Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANDANGAN ISLAM TENTANG ZAKAT DAN PAJAK

Dosen Pembimbing : Hasan Hariri, M. Pd


Disusun oleh : Abdurochman (220204015)

PROGRAM S1 ADMINISTRASI KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BREBES
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur alhamdulilah kehadirat Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan segala rahmat, nikmat, taufik dan hidayahnya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar.
Shalawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa Agama Islam sebagai agama pencerah bagi umat manusia. Tak lupa
pula ungkapan terimakasih tim penyusun haturkan kepada semua pihak yang telah
membantu di dalam segala hal mulai dari awal hingga akhir penyusunan makalah ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada tim penyusun sudah berusaha menyusun
makalah yang berjudul “Pandangan Islam Tentang Zakat dan Pajak” dengan baik.
Demikian pengantar dari kami selaku penyusun makalah ini, semoga Allah SWT
selaku mencurahkan rahmat-nya kepada kita semua dan makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi segenap pembaca makalah ini. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Brebes, 26 Desember 2022

Abdurochman

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I...................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................3

C. Tujuan Penelitian......................................................................................................3

D. Manfaat Penelitian....................................................................................................3

E. Sistematika Penulisan...............................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................................5

A. Pengertian zakat dan Pajak.......................................................................................5

B. Perbedaan Zakat dan Pajak.....................................................................................6

C. Zakat terbagi menjadi Dua......................................................................................6

D. Kewajiban membayar zakat dan pajak...................................................................10

BAB III..............................................................................................................................12

PENUTUP..........................................................................................................................12

A. Kesimpulan.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

“Zakat” sebagai konsep keagamaan di satu pihak, dan “pajak” sebagai


konsep keduniawian di pihak lain, bukanlah hubungan dualisme yang dikotomis
melainkan hubungan keesaan wujud yang dialektis. Zakat bukan sesuatu yang
harus dipisahkan, diparalelkan, dan apalagi dipersaingkan dengan “pajak”,
melainkan justru merupakan sesuatu yang harus disatukan sebagaimana
disatukannya roh dengan badan atau jiwa dengan raga. “Zakat” merasuk ke dalam
“pajak” sebagai ruh dan jiwanya, sedangkan “pajak” memberi bentuk pada
“zakat” sebagai badan atau raga bagi proses pengejewantahannya. Memisahkan
zakat dari pajak adalah sama halnya dengan memisahkan spirit dari tubuhnya,
memisahkan bentuk dari essensinya.
Pemaknaan zakat dan pajak yang sangat modernis semacam itu dapat kita
lihat penerapannya pada masa kerajaan- kerajaan Islam Nusantara. Pada masa
Kerajaan Islam Aceh, misalnya, masyarakat menyerahkan zakat-zakat mereka
kepada negara yang mewajibkan zakat/pajak kepada setiap warga negaranya.
Kerajaan berperan aktif dalam mengumpulkan pajak-pajak tersebut, dan kerajaan
membentuk sebuah badan yang ditangani oleh pejabat-pejabat kerajaan dengan
tugas sebagai penarik pajak atau zakat. Pemungutan pajak ini dilakukan di pasar-
pasar, muara-muara sungai yang dilintasi oleh perahu- perahu dagang, dan
terhadap orang-orang yang berkebun, berladang, atau orang yang menanam di
hutan. Karena itulah, banyak sekali macam dan jenis pajak yang diberlakukan
pada setiap sumber penghasilan dan penghidupan warganya.
Kantor pembayaran pajak ini pada masa kekuasaan kerajaan Aceh
berlangsung di masjid-masjid. Seorang imeum dan kadi (penghulu) ditunjuk untuk
memimpin penyelenggaraan ritual-ritual keagamaan. Penghulu berperan besar
dalam mengelola keuangan masjid yang bersumber melalui zakat, sedekah, hibah,
maupun wakaf.
Sebagaimana kerajaan Aceh, Kerajaan Banjar juga berperan aktif dalam
mengumpulkan zakat dan pajak. Pajak tersebut dikenakan pada seluruh warga
negara (warga kerajaan), baik yang pejabat, petani, pedagang, atau pun lainnya.
Jenis-jenis pajak yang berlaku pada masa itu juga bermacam-macam, seperti pajak
kepala, pajak tanah, pajak padi persepuluh, pajak pendulangan emas dan berlian,

