Anda di halaman 1dari 7

NILAI DASAR PERGERAKAN (NDP)

“Pemahaman Filosofis Nilai Dasar Pergerakan


Sebagai Landasan Dinamika Kader”

1. Ruang Lingkup Bahasan


• Abstrak
• Sejarah, Dasar Perumusan, Landasan dan Kedudukan NDP
• Rumusan-Rumusan NDP
• Fungsi dan Pengimplementasian NDP

2. Tujuan
• Kader mengetahui lebih dalam dasar-dasar dinamika Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII).
• Kader mampu menjadikan NDP sebagai landasan gerak mereka.

3. Target
• Kader sadar dan mengetahui bagaimana sikap yang harus diterapkan dalam
dinamika pribadi, sosial, organisasi dan dinamika akademik atas dasar NDP.

A. Abstrak

Berbicara tentang nilai, sangat dibutuhkan cabang ilmu filsafat yaitu yang
berupa Axiology, namun disini kita tidak akan membahas bagaiman yang disebut
Axiology tersebut. Awal mula hal itu (red. Nilai) muncul, berawal dari perdebatan
Alexius Meinong dengan Christian Von Ehrenfels. Dua filsuf Austria berkaitan
sumber nilai. Meinong memandang bahwa nilai bersumber dari Perasaan (feeling),
Ehrenfels melihat nilai bahwa sumber nilai adalah hasrat atau keinginan (desire).1
Kerap kali ada kemajemukan pandangan terkait nilai dari suatu hal, baik benar
salah maupun baik buruknya, dan tak semua pandangan tersebut mampu diterima di
beberapa ruang. Seperti halnya peribahasa latin “De gustibus non disputandum”,
selera tidak dapat diperdebatkan. Lantas apakah nilai itu objektif atau subjektif? Kita

1
Ahmad Faruk, Filsafat Umum (Ponorogo: STAIN PO Press, 2009), 104
dapat menilai dan menyatakan hal tersebut dengan pertnyataan berikut; 1. Apakah
objek itu memiliki nilai karena kita mendambakannya ataukah 2. Kita
mendambakannya karena objek tersebut memiliki nilai? Berikut adalah sebagian
gambaran teori terkait bagaimana kita menyikapi nilai itu objektif atau subjektif.
a. Objektivisme atau Realisme Nilai
Nilai, norma, ideal dan sebagainya merupakan unsur atau berada dalam obyek
atau berada pada realitas objektif (Alexander); atau ia dianggap berasal dari suatu
objek melalui ketertarikan (Spinoza). Penetapan sebuah nilai memiliki makna, benar
atau salah, meskipun nilai itu tidak dapat diverifikasi, yakni tidak dapat dijelaskan
melalui suatu istilah tertentu. Nilai berada pada suatu objek seperti halnya warna atau
suhu dan lain-lain. Nilai terletak dalam realitas. Bahwa nilai-nilai seperti kebaikan,
kebenaran dan sebagainya ada dalam kenyataan dan dapat ditemukan sebagai entitas
(keberadaan yang unik dan berbeda atau bisa disebut ciri, abstraksi) dan kualitas.2
b. Subjektivisme Nilai
Teori-teori berkaitan dengan pandangan ini mereduksi penentuan nilai-nilai ke
dalam statement (pernyataan) yang berkiatan dengan sikap mental terhadap suatu
objek atau situasi. Penentuan nilai sejalan dengan pernyataan setuju atau tidak. Nilai
mampu memiliki realitas hanya sebagai suatu keadaan pikiran terhadap suatu objek.
Subjetivisme hal itu cenderung mengabsahkan teori etika yang disebut
Hedonisme, sebuah teori yang menyatakan kebahagiaan sebagai kriteria nilai, dan
Naturalisme yang meyakini bahwa suatu nilai dapat direduksi ke dalam suatu
pernyataan psikologis.3 Nilai tergantung dengan pengalaman manusia tentangnya
(Empiris); nilai tidak memiliki realitas independen.
Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi apabila nilai yang berlaku sekarang
sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta absah sepanjang masa, serta
akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras maupun kelas sosial.
Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relatif sesuai dengan
keinginan atau harapan manusia.4
Dalam lingkungan kita nilai sama halnya dengan esensi moral kehidupan.
Begitupun dalam khazanah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang akan
kita sebut dengan, nilai dasar pergerakan adalah nilai-nilai atau esensi moral yang

2
Ahmad Faruk, Filsafat Umum, 105.
3
Ahmad Faruk, Filsafat Umum, 105-106.
4
Uyoh Sadulloh, op cit. 36.
telah lama dijalankan dan diyakinini seluruh elemen yang ada dalam PMII dan
menjadi landasan dinamika kader PMII. Maka karena itulah Nilai Dasar Pergerakan
(NDP) merupakan tali pengikat (Kalimatun Sawa’) yang mempertemukan semua
warga Pergerakan dalam ranah dan semangat perjuangan yang sama. Seluruh anggota
dan kader PMII harus memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai dasar PMII
baik secara individual maupun kolektif.

