Anda di halaman 1dari 84

PERANAN PENGASUH DALAM PEMBINAAN KARAKTER ANAK

DI PANTI ASUHAN HANIFA III KAMPUANG TILATANG KAMANG

SKRIPSI
Diajukan Untuk Di Munaqasyahkan pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh :
Zilfa Rahmi
2615.143

Dosen Pembimbing

Dr. Linda Yarni, S.Ag, M.Si


NIP: 1978011022006042002

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BUKITTINGGI
2021M/1442 H
ABSTRAK
Zilva Rahmi, NIM. 2615.143. Skripsi ini berjudul Peranan Pengasuh
dalam Pembinaan Karakter Anak di Panti Asuhan Hanifa III Kampuang
Tilatang Kamang. Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi tahun 2021.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama manusia, lingkungan
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat.
Penelitian ini di latarbelakangi oleh fenomena di lapangan di mana anak asuh
yang tinggal di panti belum sepenuhnya serius dalam mengikuti kegiatan yang
ada di panti. Mereka kurang disiplin dengan kegiatan rutin yang ada di panti.
Masih ada juga yang tidak tegur sapa dengan teman sesama di panti, ada juga
diantara mereka yang kurang jujur Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui peran pengasuh dalam pembinaan karakter anak di Panti Asuhan
Hanifa III Kampuang Tilang Kamang.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu metode yang
menggambarkan keadaan yang terjadi di lapangan dalam bentuk kata-kata atau
tidak dalam bentuk angka. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan
kunci yaitu satu orang Ibu pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampuang Tilatang
Kamang serta informan pendukungnya yaitu satu orang pembina dan anak asuh
Panti Asuhan Hanifa III Kampuang Tilatang Kamang. Data dikumpulkan dengan
melakukan pedoman observasi dan wawancara. Teknik Pengolahan data
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan teknik menguji keabsahan data
dengan triangulasi data.
Berdasarkan hasil penelitian di Panti Asuhan Hanifa III Kampuang
Tilatang Kamang peran pengasuh dalam memberikan bimbingan dan pendidikan
kepada anak asuh dapat dilihat dari keteladanan dan pembiasaan dalam bentuk
kegiatan yang ada di panti seperti membiasakan anak untuk shalat berjamaah,
shalat malam, puasa senin-kamis, mengajarkan anak tentang aqidah, mengajarkan
anak tentang akhlak, mengajarkan anak untuk selalu menutup aurat, dan
mengajarkan anak untuk selalu bersyukur. Kemudian peran pengasuh dalam
memberikan perhatian dan kasih sayang sebagai pembina dan pembimbing
kepada anak asuh dapat dilihat dari hubungan antara pengasuh dan anak asuh
yang sudah berperan dengan menjadi pendengar yang baik untuk anak,
menghargai pendapat anak dan meluangkan waktu bersama. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peran pengasuh lebih menekankan kepada pendidikan
berbasis religius untuk membentuk karakter islami pada anak asuh di Panti
Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang.

Kata kunci : Karakter Anak

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapakan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peranan Pengasuh dalam Pembinaan

Karakter Anak di Panti Asuhan Hanifa III Kampuang Tilatang Kamang”.

Shalawat dan salam peneliti ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhai Allah

SWT.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dan

prosedur untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan strata satu pada jurusan

bimbingan konseling. Dalam penulisan skripsi ini peneliti banyak memperoleh

bantuan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada

waktunya. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada keluarga peneliti, yang telah mencurahkan kasih sayang, dan

perjuangan yang tak kenal lelah untuk masa depan dan kehidupan peneliti,

selanjutnya peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum sebagai Rektor IAIN Bukittinggi. Wakil

Rektor I Bapak Dr. Asyari, M.Si.Wakil Rektor II Bapak Dr. Novi Hendri,

M.Ag. dan Wakil Rektor III Ibu Dr. Miswardi, M.Hum Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Bukittinggi.

ii
iii

2. Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Bukittinggi.

3. Bapak Dr. Iswantir, M. Ag selaku Wakil Dekan 1, Bapak Charles, S. Ag, M.

Pd.I selaku wakil dekan II, dan Bapak Dr. Supratman Zakir, M.Pd.,M.Kom

selaku wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah memberi fasilitas kepada peneliti

dalam menambah ilmu pengetahuan di IAIN Bukittinggi

4. Ibu Alfi Rahmi M.Pd sebagai Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling IAIN

Bukittinggi.

5. Bapak Dr. Linda Yarni, S.Ag, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan motivasi kepada peneliti untuk

menyelesaikan studi di IAIN Bukittinggi.

6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan dan karyawati IAIN Bukittinggi yang

telah membekali peneliti dengan berbagai pengetahuan.

7. Pimpinan beserta pengurus Panti Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang

Kamang yang telah memberikan fasilitas kepada peneliti untuk melakukan

penelitian.

Atas segala bantuan yang telah diberikan peneliti ucapkan

terimakasih, semoga apa yang telah diberikan itu dibalas oleh Allah SWT

dengan balasan yang setimpal, akhirnya kepada Allah SWT peneliti berserah

diri dan mohon ampun dari dosa dan kekhilafan.

Bukittinggi, Januari 2021


iv

Zilva Rahmi
Nim. 2615.143
DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Fokus Penelitian.......................................................................................10
C. Pertanyaan Penelitian...............................................................................10
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................10
E. Manfaat Penelitian...................................................................................10
F. Penjelasan Judul.......................................................................................11
G. Sistematika Penelitian..............................................................................13

BAB II KAJIAN TEORI


A. Panti Asuhan............................................................................................15
1. Pengertian Panti Asuhan....................................................................15
2. Tujuan Panti Asuhan..........................................................................17
3. Fungsi Panti Asuhan..........................................................................18
4. Prinsip Pelayanan Panti Asuhan........................................................19
5. Peraturan Panti Asuhan......................................................................20
B. Pengasuh..................................................................................................21
1. Pengertian Pengasuh..........................................................................21
2. Tugas Pengasuh.................................................................................22
3. Gaya Pengasuh/Tipe Pengasuh..........................................................24
4. Kewajiban PengasuhTerhadapAnakAsuh..........................................27
C. Pembinaan Karakter.................................................................................28
1. Pengertian Pembinaan Karakter.........................................................28
a. Karakter.......................................................................................28
b. Pembinaan Karakter.....................................................................37
2. Tujuan Pembinaan Karakter..............................................................41
3. Komponen Pembinaan Karakter........................................................42

v
vi

4. Model Pembinaan Karakter...............................................................43


D. Penelitian Relevan...................................................................................45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Penelitian........................................................................................46
B. Lokasi Penelitian......................................................................................46
C. Informan Penelitian..................................................................................47
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................47
E. Teknik Analisis Data...............................................................................48
F. Teknik Keabsahan Data...........................................................................51

