Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM ZAKAT DI ARAB SAUDI

Disusun untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Manajemen ZISWAF pada
Program Magister Keuangan Islam Terapan

Dosen Pengasuh:

Ahmad Fauzan Abdullah, Lc., MA., P.hD.

Disusun Oleh :

AULANNISA SYUDA
KHAIRIL ANWAR
OELMA ARFANNUR AZIZI
RONIKEUSUMARANDA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2023
KATA PENGANTAR

Puji beserta Syukur kepada Allah S.W.T. yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis sebagai Mahasiswa Program Magister Keuangan
Islam Terapan Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe dapat
menyelesaikan makalah ilmiah yang merupakan tugas matakuliah Manajemen
ZISWAF yang berjudul “Sistem Zakat di Arab Saudi”. Shalawat ber-iring salam
kita haturkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan keluarga serta sahabat beliau
sekalian.

Makalah ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi sebagian
syarat dalam matakuliah “Manajemen ZISWAF”. Makalah ini ditulis dengan
bantuan beberapa pihak yang sangat mendukung, sehingga mengucapkan ucapan
terima kasih sebanyak-banyak kepada yang terhormat Ahmad Fauzan Abdullah,
Lc., M.A., P.hD. selaku Dosen Pengampu Matakuliah Manajemen ZISWAF yang
telah memberikan ilmu serta dukungan yang positif selama perkuliahan serta
teman-teman Mahasiswa Program Magister Keuangan Islam Terapan Jurusan
Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga sangat perlu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaannya, serta untuk
mengetahui kelemahan dan kekurangannya, sehingga kedepan dapat dijadikan
sebagai referensi dan ilmu yang bermanfaat bagi penelitian yang berkaitan. Akhir
kata hanya kepada Allah SWT tempat berserah diri semoga rahmat dan karunia-
Nya dilimpahkan pada kita semua.

Amin Ya Rabbal Alamin.

Buketrata, 4 November 2023

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3. Tujuan Masalah......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................ 3
2.1. Profil PT Paninvest Tbk ............................................................ 3
2.2. Visi, Misi dan Nilai ................................................................... 5
2.3. Keunggulan PT Paninvest Tbk.................................................. 5
2.4. Produk-Produk Pada PT Paninvest Tbk .................................... 6
2.4.1. Asuransi Kerugian.............................................................. 6
2.4.2. Asuransi Jiwa ..................................................................... 7
2.5. Kasus Pada PT Paninvest Tbk................................................... 10
2.5.1. Kasus Hukum ..................................................................... 10
2.5.2. Kasus Non Hukum ............................................................. 10
2.6. Laporan Keuangan PT Paninvest Tbk....................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................ 15
3.1. Kesimpulan ............................................................................... 15
3.2. Saran.......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Arab Saudi merupakan salah satu negara Islam yang hampir seluruh penduduknya

memeluk agama Islam. Negara ini juga terdapat dua Kota Suci umat Islam, yaitu Mekah

dan Madinah. Oleh karena itu, agama Islam dan praktik-praktiknya, termasuk zakat,

memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan Arab Saudi.

Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Pada masa awal Islam, zakat

digunakan untuk mendistribusikan kekayaan kepada yang membutuhkan dan

mempromosikan kesejahteraan sosial. Sejarah zakat dalam konteks Arab Saudi perlu

dipahami, termasuk bagaimana praktik zakat telah berkembang dari masa awal Islam

hingga saat ini.

Arab Saudi mulai memberlakukan undang-undang pengelolaan zakat pada tahun

1951 M. Undang-undang pengelolaan zakat ditetapkan pada tanggal 29 Jumadil Akhir

1370 H atau 7 April 1951 M melalui Keputusan Raja Nomor 17/228/8634. Sebelum

undang-undang ini berlaku, pemerintah Arab Saudi tidak mengatur persoalan penunaian

zakat. Setelah pemberlakuan undang-undang, tiap warga negara dan perusahaan dengan

kewarganegaraan Arab Saudi diwajibkan membayar zakat.