B. Sejarah, Dasar Perumusan, Landasan dan Kedudukan NDP

Selain Pancasila sebagai azas tunggal PMII, yaitu sebagai landasan


keorganisasian, NDP adalah landasan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
dalam dinamika tiap-tiap elemen di dalamnya. NDP adalah basis filosofis anggota
maupun kader PMII dalam berfikir, bersikap dan bergerak dengan mencerminkan
tujuan bersama yang hendak dicapai.
Pada mulanya, PMII memiliki dasar Islam yang berfaham Ahlussnnah Wal
Jamaah (kini Pancasila) dalam setiap gerak langkahnya harus termotivasi oleh nilai-
nilai Aswaja tersebut. Tetapi nilai-nilai tersebut bagi warga pergerakan khususnya
masih banyak berserakan dalam kitab-kitab kuning maupun (manut) pada Ulama yang
menjadi panutan PMII. Hal ini menyulitkan kader-kader, khususnya yang masih
awam, untuk memahami seperti apa nilai-nilai yang ada dalam PMII. Oleh karenanya,
dengan adanya dilema ini, apalagi setelah PMII menyatakan Independensi-nya,
diperlukan perumusan kerangka nilai-nilai dasar (pada saat itu) perjuangan, yang saat
ini kita kenal dengan Nilai Dasar Pergerakan (NDP).
a. Sejarah NDP
PMII, sebagai organisasi kemahasiswaan, berusaha menggali serta
mengamalkan nilai-nilai moral yang lahir dari pengalaman dalam bentuk rumusan
yang disebut dengan Nilai Dasar Pergerakan (NDP). Pada pasca independensi PMII
(Mukernas III, Bandung, 1-5 Mei 1976), NDP mulai dirumuskan meskipun
penyusunan tersebut masih berupa kerangka dan diserahkan kepada PB PMII yang
saat itu diketuai oleh Sahabat Drs. Abduh Paddare. Namun, hingga menjelang kongres
ke VII di Bandung penyusun NDP masih belum dapat diwujudkan. Hingga akhirnya
pada kongres VIII yang diketua umumi oleh Sahabat Surya Dharma Ali (16-20 Mei
1985) di Bandung menetapkan penyempurnaan NDP.
Penyempurnaan ini dilangsungkan pada kongres IX tahun 1988, dengan tim
pembantu dan tim inti yang sudah dibentuk pada tahun 1986, sebagaimana
berdasarkan SK nomor: 019/PB-IX/IV/1986, dengan susuna sebagaimana berikut
Ketua : Nukbah El-Mankhub
Wakil Ketua : Moh. Dian Nafi’ AP
Sekretaris : A. Taufiq Hidayat TR
Wakil Sekretaris : Khalid Anwar
Anggota-anggota :
-Ismail Thayib
-Imam Yaskur
-Akhmad Khamim
-Mukhlis Yahya
-Sugeng Wisnu H.
-Mufrod Teguh M.
-Munifatul Baroh
Narasumber :
1. KH. Abduurohiem
2. KH. Yasin
3. KH Baidlawi LC
4. KH. Drs. Lukman Suryani
5. KH. Slamet Iskandar
6. KH. Sholeh Mahfud
7. Nurtontowi, BA
Dan tim inti yang diberi mandat PB PMII untuk menyusun NDP, berdasarkan
SK nomor: 099/SK/PB-IX/VIII/’87, tertanggal 30 September 1987, adalah sebagai
berikut:
1. M. Fajrul Falakh SH (Koord.)
2. Khalidy Ibhar
3. A. Hamid Halimy
4. Mahrus Roem
5. Otong Abdurrahman
6. Ubaidillah Abdillah
7. Abdul Mun’im DZ
8. Moh. Imam Aziz
9. Drs. A. Malik Madany (Narasumber)
10. Drs. M. Masyhur Amin (Narasuber)
Adapun tokoh-tokoh PMII yang terlibat aktif dalam penyusunan dan perumusan
NDP disamping tim inti dan tim pembantu penyiap bahan-bahan NDP PMII antara
lain:
1. Drs. Arifin Junaidi (Jakarta)
2. Drs. Kusmin Busyairi (Yogyakarta)
3. Drs. Abdul Malik Madany (Yogyakarta)
4. Drs. Masyhur Amin (Yogyakarta)
5. Drs. Noer Iskandar Al Barsany, Narasumber (Purwokerto)
6. Drs. H. Yusuf Muhamad, Narasumber (Jember)

