,dkk. 2003.Mengurai Benang Kusut Pendidikan. Jakarta: Transformasi.
Hamid, H.S. dkk. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan
Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing Dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Kemendiknas.
Khairuddin. 1985. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Nur
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Sistem pendidikan nasional.
Jakarta: CV. Eko Jaya
Rahayu, S. (2018. November 25). Lirik Lagu Hymne Guru. Diakses pada 3 Mei 2020 melalui
https://jateng.tribunnews.com/2018/11/25/lirik-lagu-hymne-guru-selalu-dinyanyikan-saat-
hari-guru-nasional-25-november
Arifiyah, T. (2015. Mei 25). Akibat Pendidikan Karakter yang Kurang. Diakses pada 3 Mei
2020 melalui https://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/15/05/25/now60713-
akibat-pendidikan-karakter-yang-kurang.
Adnyana, G.P. (2011. Desember 28). Tawuran : Kegagalan pendidikan karakter. Diakses
pada 3 Mei 2020 melalui
https://www.kompasiana.com/putradnyana/550b53db813311e61bb1e2bb/tawuran-kegagalan-
pendidikan-karakter.
Rahmasari, S. (2019. November 12). Peran Orangtua dalam Pendidikan Karakter Anak.
Diakses pada 3 Mei 2020 melalui
https://www.kompasiana.com/septinarahma02/5dcaa55d097f365c86448472/peran-orang-tua-
dalam-pendidikan-karakter-anak.

10

Anda mungkin juga menyukai