DAN
SEDEKAH
OUR GROUP
• 1. 2309000699 Ubaid
Habiburrohman
• 2. 2309000667 Irvan Fauzan
• 3. 2309000657 Endah Fauziah H
• 4. 2309000645 Novi Aprianti
PENGERTIAN HIKMAH ZAKAT
ZAKAT
RUKUN
ZAKAT
SEBAB-SEBAB ZAKAT
Hanafiyah berkata, penyebab zakat adalah kepemilikan sebesar satu
nishab yang berkembang, meskipun dengan perkiraan bisa berkembang
dengan syarat genap satu tahun qamariyyah (haul) bukan syamsiyyah,
juga dengan syarat tidak ada utang yang dituntut oleh hamba dan
barang tersebut lebih dari kebutuhan pokoknya.
Perlu dicatat bahwa penyebab dan syarat tergantung adanya barang.
Hanya saja, sebab ditambahkan dengan kewajiban, bukan syarat.
Barangsiapa tidak memiliki satu nishab, maka tidak ada kewajiban
zakat.
Yang dimaksud dengan nishab adalah apa yang ditetapkan oleh
syariat sebagai tanda/pertunjuk zakat. Yakni, ukuran-ukuran yang akan
dibahas pada pembahasan harta-harta zakat seperti dua ratus dirham
atau dua puluh dinar.
SYARAT WAJIB ZAKAT
ISLAM KONDISI HARTA SAMPAI SATU
NISAB
MERDEKA KEPEMILIKAN YANG SEMPURNA
TERHADAP HARTA
Mencapai nishab
2. Genap satu tahun
3. Niat berdagang ketika membeli
4, Kepemilikan barang-barang dagangan dengan transaksi
5. Hendaknya harta itu tidak dimaksudkan untuk memiliki
(hanya memanfaat kan bukan untuk diperdagangkan)
1. Hendaknya harta dagang di tengah-tengah tidak menjadi uang, sementara ia kurang dari nishab
2. Hendaklah zakat tidak terkait dengan barang dagangan itu
3. Penaksiran barang, besaran yang wajib dalam zakat ini dan cara penaksiran barang
Syafi'iyah berkata, barang-barang dagangan ditaksir nilainya dengan apa yang digunakan oleh
pedagang untuk membeli, emas, atau perak. Dan ini dijadikan pertimbangan, sebagaimana jika dia
belum membeli apaapa. Berdasarkan hal ini, jika barang dimiliki dengan uang, maka barang itu
dinilai dengan uang jika orang itu memiliki satu nishab atau kurang menurut pendapat yang paling
shahih, baik uang itu adalah uang yang dominan atau tidak. Baik dibatalkan penggunaan oleh
penguasa atau tidak. Sebab, itu adalah asal mula barang yang ada di tangannya
.
4. Hukum menggabung laba, pertumbuhan dan harta selain perdagangan kepada harta pokok
Syafi'iyah mengatakan,aos dalam pendapat yang paling shahih bahwa laba, anak dari barang, dan
buahnya, seperti buah pohon, ranting-rantingnya, daunnya, bulu hewan, rambutnya, adalah harta
perdagangan yang digabungkan dengan harta pokok. Haulnya adalah haul barang asli, meskipun
barang asli kurang dari satu nishab. Sebab, keuntungan dan sejenisnya adalah bagian dari barang
asli. Maka, haulnya mengikuti haul barang asli, seperti hasil dari binatang ternak
5. Cara zakat perdagangan menurut malikiyah
a. Orang yang menimbun adalah orang yang membeli barang-barang dan menunggu lonjakan harga.