b. Dasar Perumusanm, Landasan dan Kedudukan NDP


Secara esensial nilai dasar pergerakan ini adalah suatu sublimasi nilai ke-
islaman dan ke-Indonesiaan dengan kerangka pemahaman Ahlussunnah Wal Jama’ah
yang menjiwai berbagai aturan, memeberi arah dan pendorong serta penggerak
kegiatan-kegiatan PMII. Dalam upaya memahami, menghayati dan mengamalkan hal
tersebut, PMII menjadikan Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai pemahaman
keagamaan yang dianggap paling mendekati kebenaran. Dalam dinamika tersebut,
NDP ini akan memiliki fungsi:
a) Sebagai Landasan berpijak, yaitu setiap gerak langkah dan kebijaksanaan
yang harus dilaksanakan.
b) Sebagai Landasan berfikir, bahwa NDP adalah menjadi dasar dalam
berpendapat terhadap persoalan yang dihadapi.
c) Sebagai Motivasi, NDP harus menjadi pendorong kepada anggota untuk
berbuat dan bergerak sesuai dengan nilai yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan kedudukan NDP bagi PMII adalah sebagai rumusan nilai-nilai yang
seharusnya dimuat dan menjadi aspek ideal dalam berbagai aturan kegiatan PMII,
landasan dan dasar pembenaran berfikir, bersikap dan berperilaku. Oleh karenanya,
diputuskanlah NDP PMII pada tanggal 14-19 September 1988 di Surabaya dengan isi
rumusan kurang lebih sebagai mana berikut:
a) Hablun Min Allah, yaitu bagaimana hubungan seorang hamba dengan
penciptanya, Allah SWT.
b) Hablun Min an-nas, yaitu bagaimana hubungan sesama manusia
sebagai makhluk sosial.
c) Hablun Min al-alam, yaitu bagaimana hubungan antar sesama makhluk
ciptaan Tuhan.

C. Rumusan-Rumusan NDP
Sebagaimana pada pembahasan bagian sebelumnya terkait dasar rumusan nilai-
nilai dasar pergerakan, kita bisa menguraikan tiga poin diatas dalam berbagai aspek,
baik aspek individu maupun sosial.
Seperti pada halnya bagaimana kader PMII zaman dulu terkait bagaimana
mereka mengambil nilai-nilai, atau bisa dipahami juga manut, pada ulama panutan,
kita bisa ambil contoh kepada beliau KH. Abdurrohman Wahid, Gus Dur. Dalam
salah satu ruang diskusi, yang diikuti dan turut andil pula di dalamnya Alumni PMII,
membahas tentang nilai utama yang menjadi dasar bagi sosok Gus Dur dalam berfikir,
bersikap dan berjuang mengarungi samudra kehidupan di tengah-tengah masyarakat
Indonesia. Dan 9 nilai utama Gus Dur adalah sebagaimana berikut:
1. Katauhidan
2. Kemanusiaan
3. Keadilan
4. Kesetaraan
5. Pembebasan
6. Kesederhanaan
7. Persaudaraan
8. Kekesatriaan, dan
9. Kearifan lokal5
Namun pada dinamika Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia di Yogyakarta,
khususnya di UIN Sunan Kalijaga, menjabarkan tiga poin dalam isi rumusan Nilai
Dasar Pergerakan dalam Sembilan aspek.
1. Harakah Islamiyyah
2. Harakah Fikriyyah (Intelektual)
3. Harakah Sya’biyyah (Kebangsaan)
4. Harakah Ukhuwah (Persaudaraan)
5. Harakah Ra’iyyah (Kerakyatan)
6. Harakah Ijtima’iyyah (Sosial)

5
Bisa diperdalam dalam buku Ajaran-Ajaran Gus Dur Syarah 9 Nilai Utama GusDur (Yogyakarta: Noktah,
2019)
7. Harakah Tsaqofiyyah (Kebudayaan)
8. Harakah Iqtishadiyyah (Ekonomi)
9. Harakah Hurriyyah (Kebebasan)

Anda mungkin juga menyukai