Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL DICKY ILMAN FADZILAH_3621076

PENDAHULUAN

Managemen Dakwah adalah sebuah ilmu yang sangat penting untuk diketahui
bagi setiap individu ataupun kelompok. Dalam kegiatan berdakwah, managemen
menjadi dasar yang cukup penting karena dapat menentukan perencannan awal dalam
berdakwah seperti menetukan materi dakwah, pengorganisasian, pelaksanaan serta
pengawasan demi kelancaran berdakwah.

Dakwah merupakan salah satu bentuk kegiatan atau sarana umat muslim dalam
menyampaikan ajaran islam yang pada dasarnya menyampaikan ajaran Allah SWT dan
Rasul-Nya. Dakwah juga merupakan suatu kegiatan berkomunikasi , beriteraksi dan
bersilahturahmi dengan memuat nilai-nilai ajaran agama kepada sesama manusia.

Untuk mewujudkan dakwah yang baik dan benar memerlukan adanya


perencanaan, peorganisasian, pelaksanaan dan juga pengawasan dalam pelaksanaan
dakwah.

Tujuan yang hendak dicapai dalam merupakan pedoman bagi managemen


puncak dari organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam
dimensi waktu, tujuan yang diasumsikan berbeda dengan sasaran. Dalam tujuan
memiliki target tertentu yang ingin dicapai dalam waktu tertentu, sedangkan sasaran
adalah yang telah ditetapkan oleh managemen untuk menentukan arah organisasi dalam
jangka waktu tertentu. Dengan demikian, sebuah organisasi atau lembaga dakwah
membutuhkan menegemen untuk mengatur, dan menjalani aktivitasnya sesuai dengan
tujuan-tujuannya.

Keberadaan dan aktivitas dakwah umat Islam tidak dapat dipisahkan dari adanya
bangunan masjid, yang didirikan atas dasar taqwa. Masjid merupakan rumah Allah
SWT yang berfungsi sebagai tempat kegiatan umat Islam terutama sholat lima waktu
maupun sholat shunnah.
PEMBAHASAN

1. Definisi Menegemen Dakwah

Managemen adalah penncapaian tujuan organisasi dengan cara efektif melalui


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendali sumber daya organisasi.
Managemen menurut Berantas adalah suatu proses atau kerangkan kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu proses atau keerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang kearah tujuan-tujuan
oraganisasional atau maksud-maksud yang nyata.

Sedangkan dakwah secara etimologis berasal dari bahasa arab, yaitu da’i, yad’u,
da’wan, du’a yang diartikan sebagai upaya mengajak, menyeru, memanggil, seruan,
permohonan, dan permintaan. Dari definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
makna dakwah islam yaitu sebagai kegiatan mengajak, menyeru, mendorong, dan
memotivasi orang lain untuk mengikuti jalan Allah SWT. Dan meninggikan agama
Allah SWT dan Rasul-Nya.

Berdasarkan teori diatas managemen dakwah yaitu sebagai proses perencanaan


tugas dan kemudian menggerakkan ke arah tujuan dakwah.

Rosyad Saleh dalam bukunya Managemen Dakwah Muhammadiyah menyebutkan


bahwa, dakwah adalah proses aktivitas merubah suatu kondisi dari yang buruk ke yang
lebih baik, atau dari suatu kondisi yang baik ke yang lebih baik lagi yang dilakukan
secara sadar, sengaja, dan berencana.

2. Fungsi Managemen Dakwah

Fungsi managemen dakwah adalah rangkaian berbagai kegiatan yang telah


ditetapkan dan memiliki hubungan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang
lainnya. Yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok tertentu dalam organisasi atau
bagian-bagian yang diberi tugas untuk melaksanakan tuganya. Beberapa fungsi
managemen dakwah yang secara umum disingkat dengan POAC (planning, organizing,
actuating, dan controling ).
2.1. Proses Perncanaan ( planning )
Pengertian menurut Terry ( 1975 ), Perencanaan adalah pemilihan dan
menghubungkan fakta- fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi yang
berkaitan dengan masa yang datang dengan menggambarkan dan merumuskan
kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil
tertentu.
Sendangkan pengertian perencanaan menurut Siagian ( 1994 ),
perencannan adalah keseluruhan proses peikiran dan penentuan secara matang
daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
pencapaian yang telah ditentukan.
Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan
(decision making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan
kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu

Tahap dasar planning

a. Tahap I, Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan dimulai dengan


keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau
kelompok kerja
b. Tahap II, Merumuskan keadaan sekarang, tahap ini memerlukan informasi
terutama tentang keuangan dan data statistik, yang diperoleh melalui
komunikasi
c. Tahap III, Mengidentifkasi kemudahan dan hambatan, segala kekuatan dan
kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasi untuk
mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
d. Tahap IV, mengembagkan kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan, pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk
pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif terbaik dan paling
memuaskan

