Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN SEJARAH (HISTORICAL RESEARCH)

Filed under: Teknologi Pendidikan — 16 Komentar


Januari 30, 2012

38 Votes

Penelitian sejarah dapat dilihat dari segi perspektif sejarah/historis, serta waktu terjadinya
fenomena-fenomena yang diselidiki. Banyak ahli yang mempersamakan metode sejarah dengan
metode dokumenter, karena dalam metode sejarah banyak data yang didasarkan pada dokumen-
dokumen. Metode sejarah tidak sama dengan metode dokumenter, karena metode dokumenter
dapat saja mengenai masalah maslah kini dan tidak perlu mengenai masalah lalu. Penelitian
sejarah menggunakan catatan observasi atau pengamatan catatan observasi atau pengamatan
orang lain yang tidak dapat diulang-ulang kembali.
1. 1. Pengertian Penelitian Sejarah
Sejarawan Inggris E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), telah menjawab pertanyaan “What is
history?”. Sejarah adalah suatu proses interaksi yang terus-menerus antara sejarawan dan fakta
yang ada, yang merupakan dialog tidak berujung antara masa lalu dan masa sekarang. Artinya
sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Menurut Nevins (1933),
sejarah adalah deskrispsi yang terpadu dari kedaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang
ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Penelitian dengan
menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan,
perkembangan, serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-
hati bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber- sumber keterangan
tersebut.
Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian sejarah merupakan penelaahan serta sumber-
sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis.
Dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang
terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian sejarah di dalam pendidikan merupakan
penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian sejarah bermaksud
membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-
bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan
yang benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan
tidak memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.
Menurut E.H. Carr (dalam Gall, Gall & Borg, 2007), penelitian sejarah sebagai
proses sistematis dalam mencari data agar dapat menjawab pertanyaan tentang fenomena dari
masa lalu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari suatu
institusi, praktik, tren, keyakinan, dan isu-isu dalam pendidikan. Selain itu Jack. R. Fraenkel &
Norman E. Wallen (dalam Yatim Riyanto, 1996: 22), penelitian sejarah adalah penelitian yang
secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa
yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan
mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu
menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa
waktu lalu. Sementara menurut Donald Ary dkk (Yatim Riyanto, 1996: 22) menyatakan bahwa
penelitian sejarah adalah untuk menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal
yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari,
mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: 1) Adanya proses
pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu); 2) Usaha dilakukan
secara sistematis dan objektif; 3) Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative
anatar manusia, peristiwa, ruang dan waktu; 4) Dilakukan secara interktif dengan gagasan,
gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak dapat dilakukan secara parsial).

