Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Harta Yang Wajib Di Zakati: Zakat Barang Tambang dan Hasil Laut , Zakat Investasi
Pabrik, Gedung Dan Lainnya

Dosen Pembimbing: Agus Fakhrina, M.S.I

Oleh:

1. MUSTIKA MELATI APRILYANA (3619019)


2. NOVIA DWI AYU KUMALA (3619015)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2022

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan sehari-hari baik itu jasmani


ataupun rohani, oleh sebab itu manusia wajib mencari harta untuk memenuhi
kebutuhanya. Tetapi yang seperti kita ketahui Allah tidaklah menitipkan rezeki yang
sama pada setiap umatnya, sebagai bentuk dari didikan Allah, maka Allah
memberikan wajib zakat pada manusia yang memiliki harta yang sudah diatas
nisabnya. kegiatan zakat ini sendiri memiliki dampak yang sangat pentinga pada
manusia karna didalamnya kita diajarkan untuk berbagi dengan sesama. sehingga
dalam islam selalu diajarkan akan senantiasa memberikan zakat bagi manusia yang
memilki harta lebih. dalam pelaksanaan zakat ini juga memiliki pengaruh yang
penting dalam social serta ekonomi masyarakat. dilihat dari kegiatannya dengan
memberikan sebagian harta kepada orang lain yang memang berhak mendapatkannya.
dalam hal ini juga tidak semua harta mendapat kewajiban zakat tetapi zakat sendiri
memiliki kriteria tertentu dalam penghasila itu sendiri yang disebut sebai harta yang
wajib dizakati salah satunya zakat barang tambang, zakat hasil laut zakat investasi
gedunag ataupun pabrik dan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat barang tambang dan hasil laut ?
2. Dalil apa yang berkaitan dengan zakat barang tambang dan hasil laut?
3. Bagaimana pendapat ulama serta perbedaan pada mazhab tentang harta barang
tambang dan hasil laut?
4. Apa pengertian zakat Investasi, Pabrik, Gedung?
5. Dalil apa yang berkaitan dengan zakat Investasi, Pabrik, Gedung?
6. Bagaimana pendapat ulama serta perbedaan pada mazhab tentang zakat
Investasi, Pabrik, Gedung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksaaan wajib zakat barang tambang serta
hasil laut serta ketentuannya
2. untuk mengetahui zakat investasi dan ketentuannya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zakat Barang Tambang dan Hasil Laut

Terdapat berbagai hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah kepada hambanya
siapa yang beriman kepadanya maka wajib melakukan zakat aras kekayaannya yang
wajib dikeluarkan salah satunya yang berasal dari dalam bumi. harta yang keluar dari
bumi atau tanah Allah mengajarkan untuk mengeluarkan zakat. seperti yang kita
ketahui pada saat ini benda benda yang berharga sangat dibutuhkan oleh masyrakat
sehingga banyak perusahaan giat dalam mendapatkan barang tambang karna memang
mengingat barang yang didapatkan bernilai tinggi. Adapun menurut ulama fiqih yang
memiliki pendapatnya masing masing dalam menberikan jawaban. tetapi para ulama
telah bersepakat bahwasanya adanya kepimilikan serta hak yang wajib diambil dari
hasil produksi barang tambang. kebutusan tersebut berdasarkan firman Allah yaitu
terdapat pada surah Al-baqarah ayat 267.

ِ ‫ۗ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُوْ ا ِم ْن طَي ِّٰب‬


ِ ْ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َرجْ نَا لَ ُك ْم ِّمنَ ااْل َر‬
ٰٓ‫ض‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! infakanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu” (QS. Al-
Baqarah 267).

Ruang lingkup pembahasan mengenai barang tambang dan hasil laut merupakan
segala sesuatu yang merupakan dari hasil eksploitasi dari kedalaman tanang dan
kedalaman laut, serta sungai dan samudra lepas yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia secara umum. Dalil wajibnya zakat tambang diriwayatkan oleh jama’ah dari
abu hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “ melukai binatang tidaklah dapat
dituntutkan belanya, begitupun menggali sumur dan barang tambang”. 1
kekayaan
yang ditemukan dikedalaman keduanya termasuk dalam asset yang wajib dizakati.
adapun unsur-unsur kekayaan barang tambang dan laut sebagai berikut:

