Anda di halaman 1dari 10

Https://p2k.stekom.ac.

id/ensiklopedia/Metode_sejarah

MEMAHAMI METODE SEJARAH

 Latar belakang

Sejarah merupakan pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar
terjadi di masa lampau. Muhammad Yamin berpendapat bahwa Sejarah merupakan ilmu
pengetahuan tentang cerita sebagai hasil penafsiran manusia masa lalu. Untuk menjadikan
Sejarah sebagai sebuah ilmu pengetahuan dibutuhkan beberapa kriteria yang mendasarinya,
seperti tujuan, objek, metode, kebenaran, dan sifat sistematik. Dengan begitu, Sejarah tidak
akan dipandang sebagai sejarah naratif seperti halnya ungkapan yang mengatakan bahwa
“pernyataan historis hanyalah sebuah statemen mengenai fakta-fakta historis, sedangkan
peristiwa historis sendiri sifatnya faktual bukan tekstual”.

Dalam proses menjadikan Sejarah menjadi ilmu pengetahuan, fakta-fakta mengenai Sejarah
harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Sebab seperti halnya sebuah puzzle yang berserakan,
fakta-fakta dan data Sejarah ini tersebar secara acak sehingga perlu disusun secara ilmiah
agar dapat memberikan informasi di masa lalu bagi generasi di masa depan
(Rahman et al., 2017).

Sejarawan memiliki peran penting dalam merangkai kepingan-kepingan masa lalu. Mereka
akan mempelajari peristiwa di masa lalu dengan prinsip metode ilmiah. Dimana prinsip
tersebut harus menjawab enam pertanyaan utama dalam sejarah, seperti pertanyaan what
(apa), when (kapan), where (dimana), who (siapa), why (mengapa), dan how (bagaimana)
sebuah peristiwa di masa lalu dapat terjadi. Hasil akhir dari penyusunan kepingan-kepingan
fakta dan data tersebut kemudian akan ditulis oleh para sejarawan dalam bentuk historiografi
(penulisan sejarah).

 Definisi metode

Menurut definisi kamus The New Lexicon Webster’s Dictonary of the English Language yang
di kutip di dalam buku karangan Helius Sjamsuddin, metode memiliki arti sebagai: “Suatu
cara untuk berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan dalam
berbuat, berencana; suatu susunan atau sistem yang teratur. Jadi metode ada hubungan
dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin
ilmu tertentu untuk mendapatkan objek yang diteliti. Metode sejarah ini dapat diartikan
“bagaimana mengetahui sejarah”.

Ibarat penguasaan keterampilan tukang dan seorang insinyur bangunan. Seorang tukang batu
mengetahui dan menguasai “metode” membangun rumah dengan melakukan sendiri
penyusunan bata demi bata, pencampuran semen dengan pasir, dan plester tembok tanpa
harus mengetahui segala macam teori dan perhitungan-perhitungan yang rumit. Namun
seorang insinyur bangunan harus menguasai “metodologi” (tentu saja termasuk metode)
pembangunan sebuah rumah. Ia merencanakan semua dari awal seperti pembuatan cetak biru
(blue print), perhitungan, konstruksi, dan kekuatan bangunan, kenyamanan, serta
keamanannya sampai kepada hubungan gedung itu dengan lingkungan sekitarnya.

Manfaat dari menggunakan metode penelitian sejarah, adalah terjadinya prosses penyelidikan
kritis terhadap situasi, keadaan, perkembangan, serta pengalaman di masa lampau, dan
menimbang secara teliti dan berhati-hati terhadap validitas bukti dari sumber sejarah.
Sehingga dapat melahirkan suatu gambaran jelas, dan dapat memberikan pemahaman yang
mendalam terhadap peristiwa yang terjadi di masa lalu. Dengan kata lain, ia bertujuan untuk
memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaimana, apa, siapa, kapan, di mana, dan
mengapa suatu peristiwa masa lalu dapat terjadi. Mampu memprediksi sesuatu yang akan
terjadi pada masa mendatang. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan
hubungan atau kecendrungan. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara
lebih lengkap. Serta proses masa lalu itu menjadi masa kini, dan pada akhirnya, diharapkan
darinya ada sumbangsih pemahaman yang lebih baik tentang kejadian masa lalu, dan masa
kini serta memperoleh dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa
kini.