1. Tujuan dan Ciri Penelitian Sejarah


Tujuan penelitian sejarah adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini
atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau (Jhon W. Best, 1977 (dalam Nurul Zuriah
2005: 52). Sedangkan Donal Ary (dalam Yatim Riyanto 1996: 23) menyatakan bahwa penelitian
sejarah untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang bagaiman dan mengapa suatu kejadian
masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya,
diharapkan meningkatnya pemahaman tentang kejadian masa kini serta memperolehnya dasar
yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-pilihan di masa kini.
Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (Yatim Riyanto 1996: 23) menyatakan bahwa
para peneliti pendidikan sejarah melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk: 1)
Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin
mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau; 2) Mempelajari bagaiman sesuatu
telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat mengaplikasikan maslahnya
pada masa sekarang; 3) Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa
mendatang; 4) Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau
kecendrungan. Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas
menengah ke atas, tetapi guru laki-laki tidak; 5) Memahami praktik dan politik pendidikan
sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa
kini dan masa mendatang. Oleh karena itu beberapa ciri-ciri khas dari metode sejarah adalah
sebagai berikut: 1) Metode sejarah lebih banyak menggantungkan diri pada data yang diamati
orang lain di masa-masa lampau; 2) Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data
primer dibandingkan dengan data sekunder. Bobot data harus dikritik, baik
secara internal maupun secara eksternal; 3) Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas
serta menggali informasi yang lebih tua yang tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam
bahan acuan yang standar; 4) Sumber data harus dinyatakan secara definitif, baik nama
pengarang, tempat dan waktu. Sumber tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta
harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua saksi yang tidak pernah berhubungan.
1. 3. Sumber Data pada Penelitian Sejarah
Sumber dari sejarah yang merupakan data yang digunakan dalam penelitian dengan metode
sejarah dapat diklasifikasikan secara bermacam-macam. Antara lain: remain, dokumen, sumber
primer, sumber sekunder, materi fisik, materi tulisan dan sebagainya.
1. 4. Peranan Hipotesa pada Penelitian Sejarah
Ada orang yang beranggapan bahwa hipotesa tidak diperlukan dalam penelitian sejarah. Ini tidak
benar. Seperti penelitian yang menggunakan metode-metode lain, metode sejarah juga
memerlukan adanya hipotesa sebagai jawaban sementara dalam memecahkan masalah. Memang,
jika kerja hanya untuk memperoleh catatan-catatan masa lampau untuk kebutuhan masa
sekarang, hipotesa tikda diperlukan. Tetapi penelitian yang hanya sekedar mengumpulkan
catatan-catatan dan fakta-fakta masa lampau saja, bukanlah penelitian dalam arti yang
sesungguhnya, tetapi hanya merupakan sebagian kecil prosedur atau step-step metode ilmiah
dalam penelitian-penelitian sejarah. Seperti halnya penelitian-penelitian lain, metode sejarah
juga bermaksud untuk menemukan suatu generalisasi yang akan menemukan pengertian-
pengertian tentang fenomena-fenomena dengan dimensi waktu, yang mana generalisasi itu
mencakup bukan saja masa lampau, tetapi juga tentang masa sekarang dan masa yang akan
datang. Karena itu, hipotesa dalam metode sejarah diperlukan sebagai titik tolak dalam
memfokuskan serta memandui kerja.
1. Jenis-jenis Penelitian Sejarah
Penelitian historis banyak sekali macamnya. Tetapi secara umum, dapat dibagi atas empat jenis,
yaitu: Penelitian Sejarah Komparatif, Penelitian Yuridis atau Legal, Penelitian Biografis, dan
Penelitian Bibliografis.
1. a. Penelitian Sejarah Komparatif
Jika penelitian dengan metode sejarah dikerjakan untuk membandingkan faktor-faktor dari
fenomena-fenomena sejenis pada suatu periode masa lampau, maka penelitian tersebut
dinamakan penelitian sejarah komparatif. Misalnya, ingin diperbandingkan sistem pengajaran di
Cina dan Jawa, dan pada masa kerajaan Majapahit. Dalam hal ini, si peneliti ingin
memperlihatkan unsur-unsur perbedaan dan persamaan dari fenomena-fenomena sejenis. Atau
misalnya seorang peneliti ingin membandingkan usaha tani serta faktor sosial yang
mempengaruhi usaha tani dari beberapa negara dan membandingkannya dengan usaha tani
Indonesia dalam tahap-tahap trend waktu zaman pertengahan.
1. b. Penelitian Yuridis atau Legal
Jika dalam metode sejarah diinginkan untuk menyelidiki hal-hal yang menyangkut dengan
hukum, baik hukum formal ataupun hukum nonformal dalam masa yang lalu, maka penelitian
sejarah tersebut digolongkan dalam penelitian yuridis. Misalnya peneliti ingin mengetahui dan
menganalisa tentang keputusan-keputusan pengadilan akibat-akibat hukum adat serta
pengaruhnyha terhadap suatu masyarakat pada masa lampau, serta ingin membuat generalisasi
tentang pengaruh-pengaruh hukum tersebut atas masyarakat, maka penelitian sejarah tersebut
termasuk dalam penelitian yuridis.
1. Penelitian Biografis
Metode sejarah yang digunakan untuk meneliti kehidupan seseorang dan hubungannya dengan
masyarakat dinamakan penelitian biografis. Dalam penelitian ini, diteliti sifat-sifat, watak,
pengaruh, baik pengaruh lingkungan maupun pengaruh pemikiran dan ide dari subjek penelitian
dalam masa hidupnya, serta pembentukan watak figur yang diterima selama hayatnya. Sumber-
sumber data sejarah untuk penelitian biografis antara lain: surat-surat pribadi, buku harian, hasil
karya seseorang, karangan-karangan seseorang tentang figur yang diselidiki ataupun catatan-
catatan teman dari orang yang diteliti tersebut.
1. d. Penelitian Bibliografis
Penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat interpretasi serta
generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli dalam suatu masalah atau
suatu organisasi dikelompokkan dalam Penelitian Bibliografis. Penelitian ini mencakup hasil
pemikiran dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Kerja penelitian ini
termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari seorang penulis atau seorang filosof dan
menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang dianggap hilang dan tersembunyi seraya
memberikan interpretasi serta generalisasi yang tepat terhadap karya-karya tersebut.
1. Langkah-langkah Penelitian Sejarah
Setelah menentukan topik penelitian selanjutnya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. a. Pemilihan Subyek yang akan Diteliti
Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan topik penelitian dengan tujuan agar dalam
melakukan pencarian sumber-sumber sejarah dapat terarah dan tepat sasaran.Pemilihan topik
penelitian dapat didasarakan pada unsur-unsur berikut ini:
 Bernilai, peristiwa sejarah yang diungkap tersebut harus bersifat unik, kekal, abadi.
 Keaslian (Orisinalitas), peristiwa sejarah yang diungkap hendaknya berupa upaya pembuktian
baru atau ada pandangan baru akibat munculnya teori dan metode baru
 Praktis dan Efesien, peristiwa sejarah yang diungkap terjangkau dalam mencari sumbernya dan
mempunyai hubungan yang erat dengan peristiwa itu.
 · Kesatuan, unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian itu mempunyai satu kesatuan ide.