1
Suyitno, Heri Junaidi, Adib Abdushomad 2005. Anatomi Fiqh Zakat, Sumatra Selatan: Pustaka Belajar. hal 55
1. Segala hal yang barang tambang atau hasil tambang eksploitasi kedalaman tanag
pada sebuah Negara dilakukan oleh perusahaan swasta ( perorangan) atau
pemerintah, jenis batu-batuan juga masuk kedalam cakupan barang tambang.
2. Hasil yang terpendam dalam kedalamn tanah baik yang sepe.rti uang ataupun
emas, perak, dan logam lainya yang bermanfaat untuk kebutuhan manusia serta
memiliki nilai jual, dengan syarat harta tersebut harus ditemukan dalam tanah.
3. Hasil laut yang berupa mutiara, karang, minyak dan lainnya.
Seperti pada ayat Al- Baqarah:267 yang artinya “ hai orang-orang yang
beriman ,nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
yang kami keluarkan dari bumi untukmu. serta hadis rasulullah SAW: artinya,
“Zakat mal temuan (rikaz) adalah 1/5” (HR. Jamaah).
4. Hasil laut yang berupa ikan serta hewan laut, hal ini adalah hasil analog I hasil
laut yang tad disebutkan. apalagi saat ini hasil industry perikanaan merupakan
hasil asset yang berpotensial untuk kekayaan perorangan ataupun perseroan pada
pesisir pantai.

 Nisob Zakat Kekayaan Barang Tambang Serta Hasil Laut


Ukuran nisab barang tambang serta hasil laut banyak beragam semuanya
disesuaikan menurut karakter masing-masing dari barang tambang ataupun hasil
laut tersebut berikut rinciannya:
 Nasab barang tambang menurut imam syafii, maliki serta hambali
berpendapat bahwasanya nisab dari barang tambang sendiri sama dengan
nisab emas dan perak yaitu 85 garam atau 200 dirham.
 untuk harta karun sendiri tifdak ada ketentuan misalnya harta karun
rampasan perang, baik itu banyak ataupun sedikit wajib dikeluarkan
zakatnya.
 nisab hasil laut sendiri sama dengan hasil tambang
 Nisab hasil industry perikanan juga disamaakan dengan batang tambang.

 Persentase Volume Zakat


Pada kajian fiqih klasik persentase wajib zakat yang kategori barang tambang
serta hasil laut menunjukan adanya persentase volume yang relative dengan
ketentuan:
1. Harta karun rikaz volume zakatnya adalah 20%
2. Berkenan dari asset barang tambang serta hasil laut yang menjadi ketentuan
adalah banyak sedikitnya hasil yang didapat serta ada atau tidak adanya biaya
operasiaonal. Dengan demikian, dapat diilustrasikan adanya empat kondisi:
 Jika barang tambang serta hasil laut yang didapat bernilai besar serta tanpa
memerlukan biaya operasiaonal maka persentase volume zakatnya 20%
 Jika barang tambang serta hasil laut yang dapat bernilai kecil serta tidak
memiki biaya operasional maka dikenakan persentase zaktnya 2,5%
 Jika hasil laut dan barang tambang yang didapatkan benilai kecil serta
mendapat biaya operasional maka zakat yang wajib diberikan sebesar
2,5%
 Jika barang tambang serta hasil laut yang diperoleh bernilai kecil dan
memerlukan baiaya operasional maka wajb zakatnya 2,5%
Untuk ketentuan banyak sedikitanya pendapatan yang didapatkan,
kembalikan lagi ke kondisi social serta kesejahteraan dari muzaki itu
sendiri serta muzaki memiliki keleluasaan untuk menentukan hal
tersebuat.2
 Pendapat Para Mazhab
Ada beberapa pendapat yang diperselisihkan oleh para fuqaha, yaitu barang
tambang ( madin). Menurut mazhab hanafi barang tambang merupakan barang
temuan itu sendiri, sedangkan menurut mazhab maliki dan syafii adalah emas dan
perak dan menurut mazhab imam hanafi, barang tambang ialah setiab barang yang
dapat dicetak mengggunakan api. adapun menurut imam hambali berpendapat
bahwasannya yang dimaksud barang tambang sendiri ialah semua jenis barang
tambang baik itu yang berbentuk padat ataupun cair. zakat yang seharusnya
dikeluarkan dari harta barang tambang menurut hanafi dan maliki ialah 1/5 sedangkan
menurut syafii dan dan hanbali 1/40.3
B. Zakat Investasi Gedumg
a. Pengertian Zakat Investasi
Investasi adalah mengeluarkan sejumlah uang atau menyimpan uang pada
sesuatu dengan harapan suatu saat mendapat keuntungan financial. Contoh
investasi adalah pembelian berupa asset financial seperti obligasi, saham ,
2
M. Arif Mufraini , 2006. Akuntansi Dan Manajemen Zakat, kencana Prenada Media Grup: Jakarta. hal.108
3
wahbah Al-Zuhayla.2008, Zakat . PT Remaja Rosdakarya: Bandung. hal.147
asuransi. Dapat juga pembelian berupa barang seperti mobil atau property seperti
rumah atau tanah. Investasi dapat berarti pembelian barang modal untuk produksi
dalam suatu usaha misalnya pembelian mesin. Bahkan pemberian pendidikan dan
pelatihan bagi karyawan yang membuat lebih mahir dalam bekerja bisa dikatakan
sebagai investasi.
Zakat Investasi dalam istilah fiqh biasa disebut zakat “Almustaghillat”. Zakat
tersebut dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Diantara
bentuk usaha yang termasuk investasi adalah; bangunan atau kantor yang
disewakan, saham, rental mobil, rumah kontrakan, dll.
Zakat gedung merupakan bagian dari zakat properti yang terdiri dari rumah,
tanah, gedung, dll.
b. Dalil dan Pendapat Ulama Tentang Zakat Investasi dan gedung
Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan zakat investasi:
1. Sebagian ulama Hambali menyamakan kedalam zakat perdagangan
dengan tarif 2,5% dan nisab 85 gram serta sampai haul.
2. Sebagian ulama Maliki seperti Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas menyamakan
ke dalam zakat uang tapi diambil hasilnya saja tanpa mensyaratkan haul
dikeluarkan ketika menerimanya.
3. Para ulama Mutakhir seperti Abu Zahra, Abdul Wahab Khallaf, Abdur
Rahman Hasan, menyamakan kedalam zakat pertanian yaitu dikeluarkan
saat menghasilkan dari hasilnya, tanpa memasukkan unsur modal dengan
tarif 5% untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.
Pendapat tersebut didukung Yusuf Qardhawi, karena metodenya mengacu
pada zakat pertanian dengan berdasarkan dalil yang dapat diambil dari QS.
Al-An’am ayat 141:
c. Nisab Zakat Investasi
Zakat investasi mengikuti nisab pertanian yaitu dengan nisab 5 wasaq atau
setara dengan 635 kg beras, dikeluarkan setiap menerima hasil pembayaran
(panen), sebanyak 5% atau 10%., hal ini oleh karena hasil tanah pertanian yang
diperoleh pemiliknya tidak berbeda dengan laba pabrik, gedung dan lain-lain yang
diterima oleh pemiliknya.4