1
pajak barang dagangan dan pajak bandar. Yang menarik dicatat di sini, penarikan
pajak terhadap hasil-hasil bumi dilakukan setiap tahun sehabis musim panen,
dalam bentuk uang atau hasil bumi. Semua ini sesuai dengan praktek pembayaran
zakat pertanian dalam ajaran Islam.
Pembayaran pajak di kerajaan Banjar ini diserahkan kepada badan urusan
pajak yang disebut dengan istilah Mantri Bumi. Orang-orang yang bekerja di
Mantri Bumi ini berasal dari warga kerajaan biasa namun memiliki skill dan
keahlian yang mumpuni di bidangnya, oleh karena itu mereka diangkat menjadi
pejabat kerajaan.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka


permasalahan yang diambil adalah :
a. Menjelaskan definisi Zakat dan Pajak
b. Menjelaskan perbedaan Zakat dan Pajak
c. Mengetahui macam-macam Zakat
d. Mengetahui perhitungan Zakat
e. Mengetahui akan pentingnya Zakat.

C. Tujuan Penelitian

Maksud dari penulisan makalah ini adalah diharapkan dapat


memberikan kontribusi bagi masyarakat berupa pengetahuan dan
pemahaman mengenai pelaksanaan aktivitas pajak dan zakat mulai dari
perhitungan, pembayaran zakat dan pajak sampai dengan proses pelaporan
zakat dan pajaknya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah :

a. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penulisan makalah ini, penulis berharap dapat memberikan


ilmu pengetahuan tentang Zakat dan Pajak.

b.Kegunaan Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memicu minat umat Muslim untuk


melaksanakan dan membayar Zakat maupun Pajak.

3
E. Sistematika Penulisan

Sistematika yang baik diperlukan untuk mempermudah penyusunan makalah


ini dan untuk memberikan gambaran tentang permasalahan-permasalahan dalam
makalah ini. Sistematika yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan


masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab ini meliputi telaah penelitian dan landasan teori yang
mendukung penelitian.

BAB III PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari seluruh penelitian yang telah di
lakukan beserta daftar pustaka sebagai referensi.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat dan Pajak
Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka
yang berarti “suci”, “baik”, “berkah”, “tumbuh”, dan “berkembang”. Menurut
syara’ zakat merupakan nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.

Dalam istilah Fiqih, Zakat adalah sabuah ungkapan untuk seukuran yang
telah di tentukan dari sebagian harta yang wajib di keluarkan dan di berikan
kepada golongan - golongan tertentu, ketika telah memenuhi syarat - syarat yang
telah di tentukan. Harta ini di sebut zakat karena sisa harta yang telah dikeluarkan
dapat berkembang lantaran barakah doa orang orang yang menerimanya. Juga
karena harta yang dikeluarkan adalah kotoran yang membersihkan harta
seluruhnya dari syubhat dan mensucikannya dari hak hak orang lain di dalamnya.

Sedangkan Pajak dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan “Adh-

Dhariibah” yang berarti: “Pungutan yang ditarik dari rakyat oleh para penarik
pajak.” Manakala menurut ahli bahasa, pajak adalah: Suatu pembayaran yang
dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan dalam hal menyelenggaraan jasa-jasa untuk kepentingan umum.

Para ahli berbeda pendapat dalam mendefinisikan pajak, Adriani


mendefinisikan pajak dengan; iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (Undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.

