Harta Yang Wajib Di Zakati: Zakat Barang Tambang dan Hasil Laut , Zakat Investasi
Pabrik, Gedung Dan Lainnya
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat barang tambang dan hasil laut ?
2. Dalil apa yang berkaitan dengan zakat barang tambang dan hasil laut?
3. Bagaimana pendapat ulama serta perbedaan pada mazhab tentang harta barang
tambang dan hasil laut?
4. Apa pengertian zakat Investasi, Pabrik, Gedung?
5. Dalil apa yang berkaitan dengan zakat Investasi, Pabrik, Gedung?
6. Bagaimana pendapat ulama serta perbedaan pada mazhab tentang zakat
Investasi, Pabrik, Gedung?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksaaan wajib zakat barang tambang serta
hasil laut serta ketentuannya
2. untuk mengetahui zakat investasi dan ketentuannya
BAB II
PEMBAHASAN
Terdapat berbagai hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah kepada hambanya
siapa yang beriman kepadanya maka wajib melakukan zakat aras kekayaannya yang
wajib dikeluarkan salah satunya yang berasal dari dalam bumi. harta yang keluar dari
bumi atau tanah Allah mengajarkan untuk mengeluarkan zakat. seperti yang kita
ketahui pada saat ini benda benda yang berharga sangat dibutuhkan oleh masyrakat
sehingga banyak perusahaan giat dalam mendapatkan barang tambang karna memang
mengingat barang yang didapatkan bernilai tinggi. Adapun menurut ulama fiqih yang
memiliki pendapatnya masing masing dalam menberikan jawaban. tetapi para ulama
telah bersepakat bahwasanya adanya kepimilikan serta hak yang wajib diambil dari
hasil produksi barang tambang. kebutusan tersebut berdasarkan firman Allah yaitu
terdapat pada surah Al-baqarah ayat 267.
“ Wahai orang-orang yang beriman! infakanlah sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu” (QS. Al-
Baqarah 267).
Ruang lingkup pembahasan mengenai barang tambang dan hasil laut merupakan
segala sesuatu yang merupakan dari hasil eksploitasi dari kedalaman tanang dan
kedalaman laut, serta sungai dan samudra lepas yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia secara umum. Dalil wajibnya zakat tambang diriwayatkan oleh jama’ah dari
abu hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “ melukai binatang tidaklah dapat
dituntutkan belanya, begitupun menggali sumur dan barang tambang”. 1
kekayaan
yang ditemukan dikedalaman keduanya termasuk dalam asset yang wajib dizakati.
adapun unsur-unsur kekayaan barang tambang dan laut sebagai berikut:
1
Suyitno, Heri Junaidi, Adib Abdushomad 2005. Anatomi Fiqh Zakat, Sumatra Selatan: Pustaka Belajar. hal 55
1. Segala hal yang barang tambang atau hasil tambang eksploitasi kedalaman tanag
pada sebuah Negara dilakukan oleh perusahaan swasta ( perorangan) atau
pemerintah, jenis batu-batuan juga masuk kedalam cakupan barang tambang.
2. Hasil yang terpendam dalam kedalamn tanah baik yang sepe.rti uang ataupun
emas, perak, dan logam lainya yang bermanfaat untuk kebutuhan manusia serta
memiliki nilai jual, dengan syarat harta tersebut harus ditemukan dalam tanah.
3. Hasil laut yang berupa mutiara, karang, minyak dan lainnya.
Seperti pada ayat Al- Baqarah:267 yang artinya “ hai orang-orang yang
beriman ,nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
yang kami keluarkan dari bumi untukmu. serta hadis rasulullah SAW: artinya,
“Zakat mal temuan (rikaz) adalah 1/5” (HR. Jamaah).
4. Hasil laut yang berupa ikan serta hewan laut, hal ini adalah hasil analog I hasil
laut yang tad disebutkan. apalagi saat ini hasil industry perikanaan merupakan
hasil asset yang berpotensial untuk kekayaan perorangan ataupun perseroan pada
pesisir pantai.
C. Zakat Pabrik
4
Abdul Aziz dan Abdul Wahab, Fiqh Ibadah, Jakarta: AMZAH, 2009, hlm.366.
a. Pengertian Zakat Pabrik
Zakat pabrik / perusahaan atau corporate zakat merupakan sebuah fenomena
baru dalam zakat. Ulama kontemporer melakukan dasar hukum qiyas, yaitu zakat
perusahaan kepada zakat perdagangan. Zakat perusahaan hamper sama dengan
zakat perdagangan dan investasi. Bedanya zakat perusahaan bersifat kolektif.5
Zakat perusahaan sebagai representasi syariah suatu perusahaan diharapkan
dapat memicu pertumbuhan dan distribusi ekonomi yang semakin baik dan harus
didukung dengan pelaksanaan sistem yang jelas sebagai upaya pelaksanaan
perhitungan dan pencatatan zakat yang benar. Perusahaan pada umumnya dapat
bertindak sebagai amil (pengelola) dengan mengembangkan pengumpulan dana
zakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan qardhul hasan atau dapat
menyalurkannya melalui lembaga zakat yang telah ditunjuk oleh perusahaan.
Sehingga perlakuan dan penyajian zakat perusahaan dalam laporan keuangan
suatu perusahaan sangat penting sebagai konsep dasar penentuan besaran zakat
suatu perusahaan. 6
5
https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-perusahaan/ diakses pada tanggal 26 April 2022.