1. b. Heuristik (Pengumpulan Data)


Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah untuk berburu dan mengumpulkan
berbagi sumber data yang terkait dengan masalah yang sedeang diteliti.misalnya dengan
melacak sumber sejarah tersebut dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs
sejarah, mewawancarai para saksi sejarah.
1. c. Kritik (Verifikasi)
Kritik merupakan kemampuan menilai sumber-sumber sejarah yang telah dicari (ditemukan).
Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
 Kritik Ekstern, kritik ekstern di dalam penelitian ilmu sejarah umumnya menyangkut keaslan atau
keautentikan bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber sejarah, seperti prasasti,
dokumen, dan naskah.Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan, misalnyatentang waktu
pembuatan dokumen itu (hari dan tanggal) atau penelitian tentang bahan (materi) pembuatan
dokumen itu sndiri.Sejarawan dapat juga melakukan kritik ekstern dengan menyelidiki tinta
untuk penulisan dokumen guna menemukan usia dokumen. Sejarawan dapat pula melakukan
kritik ekstern dengan mengidentifikasikan tulisan tangan, tanda tangan, materai, atau jenis
hurufnya.
 Kritik Intern, kritik Intern merupakan penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi
sumber sejarah itu sendiri. Di dalam proses analisis terhadap suatu dokumen, sejarawan harus
selalu memikirkan unsur-unsur yang relevan di dalam dokumen itu sendiri secara menyeluruh.
Unsur dalam dokumen dianggap relevan apabila unsur tersebut paling dekat dengan apa yang
telah terjadi, sejauh dapat diketahui berdasarkan suatu penyelidikan kritis terhadap sumber-
sumber terbaik yang ada.
1. d. Interpretasi (Penafsiran)
Interfretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu
kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun
agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur
logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena
akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interfretasi yang bersifat deskriptif
sajabelum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari
landasan penafsiran yang digunkan.
1. e. Historiografy (Penulisan Sejarah)
Historiogray adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-
data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan
dirinya, tetapi juga untuk dibavca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan
gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat
mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
Bagan Langkah-langkah Penelitian Sejarah
Bila dilihat dari sifat, dan langkah penelitian sejarah, maka ada 3 (tiga) hal yang menjadi bagian
penting, yaitu:
 Sumber lisan, terbagi atas:
sumber primer à Jika ada pelaku sejarah yang masih hidup, dapat menceritakan pengalamannya
secara langsung, ketika peristiwa sejarah itu terjadi
sumber sekunder à Jika bukan pelaku, tetapi ia menyaksikan saat terjadinya suatu peristiwa
sejarah
 Bukti, adanya kenyataan sejarah
 Fakta, hipotesa, kesimpulan dari penyelidikan dokumen-dokumen dan sumber sejarah, masih
perlu kajian dan penelitian lebih lanjut
1. 7. Contoh Penelitian Sejarah
Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau
kebudayaan asli ?
Heuristik (Pengumpulan Data)
Langkah awal dalam penelitian ini berburu dan mengumpulkan berbagi sumber data yang terkait
dengan masalah yang sedang diteliti, misalnya dengan melacak sumber sejarah komunis di
Indonesia dengan meneliti berbagai dokumen, mengunjungi situs sejarah, mewawancarai para
saksi sejarah.
Kritik (Verifikasi)
Kemampuan menilai sumber-sumber sejarah mengenai komunis di Indonesia yang telah dicari
(ditemukan). Kritik sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan kritik intern.
Interpretasi (Penafsiran)
Menafsirkan fakta mengenai komunis di Indonesia dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi
satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan
struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang
semena-mena akibat pemikiran yang sempit.
Historiografy (Penulisan Sejarah)
Proses penyusunan fakta-fakta sejarah komunis di Indonesia dan berbagai sumber yang telah
diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah komunis di Indonesia. Perlu dipertimbangkan
struktur dan gaya bahasa penulisannya, serta harus menyadari dan berusaha agar orang lain
dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.
Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara dari sumber primer dan sumber sekunder
Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika
hanya sebatas statistic deskriptif
Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular pada
bangsa kita.
Sumber Bacaan