Pemberlakuan kewajiban zakat tidak berlaku bagi warga negara dengan

kewarganegaraan bukan Arab Saudi. Warga negara asing hanya membayar pajak

pendapatan. Sementara itu, warga negara Arab Saudi tidak membayar pajak. Zakat

dijadikan sebagai pengganti pajak. Pengelolaan zakat dan pajak pendapat diserahkan

kepada Maslahat Az-Zakat wa Ad-Dakhl (Kantor Pelayanan Zakat dan Pajak

Pendapatan). Kantor tersebut berada dalam wewenang Departemen Keuangan Arab.

1
1.2. Rumusan Masalah

Sebagaimana penjelasan di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini

sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem penerimaan zakat di negara Arab Saudi?

2. Bagaimana sistem pendistribusian zakat di negara Arab Saudi?

3. Bagaimana dampak manajemen zakat terhadap perekonomian di negara Arab

Saudi?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada makalah ilmiah ini adalah sebagai

berikut:

1. Mengetahui sistem penerimaan zakat di negara Arab Saudi.

2. Mengetahui sistem pendistribusia zakat di negara Arab Saudi.

3. Mengetahui dampak manajemen zakat terhadap perekonomian di negara Arab

Saudi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Sejarah dan Regulasi Zakat di Arab Saudi

Pengaturan zakat di Saudi Arab dimulai tahun 1951 berdasarkan pada Keputusan

Raja (Royal Court) No. 17/2/28/8634 yang menetapkan sistem wajib zakat. Keputusan

tertanggal 7 April 1951 ini berbunyi: “Zakat syar’I yang sesuai dengan ketentuan syariah

Islamiyah diwajibkan kepada individu dan perusahaan yang memiliki kewarganegaraan

Saudi.” Dalam keputusan tersebut, zakat diwajibkan sesuai prinsip syariah Islam kepada

individual dan perusahaan yang berkewarganegaraan Arab Saudi.

Menurut Keputusan Raja ini, zakat tidak dikenakan atas nonwarga Arab Saudi,

sehingga nonwarga hanya dikenakan pajak pendapatan. Sebaliknya, warga Arab Saudi

tidak dikenakan pajak dan zakat diperlakukan sebagai pengganti pajak. Untuk

pengelolaannya, Departemen Keuangan Arab Saudi membentuk bagian khusus yaitu

Kantor Pelayanan Zakat dan Pajak Pendapatan (Maslahat Az-Zakat wa Ad-Dakhl). Hal

ini kemudian menimbulkan persepsi masyarakat yang mengidentikkan zakat dengan

pajak. Kebijakan yang membolehkan sebagian zakat disalurkan langsung oleh muzaki

menjadi salah satu sebab keberhasilan program ini dan terlihat dari besarnya penghasilan

zakat dibandingkan dengan penerimaan pajak pendapatan.

Dalam beberapa aturan turunannya, negara memberikan izin kepada muzaki untuk

menyalurkan zakatnya secara langsung kepada mustahik maksimal setengah (50%) dari

zakat yang dibayarkan dan setengahnya harus disetorkan ke Departemen Keuangan.

Sedangkan untuk muzaki perusahaan diharuskan menyetorkan seluruh zakatnya ke

Departemen Keuangan.

3
2.2. Karakteristik Tata Kelola Zakat di Arab Saudi

Kewenangan penghimpunan zakat seluruhnya menjadi kewenangan Menteri

Keuangan dan Perekonomian Nasional, mulai dari aspek kebijakan hingga teknis

pelaksanaan penghimpunan. Sedangkan aspek penyaluran zakat diserahkan kepada

Departemen Sosial dan Ketenagakerjaan, terutama di bawah Departemen Sosial.

Adapun tugas dan fungsi dari Kantor Pelayanan Zakat dan Pajak Pendapatan pada

garis besarnya ada empat, yaitu:

a. Melakukan pengumpulan zakat dan pajak dari pihak-pihak yang diwajibkan untuk

membayarnya. Pembayaran zakat (2,5%) sifatnya wajib bagi perusahaan Arab

Saudi dan pajak (20% atau sesuai dengan perjanjian bilateral Penghindaran Pajak

Berganda) diwajibkan kepada perusahaan asing yang melakukan kegiatan

usaha/bisnis di Arab Saudi.

b. Memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengecekan atas harta

kekayaan perusahaan dan jumlah zakat yang wajib ditunaikan atau nilai pajak

yang harus dibayarkan ke kas negara.