Hukumnya, tidak ada kewajiban zakat atas orang ini sampai dia menjual barang itu
b. Orang yang memutar hartanya adalah orang yang menjual dan membeli barang dan tidak menunggu
waktu, tidakterbatasi haul, seperti orang-orang pasar. Maka, orang ini menjadikan satu bulan
dalam setahun untuk dirinya melihat uang yang ada padanya, menaksir nilai barang yang ada
padanya, dan menggabungkannya dengan emas dan perak lalu menzakatinya jika telah mencapai
nishab setelah gugur utangnya jika dia mempunyai
c. Adapun jika pedagang itu menimbun sebagian barang dagangan, memutar sebagian yang lain, maka
iika keduanya sama, atau yang lebih sedikit adalah diputa4 yang lebih banyak ditimbun, maka
orang yang menimbun menzakatkannya berdasarkan hukum penimbunan. Artinya, dia
menzakatkan nilainya setelah dia menerima untuk satu tahun
6. Zakat syirkah mudharabah
Menurut madzhab Syafi'i, pekerja harus menzakatkan bagian keuntungannya, sebab dia mungkin saja sampai kepada itu
kapan saia dia ingin pembagian. Maka, ini mirip dengan utang yang jatuh tempo yang menjadi tanggungan orang yang
mampu membayarnya. Penghitungan haul untuk bagiannya dimulai semenjak ada keuntungan. Pekerja tidak harus
mengeluarkan zakat sebelum pembagian berdasarkan madzhab
D. Zakat Tanaman dan Buah-Buahan (Zakat Tumbuhan atau yang Keluar dari Tanah)
1. Kefardhuan Zakat Tanaman, Buab Buahan, dan Sebab Kelardhuan
Adapun sebab kefardhuan zakat ini adalah, tanah yang tumbuh dengan adanya tanaman yang keluar darinya, secara hakiki
pada hak sepersepuluh dan perkiraan pada hak kharraj. Kalau tanaman yang keluar dari tanah terkena penyakit lalu rusak,
maka tidak wajib di dalamnya zakat sepersepuluh pada tanah 'usyuri, tidak pula kewajiban pajak pada tanah kharraj, karena
pertumbuhan tidak ada baik secara hakiki maupun perkiraan.
2. Syarat-Syarat Zakat Tanaman dan Buah-Buahan
Syafi’iyah mengatakan tiga syarat
a. Hendaklah hasil yang dikeluarkan oleh tanah adalah termasuk bahan pokok makanan, disimpan, dan ditumbuhkan oleh
manusia. Dari biji adalah gandum, jawawut, jagung, beras, adas, himashsha, dan sebagainya. Dari buah-buahan adalah
kurma dan kurma kering. Tidak ada kewajiban zakat pada sayur-sayuran, kacangkacangan, buah-buahan seperti timun,
semangka, delima, tebu. Zakat biji-bijian adalah setelah membersihkannya dari jerami dan kulit.
b. Hendaklah hasilnya mencapai satu nishab penuh, yaitu lima wasaq, yakni seribu enam ratus ritl Baghdad. Di Damaskus
menurut pendapat yang paling shahih adalah tiga ratus empat puluh dua rithl dan enam pertujuh rithl. Ini setara dengan 653
kg.
c. Hendaklah hasil itu dimiliki oleh pemilik tertentu. Oleh karena itu, tidak ada
kewajiban zakat pada barang yang diwakafkan kepada masjid menurut pendapat yang
shahih. Sebab, tidak ada pemilik tertentu. Tidak ada kewajiban zakat pada kurma padang
pasir yang diperbolehkan [milik umum, siapa pun boleh mengambilnYa, peni.). Sebab,
tidak ada pemilik tertentu pada kurma tersebut.
3. Apa yang wajib di zakatkan
Syafi'iyah menetapkan bahwa zakat khusus pada bahan pokok. Dari jenis buah pohon adalah kurma dan
anggur kering. Dari jenis biji-bjian adalah gandum, jelai, padi, adas, masy (jenis biji tumbuh-tumbuhan)
dan semua makanan pokok baik sebagai alternatif seperti himashsha, kacang-kacangan kacang) dan
jagung, hurthuman (biji sedang antara gandum dan jelai): julbanah, kirsanah, hilbah, khasykhasy, dan
wijen.
