Anda di halaman 1dari 16

PROFIL LEMBAGA AMIL ZAKAT

Makalah Ini Di Susun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah


“Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sadaqah”

DISUSUN OLEH:
Kelompok II

Rosida : 1830504085

Endah Pratiwi : 1830504101

DOSEN PENGAMPU :
Ahmad Nizam, S.Ag, M.H.I.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2020/2021
0
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya atas selesainya makalah yang berjudul “ Profil Lembaga
Amil Zakat”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan sebaik mungkin sesuai
dengan buku yang telah kami pelajari dan dari sumber internet. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Serta kami menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Palembang, Oktober 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

C. Tujuan Masalah ............................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 5

A. Lembaga Amil Zakat ........................................................................................ 5

1. Pengertian Lembaga Amil Zakat .............................................................. 5

2. Sejarah Lembaga Amil Zakat di Indonesia ............................................... 6

3. Syarat Pendirian Lembaga Amil Zakat (LAZ).......................................... 8

4. Tugas dan Fungsi Lembaga Amil Zakat ................................................... 9

5. Sanksi ........................................................................................................ 10

B.Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat .................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

1. Kesimpulan ...................................................................................................... 14

2. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap
kaum Muslimin. Perintah zakat didalam Al-Quran senantiasa disandingkan dengan perintah
shalat. Pentingnya menunaikan zakat karena perintah ini mengandung misi sosial yang
memiliki tujuan jelas bagi kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk
memecahkan problem kemiskinan, meratakan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan umat
dan negara. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya menunaikan zakat sebagai salah satu
rukun Islam. 1

Zakat menurut syaraʽ adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat-syarat
tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap orang muslim untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. 2 LAZ
merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan
oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat
Islam. Disamping itu LAZ juga tidak hanya mengelola zakat, tetapi mengelola dana infak,
shadaqah, dan dana sosial kemanusiaan lainnya. Salah satu contoh LAZ adalah BMT
Amanah Ummah Kartasura yang mengelola dana zakat termasuk didalamnya zakat profesi
yang berasal dari karyawan dan sebagian anggotanya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Profil Lembaga Amil Zakat ?

2. Siapa Saja yang Berhak Menerima Zakat ?

1
Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer. (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), hlm.10

2
Ibid, hlm.12

3
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk Memahami Profil Lembaga Amil Zakat.

2. Untuk Mengetahui Siapa Saja yang Berhak Menerima Zakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Profil Lembaga Amil Zakat

1. Pengertian Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh masyarakat, yang pengukuhannya dilakukan oleh pemerintah bila telah
memenuhi persyaratan tertentu. Sebelum berlakunya undang-undang pengelolaan
zakat, sebenarnya fungsi pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat
telah eksis terlebih dahulu di tengah-tengah masyarakat.

LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas


prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,
pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam. Disamping itu LAZ juga tidak
hanya mengelola zakat, tetapi mengelola dana infak, shadaqah, dan dana sosial
kemanusiaan lainnya. Salah satu contoh LAZ adalah BMT Amanah Ummah
Kartasura yang mengelola dana zakat termasuk didalamnya zakat profesi yang
berasal dari karyawan dan sebagian anggotanya.3

Fungsi ini dikelola oleh masyarakat sendiri, baik secara perorangan maupun
kelompok (kelembagaan). Hanya saja dengan berlakunya undang-undang ini, telah
terjadi proses formalisasi lembaga yang sudah eksis tersebut. Istilah formal
lembaga ini diseragamkan menjadi Lembaga Amil Zakat (LAZ). Di samping itu,
untuk menjadi LAZ atau lembaga formal yang berfungsi mengelola zakat,
lembaga yang sebelumnya eksis di tengah-tengah masyarakat secara informal
tersebut, terlebih dahulu harus melalui proses formal administrative dan

3
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Baiy, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan
Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 15

5
selanjutnya dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk pengakuan keberadaannya
secara formal. Oleh karena itu, tidak semua yang secara kelembagaan maupun
perorangan melakukan kegiatan mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan
zakat dinamakan Lembaga Amil Zakat seperti diatur dalam Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999.