Gall, Meredith D, Joyce P. Gall & Walter R. Borg. 2007. Educational Research. USA: Pearson
Education Inc.
Zuriah, Nurul. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Subana, M. dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.Bandung : Pustaka Setia.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM


PENELITIAN SEJARAH (HISTORICAL RESEARCH)

AbiyaDoktor: Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian sejarah (Historical


Research) adalah dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, Studi
Pustaka. Sebagai penunjang dalam memperkaya isi
laporan, wajib menggunakan beberapa literatur yang sesuai dengan
tema yang akan diteliti. Studi pustaka ini memberikan sebagai sumber
pengetahuan dalam penyusunan laporan Penelitian. Kedua, Observasi. Dalam
melaksanakan penelitian mengenai Kerajaan Jeumpa misalnya wajibmelakukan
pengamatan langsung terhadap objek kajian. Di dalam praktiknya berusaha
mencari informasi secara langsung pada objek tersebut secara primer, setelah
itu baru skunder. Ketiga, Wawancara. Wawancara merupakan sebuah metode
pengumpulan data yang sangat penting, karena kita dapat mengetahui
pandangan masyarakat mengenai keadaan dan perspektif masyarakat tentang
gua jepang sendiri. Dan Keempat, Dokumentasi. Dokumentasi dalam bentuk
foto sangat membantu dalam proses pembuatan laporan Penelitian. Oleh
karena itu dirasa sangat penting mengabadikan kejadian yang terjadi diobjek
lapangan.

Metode Sejarah dipilah dalam empat langkah (Gottschalk (2008: 23-


24):Pertama, Pengumpulan objek yang berasal dari zaman itu dan
pengumpulan bahan-bahan tercetak, tertulis, dan lisan yang boleh jadi
relevan;Kedua, Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian daripadanya)
yang tidak autentik; Ketiga, Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya
mengenai bahan-bahan yang antentik; dan Keempat, Penyusunan kesaksian
yang dapat dipercaya itu menjadi sesuatu kisah atau penyajian yang berarti.
Empat langkah Metode Sejarah yaitu: Heuristic, qritique, interpretation, dan
historiography yang dalam bahasa sederhana (Abbas, 1996: 45):

1. Heuristik adalah kegiatan yang berkaitan dengan menghimpun jejak-jejak


masa lampau, peningalan sejarah, dan atau sumber apa saja yang dapat
dijadikan untuk memberi informasi tentang sejarah.