Manfaat Perencanaan

1. Membantu managemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan


perubahan lingkungan
2. Membantu kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama
3. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas
4. Membantu penempatan tenggung jawab lebih tepat
5. Memberikan cara memberikan perintaah untuk operasi
6. Membuat tujuan lebih khusu, terperinci dan lebih mudah dipahami
7. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8. Menghemat waktu, usaha dan dana

Kelemahan Perencanaan

1. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan mungkin berlebihan pada


kontribusi yang nyata
2. Perencanaan yang terlalu lama cenderung menunda kegiatan
3. Terlalu membatasi managemen untuk berinisiatif dan beerinovasi
4. Ada rencana-rencana yang diikuti cara-cara yang tidak konsisten
2.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian atau dalam bahasa arab disebut al tanzim adalah seluruh


pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang,
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan (Munir, dkk,
2006:117). Manajemen diartikan sebagai penataan(Perorganisasian) yaitu penataan
barisan dalam melaksanakan sagala aktifitas untuk diarahkan mencapai tujuan
organisasi dakwah. Penataan yang dimaksud adalah dengan mengatur organisasi serta
mekanisme yang jelas agar seriap komponen dalam organisasi dapat bekerja dengan
baik sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Pengorganisasian mempunyai arti penting bagi proses dakwah. Hal ini karena
dengan pengorganisasian maka rencana dakwah menjadi mudah pelaksanaanya.
Pembagian tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan dakwah dalam tugas-tugas yang
lebih terperinci serta diserahkan pelaksanaannya kepada beberapa orang mencegah
timbulnya kumulasi.
2.3. Penggerakan dakwah (Actuating)

Penggarekan dakwah merupakan upaya menyadarkan orang lain atau anggota suatu
organisasi untuk dapat bekerjasama dalam mencapai tujuan. Pada fase pernggerakan ini
merupakan inti dari manajemen dakwah. Adapun pengertian dari penggarakan adalah
seluruh proses pemberian motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa,
sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis.

Langkah-langkah strategis yang perlu ditempuh dalam mensukseskan dakwah, yang


pertama, membina Ukhuwah Islamiyah, artinya umat islam harus bersatu dalam
memperjuangkan agamanya, salah satunya caranya dengan mengunakan manajemen
yang baik. Yang kedua, para da’i dalam arti luas perlu mendapatkan perhatian yang
serius dari kelompok penggerak dakwah. Yang ketiga, sebagai resiko dari iman yang
mantap, watak keikhlasan dalam berjuang jangan sampai ditelantaarkan.

Dari ketiga langkah strategis tersebut secara singkat ada tiga poin yang perlu
mendapatkan perhatian yaitu persaudaraan umat (ukhuwah Islamiyah), peningkatan
mutu pelaksana dakwah ( da’i ) dan keikhlasan.

2.4. Pengendalian dan Evaluasi Dakwah (controling)

Menurut George R Terry pengendalian adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Memberikan saran, tanggapan, evaluasi
terhadap suatu kegiatan organisasi merupakan suatu kebutuhan untuk menjaga
organisasi tetap eksis, sehingga kebutuhan akan evaluasi dan pengawasan sangat
dibutuhkan dalam suatu organisasi.

Penyelenggara dakwah dikatakan dapat berjalan dengan baik dan efektif, bilamana
tugas-tugas yang telah disertakan kepada pelaksana itu benar-benar dilaksanakan serta
pelaksanaannya sesuai dengan rencana dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas pengendalian dan penilaian itu mempunyai kedudukan


dan peran yang sangat penting bagi proses dakwah. Karena pengendalian merupakan
alat pengontrol dan sekaligus pendinamis jalannya proses dakwah.
3. Berdakwah dalam Era Society 5.0

Di era modern ini, teknologi semakin berkembang pesat. Internet dan media sosial
lainnya seakan sudah menjadi kebutuhan penting bagi generasi milenial. Penggunaan
dan pemanfaatan media sosial sudah menyentuh berbagai lapisan masyarakat, mulai
dari masyarakat perkotaan hingga pedesaan dan pelosok, baik anak-anak, remaja,
hingga orang tua dapat dipastikan pernah mengecap berbagai macam media sosial
seperti facebook, instagram, twitter, you tube, whatsapp, dan lainnya. Sarana media ini
sangatlah baik jika digunakan untuk hal-hal bermanfaat seperti berdakwah. Dakwah
milenial harus memanfaatkan semaksimal mungkin teknologi yang ada. Jika tidak, arus
dakwah kian melambat dan tertinggal.