Sedangkan Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M, dan Brock


Horace R. berpendapat bahwa pajak adalah suatu pengalihan sumber dari
sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun
wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu,
tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah
dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
5
B. Perbedaan Zakat dan Pajak
Dari pengertian zakat dan pajak yang telah diungkapkan di atas,
maka dapat disimpulkan perbedaan antara keduanya, yaitu;
1) Zakat merupakan manifestasi ketaatan ummat terhadap perintah Allah
SWT dan Rasulullah SAW, sedangkan pajak merupakan ketaatan seorang
warga Negara kepada pemimpinnya (penguasa).
2) Zakat telah ditentukan kadarnya di dalam al-Quran dan Hadis, sedangkan
pajak dibentuk oleh hukum negara.
3) Zakat hanya dikeluarkan oleh kaum muslimin sedangkan pajak dikeluarkan
oleh setiap warga Negara tanpa memandang apa agama dan keyakinannya.
4) Zakat berlaku bagi setiap Muslim yang telah mencapai nishab tanpa
memandang di negara mana ia tinggal, sedangkan pajak hanya berlaku
dalam batas garis teritorial suatu negara saja.
5) Zakat adalah suatu ibadah yang wajib di dahului oleh niat sedangkan pajak
tidak memakai niat.
C. Zakat terbagi menjadi Dua
zakat adalah sebuah ungkapan untuk seukuran yang telah ditentukan
dari sebagian harta yang wajib dikeluarkan dan diberikan kepada golongan-
golongan tertentu, ketika telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Harta ini disebut zakat karena sisa harta yang telah dikeluarkan dapat
berkembang lantaran barakah doa orang-orang yang menerimanya. Juga
karena harta yang dikeluarkan adalah kotoran yang akan membersihkan harta
seluruhnya dari syubhat dan mensucikannya dari hak-hak orang lain di dalamnya
Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Zakat Maal

Zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh


individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan secara hukum (syara).

6
2. Zakat fitrah atau zakat jiwa

Yaitu setiap jiwa atau orang yang beragama Islam harus


memberikan harta yang berupa makanan pokok kepada orang yang
berhak menerimanya, dan dikeluarkan pada bulan Ramadhan sampai
dengan sebelum shalat Idul Fitri pada bulan Syawal.

Tujuan utama disyariatkan nya zakat adalah untuk membersihkan


dan mensucikan, baik membersihkan dan mensucikan harta kekayaan
maupun pemiliknya sebagaimana telah dijelaskan dalam QS. At-
taubah: 103: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu mebersihkan dan mensucikan mereka.

Adapun dampak zakat pada kehidupan pribadi yang mengeluarkan


zakat adalah:

a) Dapat mensucikan jiwa dari sifat kikir.


b) Mendidik berinfak dan suka memberi.
c) Manifestasi syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh
Alla Swt.
d) Mengobati hati dan cinta dunia.
e) Mengembangkan kekayaan batin.
f) Menarik rasa simpati dan cinta pada sesama.

Sedangkan dampak bagi si penerima zakat adalah:

a. Membebaskan atau meringankan si penerima dari kebutuhan


– kebutuhannya.

b. Menghilangkan sifat dengki dan benci kepada pemilik harta.

7
Orang yang berhak menerima Zakat disebut mustahiq, berjumlah
delapan asnaf atau golongan, seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-


orang miskin, pengurus pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,

untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan


Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS. At-Taubah:60)

Berdasarkan firman Allah di atas ada delapan golongan yang berhak


menerima zakat adalah:

a. Fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan
tenaga untuk memenuhi penghidupannya.

b. Miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetapi hasil yang diperoleh
tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

c. Amil (panitia zakat) adalah orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan
membagikan zakat.

d. Muallaf adalah orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

e. Riqab (hamba sahaya) adalah hamba sahaya yang dijanjikan oleh tuannya
untuk dimerdekakan dengan tebusan atau bayaran.

f. Gharim (orang berhutang) adalah orang yang berhutang karena untuk


kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

g. Sabilillah (pada jalan Allah) adalah orang yang berjuang atau usaha
menegakkan agama Allah. Misalnya: mendirikan masjid,madrasah/sekolah,
penyebar agama Islam.

h. Ibnu Sabil (Musafir) adalah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan
maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya karena kehabisan bekal
( Syarafuddin. dkk. 2012).
8
Adapun ketentuan penghitungan zakat yang harus dikeluarkan untuk

masing-masing jenis harta sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perhitungan Zakat

( dikutip dari Syarafuddin. dkk. 2012 )

9
D. Kewajiban membayar zakat dan pajak

Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah
menurut pendapat mayoritas ulama. Ayat- ayat zakat, sedekah dan infaq yang
diturunkan di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya menggunakan
metodologi pujian bagi yang melaksanakan serta cacian atau teguran bagi yang
meninggalkan.
Landasan kewajiban membayar zakat ada yang berasal dari al-Quran dan
Hadis. di antara ayat al-Quran yang menjelaskan tentang kewajiban zakat adalah ayat
43 surat al-Baqarah, ayat 103 surat at-Taubah, dan ayat 141 surat al- An’am.
Sedangkan Hadis yang menjadi dalil kewajiban zakat di antaranya adalah; sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin
Umar: “Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat tiada Tuhan kecuali Allah dan

Muhammad SAW utusan Allah, menegakkan solat, membayar zakat, menunaikan haji

dan puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari Muslim).

Hadis lain adalah, riwayat dari ath-Thabrani dari Ali; “Sesungguhnya Allah

mewajibkan (zakat) atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta mereka dengan

batas sesuai kecukupan orang fakir diantara mereka. Orang-orang fakir tidak akan

kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali karena ulah orang- orang

kaya diantara mereka. Ingatlah bahwa Allah akan menghisab mereka dengan keras dan

mengazab mereka dengan pedih.” (HR. ath- Thabrani)

Manakala di dalam hukum Islam, dasar kewajiban membayar pajak (dharibah)

adalah ayat 29 surat At-Taubah yang artinya: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman

kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa

yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang

benar (Agama Allah), yaitu orang-orang yang diberi al- Kitab kepada mereka, sampai

mereka membayar ‘Jizyah’ dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. At-
Taubah: 29)

10
Ayat tersebut di atas hanya membebankan jizyah (pajak perlindungan) terhadap
orang non-Muslim baik kaum laki-laki dan kaum perempuan yang mampu mendapat
perlindungan di Negara Muslim. Sedangkan orang yang tidak mampu dibebaskan dari
beban tersebut. Pembebanannya pun disesuaikan dengan status sosial dan kondisi
keuangan mereka.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pemaparan yang telah disebutkan di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa zakat dan pajak menurut system pemerintahan
sekarang adalah dua kewajiban yang dibebankan kepada masyarakat dan
dikelola oleh Negara. Namun antara kedua kewajiban tersebut memiliki
perbedaan yang sangat mencolok. Pada awal pemerintahan Islam, zakat
merupakan salah satu instrument pendapatan Negara yang dibebankan
terhadap penduduk Muslim yang telah memenuhi syarat. Sedangkan
dharibah (pajak) bagi penduduk Muslim hanya sebagai kewajiban
tambahan jika kas Negara mengalami defisit. Namun, bagi penduduk non-
Muslim dharibah (dengan berbagai jenisnya) diwajibkan terhadap
mereka.
Hubungan zakat dan pajak di beberapa Negara Muslim pun
memiliki ketentuan yang berbeda. Arab Saudi memberlakukan
kewajiban tunggal, dalam arti jika seorang Muslim telah membayar
zakat, maka mereka tidak dibebani pajak. Dan zakat di Arab Saudi
dikumpulkan oleh Kementerian Keuangan dan didistribusikan melalui
Kementerian Ketenagakerjaan dan Jaminan social. Sedangkan Malaysia
memberlakukan ketentuan lain, yaitu zakat mengurangkan pajak yang
ditanggung oleh masyarakat Muslim, dengan syarat zakat dibayarkan di
lembaga resmi pemerintah. Manakala Indonesia memberlakukan system
tax deduction, artinya zakat yang dibayarkan hanya mengurangi
pendapatan kena pajak. Wallahu a’lam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Syarifudin. (2003). Zakat Profesi. Jakarta: Moyo Segoro Agung.


Ali, M. D. (1988). Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press.
Inayah, G. (2005). Teori Komprehesif tentang Zakat dan Pajak. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Mukti, A. (n.d.). Memahami Agama Islam. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

13

Anda mungkin juga menyukai