4. Nishab yang di Mana Zakat Tanaman dan Buah-Buahan Mulai Diwajibkan
Malikiyah menyebutkan bahwa yang dijadikan pertimbangan adalah keadaan biji bersih dari jerami dan
keterjagaannya pada barang yang tidak disimpang, kadar kekeringan, kurma tersebut sudah matang dan
anggur sudah kering.Jika kurma dijual dalam bentuk masih mentah atau anggur belum kering, maka
seperduapuluh dari harga wajib dizakatkan dan seperduapuluh harga kacang hijau dan himashsah yang
mana keadaannya tidak bisa kering. Seperduapuluh dari minyak diambil dari barang yang mengandung
minyak.. Menurut nishab syar'i kulit padi, 'alas dan jeIay yang disimpan dihitung. Kalau padi misalnya
dikuliti sebanyak empat wasaq dan yang masih berkulit sebanyak lima wasaq, maka itu dizakatkan. jika
kurang dari itu, maka tidak ada kewajiban zakat
5. Ukuran Kewajiban Zakat dan Slfatnya
Para fuqaha bersepakat bahwa sepersepuluh wajib dizakatkan pada tanaman buah-buahan yang
disiram tanpa biaya (kesusahan) seperti yang diminum dari langit (hujan), dimimun dengan akar-
akarnya. Yaitu, yang minum dari air yang dekat dengannya. Seperduapuluh wajib dizakatkan pada
tanaman dan buah-buahan yang disiram dengan biaya seperti timba (kincir air) yang digunakan
memerciki tanaman.
6. Waktu Kewatlban Zakat
Menurut Syafi'iyah dan Hanabilah, zakat wajib karena menampaknya kebaikan buah-buahan, sebab
pada saat itu sudah menjadi buah-buahan yang sempurna. Sebelum itu, masih mentah dan belum
matang. fuga dengan tampak mengerasnya biji, sebab pada saat itu sudah menjadi makanan. Sebelum
itu masih sayuran
7. Apa yang Digabungkan Satu dengan Lainnya
Syaf iyah mengatakan, satu jenis dengan jenis yang lain tidak menjadi sempurna (nishab), satu macam
dengan macam lainnya bisa digabungkan. Masing-masing dari dua macam ini dikeluarkan sesuai
dengan bagiannya, karena tidak adanya kesusahan di dalamnya, berbeda dengan binatang-binatang
ternak maka pendapat yang paling sah adalah bahwa orang yang berzakat mengeluarkan satu macam
darinya. Dengan syarat nilai dan pendistribusiannya dianggap.
8. Zakat Bua-Buahan yang Di wakafi
Syafi'iyah mengatakan, zakat menurut pendapat yang shahih tidak waiib pada buah-buahan
kebun dan hasil desa yang diwakafkan kepada masjid, bendungan,lembaga pendidikan, orang-
orang fakir dan orang-orang miskin. Sebab, itu semua tidak mempunyai pemilik tertentu.
9. Zakat Tanah yang Disewakan
Mayoritas ulama mengatakan, jika seseorang menyewa tanah lalu dia menanamnya atau dia
meminjam tanah lalu menanaminya atau menanam kurma di dalamnya, maka wajib zakat.
Sepersepuluh adalah meniadi kewajiban orang yang menyewa dan orang yang meminjam bukan
pemilik tanah. Sebab, ini adalah kewajiban pada tanaman, maka menjadi tanggungan
pemiliknya.
10. Zakat Tanah Kharraj
11. Al-Asyir dan Pajak Sepersepuluh
Al-Asyir adalah orang yang diangkat oleh pemimpin di jalan agar mengambil shadaqahshadaqah
dari para pedagang. Jika terjadi perbedaan antara al-Asyir dan pedagang, lalu salah satu dari
mereka mengingkari sempurnanya haul atau bebas dari utang, maka dia telah mengingkari
kewajiban zakat
DISTRIBUSI ZAKAT
ORANG IBNU SABIL
FAKIR
AMIL
MUALAF
ETIKA BERZAKAT
1. Hendaknya mengeluarkan zakat
dalam keadaan senang
2. Hendaknya mengeluarkan harta
terbaik dari hasil kerjanya
3. Hendaknya tidak memamerkan
kepada orang lain
SEDEKAH SUNNAH
1. Hukum sedekah sunnah
2. Merahasiakannya dan mengeluarkannya di bulan Ramadhan
3. Bersedekah dengan semua harta
4. Yang utama dalam bersedekah
5. Dianjurkannya sedekah dengan harta yang lebih dari kebutuhan
6. Bersedekah dengan apa yang mudah untuk di lakukan
7. Bersedekah kepada orang-orang yang baik
8. Orang yang di beri sedekah
9. Sedekah orang yang memiliki utang dan orang yang masih mempunyai
tanggungan untuk di nafkahi
10.Niat semua orang mukmin
11.Bersedekah dengan harta haram
12.Yang diharamkan, dimakruhkan, dan dianjurkan dalam bersedekah.