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Hanifa III Kampung


Tilatang Kamang..................................................................................... 52
B. Penyajian Data......................................................................................... 59
C. Analisis Data ........................................................................................... 72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 74
B. Saran ....................................................................................................... 75

DAFTAR KEPUSTAKAAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dididik,

diperhatikan dan diberi kasih sayang oleh berbagai pihak, mulai dari

lingkup terkecil sepertikeluarga dan masyarakat, maupun bangsa dan

negara. Dalam sebuah keluarga, kehadiran seorang anak merupakan

karunia yang sangat besar, bahkan dapat mengalahkan kebahagian

segalanya, kehadirannya bagaikan pelengkap kebahagian setiap pasangan

keluarga.1

Sejak lahir anak diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma dan

nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pembinaan yang diberikan oleh

orang tua dalam keluarga. Proses sosialisasi pertama kali terjadi dalam

lingkungan keluarga melalui pembinaan anak yang diberikan oleh

orangtuanya. Di sini pembinaan anak sebagai bagian dari proses

sosialisasi yang paling penting dan mendasar karena fungsi utama

pembinaan anak adalah mempersiapkan anak menjadi warga masyarakat

yang mandiri.

Perkembangan anak sangat didukung oleh tempat atau lingkungan

ia berada. Keluarga merupakan wadah yang paling baik, dimana orangtua

akan memberikan kasih sayang, pendidikan yang layak serta memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Dalam kenyataan kehidupan sosial, tidak semua

1
Diva Press, Mencetak Karakter Anak Sejak Janin, (Jogjakarta: Sampangan Jl Wonosari
Baturetno Banguntapan, 2012), hal:05

1
2

orangtua mempunyai kesanggupan dan kemampuan penuh untuk

memenuhi kebutuhan pokok anak dalam rangka mewujudkan

kesejahteraan anak, Kemiskinan merupakan faktor utamanya.

Sebagian besar anak Indonesia masih banyak yang kurang

beruntung, mereka tidak bisa merasakan mempunyai kedua orang tua, ada

yang meninggalnya salah satu atau kedua orang tua, semua ini berdampak

terputusnya hubungan sosial antara orang tua dengan anak, akibatnya

anak tidak mendapatkan perhatian serta kasih sayang yang cukup dari

kedua orang tuanya, dan pendidikan anak terabaikan, sehingga anak

dimasukkan ke panti asuhan.Pada umumnya anak panti yang kurang

mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, sehingga terkadang mereka

mencari perhatian dengan menunjukan perilaku yang bertujuan menarik

perhatian pengasuh panti asuhan.2

Anak yang tinggal dipanti asuhan dan jauh dari orang tuanya tetap

memiliki kebutuhan yang sama dengan anak yang tinggal dengan orang

tuanya dan harus juga dipenuhi oleh orang yang mengasuhnya yaitu

pengasuh panti. Kewajiban untuk mengurus dan mengasuh anak yatim

dan terlantar juga terdapat dalam Al-Qur’an An-Nisa ayat 127 yang

berbunyi:






2
Magdalena, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN PSS. Pola Pengasuhan Anak Yatim Terlantar dan
Kurang Mampu Di Panti Asuhan Bunda Pengharapan Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
Kubu raya (Tahun 2018), hal: 1. Diakses hari Selasa, 4 Februari 2020. Pukul 12.39 WIB
3

Artinya: “Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang para wanita.


Katakanlah:”Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa
yang dibacakan kepadamu dalam alquran (juga memfatwakan) tentang
para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang
ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka dan
tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (allah menyuruh
kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. Dan
kebajikan apa saja yang kamu kerjakan maka sesungguhnya allah maha
mengetahuinya.”3

Sebagaimana ayat di atas menjelaskan bahwa seorang wali

bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anak yatim secara adil,

dan itu juga merupakan tanggung jawab pengasuh yang merupakan wali

bagi mereka yang tinggal di panti asuhan.

Pengasuh berperan sebagai orang tua bagi anak-anak yang tinggal

dipanti asuhan. Menurut UUD No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 dalam ayat (10) yang

menyatakan bahwa anak asuh adalah “anak yang diasuh oleh seseorang

atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan

pendidikan dan kesehatan, karna pengasuhnya atau salah satu

pengasuhnya tidak mampu menjamin perkembangan anak secara wajar.4

Dalam membina karakter pengasuh memiliki peran besar sebagai

orang tua pengganti (wali) dan pendidik. Pendidik memiliki tanggung

jawab yang mulia dalam mencerdaskan dan membimbing manusia

menjadi lebih baik. Untuk itu, seseorang dianjurkan untuk menjadi

pendidik yang mempunyai kedudukan paling baik dalam Islam.

Kedudukan sebagai seorang pendidik sangat istimewa di dalam ajaran


3
Q.S An-nisa’ Ayat 127
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
4

Islam karena pendidik adalah sosok yang memberikan ilmu dan membina

karakter anak asuh.5

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

karma, budaya dan adat istiadat. Individu yang berkarakter baik atau

unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME). Karakter seseorang terbentuk

karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi

keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter pada

akhirnya menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang dan sering

orang yang bersangkutan tidak menyadari karakternya.6 Selain itu

karakter merupakan hal yang sangat esensial dalam berbangsa dan

bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi

penerus bangsa. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus

dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat.7

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa karakter

adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia dari kebiasaan yang

5
Siti Nurkhotimah, Peran Pengasuh Dalam Membentuk Krakter Religius Di Panti
Asuhan Budi Mulya Sukarame Bandar Lampung (Skripsi), Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung 2019, hal: 4. Diakses hari Selasa, 04 Februari 22:20. Pukul 17:12 WIB.
6
Syamsul Kurniawan, Pembinaan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), hal: 29
7
Dr. Zubaedi. M.Ag. M.Pd, Desain Pembinaan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), hal:
13
5

dilakukan baik itu sikap, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-

norma agama.

Karakter dan kepribadian sering diartikan sebagai dua kata yang

memiliki makna yang sama. Padahal sesungguhnya kedua kata tersebut

berbeda makna namun saling terkait. Jika seseorang dikatakan

berkarakter, maka perilaku yang ditunjukkan harus sesuai dengan nilai

moral yang berlaku dimasyarakat. Sementara kepribadian merupakan

sesuatu yang membedakan yang satu dengan yang lain dan dibebaskan

dengan nilai. Namun, antara karakter dan kepribadian sama-sama

memiliki peranan penuh untuk mengarahkan, menuntun dan

mengorganisasikan setiap aktifitas individu. Karakter yang terbentuk

dalam diri seseorang tentu tidaklah secara otomatis diterima oleh manusia.

