DISUSUN OLEH:
Kelompok II
Rosida : 1830504085
DOSEN PENGAMPU :
Ahmad Nizam, S.Ag, M.H.I.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya atas selesainya makalah yang berjudul “ Profil Lembaga
Amil Zakat”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan sebaik mungkin sesuai
dengan buku yang telah kami pelajari dan dari sumber internet. Dan harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi. Serta kami menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
5. Sanksi ........................................................................................................ 10
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
2. Saran ............................................................................................................ 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap
kaum Muslimin. Perintah zakat didalam Al-Quran senantiasa disandingkan dengan perintah
shalat. Pentingnya menunaikan zakat karena perintah ini mengandung misi sosial yang
memiliki tujuan jelas bagi kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk
memecahkan problem kemiskinan, meratakan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan umat
dan negara. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya menunaikan zakat sebagai salah satu
rukun Islam. 1
Zakat menurut syaraʽ adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat-syarat
tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada setiap orang muslim untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula. 2 LAZ
merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan
oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat
Islam. Disamping itu LAZ juga tidak hanya mengelola zakat, tetapi mengelola dana infak,
shadaqah, dan dana sosial kemanusiaan lainnya. Salah satu contoh LAZ adalah BMT
Amanah Ummah Kartasura yang mengelola dana zakat termasuk didalamnya zakat profesi
yang berasal dari karyawan dan sebagian anggotanya.
B. Rumusan Masalah
1
Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer. (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), hlm.10
2
Ibid, hlm.12
3
C. TUJUAN PENULISAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Lembaga Amil Zakat
Lembaga Amil Zakat (LAZ), yaitu lembaga pengelola zakat yang dibentuk
oleh masyarakat, yang pengukuhannya dilakukan oleh pemerintah bila telah
memenuhi persyaratan tertentu. Sebelum berlakunya undang-undang pengelolaan
zakat, sebenarnya fungsi pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat
telah eksis terlebih dahulu di tengah-tengah masyarakat.
Fungsi ini dikelola oleh masyarakat sendiri, baik secara perorangan maupun
kelompok (kelembagaan). Hanya saja dengan berlakunya undang-undang ini, telah
terjadi proses formalisasi lembaga yang sudah eksis tersebut. Istilah formal
lembaga ini diseragamkan menjadi Lembaga Amil Zakat (LAZ). Di samping itu,
untuk menjadi LAZ atau lembaga formal yang berfungsi mengelola zakat,
lembaga yang sebelumnya eksis di tengah-tengah masyarakat secara informal
tersebut, terlebih dahulu harus melalui proses formal administrative dan
3
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Baiy, Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan
Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 15
5
selanjutnya dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk pengakuan keberadaannya
secara formal. Oleh karena itu, tidak semua yang secara kelembagaan maupun
perorangan melakukan kegiatan mengumpulkan, mengelola, dan mendistribusikan
zakat dinamakan Lembaga Amil Zakat seperti diatur dalam Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999.
Apabila zakat dikelola dengan baik, maka zakat akan dapat dipergunakan
sebagai sumber dana yang potensial yang berasal dari masyarakat sendiri dan
dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Pengelola zakat
ini akan optimal apabila dapat dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah,
masyarakat dan lembaga pengelola zakat.
4Ibid,hlm.17-19
6
zakat memasuki era baru. Unsur-unsur profesionalisme dan manajemen modern
mulai diterapkan. Salah satu indikatornya adalah bermunculannya badan-badan
dan lembaga-lembaga amil zakat baru yang menggunakan pendekatan-pendekatan
baru yang berbeda dengan yang sebelumnya.
Pada akhir dekade 1990-an tepatnya pada tahun 1999, pengelolaan zakat
mulai memasuki level Negara, setelah sebelumnya hanya berkuat pada tataran
masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 38
Tahun 1999 tentang pengelola zakat. Undang-Undang inilah yang menjadi
landasan legal formal pelaksanaan zakat di Indonesia. Kemudian dikeluarkan lagi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
5
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta:
Institut Manajemen Zakat Ciputat, 2004), hlm. 35
7
Disamping Lembaga Amil Zakat (LAZ) tersebut, pemerintah juga
membentuk suatu Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) pemerintah di Jakarta, yaitu:
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Dengan berdirinya Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga pengelola zakat tingkat nasional yang
dinisbahkan dapat melakukan peran koordinatif diantara lembaga pengelola zakat
dan diharapkan bisa terbangun sebuah sistem zakat nasional yang baku, yang bisa
diaplikasikan oleh semua pengelola zakat.6
Pada Oktober 2006 sudah berdiri satu Badan Amil Zakat Tingkat Nasional
(BAZNAS), 32 Badan Amil Zakat tingkat provinsi dan tidak kurang dari 330
Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota, sedangkan Lembaga Amil Zakat yang sudah
dikukuhkan berjumlah 18 Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS).
b. Data muzakki (yang membayar zakat) dan mustahiq (yang berhak menerima
zakat).
d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
6
Ibid,hlm.37-38
7
Juhaya S Praja dan Mukhlisin Muzarie , Pranata Ekonomi Islam Wakaf, (Yogyakarta :
Pustaka Dinamika & STAC,2009).hlm 74
8
f. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memenuhi persyaratan, dan kemudian
dilakukan pengukuhan pemerintah, memiliki kewajiban yang harus dilakukan oleh
LAZ, yaitu:
a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat.