C. Zakat Pabrik
4
Abdul Aziz dan Abdul Wahab, Fiqh Ibadah, Jakarta: AMZAH, 2009, hlm.366.
a. Pengertian Zakat Pabrik
Zakat pabrik / perusahaan atau corporate zakat merupakan sebuah fenomena
baru dalam zakat. Ulama kontemporer melakukan dasar hukum qiyas, yaitu zakat
perusahaan kepada zakat perdagangan. Zakat perusahaan hamper sama dengan
zakat perdagangan dan investasi. Bedanya zakat perusahaan bersifat kolektif.5
Zakat perusahaan sebagai representasi syariah suatu perusahaan diharapkan
dapat memicu pertumbuhan dan distribusi ekonomi yang semakin baik dan harus
didukung dengan pelaksanaan sistem yang jelas sebagai upaya pelaksanaan
perhitungan dan pencatatan zakat yang benar. Perusahaan pada umumnya dapat
bertindak sebagai amil (pengelola) dengan mengembangkan pengumpulan dana
zakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan atau dapat
menyalurkannya melalui lembaga zakat yang telah ditunjuk oleh perusahaan.
Sehingga perlakuan dan penyajian zakat perusahaan dalam laporan keuangan
suatu perusahaan sangat penting sebagai konsep dasar penentuan besaran zakat
suatu perusahaan. 6

b. Dalil dan Pendapat Ulama Tentang Zakat Pabrik


Zakat perusahaan berpijak pada dalil-dalil yang bersifat umum, seperti yang
termaktub dalam firman Allah SWT suarat Al-Baqarah ayat 267 yang artinya :
“Wahai sekalian orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (keluarkan zakat )
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik……"
Dan didukung sebuah hadist riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik
bahwasanya Abu Bakar Shidiq telah menulis surat yang berisikan kewajiban zakat
yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw kepadanya yang berisikan pesan tentang
zakat :
"Janganlah digabungkan sesuatu yang terpisah dan jangan pula dipisahkan
sesuatu yang tergabung (berserikat) karena takut mengeluarkan Zakat. Dan apa-
apa yang telah digabungkan dari dua orang yang telah berserikat (berkongsi),
maka keduanya harus dikembalikan (diperlakukan) secara sama. " (HR.
Bukhari).