Karakter biasanya didapatkan dari proses pengukiran yang berlangsung

lama. Yang dimulai dari Usage (cara), kemudian menjadi Folkways

(kebiasaan), hingga pada akhirnya terbentuklah Mores (tata

kelakuan/karakter). Manusia bisa saja terlahir sebagai manusia yang

bersifat baik, namun seiring dengan pergaulannya di lingkungan

masyarakat karakter dapat berubah.8

Kasih sayang yang bersifat psikologis bagi anak asuh sangat

dibutuhkan di setiap panti asuhan dengan tenaga yang memiliki peran

sebagai orang tua bagi anak. Pengasuh menjelma menjadi orang tua

pengganti bagi anak, sehingga seluruh kebutuhan anak dilayani oleh


8
Madonna Simanjuntak, Jurnal Prosiding Seminar Nasional, Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Pembentukan Karakter Anak. (Vol. 1 No. 1 Tahun. 2017), hal: 287. Diakses hari
Selasa, 04 Februari 2020. Pukul 14.39 WIB
6

pengasuh. Mengingat pentingnya peran pengasuh dalam layanan panti

asuhan maka pengasuh harus memiliki pembinaan yang berisikan dengan

aspek-aspek perlindungan anak, memiliki pengetahuan tentang tahapan

perkembangan anak, mengetahui hak-hak anak, mengenali dan

memahami bakat anak, menghargai pendapat anak, melakukan bimbingan

terhadap perilaku anak, mampu berkomunikasi dengan anak secara baik,

menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan anak baik fisik, psikis, sosial

dan keagamaan.9Kualitas pengasuh menjadi cerminan kualitas anak di

panti asuhan pada masa depan, karena pada praksisnya pengasuh memiliki

kewenangan yang besar dalam mengasuh anak, baik dari sisi kualitas dan

kuantitas pertemuan, hari-hari anak di panti asuhan lebih banyak bersama

pengasuh.

Pembinaan karakter pada anak asuh di panti asuhan dilakukan

dengan adanya pembinaan keagamaan, seperti membaca alquran, shalat

berjamaah, tadarus setiap malam, dan sebagainya. Dengan kata lain,

pembinaan karakter dilakukan dengan memberikan layanan sesuai dengan

model pembinaan yang diberikan oleh pengasuh kepada anak asuh.

Pembinaan Karakter adalah pendidikan untuk membentuk

kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya

terlihat daloam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik,

jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan sebagainya.

9
Siti Nurkhotimah, Peran Pengasuh Dalam Membentuk Karakter Religius Di Panti
Asuhan Budi Mulya Sukarame Bandar Lampung(Skripsi), Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung 2019, hal: 4. Diakses hari Selasa, 04 Februari 2020. Pukul 17:12 WIB.
7

Pembinaan Karakter bertujuan membentuk anak bangsa yang

tangguh, kompetetif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong

royong, berkembang dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman, taqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan pancasila.10

Panti Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang berdiri

sebagai salah satu lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial yang mengasuh anak dari latar belakang yang

berbeda-beda seperti yatim, anak piatu, anak yatim piatu dan anak

terlantar. Selain dari kenyataan tersebut, Panti Asuhan Hanifa ini

membantu keluarga yang memiliki kekurangan, karena faktor ekonomi,

tingkat pendidikan orang tua yang rendah serta orang tua yang kesulitan

menghadapi anaknya yang cenderung nakal dan sulit diatur, sehingga

orang tua merasa apabila anaknya tersebut tinggal di panti asuhan ini

anaknya akan mendapatkan perhatian dan pendidikan serta dapat bersikap

lebih baik lagi. Di panti asuhan ini terdapat berbagai macam perbedaan,

diantaranya perbedaan daerah asal, pandangan hidup, latar belakang

kehidupan sosial, ekonomi yang berbeda, ciri dan watak kepribadian tiap

individu. Dari perbedaan inilah yang mengharuskan seorang anak untuk

menyesuaikan diri dengan suasana kehidupan panti, dengan para

pengasuh dan dengan anak-anak asuh, serta tata tertib atau aturan, nilai

dan norma yang berlaku dalam panti asuhan.

10
Sri Narwanti, Pembinaan Karakter, (Yogyakarta: Famili, 2001), hal: 17
8

Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan pada tanggal 30

Agustus 2019 di Panti Asuhan Hanifa III Kampung. Penulis mendapatkan

bahwa di Panti Asuhan Hanifa adanya pembinaan karakter dengan

menjalankan program-program kerohanian anak asuh. Jenis kegiatan

tersebut diantaranya adalah kegiatan muhadarah pada hari minggu. Selain

itu kegiatan sholat malam dan puasa sunnah juga rutin di biasakan kepada

anah asuh di panti asuhan ini.11

Berdasarkan observasi penulis juga pada tanggal 30 Agustus 2019,

penulis lihat dari segi anak asuh, masih kurang serius dalam mengikuti

kegiatan dengan baik. Masih ada juga anak asuh yang terkadang tidak

terlalu menghiraukan apa yang diajarkan oleh ibu asuhnya. Hal ini juga

membuat kendala untuk kegiatan di panti asuhan tidak maksimal dalam

pelaksanaannya.

Kemudian untuk memperkuat hasil observasi awal, dilakukan

wawancara terhadap pengasuh panti, adapun hasil dari wawancara yang

penulis lakukan dengan ibu pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung

pada tanggal 30 Agustus 2019, pengasuh panti mengatakan bahwa

dipantiasuhan hanifa adanya Pembinaan Karakter dengan menjalankan

program-program kerohanian. Dari pengasuh didapatkan keterangan

bahwa anak asuh yang tinggal di panti belum sepenuhnya serius dalam

mengikuti kegiatan yang ada di panti. Mereka kurang disiplin dengan

kegiatan rutin yang ada di panti. Masih ada juga yang tidak tegur sapa

11
Hasil observasi awal di Panti Asuhan Hanifa III Kampung, Agustus 2019
9

dengan teman sesama di panti, ada juga diantara mereka yang kurang

jujur.

Dari pembina panti didapatkan keterangan bahwa anak asuh yang

berbeda-beda daerah asalnya, dengan perbedaan daerah ini memberikan

pengaruh terhadap karakter yang ditampilkan oleh anak asuh seperti sikap

dan watak anak asuh yang berbeda, ada yang mencerminkan rasa senang,

tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral). Adanya anak asuh

yang belum menerapkan karakter yang diharapkan seperti terdapat anak

asuh yang melakukan pelanggaran aturan panti asuhan. Sebagian anak

asuh ada yang mendongkol saat diberi nasehat oleh ibu asuh panti.

Beberapa anak asuh yang suka bermain dengan itu-itu saja di panti, dilihat

dari setiap aktivitas yang dilakukan kemana-mana selalu dengan teman

yang sama. Adanya anak asuh yang tidak tegur sapa dengan teman

sesamanya di panti asuhan.12.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan

maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul

“Peranan Pengasuh dalam Pembinaan Karakter Anak di Panti

Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, agar penelitian ini lebih terarah

dan dapat dilaksanakan teratur, meluas dan mendalam. Maka yang

menjadi fokus penelitian adalah “ Peranan Pengasuh Dalam Pembinaan

Karakter Anak di Panti Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang.”