Karakteristik metode sejarah:


Pertama, Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa
lalu). Ia mencoba menggali fakta-fakta sebenarnya yang terjadi, baik fakta yang nampak
ataupun segala kejadian dibalik layar. Misi yang diemban bukan hanya menyajikan sebuah
cerita runtutan peristiwa, namun ia juga mencakup makna dibalik layar dari rentetan kejadian
itu.
Kedua, Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif. Proses penggalian dan perangkaian
informasi harus tersusun secara runtut dan tersetruktur. Karena sejarah merupakan sebuah
rentetan peristiwa yang berkesinambungan, dan terus berkembang dalam perubahan era.
Ketiga, Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang interaktiveantara manusia, peristiwa,
ruang dan waktu. Artinya penelitian sejarah harus mampu menghindari problem abadi
sejarah, yaitu: keterjebakan seorang peneliti sejarah dalam lingkaran “a histois,” atau terjebak
dalam wilayah sejarah yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan kata lain, yang
dimau dari penelitian sejarah adalah menjadikan realitas termasuk kajian tentang ilmu
menjadi benar-benar historis, atau dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
Keempat, Dilakukan secara interaktif dengan gagasan, gerakan, dan intuisi yang hidup pada
zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial). Artinya seorang peneliti sejarah selain
memiliki otoritas keilmuan sejarah, atau melek sejarah, ia juga harus memiliki misi tersendiri
dalam penelitian ini. Sehingga ia tidak hanya sebatas melakukan proses pengungkapan
peristiwa secara komprehensif, namun mampu menegaskan bahwa peristiswa tersebut
memiliki suatu “misi” rahasia tersendiri yang tidak semua orang tahu.

Objek Kajian Sejarah


Objek sejarah merupakan perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi masa
lampau. Karena bahasan tentang waktu merupakan unsur penting, makanya asal mula, ataupun latar
belakang menjadi pembahasan pokok dalam kajian ini. Adapun tujuan dari pokok kajian sejarah
adalah menjaga warisan kebudayaan, dan menginformasikan kisah perkembangan umat manusia.
Sehingga dalam merekonstruksi sejarah diperlukan bukti-bukti atau lebih tepatnya fakta sejarah. Fakta
peninggalan sejarah inilah yang disebut objek, baik yang bersifat artefak, dokumen tertulis, dan lain
sebagainya.

