Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SISTEM DAN PRAKTIK PENGELOLAAN ZAKAT

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Ekonomi Zakat

Pembimbing : Bapak Irfandi, M.H.I

Disusun Oleh:

1. Syahrul Faiz 3619010


2. Novia Dwi Ayu Kumala 3619015

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang zakat, pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kita sering
mendengar kata zakat, apalagi ketika menjelang hari raya Idul Fitri. Pada saat itu, setiap
muslim pasti mengeluarkan zakat yang disebut dengan zakat fitrah. Selain itu, ada juga
zakat mal atau zakat harta yang wajib dikeluarkan ketika sudah memenuhi nisab. Islam
mengatur dengan jelas tentang pengelolaan harta zakat. Manajemen zakat yang
ditawarkan oleh Islam memberikan kepastian keberhasilan dana zakat sebagai dana umat
Islam. Hal itu terlihat dari perintah Allah SWT berkaitan dengan zakat. Firman Allah
SWT yang berkaitan dengan zakat seperti dalam surah At – Taubah ayat 103 yang
artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.1 Dalam pengelolaannya, zakat harus dikelola dengan baik agar dalam
penyalurannya berjalan dengan efektif dan tepat sasaran kepada para mustahik. Sehingga
amil memiliki peran yang penting dalam mengemban tugasnya. Mulai dari
penghimpunan harta zakat, pendistribusian, sampai penyaluran harta zakat. Semuanya
harus tertata, terstruktur, dan jelas. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami akan
menjelaskan sedikit tentang sistem dan praktik pengelolaan zakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Pengumpulan Harta Zakat ?
2. Bagaimana Pendistribusian Harta Zakat ?
3. Bagaimana Cara Pendayagunaan Harta Zakat ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Strategi Pengumpulan Harta Zakat.
2. Untuk Mengetahui Pendistribusian Harta Zakat.
3. Untuk Mengetahui Cara Pendayagunaan Harta Zakat.

1
Al-Qur’an Karim dan terjemahan Artinya, Yogyakarta, UII Press cetakan pertama 2000 .
PEMBAHASAN
A. PENGUMPULAN ZAKAT
Pengumpulan harta zakat merupakan suatu kegiatan yang berfungsi untuk
mendata dan menetapkan muzaki. Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat
yang dibentuk oleh pemerintah dan lembaga badan amil zakat yang dibentuk oleh
masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. Baznas bertempat di ibukota, dan wilayah
operasionalnya baznas adalah pengumpulan zakat pada instansi pemerintah tingkat pusat,
swasta nasional, dan perwakilan republic Indonesia diluar negeri. Dalam pengumpulan
zakat, pelaksanaannya tidak ada unsur paksaan kepada muzakki. Mereka harus sadar
sendiri terhadap kewajiban mereka dalam berzakat sesuai dengan hukum agama. Selain
itu, muzakki juga dapat menimbang dan menghitung sendiri harta dan kewajiban
zakatnya. Apabila muzaki tidak bisa menghitungnya, muzakki bisa meminta bantuan
pada badan amil zakat terdekat. Di semua tingkatan, badan amil zakat dapat membentuk
unit pengumpul zakat (UPZ) yang bertugas membantu dalam pengumpulan zakat.
Dalam operasionalnya, badan amil zakat memiliki lingkup wewenang sendiri
untuk pengumpulan zakat. Sifatnya independen dan otonom menyesuaikan tingkat
wilayah. Tetapi tetap ada koordinasi agar tidak ada tumpang tindih dalam pengumpulan
dan penyalurannya..
1. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Badan amil zakat nasional berkedudukan di ibukota negara, dan melakukan
pengumpulan zakat melalui unit pengumpul zakat (UPZ) yang ada di:
a. Instansi pemerintah tingkat pusat (Departemen dan Non Departemen).
b. Kantor perwakilan RI di luar negeri (Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal
RI).
c. Badan usaha milik negara (BUMN) kantor pusat Jakarta.
d. Perusahaan swasta nasional dan perusahaan asing milik orang Islam berskala
nasional yang beroperasi di Jakarta.
e. Selain itu bagi muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ
tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya lansung ke rekening
BAZNAS dengan menggunakan bukti setoran zakat (BSZ) yang telah
disiapkan oleh badan amil zakat nasional.
2. Badan Amil Zakat Daerah Provinsi
Badan amil zakat daerah provinsi berkedudukan di Ibukota provinsi yang
bersangkutan dan melakukan pengumpulan zakat melalui unit pengumpul zakat
(UPZ) yang ada di provinsi tersebut :
a. UPZ instansi pemerintah daerah/ dinas daerah provinsi.
b. UPZ badan amil usaha milik daerah dan BUMN cabang provinsi.
c. UPZ perusahaan swasta dan usaha milik orang Islam di daerah setempat.
d. Perorangan.
e. Selain itu muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ yang tidak
menyalurkan zakatnya melalui UPZ tertentu, dapat melakukan penyetoran
dana zakatnya langsung ke rekening BAZDA propinsi atau langsung ke
counter BAZDA propinsi dengan menggunakan bukti setor zakat (BSZ) yang
telah ditetapkan oleh BAZDA provinsi. yang telah ditetapkan oleh BAZDA
provinsi.
3. Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/ Kota
Badan amil zakat daerah kabupaten/ kota berkedudukan di ibukota kabupaten/ kota
dan melakukan pengumpulan zakat melalui unit pengumpul zakat (UPZ) di
kabupaten/ kota tersebut:
a. UPZ pada instansi pemerintah daerah dinas daerah kabupaten/ kota.
b. UPZ pada badan usaha milik daerah dan BUMN cabang kabupaten/ kota.
c. UPZ pada perusahaan swasta dan usaha milik orang Islam di daerah setempat.
d. Perorangan.
e. Selain itu bagi muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ
tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening
BAZDA kabupaten/ kota atau langsung ke counter BAZDA kabupaten/ kota
dengan menggunakan bukti setor zakat (BSZ) yang telah dtetapkan oleh
BAZDA kabupaten/ kota.
4. Badan Amil Zakat Daerah Kecamatan
Badan amil zakat daerah kecamatan berkedudukan di Ibukota kecamatan dan
melakukan pengumpulan (UPZ) di Kecamatan tersebut :
a. UPZ pada instansi pemerintah daerah/ dinas daerah kecamatan.
b. UPZ pada badan usaha milik daerah dan BUMN cabang kecamatan.
c. UPZ pada perusahaan swasta dan usaha milik orang Islam di daerah setempat.
d. Perorangan.
e. Selain itu bagi muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui UPZ
tertentu, dapat melakukan penyetoran dana zakatnya langsung ke rekening
BAZDA Kabupaten/ Kota atau langsung ke counter BAZDA Kecamatan
dengan menggunakan Bukti Setor Zakat (BSZ) yang telah dtetapkan oleh
BAZDA Kecamatan.
Pengumpulan zakat bisa juga diberikan langsung kepada Badan Amil Zakat melalui
counter zakat, bank, pemotongan gaji, unit pengumpul zakat dan pembayaran zakat
yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak.2
B. PENDISTRIBUSIAN ZAKAT
Pendistribusian zakat atau penyaluran zakat. Setiap badan amil zakat (BAZ) yang
ada, setelah mengumpulkan zakat, dana yang telah dikumpulkan oleh BAZ wajib untuk
disalurkan kepada mereka yang berhaq untuk menerimanya (mustahiq) yang sesuai dengan
ketentuan islam. Ada beberapa sifat dalam pendistribusian zakat, anatar lain yaitu :