5. Sanksi
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah dikukuhkan dapat ditinjau kembali,
apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dijelaskan dalam point 3 di atas. Mekanisme peninjauan ulang
8
Ibid,hlm 75-79
9
terhadap pengukuhan LAZ dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan secara
tertulis sampai tiga kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.
1. Fakir
2. Miskin
Orang miskin ialah orang yang memiliki harta atau usaha yang dapat
menghasilkan sebagian kebutuhannya tetapi tidak mencukupi. Seperti halnya
orang fakir, orang miskin juga diberikan zakat dalam jumlah yang dapat menutupi
kebutuhannya, berupa makanan, uang, peralatan kerja dan sebagainya sesuai
dengan keadaannya.
9
Ibid,hlm 82-83
10
3. Amil
Panitia zakat ialah orang yang ditugasi mengambil zakat sepersepuluh (Al-
‘Asyir), penulis (Al-Katib), pembagi zakat untuk para mustahiqnya, penjaga harta
yang dikumpulkan, orang yang ditugaskan untuk mengumpulkan pemilik
harta/kekayaan orang-orang yang diwajibkan mengeluarkan zakat (Al-Hasyir),
orang yang ditugasi menaksir orang yang telah memiliki kewajiban zakat (Al-
‘Arif), penghitung binatang ternak, tukang takar, tukang timbang, dan pengembala
dan setiap orang yang menjadi panitia selain ahli hukum atau Al-Qaḍi, dan
penguasa karena mereka tidak boleh mengambil dari Baitul Mal.
Bagian yang diberikan kepada para panitia dikategorikan sebagai upah atas kerja
yang dilakukannya. Panitia masih tetap diberi bagian zakat, meskipun dia orang
kaya. Karena jika hal itu dikategorikan sebagai zakat atau shadaqah, dia tidak
boleh mendapatkannya.
4. Mu’alaf
Mu’alaf yaitu orang yang dibujuk hatinya karena imannya masih lemah.
Orang kafir juga bisa dikategorikan terhadap mu’alaf dengan dua alasan, yaitu
mengharapkan kebaikan atau menghindarkan keburukannya. Imam Malik, Syafi’i
dan Ahmad berpendapat bahwa muallaf itu ada 4 golongan, yaitu: 10
a. Orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah. Mereka diberikan
zakat, sebagai bantuan untuk meningkatkan imannya.
10
Ibid,hlm 84-85
11
d. Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat (anti zakat).
5. Riqab
Riqab adalah para budak yang dijanjikan akan merdeka bila membayar
sejumlah harta kepada tuannya. Budak yang telah mengikat perjanjian kitabah
secara sah dengan tuannya, tetapi tidak mampu membayarnya, dapat diberikan
bagian zakat untuk membantu mereka memerdekakan dirinya. Firman Allah SWT
yang menganjurkan untuk memberikan zakat kepada para budak:
12
mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu. (QS. An-Nur: 33)11
6. Gharim
Mereka adalah orang-orang yang memiliki hutang, baik hutang itu untuk
dirinya sendiri maupun orang lain, baik hutang itu dipergunakan untuk hal-hal baik
maupun kemaksiatan. Jika hutang itu dilakukannya untuk kepentingannya sendiri,
dia tidak berhak mendapat bagian dari zakat kecuali dia adalah seorang yang
dianggap fakir. Tetapi, jika hutang itu untuk kepentingan orang banyak yang
berada di bawah tanggung jawabnya, untuk menebus denda pembunuhan atau
menghilangkan barang orang lain, dia boleh diberi bagian zakat meskipun
sebenarnya dia itu kaya.
a. Perjalanannya itu tidak untuk kemaksiatan. Para ulama sepakat bahwa orang
yang melakukan perjalanan untuk ketaatan berhak menerima zakat. Seperti
yang dijelaskan oleh Taqiyuddin dalam Kifayatul Akhyar yang artinya: “Dan
disyaratkan bagi Musafir untuk tidak melakukan pejalanan dalam
kemaksiatan”.
b. Musafir itu kehabisan bekal, tidak mempunyai atau kekurangan biaya untuk
perjalanannya sekalipun ia memiliki harta di tempat lain.
11
Depag RI, Al-Quran Dan Terjemahan Juz 1-30, ( Bandung: PT. Sygma, Edisi Tahun 2009),
446
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
AL-Baiy, Abdul Al-Hamid . 2006. Ekonomi Zakat: Sebuah Kajian Moneter dan
Depag RI, 2009. Al-Quran Dan Terjemahan Juz 1-30, Bandung: PT. Sygma.
15