Ilmu bantu dalam penelitian sejarah


Ilmu bantu bagi penelitian sejarah secara bersamaan. Di antaranya adalah paleontologi,
astronomi, arkeologi, antropologi dan geologi. Paleontologi merupakan ilmu mengenai
sejarah kehidupan di bumi termasuk hewan dan tumbuhan zaman lampau yang telah menjadi
fosil. Adapun astronomi lebih mengenai belbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-
usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-
benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta. Selain itu,
arkeologi dan antropologi berperan sebagai ilmu tentang kebudayaan manusia masa lalu
melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi
penemuan, dokumentasi, analisis dan interpretasi data. Bedanya antropologi lebih berfokus
pada budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Terakhir geologi, yaitu ilmu tentang Bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Ilmu bahasa,
philology, dokumen, ekonomi, sastra kebudayaan dan sebagainya. Artinya, perkembangan
sejarah sebagai suatu disiplin keilmuan khusus telah melahirkan pelbagai macam disiplin lain
yang diturunkan darinya, tentunya dengan fokus yang bermacam-macam, meskipun tetap
dalam satu payung besar yang bernama perubahan era.
Menurut pendapat Gay dalam tulisan Sukardi (2003; 203) secara definisi penelitian sejarah dapat
diartikan sebagai salah satu penelitian mengenai pengumpulan dan evaluasi data secara sistematik,
yang berkaitan dengan kejadian masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan
penyebab, pengaruh, atau perkembangan kejadian yang mungkin membantu dengan memberikan
informasi pada kejadian sekarang, dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Penelitian sejarah
akan memperoleh manfaat maksimal, apabila digunakan untuk tujuan menjawab hipotesis penelitian
yang diajukan peneliti dan merekonstruksi kembali peristiwa dan kehidupan masa lampau dengan
tepat dan objektif. Melalui usaha peneliti untuk merelokasi, mengevaluasi, dan menginterpretasi
data dimana kita dapat belajar tentang masa lalu. (Sukardi, 2003; 204).
Salah satu bidang studi Islam yang menarik perhatian para peneliti adalah Sejarah Islam.
Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga
sekaligus peringatan agar berhati-hati (Nata, 2003). Sementara bagi para peneliti barat,
mempelajari sejarah Islam ini ditujukan untuk pengembangan ilmu dan juga dimaksudkan
untuk mengekpresikan kejahatan agama Islam kepada masyarakat yang mereka
salahpahami dari ajaran-ajarannya.

[Kelemahan filsuf Timur dibandingkan barat]


Disadari atau tidak, bahwa selama ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal
dari hasil penelitian para sarjan Barat. Hal ini terjadi, selain karena masyarakat Barat
memiliki etos keilmuan yang tinggi juga didukung oleh dana dan kemauan politik yang
kuat dari para pemimpin-pemimpinnya. Sementara dari kalangan para peneliti Muslim
Nampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di
bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang
kondusif (Nata, 2003).

[Alasan negative Orientalisme]


Perbedaan kajian Islam yang dilakukan para Orientalis dan kaum Muslim dapat dilihat dari
asumsi dibalik metodologinya. Orientalis menjadikan Islam sebagai objek penelitian tanpa
mempedulikan kebenaran yang ada di dalamnya. Mereka memandang Islam sekedar untuk
penelitian, tanpa mempertimbangkan orang-orang Islam yang memeluknya dan kebenaran
yang diyakini dari agama ini. Selain itu, mereka juga memandang agama Islam sebagai
fenomena sosial atau sastra yang layak dikaji melalui pendekatan budaya, sosiologi,
antropologi, sejarah, politik dan perbandingan agama. Dengan demikian, mereka membagi
Islam dalam dua kategori: 'Islam normatif' (yakni segala norma dan aturan keagamaan yang
ditentukan oleh Allah), dan 'Islam aktual' (ajaran yang dilakukan oleh orang-orang Islam di
berbagai tempat). Akibatnya dibuat-lah kategori-kategori yang keliru seperti 'Islam klasik',
'Islam Abad Pertengahan', 'Islam Fundamentalis', 'Islam Moderat', 'Islam Radikal', dan 'Islam
Liberal'. Semua ini adalah cara pandang yang mengelirukan.
Metode dan hasil yang ilmiah menerapkan konsep yang memandang ilmu sebagai suatu
kumpulan kebenaran yang diperoleh dengan sistematis mengenai suatu persoalan tertentu
melalui suatu metode yang efektif. Metode yang efektif memperoleh perhatian utama dalam
meningkatkan suatu pengetahuan untuk bisa menjadi ilmu. Oleh karena itu sejarah sebagai
ilmu harus bekerja menurut tahapan tertentu yang mempunyai metode, yang di dalam
penelitian sejarah disebut dengan metodologi sejarah.
Metode sejarah adalah langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah. Tujuan dari
metode sejarah adalah mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya
secara kritis, dan menyajikan suatu sintesis tertulis atas hasil yang dicapai.
Metode Sejarah meliputi proses pencarian dan pengumpulan sumber serta pengolahan data.
Dan mengapa pentingnya menggunakan metode agar dapat memudahkan kita saat meneliti
dan membuat satrategi sehingga diperoleh fakta dan proses menguji dan menganalisis secara
kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.
Penelitian sejarah digunakan untuk membandingkan catatan peristiwa sejarah dan kegiatan di
sekitarnya. Jenis penelitian ini juga membantu untuk mengatur peristiwa bersejarah secara
berurutan, dan untuk melestarikan data historis sehingga tidak hilang.
Adapun tujuan dari metode sejarah adalah untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah
secara efektif, menilainya secara kritis, dan menyajikan sebuah sintesis tertulis atas hasil yang
diperoleh. Oleh sebab itu, para sejarawan wajib menggunakan metode sejarah dalam
mengerjakan penelitiannya.
Dengan menggunakan metode dan hasil yang ilmiah maka ilmu akan dipandang sebagai
suatu kumpulan kebenaran sebab diperoleh secara sistematis mengenai suatu persoalan
(dengan metode yang efektif tersebut). Oleh karena itu, Sejarah -agar tidak hanya dipandang
sebagai pengetahuan saja melainkan menjadi sebuah ilmu- memerlukan tahapan tertentu
dalam prosesnya dengan metode tertentu sehingga dalam penelitian Sejarah hal tersebut
dikenal sebagai metodologi Sejarah.