12
Pembina Panti, Wawancara Pribadi, tgl 02 Februari 2019
10

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,

maka dapat pertanyaan peneliti dari penelitian ini yaitu: “Bagaimana

peranpengasuhPanti Asuhan Hanifa III Kampung dalam

pndidikankarakter anak.”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka

tujuan penelitian adalah untuk mengetahuiperan pengasuh dalam

Pembinaan Karakter anak di Panti Asuhan Hanifa III Kampung.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti

tentang permasalahan yang diteliti serta untuki melengkapi tugas-

tugas dan memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana S1

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan pada Program Studi

Bimbingan dan Konseling Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Bukittinggi.

2. Praktis

a. Untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar kesarjanaan

pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.


11

b. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan penulis sesuai

dengan profesi yang akan penulis pegang nantinya.

F. Penjelasan Judul

Untuk mengarahkan dalam pemahaman dan memudahkan

pembaca dalam memahami maksud yang ada dalam penulisan ini, maka

penulis perlu untuk memberikan pengertian beberapa istilah yang terdapat

dalam judul penelitian ini, yaitu:

Peranan : Suatu perilaku atau tindakan yang diambil oleh para

pemimpin sesuai dengan kedudukannya di dalam

masyarakat yang sudah menjadi tugasnya dalam

membina dan membimbing seseorang.13

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa peranan ini merupakan kedudukan atau

tanggung jawab yang menjadi tugasnya.


Pengasuh : Orang yang memberikan pengasuhan dan perawatan

kepada anak untuk menggantikan peran orang tua.14

Maksud pengasuh di penelitian ini adalah untuk

mendidik dan membimbing anak asuh yang ada di

panti asuhan tersebut.


Pembinaan : Pendidikan budi pekerti plus, yang merupakan

Karakter program pengajaran yang bertujuan

13
Wahyu Dwi Saputra. Skripsi: “Peranan Panti Asuhan Terhadap Sikap Pembentukan
Sosial Anak Di Panti Asuhan Mahmudah Desa Sumberejo Sejahtera”. (Bandar Lampung:
Universitas Lampung, 2016), hal: 11
14
Nicolaas Kandowangko, Jurnal Acta Diurna, Peran Pengasuh Dalam Meningkatkan
Kemandirian Anak Disabilitas Netra (Vol VI No 1 tahun 2017), hal: 4. Diakses hari Selasa, 4
Februari 2020. Pukul 17.00 WIB
12

mengembangkan watak dan tabiat peserta didik

dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan

masyarakat sebagai kekuatan moral dan hidupnya

melalui kejujuran, dapat dipercaya dan disiplin.15

Maksud Pembinaan Karakter dalam penelitian ini

adalah agar anak asuh dapat mengembangkan

karakter dengan optimal.


Jadi maksud judul secara keseluruhan tentang “Peranan Pengasuh

dalam Pembinaan Karakter yaitu memberikan pelayanan kesejahteraan

sosial kepada anak asuh dalam memenuhi kebutuhannya sebagai

pengganti orang tuanya. Dengan adanya didikan dari pengasuh maka anak

dapat menyesuiakan diri sebaik mungkin dilingkungannya dan dapat

mengembangkan nilai-nilai pendidikan yang ada di panti asuhan.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai pedoman bagi peneliti untuk memudahkan dalam

penulisan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang menjadi gambaran umum

dari proposal ini dengan menjelaskan latar belakang

masalah, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul dan

15
Syamsul Kurniawan, Pembinaan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi di Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), hal: 40
13

sistematika penulisan.
BAB II : Merupakan landasan teori yang berisi tentang pembahasan

secara teoritis dalam hal ini berkenaan dengan pengertian

panti asuhan, tujuan panti asuhan, fungsi panti asuhan,

prinsip pelayanan panti asuhan, peraturan panti asuhan,

pengertian pengasuh, tugas pengasuh, gaya pengasuh,

pengertian Pembinaan Karakter, tujuan Pembinaan

Karakter, fungsi Pembinaan Karakter, prinsip Pembinaan

Karakter, nilai-nilai Pembinaan Karakter dan penelitian

relevan.
BAB III : Membahas tentang metodologi penelitian berkenaan dengan

jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data dan

teknik keabsahan data.


BAB IV : Membahas mengenai hasil penelitian berkenaan dengan

gamabaran umum Panti Asuhan Hanifa III Kampung

Tilatang Kamang, Penyajian Data, dan Analisis Data.


BAB V : Membahas mengenai kesimpulan dan saran penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Panti Asuhan

1. Pengertian Panti Asuhan

Salah satu lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan

sosial adalah panti asuhan yaitu lembaga yang dapat menggantikan

fungsi keluarga dalam mendidik, merawat, dan mengasuh anak,

seperti terpenuhi kebutuhan fisik, mental, maupun sosialnya sehingga

anak dapat berkembang kepribadiannya

Panti asuhan adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara etimologi

panti berarti tempat atau kediaman, sedangkan asuhan berarti

merawat, mendidik dan memelihara. Secara terminology pengertian

panti asuhan dapat dilihat dari dua sudut yaitu pengertian dalam arti

sempit dan pengertian dalam arti yang luas. Pengertian dalam arti

sempit yaitu sebuah gedung dimana didalamnya ditampung sejumlah

anak yatim piatu dan anak terlantar, anak yang ditampung dalam panti

asuhan tersebut diasuh oleh seseorang atau lebih tenaga pengasuh

yang bertugas sebagai pengawas serta pelindung anak-anak asuh

setiap hari. Sedangkan dalam arti luas yaitu lembaga kesejahteraan

yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan pengganti

dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, sosial pada anak asuh

15
16

sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan.16

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa panti asuhan

dapat dilihat dari dua segi yaitu panti asuhan sebagai lembaga

kesejahteraan sosial dan panti asuhan sebagai tempat pelayanan.

Menurut Departemen Sosial RI panti sosial asuhan anak adalah

suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung

jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak

terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak

terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh

sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi

pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan

sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai

insan yang turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.

Menurut Bardawi Barzan panti asuhan adalah suatu lembaga

pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat

yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap

individu, kelompok, masyarakat, dalam upaya memenuhi kebutuhan

hidup.17

16
Departemen Sosial RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan
Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak, (Jakarta:, 1986), hal:3
17
Wahyu Dwi Saputra., Peranan Panti Asuhan Terhadap Sikap Pembentukan Sosial
Anak Di Panti Asuhan Mahmudah Desa Sumberejo Sejahtera(Skripsi), Universitas Negeri
Lampung, 2016, hal: 14. Diakses hari Selasa 10 Desember 2019, Pukul 20.00 WIB.
17

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa panti

asuhan merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung

jawab memberikan pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan

fisik, mental dan sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka

memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

perkembangan kepribadian sesuai dengan harapan.

2. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia yaitu:

a. Panti asuhan memberikan pelayanan berdasarkan pada profesi

pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan

membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar

serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi

anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung

jawab, baik terhadap dirinya, keluarga, dan masyarakat.

b. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di

panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang

berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan

kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.18

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti

asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan, dan keterampilan

kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.


18
Suci Wahyuninta Maibang, Peran Panti Asuhan Puteri Aisyiyah dalam
mengembangkan kreativitas anak (Skripsi),Universitas Sumatera Utara 2017, hal: 34. Diakses hari
Selasa, 10 Desember 2019. Pukul 20.30 WIB.
18

3. Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan

pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia, panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak.

Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan,

pengembangan dan pencegahan.Fungsi pemulihan dan

pengentasan anak ditujukan untuk mengembalikan dan

menanamkan fungsi sosial anak asuh. Fungsi ini mencakup

kombinasi dari ragam keahlian, teknik dan fasilitas-fasilitas

khusus yang ditujukan demi tercapainya pemeliharaan fisik,

penyesuaian sosial, psikologis penyuluhan, dan bimbingan pribadi

maupun kerja. Fungsi perlindungan merupakan fungsi yang

menghindarkan anak dari keterlambatan dan perlakuan kejam.

Fungsi ini diarahkan bagi keluarga-keluarga dalam rangka

meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengasuh dan

melindungi keluarga dari kemungkinan terjadinya perpecahan.

b. Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan

sosial anak.

Fungsi konsultasi menitik beratkan pada intervensi terhadap

lingkungan sosial anak asuh yang bertujuan di satu pihak dapat

menghindarkan anak asuh dari pola tingkah laku yang sifatnya

menyimpang.
19

c. Panti asuhan sebagai pusat pengembangan keterampilan yang

meruapakan fungsi penunjang.

Pelayanan pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang

bertujuan meningkatkan mutu pelayanan dengan cara membentuk

kelompok-kelompok anak dengan lingkungan sekitarnya,

menggali semaksimal mungkin, meningkatkan kemampuan sesuai

dengan bakat anak. Fungsi pengembangan ini menitik beratkan

pada keefektifan peranan anak asuh, tanggung jawabnya kepada

anak asuh, dan kepada orang lain, kepuasan yang diperoleh karena

kegiatan kegiatan yang dilakukannya. Pendekatan ini lebih

menekankan pada pengembangan potensi dan kemampuan anak

asuh dan bukan penyembuhan, dalam arti lebih menekankan pada

pengembangan kemampuannya untuk mengembangkan diri

sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa fungsi panti

asuhan adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi dan

pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak.

4. Prinsip Pelayanan Panti Asuhan

Pelayanan panti asuhan bersifat preventif, kuratif dan

rehabilitatif, serta pengembangan, yaitu:


20

a. Pelayanan Preventif adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan

untuk menghindarkan tumbuh dan berkembangnya permasalahan

anak.

b. Pelayanan Kuratif dan Rehabilitatif adalah suatu proses kegiatan

yang bertujuan untuk penyembuhan atau pemecahan permasalahan

anak.

c. Pelayanan pengembangan adalah suatu proses kegiatan yang

bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan cara

membentuk kelompok-kelompok anak dengan lingkungan

sekitarnya, menggali semaksimal mungkin, meningkatkan

kemampuan sesuai dengan bakat anak, menggali sumber-sumber

baik di dalam maupun diluar panti semaksimal mungkin dalam

rangka pembangunan kesejahteraan anak.19

Berdasarkan keterangan diatas dapat dipahami bahwa prinsip

pelayanan panti asuhan ini agar terhindar dari berbagai masalah,

mengembangkan potensi diri anak, tidak hanya itu anak dapat

membentuk kelompok dengan menggali ide-ide sedapat mungkin

dilingkungannya.

5. Peraturan Panti Asuhan

Setiap panti asuhan memiliki peraturan yang harus ditaati oleh

seti ap anak asuhnya, hal itu dilakukan untuk menjaga ketertipan dan

19
Wahyu Dwi Saputra, “Peranan Panti Asuhan Terhadap Sikap Pembentukan Sosial
Anak Di Panti Asuhan Mahmudah Desa Sumberejo Sejahtera”. (Bandar Lampung: Universitas
Lampung, 2016), hal: 17
21

kedisiplinan bagi anak yang ada dipanti asuhan tersebut, seperti

peraturan yang ada di Panti Asuhan Hanifa III Kampung di bawah ini.

a. Bangun tidur setengah jam sebelum shalat subuh masuk.

b. Setelah bangun anak-anak piket sesuai dengan tugasnya masing-

masing.

c. Anak yang berkewajiban piket yang telah ditentukan, tidak boleh

piket pada waktu sholat subuh.

d. Bagi anak yang piketnya belum selesai tidak diperbolehkan pergi

kesekolah.

e. Semua anak diharuskan untuk shalat subuh berjamaah.

f. Selesai sholat perlengkapan diletakkan di tempat yang ditentukan.

g. Tamu yang ingin bertemu dengan anak harus melalui ibu pembina

dan diterima diruang panti asuhan.

h. Anak tidur paling lambat pukul 22.00

i. Anak tidak diperbolehkan tidur di tempat lain atau bertandang.

j. Anak asuh tidak diperbolehkan memakai handphone selama

menjadi anak asuh, kecuali ada kepentingan.

k. Selesai sholat maghrib setiap anak harus bertadarus dan

mendoakann semuaa warga panti.

l. Semua anak harus makan teratur diruang makan secara bersama,

dan tidak diperbolehkan makan diluar serta tidak boleh makan

pada waktu sholat akan masuk.

m. Kain tidak boleh bergantungan di sembarangan tempat.


22

n. Tempat tidur tidak boleh berdempetan, dan harus diberikan jarak.

o. Anak asuh tidak diperbolehkan main ke kantor kecuali izin

pengasuh.

p. Setiap tamu yang datang harus sopan dan bersalaman.

q. Berbicara harus sopan dimanapun berada.

r. Pada waktu memenuhi hajatan atau undangan harus pakai baju

seragam.

s. Bagi anak yang melanggar peraturan dikenakan sanksi sesuai

peraturan yang berlaku di panti asuhan.

Dari peraturan yang ada diatas dapat dilihat secara umum

bahwa peraturan merupakan suatu cara oleh pihak panti dalam

mendidik anak asuhnya, terutama sekali dalam mengajarkan

kedisiplinan kepada anak asuh, hal ini dapat dilihat dari sebagian

besar aturan yang dibuat lebih mengutamakan kedisiplinan seperti

beberapa aturan yang berbunyi, bagi anak asuh yang piketnya belum

selesai tidak diperbolehkan pergi kesekolah, anak asuh tidak

diperbolehkan memakai hp selama menjadi anak asuh, selesai sholat

perlengakapan diletakkan ditempat yang ditentukan, bagi anak yang

melanggar peraturan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku

dipanti asuhan.