c. Tidak memiliki kewenangan untuk menagih zakat dari perorangan/individu. Bagi

perorangan/individu, kewajiban zakatnya diserahkan kepada masing-masing

individu.

d. Hanya memiliki kewenangan pengumpulan atau pemungutan. Dalam

penyalurannya, untuk zakat disalurkan khusus kepada delapan muzaki

sebagaimana ketentuan syariat melalui Kementerian Sosial Arab Saudi yang

berkewenangan membiayai pengeluaran keamanan sosial. Sedangkan penerimaan

pajak masuk ke dalam rekening penerimaan pajak.

14
Setiap warga negara individu diwajibkan membayar zakat, tetapi ia boleh

menyalurkan zakatnya langsung kepada mustahiknya atau melalui yayasan sosial. Jika

sudah membayar zakat, ia tidak ditarik pajak lagi. Dana pajak akan digunakan untuk

membiayai kelangsungan negara, sedangkan dana zakat akan disalurkan melalui

Departemen Sosial sesuai dengan peruntukaannya, yaitu delapan kelompok mustahik.

Berbeda dengan zakat individu, zakat perusahaan harus dibayarkan melalui Kantor

Pelayanan Zakat dan Pajak Pendapatan. Setiap perusahaan yang telah membayarkan

zakatnya akan mendapatkan sertifikat tanda telah membayar zakat. Sertifikat ini akan

memudahkan perusahaan itu untuk memperpanjang izin usahanya. Bagi perusahaan yang

tidak memiliki sertifikat menandakan perusahaan itu tidak membayar zakat, sehingga izin

usahanya tidak diperpanjang lagi.

Bagi perusahaan yang pemiliknya nonmuslim atau asing, mereka tidak wajib

membayar zakat, namum wajib membayar pajak. Kondisi ini memperjelas aturan bahwa

zakat dibayarkan oleh perusahaan milik muslim, sedangkan pajak dibayar oleh

perusaahaan nonmuslim. Pembayaran zakat yang seperti ini memastikan bahwa

kewenangan resmi untuk menghimpun zakat hanya ada pada pemerintah. Hal ini serupa

dengan masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada masa itu, pengumpulan dan

pengelolaan zakat berada di bawah kewenangan negara.

2.3. Objek Zakat

Objek zakat meliputi semua jenis aset atau kekayaan yang pengelolaannya

dilakukan oleh departemen terkait. Misalnya, zakat ternak dikelola oleh Komisi Bersama

antara Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri yang disebut “Al-A’wamil”

yaitu komisi khusus yang tugasnya adalah melakukan pemungutan zakat ternak ke

pelosok daerah dan hasilnya disetorkan ke Departemen Keuangan. Demikian pula zakat

pertanian, zakat perdagangan, zakat simpanan uang dan zakat pendapatan (khususnya

15
pendapatan dokter, kontraktor, pengacara, akuntan, pegawai hotel, seniman, biro travel),

maka zakatnya akan dipotong dari rekening masing-masing muzaki. Cara perhitungan

nisab didasarkan pada laporan keuangan masing-masing.

2.4. Penghimpunan Zakat

Penghimpunan zakat di Arab Saudi diterapkan pada semua jenis asset (kekayaan).

Misalnya, zakat ternak dikelola oleh komisi bersama antara Departemen Keuangan dan

Departemen Dalam Negeri yang disebut AlA’wamil, yaitu komisi khusus yang tugasnya

adalah melakukan pemungutan zakat ternak ke pelosok-pelosok daerah yang kemudian

menghimpun semua hasilnya ke Departemen Keuangan. Demikian halnya dengan zakat

pertanian, zakat perdagangan, zakat simpanan uang, dan zakat pendapatan. Zakat

pendapatan dari masing-masing profesi tersebut akan dipotong dari tabungan mereka

setelah mencapai nisab. Cara penghitungannya berdasarkan pada laporan keuangan

masing-masing.

Pengelolaan zakat oleh badan zakat dan pajak ini, terutama dalam hal pengumpulan

zakat dan pajak, telah menggunakan sistem online. Mereka punya pusat data dan

informasi yang lengkap dengan dukungan Information and Communication Technology

(ICT). Dengan dukungan ICT ini terjadi peningkatan penerimaan zakat yang signifikan.