Metode penelitian adalah langkah ilmiah agar bisa beroleh dan termasuk bisa mengumpulkan
data-data dan juga fungsi dan untuk target tertentu. Ada sebagian hal yang wajib untuk di
memperhatikan dan di pahami mengenai pengertian metode penelitian yakni langkah ilmiah,
data-data, fungsi dan juga target dilakukan penelitian ini.

Secara umum data yang diperoleh dari sebuah penelitian yakni data yang telah miliki sebuah
kriteria tertentu seperti valid. Valid merupakan derajat maupun tingkat ketepatan antara data
yang sebenarnya berjalan terhadap hal yang akan di cermat bersama memakai data yang telah
di kumpulkan dari peneliti objek tersebut.

Terdapat fungsi dan target di dalam sebuah penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian
tersebut bisa berbentuk penemuan, pengembangan dan termasuk pembuktian. Tujuan utama
dari sebuah penemuan yang berbentuk penemuan itu maksudnya adalah data yang di peroleh
dari sebuah penelitian belum pernah di temukan oleh peneliti lain sebelumnya.
Misi Islam dalam peradaban

Berdasarkan hasil penelitiannya, para ilmuan Barat sepperti W. Montgomery Watt,


Marshall G.S. Hodgson, dan John Obert Voll, menyimpulkan bahwa rahasia dibalik daya
hidup umat Islam dan kegigihan peran-peran sosial tersebut disebabkan oleh kesadaran
terhadap misi ketuhanan. Bahwa, Islam agama Rahmat lil ‘Alamin (pembawa rahmat bagi
dunia). Bagi umat islam nilai-nilai ketuhanan harus dioperasionalkan dan sedapat
mungkin mewarnai perjalanan peradaban manusia. Kesadaran ini menjadi motivasi umat
Islam dalam melakukan peran-peran sosial di sepanjang sejarah.
Kesadaran ketuhanan ini pada gilirannya membentuk sikap hidup umat Islam untuk
senantiasa bersikap positif, aktif, dan kreatif terhadap dunia dan permasalahan manusia. Dari
sikap ini lahir berbagai macam kebudayaan dan peradaban manusia yang ingin menjawab
setiap kebutuhan manusia. Hal ini dapat dilihat pada upaya Nabi Muhammad membangun
pondasi tatanan masyarakat yang beradab di kota madinah.

John Obert Voll melihat bahwa peradaban umat Islam masih terus berkembang dan
mengalami dinamikanya sendiri. Bagi Voll, gerakan-gerakan Islam yang muncul di era
modern tidak lain merupakan bagian dari semangat adapatasi yang kreatif.

Bila kita telusuri, baik pada ajaran-ajaran al Qur’an maupun pada sejarah hidup Nabi
Muhammad, maka islam menciita-citakan suatu massyarakat yang percaya pada Tuhan,
bermoral yang tinggi, tegaknya hukum, dan terdapat keadilan sosial, demi terwujud
kesejahteraan manusia yang sebenar-benarnya. Dalam pandangan Islam apa yang disebut
peradaban merupakan sarana untuk mencapai citta-cita tersebut.

Dalam rangka mencapai suatu intepretasi yang tepat dalam memahami agama dengan segala
aspek yang terkandung di dalamnya diperlukan metode-meode yang dapat dipergunakan
untuk mendapat pemahaman yang tepat.

Cara Memahami Islam

Untuk memahami Islam secara garis besar ada dua macam:

Pertama, metode komparasi, yaitu suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruh aspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan agama lainnya, dengar. Cara
demikian akan dihasilkan pemahaman Islam yang objektif dan utuh

Kedua, metode sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan antara metode
ilmiah dengan segala cirinya yang rasional, objektif, kritis, dan seterusnya dengan metode
teologis normatif. Metode ilmiah digunakan untuk memahami Islam yang tampak dalam
kenyataan historis, empiris, dar sosiologis, sedangkan metode teologis normatif digunakan
untuk memaham: Islam yang terkandung dalam kitab suci. Melalui metode teologis normatif
ini seseorang memulainya dari meyakini Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini
didasarkan pada alasan, karena agama berasal dari Tuhan dari apa yang berasal dari Tuhan
mutlak benar, maka agamapun mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat agama
sebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia yang
secara keseluruhan diyakini amat ideal. Melalui metode teologis normatif yang tergolong tua
usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan kecintaan yang kuat, kokoh, dan militan pada
Islam, sedangkan dengan metode ilmiah yang dinilai sebagai tergolong Muda usianya ini
dapat dihasilkan kemampuan menerapkan Islam yang diyakini dan dicintainya itu dalam
kenyataan hidup serta memberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi
manusia.

Dalam rangka mencapai suatu intepretasi yang tepat dalam memahami agama dengan segala
aspek yang terkandung di dalamnya diperlukan metode-meode yang dapat dipergunakan
untuk mendapat pemahaman yang tepat. Menjawab berbagai masalah yang dihadapi saat ini,
diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman islam yang utuh dan komprehensif.

Dalam hubungan ini Mukti Ali pernah mengatakan bahwa metodologi adalah masalah yang
sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu.

Metode memiliki peranan sangat penting dalam kemajuan dan kemunduran. Untuk mencapai
suatu kemajuan, kejeniusan saja belum cukup, melainkan harus dilengkapi dengan ketepatan
memilih metode yang akan digunakan untuk kerjanya dalam bidang pengetahuan. Metode
yang tepat adalah masalah pertama yang harus diusahakan dalam berbagai cabang ilmu
pengetahuan.