5
https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-perusahaan/ diakses pada tanggal 26 April 2022.
6
Zakaria Batu Bara, “Analisis Metode Perhitungan Zakat Perusahaan”, hal.207.
Pendapat yang dikemukakan oleh Syeikh Abdurrahman isa dalam kitabnya
“al-Mu’âmalah al-Hadîtsah Wa Ahkâmuha ”, mengatakan bahwa yang harus
diperhatikan sebelum pengeluaran zakat adalah status perusahaannya, seperti :
a. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak dibidang layanan
jasa semata, misalnya biro perjalanan, biro iklan, perusahaan jasa angkutan
(darat, laut, udara), perusahaan hotel, maka sahamnya tidak wajib dizakati.
Hal ini dikarenakan saham–saham itu terletak pada alat–alat, perlengkapan,
gedung–gedung, sarana dan prasarana lainnya. Namun keuntungan yang
diperoleh dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham tersebut, lalu
zakatnya dikeluarkan bersama harta lainnya jika telah mencapai nisab dan
haul.
b. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak dibidang layanan
jasa semata, misalnya biro perjalanan, biro iklan, perusahaan jasa angkutan
(darat, laut, udara), perusahaan hotel, maka sahamnya tidak wajib dizakati.
Hal ini dikarenakan saham–saham itu terletak pada alat–alat, perlengkapan,
gedung–gedung, sarana dan prasarana lainnya. Namun keuntungan yang
diperoleh dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham tersebut, lalu
zakatnya dikeluarkan bersama harta lainnya jika telah mencapai nisab dan
haul.
c. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan dagang murni yang melakukan
transaksi jual beli barang tanpa melakukan proses pengolahan, seperti
perusahaan yang menjual hasil–hasil industri, perusahaan dagang
Internasional, perusahaan ekspor-impor, dan lain lain, maka saham–saham
perusahaan tersebut wajib dikeluarkan zakatnya disamping zakat dari
keuntungan yang diperoleh. Caranya adalah dengan menghitung kembali
jumlah keseluruhan saham kemudian dikurangi harga alat-alat, barang-barang
ataupun inventaris lainnya, baru kemudian dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5
%. Hal ini dapat dilakukan setiap akhir tahun.7

c. Nisab Zakat Pabrik


Para ulama menganalogikan zakat perusahan ini kepada zakat perdagangan,
karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi kegiatan sebuah perusahaan

7
https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-perusahaan/ diakses pada tanggal 26 April 2022.
intinya berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan. Oleh karena itu, secara
umum nishab zakat perusahaan senilai nishab emas dan perak, yaitu 85 gram
emas dan zakatnya 2,5 % dari asset (bukan dari keuntungan), yaitu uang (kas)
atau barang siap diperdagangkan atau persediaan) yang dinilai dengan nilai uang,
kemudian dikurangkan dengan hutang-hutangnya.
Dalam muktamar internasional tentang zakat telah menganalogikan zakat
perusahaan pada perdagangan, sesuai dengan keterangan dari Abu Ubaid dalam
kitabul amwal menerangkan bahwa “apabila anda telah sampai batas waktu
membayar zakat, perhatikanlah apa yang engkau miliki, baik berupa uang (kas)
ataupun barang yang siap diperdagangkan (persediaan), kemudian nilailah dengan
nilai uang, dan hitunglah hutang-hutangmu atas apa yang engkau miliki”.
Maka dapat diketahui bahwa pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada
laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar. Atau
seluruh harta (diluar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan, di kurangi
pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 % sebagai zakatnya.
Sementara pendapat lain menyatakan bahwa yang wajib di keluarkan zakatnya itu
hanyalah keuntungannya saja.8

BAB III
8
Didin Hafidhuddin, “Anda Bertanya Tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah Kami Menjawab”, Jakarta:
BAZNAS, 2006.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat merupakan suatu kegiatan yang dapat digunakan untuk membantu
perekonomian masyarakat. Dizaman yang semakin modern ini, dalam jenis dan
pengelolaannya, zakat mengalami perkembangan. Yang tadinya hanya ada zakat fitri,
zakat mal, dll sekarang sudah lebih berkembang menyesuaikan kebutuhan. Sebagai
contohnya zakat sebagai sumber investasi. Sekarang zakat sudah mulai dikenakan
untuk berinvestasi. Dengan tujuan untuk kemaslahatan umat Islam. Tentunya
walaupun bisa untuk berinvestasi, pasti terdapat perbedaan di kalangann para ulama
tentang ini. Selain investasi, zakat juga dikenakan pada pabrik/ perusahaan, hasil laut,
dan hasil tambang.
DAFTAR PUSTAKA

Suyitno, Heri Junaidi, Adib Abdushomad 2005. Anatomi Fiqh Zakat, Sumatra Selatan:
Pustaka Belajar.

Mufraini M. Arif , 2006. Akuntansi Dan Manajemen Zakat, kencana Prenada Media Grup:
Jakarta.

Al-Zuhayla wahbah. 2008, Zakat . PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Didin Hafidhuddin. 2006. “Anda Bertanya Tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah Kami
Menjawab”. BAZNAS : Jakarta.

https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-perusahaan/ diakses pada tanggal 26 April 2022.

Zakaria Batu Bara. “Analisis Metode Perhitungan Zakat Perusahaan”.

Abdul Aziz dan Abdul Wahab. 2009. Fiqh Ibadah. AMZAH : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai