Disusun Oleh :
Kelompok 5 TMT 6-F
Putriana Habsal (17204163131)
Triana Nur Umasita (17204163225)
Nur Rochmatul Ilmi (17204163236)
Warda ‘Aisyah (17204163256)
Novanda Krisdarani (17204163259)
Nadia Alvi Nurussovi (17204163260)
Ririn Andriati (17204163261)
PEMBAHASAN
Daftar Pustaka..........................................................................................................11
i
PEMBAHASAN
1
John W. Best. Metodologi Penelitian Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal 438
1
Cakupan dan sasaran penelitian historis sebenarnya sangat luas termasuk kehidupan
seseorang, gagasan bersama kelompok masyarakat, pergerakan sosial, perkembangan
institusi dan kehidupan masyarakat masa lampau.2
Penelitian historis bermaksud membuat rekonstruksi masa latihan secara sistematis
dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan serta
mensintesiskan bukti – bukti untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat.
Di mana terdapat hubungan yang benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan
tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong – sepotong objek yang
diobservasi.
Menurut Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen penelitian historis bertujuan untuk :
a. Membuat orang untuk menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka
mungkin mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau
b. Mempelajari bagaimana sesuatu teah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika
mereka dapat mengaplikasikan masalahnya pada masa sekarang
c. Membantu memperediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang
d. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecenderungan
e. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lengkap.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan penelitian historis atau sejarah
adalah untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar
peristiwa atau perkembangan di masa lampau.
Oleh karena objek penelitian historis adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada
masa lampau, maka yang menjadi sumber informasi harus mempunyai karakteristik yang
berbeda dengan metode penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sumber –sumber primer yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku peristiwa itu
sendiri dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut.
Contoh sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian para penelitian di
lapangan atau situs diantaranya seperti dokumen asli, relief, dan benda–benda
peninggalan masyarakat zaman lampau.
2
Prof. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hal
204
2
b. Sumber informasi sekunder yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yag
mungkin tidak brhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber sekunder ini
dapat berupa para ahli yang mendalami atau mengetahui peristiwa ang dibahas dan
dari buku atau catatan yang berkaitan dengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam
ensiklopedia, dan review penelitian.3
Dari adanya sumber primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila mungkin lebih
memberikan bobot sumber–sumber data primer lebih dahulu, baru kemudian data
sekunder.
4. Langkah – langkah penelitian historis
Kelebihan dari penelitian historis ialah karena penelitian ini tidak terlalu melibatkan
peneliti. Peneliti tidak terlibat secara fisik dalam situasi yang sedang diselidiki. Tidak ada
kekhawatiran terjadinya interaksi antara peneliti dengan subjek juga tidak perlu
memperoleh izin dari pengurus sekolah untuk melakukan penelitian historis. Kelebihan
lain dalam penelitian historis yaitu :
3
Ibid, hal 205
3
a. Penelitian ini mengizinkan penyelidikan tentang topik dan pertanyaan yang tidak
dapat dikaji oleh penelitian lain
b. Penelitian historis adalah satu–satunya penelitian yang dapat mengkaji bukti dari
masa lampau dalam hubungannya dengan pertanyaan yang dikemukakan saat ini
c. Penelitian historis menyediakan suatu alternatif dan mungkin sumber informasi yag
lebih kaya tentang topik nyata yang juga dapat dikaji melalui metodologi lainnya.
Adapun kelemahan dari penelitian historis adalah :
a. Tidak adanya kontrol yang mengendalikan gangguan validitas internal
b. Pembatasan dilakukan oleh sifat sampel dokumen dan proses instrumentasi
barangkali begitu ketat
c. Peneliti tidak dapat menjamin keterwakilan sampel ataupun apakah mereka dapat
memeriksa reliabilitas dan validitas terhadap penafsiran yang dibuat dari data yang
tersedia.
B. Desain Penelitian Etnografis
1. Pengertian Etnografis
Etnografi adalah studi tentang bagaimana partisipan berpartisipasi dalam praktik sosial
setiap hari.4 Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok
sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan
cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai
proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok,
di mana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden
atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti
mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
2. Kegunaan Etnografis
4
https://www.researchgate.net diakses pada Minggu, 24 Februari 2019 pukul 11.01 WIB
4
Etnografi digunakan untuk meneliti perilaku-perilaku manusia berkaitan dengan
perkembangan teknologi komunikasi dalam setting sosial dan budaya tertentu. Metode
penelitian etnografi dianggap mampu menggali informasi secara mendalam dengan
sumber-sumber yang luas. Dengan teknik “observatory participant ”, etnografi menjadi
sebuah metode penelitian yang unik karena mengharuskan partisipasi peneliti secara
langsung dalam sebuah masyarakat atau komunitas sosial tertentu. Yang lebih menarik
sejatinya metode ini merupakan akar dari lahirnya ilmu antropologi yang kental dengan
kajian masyarakatnya itu.5
5
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND diakses pada Minggu, 24 Februari 2019 pukul 11.01 WIB
6
http://fip.um.ac.id diakses pada Minggu, 24 Februari 2019 pukul 11.01 WIB
5
g. Pencatatan biografi-biografi dari anggota-anggota masyarakat yang menjadi obyek
penelitian
h. Mempergunakan tekt-test psikologi
i. Menghitung dan mencatat angka-angka statistik dari peristiwa dan aktivitas
masyarakat dan kebudayaan.
Pengamatan adalah teknik pengumpulan data di mana seorang peneliti melakukan
pengamatan pada masyarakat yang menjadi obyeknya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak bisa mendekati informan, sumber
informasi atau guru-guru bagi si peneliti dan langsung meminta tentang topik yang
diketahui. Hal ini bisa mengejutkannya dan bahkan mungkin menganggap si peneliti
sebagai mahluk asing yang harus dihindari atau dihancurkan. Berikut beberapa tahap
dalam wawancara :
a. Salam
b. Memberikan penjelasan etnografi
1. Penjelasan proyek penelitian yang dilakukan
2. Penjelasan tentang pertanyaan yang diajukan
3. Penjelasan tentang pencatatan
4. Penjelasan tentang bahasa asli
5. Penjelasan tentang wawancara
c. Mengajukan pertanyaan etnografi
1. Pertanyaan Deskriptif
2. Pertanyaan Struktural
3. Pertanyaan Kontras
d. Mengajukan pertanyaan asimetris
e. Menampilkan kepentingan atau minat
f. Menampilkan kepentingan akan budaya
g. Pengulangan dan penekanan
h. Memulai pemahaman informan
i. Menghubungkan dengan pemahaman informan
j. Menciptakan situasi hipotesis
k. Mengajukan pertanyaan bersahabat
l. Mohon pamit.7
C. Desain Penelitian Fenomenologis
1. Pengertian Fenomenologis
Fenomenologis, pada mulanya, merupakan kajian filsafat dan sosiologi.
Fenomenologis, kemudian, berkembang sebagai semacam metode riset yang diterapkan
dalam berbagai ilmu sosial, termasuk di dalamnya komunikasi, sebagai satu varian dalam
penelitian kualitatif dalam payung paradigma interpretif.
Tanpa disadari, sebenarnya sehari-hari kita telah mempraktikkan fenomenologi seperti
mengamati fenomena, membuka diri, membiarkan fenomena itu tampak lalu
7
Bungin Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 178-183
6
memahaminya. Kita memahaminya dalam persepektif fenomena itu sendiri, bagaimana ia
“bercerita” kepada kita.
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phaenesthai, berarti menunjukkan dirinya
sendiri, menampilkan. Fenomenologi juga berasal dari bahasa Yunani, pahainomenon,
yang secara harfiah berarti “gejala” atau apa yang telah menampakkan diri” sehingga
nyata bagi pengamat. Metode fenomenologi yang dirintis Edmund Husserl bersemboyan:
Zuruck zu den sachen selbt (kembali kepada hal-hal itu sendiri). Untuk memahami apa
yang sesungguhnya terjadi percekcokan di dalam keluarga, misalnya, menurut semboyan
ini, maka peneliti harus menanyakannya kepada pihak keluarga itu sendiri, bukan kepada
orang lain.
Menurut Brouwer dalam bahwa fenomenologi itu merupakan suatu cara berpikir yang
khas yang berbeda dengan seorang ahli suatu ilmu. Jika ilmuwan positivis meyakinkan
orang yang dengan menunjukkan bukti, maka fenomenolog menunjukkan orang lain
mengalami seperti fenomenolog mengalaminya. Maka, atas dasar ini, fenomenologi dapat
dikatakan sebagai lukisan gejala dengan menggunakan bahasa. Seorang positivis,
terbiasakan hanya melihat objek-objek yang tampak, dapat dilihat, didengar,
dibayangkan, atau dipikirkan. Tetapi, seorang fenomenolog harus belajar tidak lagi
melihat benda-benda, melainkan fenomena.