Memahami metodologi sejarah antara teori dan praktik merupakan kunci penting bagi
seseorang dalam menganalisis dan mengeksplorasi peristiwa dan kejadian masa lalu.
Metodologi sejarah adalah sistem atau cara yang digunakan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan informasi sejarah. Ini melibatkan penggunaan teori, metode,
dan praktik yang sesuai dengan kaidah dan aturan dalam disiplin ilmu sejarah.Misalnya,
penelitian sejarah menggunakan metodologi yang terdiri atas tahapan seperti pemilihan topik,
pengumpulan sumber sejarah, verifikasi sumber sejarah, interpretasi, dan penulisan sejarah.
Setiap tahap ini harus dilakukan dengan tepat dan benar, dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar, memperhatikan konsistensi, dan menggunakan format penulisan yang sesuai
dengan kaidah atau pedoman yang berlaku.Metodologi sejarah juga memerlukan pemahaman
tentang historiografi, yang merupakan proses penulisan sejarah sekaligus akhir dari metode
penelitian sejarah. Contoh penelitian sejarah mengenai peninggalan Kerajaan Majapahit
meliputi pemilihan topik, pengumpulan sumber sejarah, menilai dan menguji bahan sumber,
dan menuangkan hasil interpretasi ke dalam karya tertulis.Penelitian sejarah harus melalui
sejumlah tahapan atau langkah-langkah tertentu, seperti pemilihan topik, pengumpulan
sumber sejarah, verifikasi sumber sejarah, interpretasi, dan penulisan sejarah. Setiap langkah
ini harus dilakukan dengan tepat dan benar, dengan menggunakan bahasa yang baik dan
benar, memperhatikan konsistensi, dan menggunakan format penulisan yang sesuai dengan
kaidah atau pedoman yang berlaku.Peneliti sejarah harus memahami kaidah-kaidah metode
sejarah dan mampu mengimplementasikannya, agar penelitian itu menghasilkan karya
sejarah ilmiah.
Metodologi dalam setiap ilmu pengetahuan mengalami perkembangan. Perkembangan
metodologi beriringan pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ini terjadi
disebabkan oleh semakin berkembangnya hasil temuan dari penelitian yang dilakukan dari
waktu ke waktu. Hasil penelitian yang berkembang menunjukkan pula adanya perkembangan
dalam metodologi.

Metode Sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan metodologi ialah


“mengetahui bagaimana mengetahui sejarah.” Seorang sejarawan yang ingin mengatahui
suatu Sejarah tertentu, ia akan menempuh secara sistematis prosedur penyelidikan dengan
menggunakan teknik-teknik tertentu, pengumpulan bahan-bahan sejarah baik dari arsip-arsip
dan perpustakaan-perpustakaan (di dalam atau di luar negeri), wawancara dengan tokoh-
tokoh tertentu untuk menjaring informasi selengkap mungkin). Seorang sejarawan harus
dilengkapi pula dengan pengetahuan metodologis atau pun teoretis bahkan juga filsafat.

Metode dan metodologi merupakan dua kata berbeda dengan tugas yang sama. Menurut
definisi kamus The New Lexicon Webster’s Dictonary of the English Language yang di kutip
di dalam buku karangan Helius Sjamsuddin, metode memiliki arti sebagai: “Suatu cara untuk
berbuat sesuatu; suatu prosedur untuk mengerjakan sesuatu; keteraturan dalam berbuat,
berencana; suatu susunan atau sistem yang teratur. Jadi metode ada hubungan dengan suatu
prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu
untuk mendapatkan objek yang diteliti. Sedangkan metodologi menurut The New Lexicon
ialah “suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode atau prosedur;
suatu sistem tentang metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science).
(Sjamsuddin, 2012: 10-11). Dapat diketahui bahwasannya metode dan metodologi adalah dua
fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang sama. Metode sejarah ialah “bagaimana
mengetahui sejarah”, sedangkan metodologi sejarah “mengetahui cara bagaimana
mengetahui sejarah”.

Ibarat penguasaan keterampilan tukang batu dan desain seorang insinyur bangunan. Seorang
tukang batu mengetahui dan menguasai “metode” membangun rumah dengan melakukan
sendiri penyusunan bata demi bata, pencampuran semen dengan pasir, dan plester tembok
tanpa harus mengetahui segala macam teori dan perhitungan-perhitungan yang rumit. Namun
seorang insinyur bangunan harus menguasai “metodologi” (tentu saja termasuk metode)
pembangunan sebuah rumah. Ia merencanakan semua dari awal seperti pembuatan cetak biru
(blue print), perhitungan, konstruksi, dan kekuatan bangunan, kenyamanan, serta
keamanannya sampai kepada hubungan gedung itu dengan lingkungan sekitarnya. Jadi
seorang sejarawan professional dituntut penguasaan sekaligus metode dan metodologi
disiplin keilmuwannya.