2. Krirtik adalah usaha dan upaya menyelidiki apakah jejak-jejak yang


ditemukan, setelah heuristik ‘benar’ adanya, sahih, betul-betul dapat dijadikan
bahan penulisan. Kritik dilakukan dalam pilahan otentitasnya (kritik eksteren)
maupun tentang kredibilitasnya (kritik interen). Hasil kritik adalah fakta sejarah.

3. Interpretasi adalah penafsiran fakta untuk ditulis hingga ada artinya, ada
maknanya. Fakta-fakta tersebut dilihat hubungannya, keterkaitan, disesuaikan
dengan fokus, hal terkait, dan kegunaannya hinga betul-betul layak dijadikan
‘bahan dasar’ penulisan sejarah.

4. Historiografi adalah penyajian ‘hasil’ rangkaian kerja tersebut dalam bentuk


tulisan (karangan) yang dapat dipertangungjawabkan.

Setelah peneliti memutuskan masalah atau pertanyaan yang ingin diteliti,


pencarian sumber dimulai. Segala sesuatu yang pernah ditulis dalam dokumen
atau lainnya, dan sebenarnya setiap objek yang dikumpulkan merupakan
sumber potensial bagi penelitian histories. Namun secara umum, materi
sumber histories dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori dasar:
dokumen, catatan numeric, pernyataan oral serta barang
peninggalan. Pertama,Dokumen : Dokumen adalah bahan tertulis atau
tercetak yang telah dihasilkan dalam suatu bentuk –catatan tahunan, kerja
seni, undang-undang, buku, kartun, surat edaran, catatan harian, diploma,
catatan legal, surat kabar, majalah, catatan buku, buku almamater sekolah,
memo, tes dan lain-lain. Mreka bisa tulis tangan, cetak, ketik, gambar atau
sketsa; bisa terpublikasikan atau tidak; bisa ditujukan untuk konsumsi public
atau pribadi; bisa orisinal atau kopian. Singkatnya, dokumen merujuk pada
setiap informasi yang ada baik tertulis atau cetak. Kedua, Catatan Numerik:
Catatan numerik atau quantitative bisa dianggap baik sebaik jenis sumber
terpisah di dalam atau pada dirinya sendiri atau sebagai subkategori dari
dokumen. Catatan seperti ini termasuk setiap jenis data numeric dalam bentuk
tercetak: nilai tes, gambaran kehadiran, catatan sensus, pengeluaran sekolah,
dan semacamnya. Pada tahun-tahun belakangan ini, terjadi peningkatan
pemanfaatan computer oleh para peneliti histories untuk menganalisis
sejumlah data numeric yang sangat banyak. Ketiga, Pernyataan lisan :
informasi berharga lainnya bagi peneliti histories ada pada orang-orang yang
memberikan pernyataan secara lisan. Cerita, mitos, legenda, dongeng,
nyanyian, lagu dan bentuk ekspresi lisan lainnya telah digunakan bertahun-
tahun sebagai catatan bagi generasi selanjutnya. Tapi sejarawan juga bisa
mengadakan wawancara lisan dengan orang-orang yang saksi dari kejadian-
kejadian di masa lalu. Ini adalah bentuk khusus dari penelitian histories, yang
disebut sejarah lisan, yang baru-baru ini sedikit mengalami
renaisans. Keempat, Barang-barang peninggalan: Jenis keempat dari sumber
histories adalah barang pustaka. Barang pustaka adalah setiap objek dimana
karakteristik fisika atau visualnya bisa menyediakan beberapa informasi
tentang masa lalu. Contohnya mebel, kerja seni, pakaian, bangunan,
monument, atau peralatan.