B. Pengasuh

1. Pengertian Pengasuh
23

Pengasuh adalah orang yang mengasuh, wali atau orang tua

dan sebagainya. Pengasuh berasal dari kata asuh yang artinya

mengasuh, diartikan menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,

membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat

berdiri sendiri, memimpin suatu badan kelembagaan.

Pengasuh memiliki kata dasar asuh yang artinya mengurus,

mendidik, melatih, memelihara, dan mengajar. Kemudian diberi

awalan peng- (pengasuh) berarti kata pelatih, pembimbing. Jadi

pengasuh memiliki makna orang yang mengasuh, mengurus,

memelihara, melatih dan mendidik. Menurut Hastuti dalam bukunya

Pengasuhan, Teori, Prinsip, dan Aplikasinya Di Indonesia, Pengasuh

adalah pengalaman, ketrampilan, dan tanggung jawab sebagai orang

tua dalam mendidik dan merawat anak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pengasuh adalah menjaga, merawat, membimbing anak asuh

yang ada di panti asuhan.

2. Tugas Pengasuh

Pengasuh sebagai orang tua di Panti Asuhan bertugas untuk

memelihara dan mendidik penghuni panti dengan berbagai kegiatan.

Setiap kegiatan yang dilakukan anak asuh pengasuh harus

bertanggung jawab dengan tugasnya, tugas pengasuh diaplikasikan


24

dalam bentuk tindakan dan kegiatan sehari-hari bersama anak-anak

asuh. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh adalah sebagai

berikut:

a. Asuh

1) Makan Minum

Setiap anak yang tinggal dipanti asuhan adalah anak-anak

yang berada dalam pros es pertumbuhan secara fisik. Oleh

sebab itu anak-anak asuh membutuhkan asupan gizi melalui

makanan mereka. Aturan makan tiga kali sehari yaitu pagi,

siang, dan malam merupakan aturan yang sudah ditetapkan

untuk membantu penghuni panti asuhan untuk dapat

bertumbuh dengan baik.

2) Tempat Tinggal

Selain makanan bergizi, anak-anak juga membutuhkan

tempat tinggal dimana anak-anak panti dapat bertumbuh secara

optimal, tempat tinggal yang baik adalah tempat tinggal yang

nyaman untuk anak.

3) Perawatan Kesehatan

Anak juga membutuhkan perawatan kesehatan guna

mencegah timbulnya gangguan kesehatan. Tempat tinggal dan

lingkungan yang baik dan bersih merupakan salah satu cara

bagi perawatan kesehatan diri.

b. Asah
25

1) Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan dasar belajar anak, kemampuan ini dikembangkan

dengan cara menanamkan kebiasaan belajar yang baik bagi

penghuni panti. Melalui kegiatan belajar ini diharapkan

penghuni panti dapat mengembangkan bakat, kemandirian

serta tanggung jawab pada diri sendiri.

2) Kegiatan Pengembangan Potensi

Kegiatan ini mencakup penyaluran hobi dan kemampuan-

kemampuan diluar kemampuan akademik. Kemampuan yang

disalurkan terutama kemampuan seni, dan kepemimpinan.

Kegiatan ini melatih anak untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki dan yang belum tersalurkan.

3. Gaya Pengasuhan/ Tipe Pengasuh

Menurut Kohn dalam Zahroh menyatakan bahwa pola asuh

merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya.

Sikap orangtua ini meliputi cara orangtua memberikan aturan-aturan,

hadiah maupun hukuman, cara orangtua menunjukkan otoritasnya dan

juga cara orangtua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap

anak.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud orang

tua adalah pengasuh di panti asuhan. Gaya pengasuhan ini merupakan

sikap pengasuh dalam berinteraksi dengan anak asuhnya.


26

Menurut Hastuti, gaya pengasuhan adalah cara interaksi

pengasuh kepada anak asuh. Pada dasarnya ada 2 tipe pengasuhan

yaitu gaya pelatihan emosi (parental emotional styles) dan gaya

pendisiplinan.

a. Gaya Pelatihan emosi

Gaya pelatihan emosi terbagi dua yaitu gaya pelatih emosi

(coaching) dan gaya pengabai emosi.

1) Gaya pelatihan emosi (parental emotional styles) merupakan

pola pengasuhan dimana pengasuh mampu membantu anak

asuh untuk menangani emosi terutama emosi negatif.

Pengasuh tipe ini mampu menilai emosi negatif sebagai

kesempatan untuk menciptakan keakraban tanpa kehilangan

kesabaran. Bentuk pengasuhan ini berhubungan dengan

kepercayaan pengasuh terhadap anak untuk mengatur emosi

dan menyelesaikan suatu masalah sehingga Pengasuh bersedia

meluangkan waktu saat anak sedih, marah dan takut serta

mengajarkan cara mengungkapkan emosi yang dapat diterima

orang lain.

2) Gaya pengabai emosi (dismissing parenting style). Pola

pengasuhan dimana pengasuh tidak punya kesadaran dan

kemampuan untuk mengatasi emosi anak serta percaya bahwa

emosi negatif sebagai cerminan buruknya ketrampilan

pengasuhan. Pengasuh tipe ini menganggap bahwa anak terlalu


27

cengeng saat sedih sehingga Pengasuh tidak menyelesaikan

masalah anak dan beranggapan bahwa emosi anak akan hilang

dengan sendirinya

b. Gaya Pendisiplinan

Gaya pendisiplinan terbagi atas tiga yaitu pendisiplinan

otoriter (authoritarian), pendisiplinan demokratis (authoritative)

dan pendisiplinan permissive.

1) Pendisiplinan otoriter (authoritarian). Yaitu pola asuh dimana

pengasuh memberi aturan yang ketat dan adanya otoritas dari

pengasuh untuk menetapkan aturan yang bersifat kaku dan

tanpa penjelasan. pengasuh dengan tipe ini biasanya mendikte

segala perbuatan yang seharusnya dilakukan anak serta tidak

mengharapkan anak membantah keputusan yang telah

ditetapkan.

2) Pendisiplinan demokratis (authoritative). Pada pola asuh ini

dimana pengasuh memberi batasan yang tinggi namun juga

memberi penjelasan sesuai pola pikir anak (toleran kepada

anak). Pengasuh tipe ini memberikan batasan dan aturan

kepada anak tetapi juga memberikan konsekuensi yang bersifat

naluriah kepada anak apabila mereka melakukan kesalahan

kepada anak. Selain itu pengasuh tipe ini juga menjelaskan

pentingnya aturan yang telah di sepakati dan mengapa aturan

tersebut harus dijalani oleh anak.