1. Bersifat pemberian(hibah) dan memperhatikan prioritas kebutuhan mustahiq dimasing-


masing wilaya sesuai dengan skalanya.
2. Bersifat bantuan, zakat dapat membantu mustahiq dalam menyelesaikan atau mengurangi
masalah yang sangat mendesak/ darurat yangdihadapi mustahiq.
3. Bersifat pemberdayaan, zakat dapat membantu mustahiq untuk meningkatkan
kesejahtraannya, baik secara perorangan ataupun kelompok, melalui sebuah program atau
kegiatan jangka panjang yang dilakukan secara terus menerus, dengan dana bergulir,
untuk memberikan pemberdayaan kepada yang lainnya dengan jangkauan lebih luas.

Dalam melakukan pendistribusian zakat, itu dilakukan oleh lembaga amil


zakat(LAZ). Bebrapa alasan yang menegaskan baahwasanya pendistribusian zakat harus
melalui LAZ adalah, untuk menjamin ketaatan pembayaran muzaki, menghilangkan rasa
rikuh/tidak enak dan canggung mustahiq dalam menerima ketika berhubungan dengan

2
A rio Makkulau Wahyu dan Wirani Aisiyah Anwar, “Sistem Pengelolaan Zakat Pada Baznaz”, Al-Azhar Journal
of Islamic Economics, Vol.2, No.1, Januari 2020, Hal. 15-16.
muzaki secar langsung,untuk efisiensi dan efektifitas pengalokasian dana zakat, dan untuk
menyatakan bahwasanya bahwa tidak ada keterpisahan antara agama dan Negara, karena
zakat merupakan urusan dari Negara. Dan untuk menegaskan bahwasanya islam bukanlah
agama yang menganut prinsip membeda-bedakan antara urusan agama dan juga urusan
Negara.

Untuk mustahiq sendiri, dijelaskan didalam surat at-Taubah ayat 60, tentang orang-
orang yeng berhak menerima zakat , adapun orang yang berhaq menerima zakat itu ada 8
golongan, berikut penjelasannya:

Surat At-Taubah ayat 60 yang artinya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” .