Peradaban manusia pada zaman milenial merupakan era teknologi informasi yang
canggih. John Naisbitt, mengungkapkan “we are moving toword the capability to
comunicate anything to anyone, anywhere, anyfrom-voice, data textor emage at the
speed of light “

Karena itu, kita perlu di kembangkan sistem dakwah yang menggunakan dan
memilih teknologi informasi yang efisien dan bersih sesuai dengan kodrat umat
manusia. Sudah tiba masanya dimana da’i mendapat tantangan yang sangat kompleks
untuk menberikan problem solving. Para da’i dituntut untuk menerjemahkan pesan
islam sesuai dengan manajemen dakwah modern, efektif, dan efisien kepada masyarakat
luas.

Jika dulu Sunan Kalijaga mengajarkan Islam di Nusantara dengan cara yang unik
melalui kesenian wayang kulit, maka di era mileial metode dakwah beliau harus
dilanjutkan. Khususnya adalah spirit cerdas membaca budaya dan perkembangan.
Sudah pasti cara yang digunakan dalam berdakwah berubah dan berkembang seiring
dengan perubahan masyarakat. Era kemajuan teknologi bukanlah hambatan, akan tetapi
merupakan tantangan. Kegiatan berdakwah zaman milenial amat dibutuhkan
eksistensinya dan memiliki bebrapa manfaat.

1. Dakwah milenial mencegah pemurtadan. Belakangan ini sering mendengar


pemurtadan terhadap umat islam. Jika di telusuri, sebabnya bermacam-macam,
tetapi yang kerap terjadi adalah faktor ekonomi. Banyak yang memiliki daya
ekonomi lemah sangat beresiko untuk berpindah keyakinan.
2. Maraknya budaya barat yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Ini menjadi
kesalahan umat-umat islam, bahwa budaya barat sudah memasuki kalangan
generasi islam. Hampir semua media telah dikuasai sebagian besar non-muslim,
sehingga dengan mudahnya mereka mamsukkan budaya mereka ke generasi
muda.
3. Tongkat estafet menuju era kegemilangan islam. Salah satu cara yang bisa
digunakan agar generasi muda paham dengan ajaran islam tentu saja melalu
dakwah islam. Dengan dakwah, ilmu-ilmu islam tidak akan luntur dan akan
terus berkembang. Dakwah islam yang dilakukan pun dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya melalui media, internet, YouTube, WhatsApp, Facebook
dan juga perfilman yang tentunya mengandung unsur pendidikan islam.

Beberapa study tentang generasi milenial menggambarkan mereka yang terkategori


milenial dalam berkomunikasi banyak menggunakan teknologi komunikasi instan
seperti email, SMS, instan messaging dan media sosial seperti Facebook, YouTube,
WhatsApp, Instagram, dan Twitter.

Inilah tantangan sekaligus peluang dakwah yang harus dieksekusi. Untuk itu, ada
dua hal yang dapat dilakukan. Pertama, terkait dengan penggunaan media dakwah, pada
era digital saat ini, gadget dan media sosial tidak lepas dari generasi milenial. Maka
gadget dan media sosial harus bisa dijadikan sarana dakwah. Kedua. Pengemasan
pesan-pesan dakwah harus menarik. Sebab, sebaik apapun materi dakwah tanpa
didukung dengan kemasan yang menarik terkadang ditinggalkan orang. Dengan dua
pendekatan tersebut tantangan dakwah pada generasi milenial dapat dilalui dan
diselesaikan dengan baik.

Jadi, berbicara dakwah milenial atau dakwah di era society 5.0 tidak bisa terlepas
kaitannya dengan zaman dahulu. Dahulu para walisongo di jawa, menerapkan strategi
atau metode dakwah pada masa itu melalui dengan seni seperti menyebarkan dakwah
melalui wayang, teater, dan satra. Sekarang zaman milenial ini dengan menggunakan
strategi melalui new media seperti internet dan media sosial lainnya.
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tugas


kewajiban dakwah dalam sejarah islam, bukan suatu yang dipikirkan sambil berlalu
saja, melainkan sesuatu yang sejak semuala diwajibkan disini dibebankan kepada
pengikut-pengikut islam.Kegiatan berdakwah di era milenial, dapat digunakan dengan
pemanfaatan teknologi media sosial yang sudah dikenal oleh seluruh penjuru dunia,
mulai dari masyarakat perkotaan sampai ke pedesaan.

Salah satu metode yang dianggap masih efektif untuk digunakan sebagai media
dakwah adalah dengan memanfaatkan new media seperti internet, Facebook, Instagram,
YouTube, Twitter, dan juga WhatsApp. Dengan sarana new media ini akan
memudahkan dakwah milenia. Dibalik label negatif yang melekat pada generasi
milenial, mereka merasa tidak ada masalah dengan kondisi yang ada, generasi milenial
menganggap kemajuan yang terjadi saat ini harus dimanfaatkan secara optimal kepada
hal-hal positif untuk membangun ummat, bangsa dan negara.

TTD Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

Bapak Dr. H. Khoirul Basyar, M.S.I.

Anda mungkin juga menyukai