SALAM PERUBAHAN
Metode Ilmu Sejarah
1/05/2011 apradinata No comments

metode sejarah dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang sistematis dalam
merekonstruksi masa lampau.Terdapat empat langkah metode sejarah yang wajib hukumnya
dilaksanakan oleh sejarawan dalam menulis karya sejarah. Empat langkah tersebut ialah :

1. Heuristik

Heuristik artinya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang terkait dengan topik
penelitian. Atau juga dapat di artikan sebagai kegiatan berupa penghimpunan jejak-jejak masa
lampau, yakni peninggalan sejarah atau sumber apa saja yang dapat dijadikan informasi dalam
pengeritian studi sejarah. Langakah- langkah dalam menghimpun data sejarah :

a. memilih subjek penulisan yang berdasarkan prinsip (dimana, siapa, bilamana, dan apa)
Pertanyaan tersebut berkenaan dengan aspek geografis, biografis, kronologis, fungsional atau
okupasional. Dari pertanyaan pokok itulah berbagai keharusan konseptual dilakukan dan
berbagai proses pengerjaan penelitian dan penulisan dijalani. Pertanyaan tersebut berfungsi un-
tuk menentukan penting atau tidaknya suatu peristiwa diteliti. Juga sebagai alat untuk
menentukan hal-hal mana yang bisa dijadikan “fakta sejarah”

b. mencari informasi subjek berdasarkan macam sumber-sumber yang ada

sumber tersebut dapat di perolah dari :

1. Rekaman sezaman yang terdiri dari instruksi atau perintah, rekaman stenografis dan
fonografis, surat niaga dan hukum, serta buku catatan pribadi dan memorandum prive
2. Laporan konfidensial yang terdiri berita resmi militer dan diplomatik, jurnal atau buku
harian, dan surat-surat pribadi
3. Laporan-laporan umum yang terdiri dari laporan dan berita surat kabar, memoar dan
otobiografi, sejarah “resmi” suatu instansi, perusahaan dan sejenisnya.
4. Quesionaris tertulis
5. Dokumen pemerintah dan kompilasi, terdiri dari risalah instansi pemerintah, undang-
undang dan peraturan;
6. Pernyataan opini, terdiri tajuk rencana, esei, pidato, brosur, surat kepada redaksi, dan
sejenisnya;
7. Fiksi, nyanyian, dan puisi;
8. Folklore, nama tempat, dan pepatah.

Delapan sumber informasi tersebut bukanlah sumber sejarah dalam arti sebenarnya. Artinya ia
hanya sebagai sarana untuk mencari keterangan tentang subjek. Sedangkan sumber sejarah itu
sendiri adalah hasil yang diperoleh dari pencarian informasi tersebut yang nantinya digunakan
dalam penulisan sejarah setelah melalui tahapan pengujian.

Nugroho Notosusantoelah mengklasifikasikannya ke dalam tiga bentuk yang sederhana yakni:

1. Sumber benda; menyangkut benda-benda arkeologis, efigrafi, numistik, dan benda


sejenis lainnya;
2. Sumber tertulis, terdiri dari buku-buku dan dokumen;
3. Sumber lisan, terdiri dari hasil wawancara dan tradisi lisan (oral tradition).

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dipergunakan dalam metode sejarah,
seperti: studi kepustakaan, pengamatan lapangan, wawancara (interview). Dapat pula digunakan
teknik lain seperti questionnaires, pendekatan tematis (topical approach) beserta berbagai
perangkat ilmu bantu lainnya, terutama digunakan terhadap topik yang mengarah kepada studi
kasus (case study).

2. Kritik
Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis memerlukan fakta-fakta yang telah
teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus
dikritik atau disaring sehingga diperoleh fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Kritik tersebut
berupa kritik tentang otentitasnya (kritik ekstern) maupun kredibilitas isinya (kritik intern), di-
lakukan ketika dan sesudah pengumpulan data berlangsung.Sumber sejarah yang telah dikritik
menjadi data sejarah.