6
Zakaria Batu Bara, “Analisis Metode Perhitungan Zakat Perusahaan”, hal.207.
Pendapat yang dikemukakan oleh Syeikh Abdurrahman isa dalam kitabnya
“al-Mu’âmalah al-Hadîtsah Wa Ahkâmuha ”, mengatakan bahwa yang harus
diperhatikan sebelum pengeluaran zakat adalah status perusahaannya, seperti :
a. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak dibidang layanan
jasa semata, misalnya biro perjalanan, biro iklan, perusahaan jasa angkutan
(darat, laut, udara), perusahaan hotel, maka sahamnya tidak wajib dizakati.
Hal ini dikarenakan saham–saham itu terletak pada alat–alat, perlengkapan,
gedung–gedung, sarana dan prasarana lainnya. Namun keuntungan yang
diperoleh dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham tersebut, lalu
zakatnya dikeluarkan bersama harta lainnya jika telah mencapai nisab dan
haul.
b. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan yang bergerak dibidang layanan
jasa semata, misalnya biro perjalanan, biro iklan, perusahaan jasa angkutan
(darat, laut, udara), perusahaan hotel, maka sahamnya tidak wajib dizakati.
Hal ini dikarenakan saham–saham itu terletak pada alat–alat, perlengkapan,
gedung–gedung, sarana dan prasarana lainnya. Namun keuntungan yang
diperoleh dimasukkan ke dalam harta para pemilik saham tersebut, lalu
zakatnya dikeluarkan bersama harta lainnya jika telah mencapai nisab dan
haul.
c. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan dagang murni yang melakukan
transaksi jual beli barang tanpa melakukan proses pengolahan, seperti
perusahaan yang menjual hasil–hasil industri, perusahaan dagang
Internasional, perusahaan ekspor-impor, dan lain lain, maka saham–saham
perusahaan tersebut wajib dikeluarkan zakatnya disamping zakat dari
keuntungan yang diperoleh. Caranya adalah dengan menghitung kembali
jumlah keseluruhan saham kemudian dikurangi harga alat-alat, barang-barang
ataupun inventaris lainnya, baru kemudian dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5
%. Hal ini dapat dilakukan setiap akhir tahun.7
7
https://baznas.banyuasinkab.go.id/zakat-perusahaan/ diakses pada tanggal 26 April 2022.
intinya berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan. Oleh karena itu, secara
umum nishab zakat perusahaan senilai nishab emas dan perak, yaitu 85 gram
emas dan zakatnya 2,5 % dari asset (bukan dari keuntungan), yaitu uang (kas)
atau barang siap diperdagangkan atau persediaan) yang dinilai dengan nilai uang,
kemudian dikurangkan dengan hutang-hutangnya.
Dalam muktamar internasional tentang zakat telah menganalogikan zakat
perusahaan pada perdagangan, sesuai dengan keterangan dari Abu Ubaid dalam
kitabul amwal menerangkan bahwa “apabila anda telah sampai batas waktu
membayar zakat, perhatikanlah apa yang engkau miliki, baik berupa uang (kas)
ataupun barang yang siap diperdagangkan (persediaan), kemudian nilailah dengan
nilai uang, dan hitunglah hutang-hutangmu atas apa yang engkau miliki”.
Maka dapat diketahui bahwa pola perhitungan zakat perusahaan, didasarkan pada
laporan keuangan (neraca) dengan mengurangkan kewajiban atas aktiva lancar. Atau
seluruh harta (diluar sarana dan prasarana) ditambah keuntungan, di kurangi
pembayaran utang dan kewajiban lainnya, lalu dikeluarkan 2,5 % sebagai zakatnya.
Sementara pendapat lain menyatakan bahwa yang wajib di keluarkan zakatnya itu
hanyalah keuntungannya saja.8
BAB III
8
Didin Hafidhuddin, “Anda Bertanya Tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah Kami Menjawab”, Jakarta:
BAZNAS, 2006.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat merupakan suatu kegiatan yang dapat digunakan untuk membantu
perekonomian masyarakat. Dizaman yang semakin modern ini, dalam jenis dan
pengelolaannya, zakat mengalami perkembangan. Yang tadinya hanya ada zakat fitri,
zakat mal, dll sekarang sudah lebih berkembang menyesuaikan kebutuhan. Sebagai
contohnya zakat sebagai sumber investasi. Sekarang zakat sudah mulai dikenakan
untuk berinvestasi. Dengan tujuan untuk kemaslahatan umat Islam. Tentunya
walaupun bisa untuk berinvestasi, pasti terdapat perbedaan di kalangann para ulama
tentang ini. Selain investasi, zakat juga dikenakan pada pabrik/ perusahaan, hasil laut,
dan hasil tambang.
DAFTAR PUSTAKA
Suyitno, Heri Junaidi, Adib Abdushomad 2005. Anatomi Fiqh Zakat, Sumatra Selatan:
Pustaka Belajar.
Mufraini M. Arif , 2006. Akuntansi Dan Manajemen Zakat, kencana Prenada Media Grup:
Jakarta.
Didin Hafidhuddin. 2006. “Anda Bertanya Tentang Zakat, Infaq dan Shadaqah Kami
Menjawab”. BAZNAS : Jakarta.
Abdul Aziz dan Abdul Wahab. 2009. Fiqh Ibadah. AMZAH : Jakarta.