2. Sejarah Lembaga Amil Zakat di Indonesia

Pengelolaan zakat di Indonesia sebelum tahun 90-an memiliki beberapa ciri


khas, seperti diberikan langsung oleh muzakki. Jika melalui amil zakat hanya
terbatas pada zakat fitrah dan zakat yang diberikan pada umumnya hanya bersifat
konsumtif untuk keperluan sesaat. Jenis zakat hanya terbatas pada harta-harta yang
secara eksplisit dikemukakan secara rinci dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi.
Dalam pemberdayaannya, zakat tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk hal-hal
yang bersifat konsumtif, tetapi juga untuk sesuatu yang bersifat produktif. Dengan
pemanfaatan zakat untuk kegiatan yang produktif akan memberikan income
(pemasukan) bagi para penerima zakat dalam kelangsungan hidupnya. Para
penerima zakat akan terbantu untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang akan
meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya dan selanjutnya
berdampak bagi kesejahteraan masyarakat pada umumnya.4

Apabila zakat dikelola dengan baik, maka zakat akan dapat dipergunakan
sebagai sumber dana yang potensial yang berasal dari masyarakat sendiri dan
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Pengelola zakat
ini akan optimal apabila dapat dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah,
masyarakat dan lembaga pengelola zakat.

Dalam lima belas tahun terakhir ini, perkembangan pengelola zakat di


Indonesia sangat menggembirakan. Jika sebelum tahun 1990-an pengelola zakat
masih bersifat terbatas, tradisional dan individu, namun kemudian pengelolaan

4Ibid,hlm.17-19

6
zakat memasuki era baru. Unsur-unsur profesionalisme dan manajemen modern
mulai diterapkan. Salah satu indikatornya adalah bermunculannya badan-badan
dan lembaga-lembaga amil zakat baru yang menggunakan pendekatan-pendekatan
baru yang berbeda dengan yang sebelumnya.

Pada akhir dekade 1990-an tepatnya pada tahun 1999, pengelolaan zakat
mulai memasuki level Negara, setelah sebelumnya hanya berkuat pada tataran
masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang pengelola zakat. Undang-Undang inilah yang menjadi
landasan legal formal pelaksanaan zakat di Indonesia. Kemudian dikeluarkan lagi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Dalam upaya pengumpulan zakat, pemerintah telah mengukuhkan Badan


Amil Zakat (BAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah,
yang personalia pengurusannya terdiri atas ulama, cendikiawan, profesional, tokoh
masyarakat, dan unsur pemerintah. Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu lembaga
pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat, yang pengukuhannya dilakukan
oleh pemerintah bila telah memenuhi persyaratan tertentu. Lembaga-lembaga ini
ditugaskan sebagai lembaga yang mengelola, mengumpulkan, menyalurkan, dan
pemberdayaan para penerima zakat dari dana zakat.5
Peran pemerintah tidak mungkin dapat diandalkan sepenuhnya dalam
mewujudkan kesejahteraan, karena itulah peran dari lembaga-lembaga tersebut.
Khusus di Jakarta, pada tahun 2001 sudah ada beberapa Organisasi Pengelola
Zakat (OPZ) yang sudah dikukuhkan oleh pemerintah yaitu: Dompet Dhuafa,
Republika, Yayasan Amanah, Tafakkul, Rumah Zakat Indonesia, Pos Keadilan
Peduli Ummah, Lazis Muhammadiyah, Baitulmaal Muamalat, Hidayatullah,
Persatuan Islam, dan Bamuis BNI.

5
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta:
Institut Manajemen Zakat Ciputat, 2004), hlm. 35

7
Disamping Lembaga Amil Zakat (LAZ) tersebut, pemerintah juga
membentuk suatu Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) pemerintah di Jakarta, yaitu:
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Dengan berdirinya Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga pengelola zakat tingkat nasional yang
dinisbahkan dapat melakukan peran koordinatif diantara lembaga pengelola zakat
dan diharapkan bisa terbangun sebuah sistem zakat nasional yang baku, yang bisa
diaplikasikan oleh semua pengelola zakat.6

Pada Oktober 2006 sudah berdiri satu Badan Amil Zakat Tingkat Nasional
(BAZNAS), 32 Badan Amil Zakat tingkat provinsi dan tidak kurang dari 330
Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota, sedangkan Lembaga Amil Zakat yang sudah
dikukuhkan berjumlah 18 Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS).

3. Syarat Pendirian Lembaga Amil Zakat (LAZ)

Untuk mendapat pengukuhan, sebelumnya calon LAZ harus mengajukan


permohonan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatan ormas Islam yang
memilikinya dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut:7

a. Akta pendirian (berbadan hukum).

b. Data muzakki (yang membayar zakat) dan mustahiq (yang berhak menerima
zakat).

c. Daftar susunan pengurus.

d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

e. Neraca atau laporan posisi keuangan.

6
Ibid,hlm.37-38

7
Juhaya S Praja dan Mukhlisin Muzarie , Pranata Ekonomi Islam Wakaf, (Yogyakarta :
Pustaka Dinamika & STAC,2009).hlm 74

8
f. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.

Sebelum dilakukan pengukuhan sebagai LAZ, terlebih dahulu harus


dilakukan penelitian persyaratan yang telah dilampirkan. Apabila dipandang telah
memenuhi persyaratan tersebut, maka dapat dilakukan pengukuhan.

Selain melakukan pengukuhan, pemerintah juga melakukan pembinaan


kepada LAZ sesuai dengan tingkatan lokasi LAZ tersebut, seperti di pusat oleh
Menteri Agama, di daerah provinsi oleh Gubernur atas usul Kepala Kantor
Wilayah Departemen Agama Provinsi, di daerah kabupaten/kota oleh
Bupati/Walikota atas usul Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota,
sedangkan kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama.8

4. Tugas dan Fungsi LAZ

Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memenuhi persyaratan, dan kemudian
dilakukan pengukuhan pemerintah, memiliki kewajiban yang harus dilakukan oleh
LAZ, yaitu:

a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat.

b. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.

c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media massa.

d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah.

5. Sanksi

Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan dapat ditinjau kembali,
apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dijelaskan dalam point 3 di atas. Mekanisme peninjauan ulang

8
Ibid,hlm 75-79

9
terhadap pengukuhan LAZ dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan secara
tertulis sampai tiga kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.

Pencabutan pengukuhan LAZ tersebut dapat menghilangkan hak pembinaan,


perlindungan, dan pelayanan dari pemerintah, tidak diakuinya bukti setoran zakat
yang dikeluarkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan tidak dapat
melakukan pengumpulan dana zakat.

B. Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat

1. Fakir

Fakir adalah orang yang penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan


pokok sesuai dengan kebiasaan masyarakat tertentu. Fakir adalah orang yang tidak
memiliki harta dan penghasilan yang halal dalam pandangan jumhur ulama fikih,
atau yang mempunyai harta yang kurang dari nishab zakat menururt pendapat
madzhab Hanafi. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i dan Hambali ialah orang
yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan yang mampu mencukupi
kebutuhannya seharihari, dan tidak memiliki suami, ayah-ibu dan keturunan yang
dapat membiayainya, baik untuk membeli makanan, pakaian maupun tempat
tinggal. Orang fakir berhak mendapat zakat sesuai kebutuhan pokoknya selama
setahun, karena zakat berulang setiap tahun.9

2. Miskin

Orang miskin ialah orang yang memiliki harta atau usaha yang dapat
menghasilkan sebagian kebutuhannya tetapi tidak mencukupi. Seperti halnya
orang fakir, orang miskin juga diberikan zakat dalam jumlah yang dapat menutupi
kebutuhannya, berupa makanan, uang, peralatan kerja dan sebagainya sesuai
dengan keadaannya.

9
Ibid,hlm 82-83

10
3. Amil

Panitia zakat ialah orang yang ditugasi mengambil zakat sepersepuluh (Al-
‘Asyir), penulis (Al-Katib), pembagi zakat untuk para mustahiqnya, penjaga harta
yang dikumpulkan, orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan pemilik
harta/kekayaan orang-orang yang diwajibkan mengeluarkan zakat (Al-Hasyir),
orang yang ditugasi menaksir orang yang telah memiliki kewajiban zakat (Al-
‘Arif), penghitung binatang ternak, tukang takar, tukang timbang, dan pengembala
dan setiap orang yang menjadi panitia selain ahli hukum atau Al-Qaḍi, dan
penguasa karena mereka tidak boleh mengambil dari Baitul Mal.

Bagian yang diberikan kepada para panitia dikategorikan sebagai upah atas kerja
yang dilakukannya. Panitia masih tetap diberi bagian zakat, meskipun dia orang
kaya. Karena jika hal itu dikategorikan sebagai zakat atau shadaqah, dia tidak
boleh mendapatkannya.

4. Mu’alaf

Mu’alaf yaitu orang yang dibujuk hatinya karena imannya masih lemah.
Orang kafir juga bisa dikategorikan terhadap mu’alaf dengan dua alasan, yaitu
mengharapkan kebaikan atau menghindarkan keburukannya. Imam Malik, Syafi’i
dan Ahmad berpendapat bahwa muallaf itu ada 4 golongan, yaitu: 10

a. Orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah. Mereka diberikan
zakat, sebagai bantuan untuk meningkatkan imannya.

b. Orang Islam yang berpengaruh yang diharapkan akan mempengaruhi kaumnya


yang masih kafir untuk masuk Islam.

c. Orang Islam yang berepengaruh terhadap orang kafir, yang dengan


pengaruhnya kaum muslimin dapat terpelihara dari kejahatan orangorang kafir.

10
Ibid,hlm 84-85

11
d. Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat (anti zakat).

5. Riqab

Riqab adalah para budak yang dijanjikan akan merdeka bila membayar
sejumlah harta kepada tuannya. Budak yang telah mengikat perjanjian kitabah
secara sah dengan tuannya, tetapi tidak mampu membayarnya, dapat diberikan
bagian zakat untuk membantu mereka memerdekakan dirinya. Firman Allah SWT
yang menganjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak:

َ‫ض ِِلٖ َوالَّذ ِۡين‬


ۡ َ‫اّٰللُ ِم ۡن ف‬ ّٰ ‫ف الَّذ ِۡينَ ََل َي ِجد ُۡونَ ِن َكا ًحا َحتّٰى يُ ۡغ ِن َي ُه ُم‬ ِ ‫َو ۡل َي ۡستَعۡ ِف‬
‫ع ِِلمۡ ت ُ ۡم فِ ۡي ِه ۡم َ َۡي ًًا َّو ٰا‬ َ ‫يَ ۡبتَغُ ۡونَ ۡالـ ِك ٰت‬
َ ‫ب ِم َّما َمِلَـ َك ۡت اَ ۡي َمانُ ُك ۡم فَ َكاتِبُ ۡو ُه ۡم ا ِۡن‬
َ‫عِلَى ۡالبِغَا ء ِِ ا ِۡن اَ ََ ۡۡن‬
َ ‫ِى ٰا ٰتٮ ُك ۡم َو ََل ت ُ ۡك ًِ ُه ۡوا فَتَ ٰيتِ ُك ۡم‬
ۡۤۡ ‫اّٰللِ الَّذ‬
ّٰ ‫ت ُ ۡو ُه ۡم ِم ۡن َّما ِل‬
‫اّٰللَ ِم ۡعن َدعۡ ِد‬
ّٰ ‫ض ۡال َح ٰيوةِ الد ُّۡن َياؕ َو َم ۡن ي ُّۡك ًِ هه ُّه َّن فَا َِّن‬َ ًَ ‫ع‬ َ ‫صنًا ِلـتَ ۡبتَغُ ۡوا‬
ُّ ‫تَ َح‬
َ ‫ا ِۡك ًَا ِه ِه َّن‬
‫غفُ ۡو ٌَ ََّ ِح ۡي ٌم‬
Artinya:

Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah


kamu buat Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada
mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu
untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena
kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa

12
mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. (QS. An-Nur: 33)11

6. Gharim

Mereka adalah orang-orang yang memiliki hutang, baik hutang itu untuk
dirinya sendiri maupun orang lain, baik hutang itu dipergunakan untuk hal-hal baik
maupun kemaksiatan. Jika hutang itu dilakukannya untuk kepentingannya sendiri,
dia tidak berhak mendapat bagian dari zakat kecuali dia adalah seorang yang
dianggap fakir. Tetapi, jika hutang itu untuk kepentingan orang banyak yang
berada di bawah tanggung jawabnya, untuk menebus denda pembunuhan atau
menghilangkan barang orang lain, dia boleh diberi bagian zakat meskipun
sebenarnya dia itu kaya.

Seperti kaum pengungsi yang mengungsi karena peperangan, kerusuhan dan


terpaksa meninggalkan harta bendanya, dan tidak bisa mengambilnya. Orang
Musafir itu dapat diberikan bagian zakat dengan syarat:

a. Perjalanannya itu tidak untuk kemaksiatan. Para ulama sepakat bahwa orang
yang melakukan perjalanan untuk ketaatan berhak menerima zakat. Seperti
yang dijelaskan oleh Taqiyuddin dalam Kifayatul Akhyar yang artinya: “Dan
disyaratkan bagi Musafir untuk tidak melakukan pejalanan dalam
kemaksiatan”.

b. Musafir itu kehabisan bekal, tidak mempunyai atau kekurangan biaya untuk
perjalanannya sekalipun ia memiliki harta di tempat lain.

11
Depag RI, Al-Quran Dan Terjemahan Juz 1-30, ( Bandung: PT. Sygma, Edisi Tahun 2009),
446

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :


1. LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas
prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,
pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam.
2. Serta syarat pendirian Lembaga Amil Zakat ialah Akta pendirian (berbadan
hukum), Data muzakki (yang membayar zakat) dan mustahiq (yang berhak
menerima zakat), Daftar susunan pengurus, Rencana program kerja jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, Neraca atau laporan posisi
keuangan dan Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.
3. Orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu fakir, miskin, amil, mu’alaf,
riqab dan gharim

B. Saran

Demikian yang dapat penyaji sampaikan, tentulah masih banyak terdapat


kekurangan dan kelalaian dalam membuat makalah ini. Kami memohon sekiranya
kepada saudara maupun saudari sekalian untuk dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya, kami dapat
membuatnya dengan lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

AL-Baiy, Abdul Al-Hamid . 2006. Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan

Keuangan Syariah , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arifin, Muhammad. 2002, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqih

Kontemporer. Jakarta : Salemba Diniyah,

Depag RI, 2009. Al-Quran Dan Terjemahan Juz 1-30, Bandung: PT. Sygma.

Muzarie, Mukhlisin dan Juhaya S praja,2009. Pranata Ekonomi Islam Wakaf,

Yogyakarta : Pustaka Dinamika & STAC.

Sudewo, Eri . 2004, Manajemen Zakat, Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip

Dasar, Jakarta: Institut Manajemen Zakat Ciputat.

15

Anda mungkin juga menyukai