Pada tahun 2012, kenaikannya mencapai 18 % atau jumlahnya menjadi 23,3 miliar SAR

(Saudi Arabian Riyal). Ini terdiri dari penerimaan zakat perdagangan yang lebih dari 11

miliar SAR dan pendapatan dari penghasilan kena pajak perusahaan-perusahaan masing

mencapai 12 miliar SAR. Kenaikan ini terjadi juga karena tumbuhnya perekonomian

Arab Saudi tahun 2011.

2.5. Pendisribusian Zakat

Dalam hal pendistribusian zakat, Pemerintah Arab Saudi memfokuskan pada

penyediaan jaminan sosial bagi warganya, yang pendistribusiannya melalui Kementerian


16
Sosial dan Tenaga Kerja di bawah Dirjen Sosial. Penentuan mustahik merupakan hasil

kajian yang dilakukan oleh departemen tersebut dengan nilai santunan sekitar 6.000 riyal

(mata uang Arab Saudi) atau sekitar 15.000.000 rupiah per tahunnya.

Kebijakan yang menarik adalah adanya penetapan zakat atas perusahaan

pemerintah, yang pada dasarnya tidak ada zakat untuk perusahaan pemerintah karena

semua hasil perusahaan tersebut adalah untuk kepentingan umum (negara). Hal tersebut

juga diperkuat keputusan majelis tinggi Qadhi yang memfatwakan bahwa perusahaan

patungan antara pemerintah dan swasta juga harus membayar zakat. Hal ini dilandasi oleh

pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan suatu kesatuan dan badan hukum

(syakhsiyah I’tibariyyah).

Dalam perkembangannya, kementerian ini mengembangkan infrastruktur

zakatnya dengan membuka kantor-kantor cabang di berbagai kota seperti Jazan, Najran,

Arar, dan Al-Jouf. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga telah menandatangani 31 perjanjian

dengan negara-negara asing untuk upaya menghindari pajak berganda. Setelah berhasil

membukukan penerimaan zakat dan pajak yang tinggi, kementerian yang menghimpun

dana zakat dan pajak ini mentransfer dana tersebut ke rekening milik Badan Moneter

Harian Arab Saudi untuk kemudian didistribusikan kepada yang membutuhkannya.

Menurut Dr. Irfan Syauqi Beik (Ketua Prodi Ekonomi Syariah FEM IPB), ada

pengalaman menarik ketika Deputi Dirjen Zakat dan Pajak Arab Saudi, yaitu Dr. Saleh

Ali Alwaji, menyampaikan update kondisi pengelolaan zakat mereka pada pertemuan

kedua International Working Group on Zakat Core Principles pada 4 November 2014 di

Surabaya, di sela-sela rangkaian kegiatan International Shariah Economic Festival 2014.

Pada pertemuan tersebut, Dr. Saleh Ali Alwaji menyatakan bahwa program mengurangi

kemiskinan di negaranya menggunakan dana zakat. Kementerian Sosial, sebagai ujung

tombak pelaksanaan program antikemiskinan pemerintah, ditugasi oleh raja untuk

menggunakan dan mengoptimalkan dana zakat yang telah dikumpulkan.


17
Pada semester pertama 2014, telah terkumpul dana zakat sebesar USD25 miliar

(sekitar Rp300 triliun). Pada 2016, jumlah zakat melonjak menjadi USD45 miliar (Rp598

triliun). Dari dana tersebut, Ditjen Zakat dan Pajak tidak mengambil hak amil karena

biaya operasional seluruhnya ditanggung oleh negara. Sebagai gambaran, biaya

operasional amil pada 2013 mencapai USD5 miliar (hampir Rp60 triliun) dengan

kemampuan menghimpun yang hamper 20 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.