28

3) Pendisiplinan permissive merupakan pola asuh dimana

Pengasuh tipe ini memberi aturan/batasan yang longgar ke

anak dan kurang memberi pengarahan/ penjelasan ke anak

dalam memahami masalah kehidupan. Pengasuh tipe ini lebih

responsive terhadap kebutuhan anak namun tidak memberi

batasan yang tepat bagi perilaku anak sehingga anak dapat

membuat aturan, jadwal dan aktifitas sendiri.20

4. Kewajiban Pengasuh Terhadap anak asuh

Diantara kewajiban orang tua asuh terhadap anak asuh adalah

sebagai berikut:

a. Menerima, merawat, memelihara, melindungi, memberikan

pengasuhan dan kasih sayang serta pola asuh yang terbaik.

b. Menanamkan pendidikan, terutama Pembinaan agama. Cara

mendidik dengan konsep islam, bisa mengikuti petunjuk dalam al-

qur’an seperti versi pengasuhan Nabi Muhammad saw, dengan

tanggung jawab dan keteladanan, penuh kasih sayang dan

kelembutan, menanamkan rasa cinta pada anak agar tidak durhaka.

c. Mencukupi kebutuhan anak secara optimal. Tidak hanya

kebutuhan fisik, namun kebutuhan kepribadian juga sangat

penting.

d. Wujud kasih sayang dan perlindungan orang tua asuh di antaranya

dengan memberikan sikap adil pada anak.


20
Ike Oktyanti, Attachment Pengasuh Dengan Anak Panti Asuhan Usia-Pra Sekolah
(Skripsi), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2017, hal: 34. Diakses hari Selasa, 04
Februari 2020. Pukul 19:09 WIB.
29

e. Islam melarang menghardik anak yatim.

f. Tidak boleh menyia-nyiakan anak yatim.21

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pengasuh memiliki

tanggung jawab untuk merawat, mendidik, memberikan kasih sayang

kepada anak asuh dan memberikan perlakuan yang adil terhadap anak

asuh, karna disinilah anak mendapatkan kasih sayang yang sebenarnya

sebagai orang tua pengganti yaitu pengasuh.

5. Peranan Pengasuh Dalam Pembinaan Karakter

Seorang pengasuh adalah orang yang diberi tanggung jawab

penuh untuk mendidik, membina dan menjaga para anak asuh untuk

membentuk prilaku anak asuh menjadi lebih baik serta mampu

memiliki karakter yang untuk diri sendiri dan lingkungan di

sekitarnya. Adapun peranan pengasuh sebagai berikut:22

a. Sebagai Pendidik

Berperan sebagai pendidik tentunya seoranng pengasuh

harus sebagi tokoh, panutan serta identifikasi diri bagi para anak

asuhnya dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, seorang

pengasuh harus memiliki rasa tanggung jawab, mandiri, wibawa,

serta disiplin yang dapat dijadikan contoh bagi para anak asuhnya.

b. Sebagai Pembimbing

21
Rifa Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, (Malang: UIN-MALANG Press, 2009),
hal: 18.
22
Uduwiah Urba, Peran Pengasuh Dalam Membentuk Karakter Santi Di Lembaga
Kesejaheraan Sosial Anak , (Malang: UM Malang, 2018), hal. 13-17
30

Maksud pembimbing adalah dimana pengasuh memiliki

tugas mengarahkan, menjaga dan membimbing agar anak asuh

tumbuh dan berkembang menjadi insan yang memilki akhlak yang

baik. Sedangkan tugas-tugas pengasuh sebagai pembimbing adalah

sebagai berikut:

1) Mewajibkan anak asuh untuk shalat berjama’ah

Shalat berjama‟ah itu sangat penting, karena sebagai

latihan disiplin untuk senantiasa menjalankan perinah shalat

tepa waktu,t juga terdapat manfaat dari shalat berjama‟ah,

antara lain: (1) melatih kepedulian sosial; di antara rahasia

shalat berjamaah adalah melatih diri untuk selalu peka

terhadap segala sesuatu persoalan rill yang ada di lingkungan

sekitar. (2) Melatih disiplin dan berfikir positif, di antara

manfaat Shalat berjamaah adalah untuk belajar berdisiplin dan

mengendalikan jiwa. Caranya adalah dengan mengikui imam

dalam semua takbir atau gerakan dalam shalat, dan tidak

mendahuluinya, memperlambat diri darinya, bersamaan

dengannya, atau berlomba-lomba dengannya.

2) Membimbing anak asuh membaca Al-qur‟an

Al-quran merupakan sebuah kitab yang utama dalam

agama Islam, quran juga merupakan bagian dari pendidikan

agama Islam, faktor yang terpenting sebelum anak asuh


31

memahami dan menghayati maknanya maka anak asuh

dituntun untuk bisa membacanya terlebih dahulu sesuai

dengan makhroj dan tajwidnya. Oleh karena itu, seorang

pengasauh harus membimbing para anak asuhnya disaat

membaca alquran sehingga para anak asuh juga mengetahuin

kesalahan saat membacanya.

c. Sebagai Pembina

Pengasuh adalah orang memiliki peran yang mana dapat

menunjukkan sikap-sikap yang bisa menginspirasi para anak asuh

untuk melakukan hal-hal yang baik, dan sebagai seorang pembina

harus memiliki sikap dan prilaku yang baik agar dapat ditiru oleh

para santinya.

d. Sebagai Motivator

Proses kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika para

anak asuh memiliki motivasi yang tinggi. pengasuh memiliki peran

yang penting untuk menumbuhkan motivias serta semangat di

dalam diri anak asuh dalam belajar contohnya: keberhasilan tidak

dicapai dengan bermalas-malasan melainkan dengan usaha dan

semangat yang tinggi agar dapat tercapai dengan hasil yang

memuaskan.

e. Sebagai Teladan

Pengasuh pembina adalah orang yang mendidik dan

membimbing anak agar mempunyai perilaku yang baik dan sopan


32

terhadap dirinya mau dengan orang lain. Pengasuh hendaknya

selalu menjaga dengan perbuatan maupun ucapan, sehingga naluri

anak yang suka meniru dan mencontoh dari apa yang sedang

dilakukan dengan sendirinya akan turut mengerjakan apa yang

disarankan baik itu orang tua atau pendidik.