Metodologi dalam sejarah berperan sebagai penengah antara dua pernyataan data atau fakta
sebuah peristiwa dari berbagai sumber media dan sebagainya. Selain itu metodologi sejarah
sebagai jembatan penghubung/ menghubungkan data – teori dengan daya kritis. Maka dari
itu, dalam memahami metodologi Sejarah, teori dan praktik merupakan kunci penting bagi
seseorang dalam menganalisis dan mengeksplorasi peristiwa dan kejadian masa lalu

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji


kebenarannya. Oleh karena itu, ia berfungsi sebagai kemungkinan untuk
menguji kebenaran suatu teori.20 Dalam kasus penelitian sejarah, ada
sebagian orang yang berasumsi bahwa hipotesa tidaklah diperlukan. Namun
pemakalah menilai anggapan tersebut salah, sebab metode-metode lain selain metode sejarah juga
memerlukan adanya hipotesa sebagai jawaban
sementara dalam memecahkan masalah. Walaupun memang, jika hanya
untuk memperoleh data-data masa lampau untuk kebutuhan masa sekarang,
maka hipotesa tidak diperlukan. Namun, penelitian yang hanya
mengumpulkan data masa lalu, tentunya tidaklah mungkin disebut sebagai
penelitian dalam arti sebenarnya

metode sejarah juga


bermaksud untuk menemukan suatu generalisasi. Tujuannya ingin
menemukan pengertian-pengertian tentang fenomena-fenomena tertentu,
dengan dimensi waktu tertentu, yang mana generalisasi itu mencakup bukan
saja masa lampau, tetapi juga tentang masa sekarang, dan masa yang akan
datang. Karena itu, hipotesa dalam metode sejarah diperlukan sebagai titik
tolak dalam memfokuskan, serta memandu kerja metode ini. Jadi, peran
hipotesis sangat penting, karena fungsinya yang akan menentukan kemana
arah pemikiran si peneliti dalam proses elaborasi fakta-fakta sejarah.
Sehingga proses pengumpulan data, analisa, pengolahan dan seterusnya akan
menjadi lebih mudah.
Secara singkat, peran hipotesa dalam penelitian mencakup banyak
hal. Di antaranya sebagai jawaban atau kesimpulan sementara dari suatu
masalah; memberikan arah dalam pencarian, pengumpulan, serta analisa
data; memberi kerangka pada penyusunan penelitian; memperjelas keadaan,
kegunaan, serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang;
membantu memprediksi kejadian-kejadian mendatang yang mungkin terjadi;
mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara
langsung dapat diuji dalam peneltian.22 Sampai di sini dapat dikatakan,
bahwa peran hipotesa dalam penelitian sejarah mencakup 3 elemen dasar.
Pertama, fungsi penjelas (Explanation). Maksudnya, hipotesa digunakan
untuk memperjelas, dan mempertajam ruang lingkup, atau bangunan
variabel yang akan diteliti. Kedua, fungsi prediksi (Prediction).
Memprediksi, dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang
hendak diteliti. Terakhir, fungsi pengendali (Control).

Penelitian sejarah memerlukan teori, metode dan metodologi sebagai


pisau bedah dalam mengkaji sebuah topik yang diteliti. Diharapkan dari
adanya ketiga elemen tersebut, suatu penelitian dapat melahirkan sebuah
sejarah analitis, valid, dan kompleks yang mampu mengelaborasi dan
menjawab asal mula (genesis), sebab (causes), kecenderungan (trend),
kondisional dan konteks serta perubahan (changes) suatu peristiwa sejarah

Anda mungkin juga menyukai