Pendekatan fenomenologi berupaya membiarkan realitas mengungkapkan dirinya
sendiri secara alami. Melalui “pertanyaan pancingan”, subjek penelitian dibiarkan
menceritakan segala macam dimensi pengalamannya berkaitan dengan sebuah
fenomena/peristiwa. Studi fenomenologi bertujuan untuk menggali kesadaran terdalam
para subjek mengenai pengalamannya dalam suatu peristiwa.
2. Prosedur dan Fokus Penelitian
Pada dasarnya, ada dua hal utama yang menjadi fokus dalam penelitian fenomenologi,
yaitu:
a. Textural description: apa yang dialami oleh subjek penelitian tentang sebuah
fenomena. Apa yang dialami adalah aspek objektif, data yang bersifat faktual, hal yang
terjadi secara empiris
b. Structural description: bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya.
Deskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut pendapat, penilaian,
perasaan, harapan, serta respon sunjektif lainnya dari subjek penelitian berkaitan
dengan pengalamannya itu.
7
Oleh karena itu, pertanyaan penelitian dalam studi fenomenologi mencakup
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Apa pengalaman subjek tentang suatu fenomena/ peristiwa?
b. Apa perasaannya tentang pengalaman tersebut?
c. Apa makna yang diperoleh bagi subjek atas fenomena itu?
3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data utama dalam studi fenomenologi adalah wawancara
mendalam dengan subjek penelitian. Untuk memperoleh hasil wawancara yang utuh,
maka wawancara itu harus direkam. Kelengkapam data dapat diperdalam dengan
menggunakan teknik lain, seperti observasi partisipan, penelusuran dokumen dan
sebagainya. Terdapat prosedur penting dalam melaksanakan studi fenomenologis, yaitu:
a. Menetapkan lingkup fenomena yang akan diteliti: Peneliti berusaha memahami
persepektif filosofis di balik pendekatan yang digunakan, terutama konsep mengenai
kajian bagaimana orang mengalami sebuah fenomena yang hendak dikaji melalui
para informan
b. Menyusun daftar pertanyaan: Peneliti menuliskan pertanyaan penelitian yang
mengungkap makna pengalaman bagi para individu, serta menanyakan kepada
mereka untuk menguraikan pengalaman penting setiap harinya
c. Pengumpulan data: Peneliti mengumpulkan data dari individu yang mengalami
fenomena yang diteliti. Data diperoleh melalui wawancara yang cukup lama dan
mendalam dengan sekitar 5-25 orang. Jumlah ini bukan ukuran baku. Bisa saja
subjek penelitiannya hanya 1 orang. Teknik pengumpulan data lain yang dapat
digunakan: observasi (langsung dan partisipan), penelusuran dokumen
d. Analisis data: Peneliti melakukan analisis data fenomenologis yang dilakukan
melalui beberapa tahap, yaitu:
1) Tahap awal: Peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami subjek
penelitian. Seluruh rekaman hasil wawancara mendalam dengan subjek penelitian
ditrasnkipkan ke dalam bahasa tulisan
2) Tahap Horizonalization: dari hasil transkipsi, peneliti menginterventarisasi
pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik. Pada tahap ini, peneliti
harus bersabar untuk menunda penilaian (bracketing/ epoche); artinya, unsur
subjektivitasnya jangan mencampuri upaya merinci point-point penting, sebagai
data penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara tadi
8
3) Tahap Cluster of Meaning: peneliti mengklasifikasikan pertanyaan-pertanyaan
tadi ke dalam tema-tema atau unit-unit makna, serta menyisihkan pernyataan yang
tumpang tindih atau berulang-ulang. Pada tahap ini, dilakukan:
a) Textural Description (deskripsi struktural): Peneliti menuliskan apa yang
dialami, yakni deskripsi tentang apa yang dialami individu
b) Structural Description (deskripsi struktural): Peneliti menuliskan bagaimana
fenomena itu dialami oleh para individu. Peneliti juga mencari segala makna
yang mungkin berdasarkan refleksi si peneliti sendiri, berupa opini, penilaian,
perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena yang dialaminya.
e. Tahap DeskripsI Esensi: Peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi menyeluruh
mengenai makna dan esensi pengalaman para subjek
f. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan iini memberikan pemahaman yang
lebih baik kepada pembaca tentang bagaimana seseorang mengalamai sesuatu
fenomena. Laporan penelitian menunjukkan adanya kesatuan makna tunggal dari
pengalaman, di mana seluruh pengalaman itu memiliki “struktur” yang penting.8
DAFTAR PUSTAKA
8
O. Hasbiansyah. 2005. Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi.
Jurnal Mediator. 9(1): 163-172
9
Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. (Jakarta: PT
Bumi Aksara)
10