Beliau juga menyampaikan bahwa tingginya penghimpunan dikarenakan peran

aktif pemerintah dalam mewajibkan penghimpunan zakat dan memberikan sanksi tegas

kepada para pengemplang zakat, disertai dengan integrasi database muzakki perseorangan

dan lembaga/perusahaan yang tertata dengan baik, dalam sistem IT yang solid. Dengan

sistem data kependudukan yang terintegrasi dengan baik, di mana kartu identitas

penduduk juga mengandung data nomor rekening, nomor jaminan sosial, data asuransi,

paspor, SIM, dan lain-lain, setiap upaya individu untuk mengemplang pembayaran zakat

akan berdampak pada dibekukannya semua rekening, paspor, SIM, dan dokumen-

dokumen lainnya.

Menurut Didin Hafidhuddin, sanksi bila tidak membayar zakat, baik disengaja

atau tidak disengaja, yaitu tidak akan dilayani secara administrative oleh negara.Oleh

karena itu, orang yang belum membayar zakat pada waktunya tidak akan bisa mengambil

uang di ATM yang dimilikinya, meski di rekeningnya terdapat uang dalam jumlah besar.

Demikian pula ketika para pengemplang zakat akan bepergian ke luar negeri, pihak

imigrasi tidak akan memberikan izin meninggalkan negeri sampai utang zakatnya lunas.

Khusus bagi perusahaan, bila tidak membayar zakat, izin usahanya akan dicabut dan

tidak diperpanjang. Inilah bentuk aplikasi pengelolaan zakat yang diterapkan oleh

pemerintah Arab Saudi sehingga dengan dana yang ada, setiap keluarga miskin di Arab

Saudi berhak menerima bantuan zakat setiap bulan rata-rata sebesar USD1.500-1.600 per

bulan per keluarga.


18
2.6. Wakaf di Arab Saudi

Untuk memperkuat kedudukan harta wakaf, pemerintah Arab Saudi membentuk

Kementerian Haji dan Wakaf. Kementerian ini mempunyai kewajiban mengembangkan

dan mengarahkan wakaf sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh wakif.

Untuk itu, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi membuat peraturan bagi Majelis Tinggi

Wakaf dengan ketetapan No. 574 tanggal 16 Rajab 1386 sesuai dengan Surat Keputusan

Kerajaan No. M/35, tanggal 18 Rajab 1386. Majelis Tinggi Wakaf diketuai oleh Menteri

Haji dan Wakaf, yakni menteri yang mengawasi wakaf dan menguasai permasalahan-

permasalahan perwakafan sebelum dibentuk Majelis Tinggi Wakaf. Anggota Majelis

Tinggi Wakaf terdiri atas wakil Kementerian Haji dan Wakaf, ahli hukum Islam dari

Kementerian Kehakiman, wakil dari Kementerian (Departemen) Keuangan dan Ekonomi,

Direktur Kepurbakalaan, serta tiga anggota dari kalangan cendekiawan dan wartawan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu setiap warga negara dan perusahaan

dengan kewarganegaraan Arab Saudi diwajibkan membayar zakat. Pemberlakuan

kewajiban zakat tidak berlaku bagi warga negara dengan kewarganegaraan bukan Arab

Saudi. Warga negara asing hanya membayar pajak pendapatan. Sementara itu, warga

negara Arab Saudi tidak membayar pajak. Zakat dijadikan sebagai pengganti pajak.

Penghimpunan zakat di negara Arab Saudi sangat tinggi, hal ini dikarenakan adanya

sanksi tegas dari pemerintah apabila terdapat warga yang sengaja maupun tidak sengaja

melakukan penyelewengan zakat dan juga didukung dengan integrasi database muzakki

perseorangan dan lembaga/perusahaan yang tertata dengan baik, dalam sistem IT yang

solid.

3.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu agar negara Arab Saudi dapat terus

mempertahankan dan meningkatkan penghimpunan dan penyaluran zakat di negaranya.

Karena hal tersebut terbukti dapat mengatasi kemiskinan di negara Arab Saudi.

11
0
DAFTAR PUSTAKA

Pengelolaan Zakat yang Efektif: Konsep dan Praktik di Berbagai Negara (PDF). Jakarta:
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia. 2016.
hlm. 193. ISBN 978-602-60042-0-8.

Rosadi, Aden (2019). Zakat dan Wakaf: Konsepsi, Regulasi, dan Implementasi (PDF).
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. hlm. 166. ISBN 978-602-7973-77-0.

11
1

Anda mungkin juga menyukai