Kritik ekstern terhadap sumber lisan kalau memang menggunakan teknik wawancara dilakukan
terhadap para informan yang akan diwawancarai. Informan harus memiliki kemampuan untuk
memberikan keterangan yang sebenarnya. Hal itu dapat dilihat dari keterlibatannya atas suatu
peristiwa, serta tingkat keintelektualannya. Caranya antara lain dengan jalan meminta
keterangan kepada para informan tentang keterlibatan informan lainnya atas peristiwa tersebut.

Kritik ekstern terhadap sumber tertulis perlu dilakukan agar tidak terperangkap kepada dokumen
palsu. Oleh karena itu perlu dipertanyakan tentang otentik atau tidak sejatinya suatu sumber.
Juga perlu diketahui tentang asli dan utuhnya sumber-sumber. Kalau sebuah dokumen tidak lagi
utuh atau cacat, seorang sejarawan harus mengadakan restorasi teks agar dokumen tersebut
kembali utuh dalam arti isi yang terkandung dapat diterima secara ilmiah. Untuk itu diperlukan
berbagai ilmu bantu sejarah yang dapat memberikan penjelasan yang logis atas dokumen
tersebut, seperti arkeologi, filologi, dan sebagainya.

Kritik intern terhadap sumber tertulis terutama dilakukan dengan jalan melihat kompetensi, atau
kehadiran pengarang terhadap waktu atau peristiwa. Kepentingan pengarang, sikap berat
sebelah serta motif pengarang, juga sangat perlu untuk diketahui guna menentukan kredibilitas
isi tulisan. Sedangkan terhadap sumber tertulis berupa dokumen, dilakukan dengan melihat segi
semantik, hermeneutik, dan pemahaman terhadap historical mindedness.

Data sejarah belum bisa dikatakan fakta sejarah. untuk menjadi fakta sejarah maka data sejarah
harus dikoroborasikan atau didukung oleh data sejarah lainnya. Dukungan tersebut akan
menghasilkan fakta sejarah yang mendekati kepastian atau hanya dugaan. Bisa saja satu data
sejarah menjadi fakta sejarah, selama tidak ada pertentangan di dalamnya, ini dinamakan
prinsip argumentum ex silentio.

4. Interpretasi

Interpretasi adalah proses pemaknaan fakta sejarah. Dalam interpretasi, terdapat dua poin
penting, yaitu sintesis (menyatukan) dan analisis (menguraikan). Fakta-fakta sejarah dapat
diuraikan dan disatukan sehingga mempunyai makna yang berkaitan satu dengan lainnya.

Fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau ditafsirkan agar sesuatu peristiwa dapat
direkonstruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi, menyusun, mengurangi tekanan,
dan menempatkan fakta dalam urutan kausal. Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan
dimana, siapa, bilamana, dan apa yang perlu dijawab, tetapi juga yang berkenaan dengan kata
mengapa dan apa jadinya.

Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa dalam tahapan interpretasi inilah subjektifitas sejarawan
bermula dan turut mewarnai tulisannya dan hal itu tak dapat dihindarkan. Walau demikian,
seorang sejarawan harus berusaha sedapat mungkin menekan subjektifitasnya dan tahu posisi
dirinya sehingga nantinya tidak membias ke dalam isi tulisannya.

5. Historiografi

Tahap kelima ini adalah tahap terakhir metode sejarah. Setelah sumber dikumpulkan kemudian
dikritik (seleksi) menjadi data dan kemudian dimaknai menjadi fakta, langkah terakhir adalah
menyusun semuanya menjadi satu tulisan utuh berbentuk narasi kronologis. Imajinasi sejarawan
bermain disini, tetapi tetap terbatas pada fakta-fakta sejarah yang ada. Semuanya ditulis
berdasarkan urut-urutan waktu.

Dalam historiografi modern (sejarah kritis), seorang sejarawan yang piawai tidak lagi terpaku
kepada bentuk penulisan yang naratif atau deskriptif, tetapi dengan multidimensionalnya le-
bih mengarah kepada bentuk yang analitis karena dirasakan lebih scientific dan mempunyai
kemampuan memberi keterangan yang lebih unggul dibandingkan dengan apa yang
ditampilkan oleh sejarawan konvensional dengan sejarah naratifnya

Anda mungkin juga menyukai