ZAKAT FITRAH
DISYARIATKANNYA ZAKAT FITRAH, HUKUMNYA, DAN ORANG YANG DI PERINTAHKAN UNTUK
MELAKUKAN NYA
Zakat fitrah disyariatkan pada tahun kedua Hijriah, di tahun diwajibkannya puasa Ramadhan, sebelum zakat.
Hukumnya wajib ditunaikan oleh setiap orang Muslim yang merdeka, yang mampu mengeluarkannya pada
waktunya. Hikmahnya: menutupi kekurangan puasa dan mencukupkan orang-orang fakir dari minta-minta di hari
ldul Fitri. Waqi bin arrah berkata, "Zakat fitrah untuk bulan Ramadhan seperti sujuh sahwi untuk shalat. Zakat
dapat menutupi kekurangan puasa sebagaimana sujud menutupi kekurangan shalat.
jumhur berkata, zakat fitrah wajib atas orang merdeka, baik kecil maupun besar; baik laki-laki maupun
perempuan, dari kalangan kaum Muslimin, sebagaimana dikatakan oleh ulama Hanafiyyah. Oleh karennya, orang
kafir tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah. Zakat waiib atas setiap orang yang memiliki makanan pokoknya dan
makanan pokok orang yang waiib dia nafkahi pada malam hari raya Idul Fitri dan ketika hari raya Idul Fitrinya.
Barangsiapa diharuskan mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya maka dia juga harus mengeluarkan zakat fitrah
orang yang wajib dia nafkahi disebabkan hubungan kerabat seperti kedua orang tua, atau sebab hubungan
pernikahan, atau kepemilikan budak jika mereka semua beragama Islam dan ada harta untuk menunaikan zakat
fitrah mereka.
WAKTU DIWAJIBKANNYA ZAKAT FITRAH SERTA MENYEGERAKAN DAN
MENGAKHIRKANNYA
Hanafiyyah berkata, zakat fitrah diwajibkan ketika terbitnya fajar pada hari raya Idul Fitri,
Karena zakat tersebut disandarkan pada Idul Fitri. Penyandaran tersebut berfungsi untuk
ikhtishash (mengkhususkan). Zakat fitrah sah disegerakan dan diakhirkan. Oleh sebab itu,
seseorang boleh mendahulukan zakat fitrah setelah masuk bulan Ramadhan dari waktu
wajibnya, yaitu hari raya Idul Fitri, atau boleh juga mengakhirkannya. Syafi'iyah berkata,
dianjurkan hendaknya zakat fitrah tidak diakhirkan hingga setelah shalat Id. Karena, ada
perintah untuk menunaikannya sebelum keluar rumah untuk menunaikan shalat Id, Jika
diakhirkan maka dianjurkan untuk menunaikannya di awal siang kepada orang-orang yang
berhak menerimanya.
WAKTU DIWAJIBKANNYA ZAKAT FITRAH SERTA MENYEGERAKAN DAN
MENGAKHIRKANNYA
Hanafiyyah berkata, zakat fitrah diwajibkan ketika terbitnya fajar pada hari raya Idul Fitri,
Karena zakat tersebut disandarkan pada Idul Fitri. Penyandaran tersebut berfungsi
untuk ikhtishash (mengkhususkan). Zakat fitrah sah disegerakan dan diakhirkan. Oleh
sebab itu, seseorang boleh mendahulukan zakat fitrah setelah masuk bulan Ramadhan
dari waktu wajibnya, yaitu hari raya Idul Fitri, atau boleh juga mengakhirkannya.
Syafi'iyah berkata, dianjurkan hendaknya zakat fitrah tidak diakhirkan hingga setelah
shalat Id. Karena, ada perintah untuk menunaikannya sebelum keluar rumah untuk
menunaikan shalat Id, Jika diakhirkan maka dianjurkan untuk menunaikannya di awal
siang kepada orang-orang yang berhak menerimanya.