1. Fakir
orang fakir yaitu orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak mampu untuk
melangsungkan hidup karena ketidakadaan nafkah. Menurut para ulama, fakir adalah
orang yang tidak mempunyai harta dan tidak mempunyai usaha untuk memenuhi
kebutuhan primernya berupa sandang, pangan dan papan.
2. Miskin
Orang-orang miskin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk berusaha memenuhi
kebutuhan primer hidupnya, tetapi hasilnya tidak mencukupi, seperti orang yang
membutuhkan uang satu juta sebulan, namun ia hanya dapat mengusahakan sebesar 600
atau 700 ribu.
3. Amil zakat
Amil zakat adalah orang-orang tertentu yang berusaha secara profesional dan managerial
untuk menghimpun zakat dari orang-orang kaya (muzakki) dan mendistribusikannya
kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat)
4. mualaf
mereka yang masih lemah keimanannya karena baru memeluk agama Islam atau orang
yang dibujuk untuk masuk Islam.
5. Ar riqab
memerdekakan budak yang telah dijanjikan oleh tuannya akan dimerdekakan bila dia
mampu membayar sejumlah uang tertentu.
6. Gharimin
orang-orang yang harta bendanya tergadai dalam hutang dengan syarat bahwa mereka
berutang bukan untuk keperluan maksiat.
7. Fisabilillah
Orang yang berperang melawan musuh-musuh Islam.
8. Ibnu sabil
Musafir yang kehabisan bekal.

Dalam melaksanakan pendistribusian zakat, badan amil zakat bersifat otonom


independen.tapi diharapkan badan tersebut dapat berkoordinasi dengan pemerintah dan
sesame BAZ. Supaya terjadi kerjasama dalam pendistribusian, dalam upaya perbaikkan
ekonomi kesejahtraan dan pemberdayaan umat

C. PENDAYAGUNAAN ZAKAT
Pendayagunaan zakat merupakan pemanfaatan dana zakat untuk melakukan
sesuatu kepada umat,supaya mendatangkan hasil dan manfaat bagi umat tersebut.
Pendayagunaan dilakukan oleh BAZ, biasanya digunakan untuk program-program yang
memberi manfaat jangka panjang untuk perbaikan kesejahteraan mustahiq. Pada
prinsipnya, tujuan dari pendayagunaan adalah untuk meningkatkan status mustahiq
supaya menjadi muzaki, melalui peningkatan SDM dan pemberdayaan sosial, serta
pengembangan ekonomi lewat program-program pendayagunaan zakat.

Diantara program-programnya yaitu :

1. Peningkatan kualitas SDM dengan program beasiswa maupun pendidikan yang


lainnya.
2. Program pelayanan sosial dan kemanusiaan : seperti bantuan subsidi pelayanan
kesehatan, bantuan fakir miskin dll.
3. Pengembangan ekonomi umat : bantuan sarana usaha atau pendanaan modal usaha
4. Program bina dakwah, program untuk mereka yang aktif dalam kegiatan dakwah.
Prioritas dari pendaya gunaan tersebut adalah, agar dana zakart yang disalurkan
dapat berkembang, berrdaya guna dan berhasil guna, maka pemanfaatannya haru selektif
untuk kebutuhan konsumtif atau produktif, hal ini dilakukan dengan pola sebagai berikut:

1. Konsumtif tradisional
Zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif yang digunakan untuk
membentu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang
dihadapinya.
2. Konsumtif kreatif
Zakat dibagikan kepada mustahiq secara langsung untuk kebutuhan konsumsi
seharihari, seperti pembagian zakat fitrah, berupa beras, dan uang kepada fakir
miskin. Program ini merupakan program jangka pendek dalam mengatasi
permasalahan umat.
3. Produktif konvensional
Zakat diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, dimana dengan
menggunakan barang-barang tersebut, para mustahiq dapat menciptakan suatu
usaha. Seperti hewan ternak, mesin, maupun alatalat untuk membantunya dalam
usaha.
4. Produktif kreatif
Zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir baik untuk
permodalan proyek sosial seperti membangun sekolah, sarana kesehatan atau
tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu para pedangang atau
bagi pengembangan usaha untuk membantu pengusaha kecil.3

Kesimpulan
Pengelolaan zakat adalah kegiatan pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Bagian yang tak terpisahkan dari pengolaan zakat adalah muzakki dan harta yang dizakati,
mustahik dan amil.. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat dapat dilakukan dalam dua pola,
yaitu pola konsumtif dan produktif dan disalurkan kepada 8 asnaf sebagaimana dalam QS. At-

3
Bahar, Mukhlis, “Lembaga Amil Zakat dan Peranannya dalam Pengentasan Kemiskinan:” Volume III, dalam
Ramayulis (ed), Hadharah Jurnal Keislaman dan Peradaba, (Padang : 2006) hal.
Taubah ayat 60. Adapun tujuan pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat dalam menunaikan zakat, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat

Daftar Pustaka

Al - Qur’an Karim dan terjemahan Artinya. Yogyakarta. UII Press cetakan pertama 2000.

A rio Makkulau Wahyu dan Wirani Aisiyah Anwar. 2020. “Sistem Pengelolaan Zakat Pada
Baznaz”. Al-Azhar Journal of Islamic Economics. Vol.2, No.1.

Bahar, Mukhlis. 2006.“Lembaga Amil Zakat dan Peranannya dalam Pengentasan Kemiskinan:”
Volume III, dalam Ramayulis (ed), Hadharah Jurnal Keislaman dan Peradaban. Padang.

Anda mungkin juga menyukai