Hal-hal yang dapat dicontoh oleh para anak asuh antara

lain: (1) Pemberian pengaruh secara spontan; seperti berbicara atau

mengucapkan kata-kata yang sopan dan lembut ketika bertemu

seseorang seperti menyapa sambil tersenyum. (2) Pemberian

pengaruh secara sengaja; seprti keteladanaan yang dilakukan oleh

pengasuh dalam hal membaca atau menjelaskan pekerjaan yang

dilakukan oleh anak asuh.

f. Sebagai Penasehat

Pengasuh adalah penasehat dan sebagai pengganti orang

tua bagi anak asuhnya selama mereka berada di lingkungan

lembaga tersebut (panti). Sehingga, dalam kehidupan sehari-hari

anak asuh akan senantiasa berhadapan dengan berbagai

permasalahan dan kebutuhan yang akan mereka hadapi. sehingga

membutuhkan pengasuh agar dapat menyelesaikan permasalah

yang sedang mereka hadapi. Oleh karena itu, seorang pengasuh

harus menyadari akan perannya sebagai orang yang dapat

dipercaya dan dapat memberikan masukan yang dapat mendorong

dan bermaanfat untuk anak asuhnya.


33

g. Sebagai Pelatih.

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan

keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut

pengasuh untuk bertindak sebagai pelatih. Sebagai seorang

pengasuh mempunyai peran yang sangat penting untuk melatih

keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para anak asuh agar

apa yang menjadi bakat mereka agar dapat berkembang dan terasa

dengan baik.

C. Pembinaan Karakter

1. Pengertian Pembinaan Karakter

a. Karakter

Karakter berasal dari bahasa Latin kharakter, kharassein dan

kharax.Kata ini mulai banyak digunakan kembali dalam bahasa

Prancis caractere pada abad ke-14, kemudian dalam bahasa

Inggris menjadi character sebelum akhirnya menjadi bahasa

Indonesia karakter.23 Kata karakter menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi

pekerti yang membeedakan seseorang dari yang lain. Sedangkan

karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas memiliki makna yaitu

bawaan, hati jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, tempramen watak. Karakter menurut

Allport dalam buku Sumadi surya yabarata “ character is

23
Kak Hendri, Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media), hal: 2
34

peronality evaluated, and personality is character devaluated ”.

Artinya watak (karakter adalah kepribadian dan kepribadian

adalah karakter.24 Karakter dan kepribadian adalah dua hal yang

sama, akan tetapi dipandang dari segi berlainan. Jika orang

bermaksud mengenakan norma, mengadakan penilaian, maka

istilah yang dapat digunakan adalah watak, kalau tidak

memberikan penilaian, maka istilah yang di pakai adalah

kepribadian.

Karakter menurut Masnur Muslich, “adalah nilai-nilai perilaku

manusia yang berhubungan dengan yang maha YME, diri sendiri

sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan, yang terwujud

dalam perilaku, sikapdan perasaan perkataan dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama budaya dan

adat istiadat”.25

Karakter menurut Muchlas Samani dan Hariyanto adalah nilai

dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk karena

pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang

membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap

dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.26 Karakter disebut

juga sebagai “ perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan

YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan


24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hal: 2
25
Masnur Muslich, Pendididkan Karakter Menjawab Tantangan Kritis
Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal: 84
26
Muchlas Samani dan Harianto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, ( Bandung:
Rosdakarya, 2011), hal: 43
35

yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya dan adat istiadat.27

Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Dalam karakter

terdapat nilai-nilai yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

disebut karakter. Nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.

Nilai adalah suatu jenis kepercayaan seseorang yang letaknya

berpusat pada sistem kepercayaan seseorang tentang bagaimana

seseorang sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan

sesuatu, atau tentang apa yang berharga dan yang tidak beharga

untuk dicapai.

Menurut penulis karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai kebaikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan

untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Hal yang

sangat abstrak yang ada pada diri seseorang. Sering orang

menyebutnya dengan tabiat dan perangai.

Menurut Suyanto mendefinisikan karakter sebagai cara

berpikir dan perprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk

hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa dan Negara. Griek yang dikutip Zubaedi, merumuskan

definisi karakter sebagai panduan dari segala tabiat manusia yang

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara


27

Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), hal 29
36

bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk

membedakan orang yang satu dengan yang lain. Ini menunjukkan

bahwa karakter sebagai identitas yang dimiliki seseorang yang

bersifat menetap sehingga seseorang atau sesuatu itu berbeda dari

yang lain.28

Menurut Gordon W. Allport yang dikutip oleh Sri Narwanti

dalam bukunya Pembinaan Karakter, karakter merupakan suatu

organisasi yang dinamis dari system psiko-fisik individu yang

menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara

khas.Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.

Karakter bukan sekedar sebuah kepribadiaan (personality) karena

karakter sesungguhnya adalah kepribadian yang ternilai

(personality evaluated).29

Griek mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan

sebagai paduan dari pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap,

sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang

yang satu dengan yang lain. Kemudian Leonardo A. Sjiamsuri

dalam bukunya Kharisma Versus Karakter yang dikutip Damanik

mengemukakan bahwa karakter merupakan siapa anda

sesungguhnya. Batasan ini menunjukkan bahwa karakter sebagai

28
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat….., hal 28
29
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Famili, 2001), hal: 1
37

identitas yang dimiliki seseorang yang bersifat menetap sehingga

seseorang atau sesuatu itu berbeda dari yang lain.30

Sedangkan Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan bahwa karakter

adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang

berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan

dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan

yang ia buat. Menurut Alwisol diartikan sebagai gambaran tingkah

laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara

eksplisit maupun implisit.31

Dari beberapa pengertian dan pendapat ahli diatas mengenai

karakter dapat disimpulkan bahwa karakter yang menyangkut

moral, yaitu menyangkut ajaran tentang baik buruk yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, dan budi

pekerti.Karakter juga merupakan kondisi mental yang membuat

orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, bersedia

berkorban, isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap

dari perbuatan. Maka karakter baik yang tertanam pada peserta

didik akan membuatnya menjadi manusia yang bermoral, yaitu

manusia yang berbudi pekerti baik, masih mempunyai

pertimbangan yang baik dan buruk sebelum melakukan sesuatu.

30
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), hal: 9
31
Zubaedi, Desain Pendidikan KarakteR, (Jakarta: Kencana 2011), hal: 11
38

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hokum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Individu yang

berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME). Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang

dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi keadaan, dan

kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. Karakter pada

akhirnya menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang dan

sering orang yang bersangkutan tidak menyadari karakternya.32

Selain itu karakter merupakan hal yang sangat esensial dalam

berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan

hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter tidak datang dengan

sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi

bangsa yang bermartabat.33

Secara individu hasil pembentukan karakter tidak akan sama,

karena setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik

bawaan dan karakteristik yang diperoleh dari lingkungan. Karakter

manusia dibentuk berdasarkan respon yang diterima dari stimulus

32
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), hal: 29
33
Dr. Zubaedi. M.Ag. M.Pd, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), hal:
13
39

lingkungannya. Respon yang diterima dari lingkungan yang buruk

akan membentuk manusia yang buruk, sedangkan lingkungan

yang baik akan membentuk manusia yang baik.

b. Pembinaan Karakter

Pembinaan karakter bagi anak asuh adalah usaha (ikhtiar)

melatih, mengasuh, dan mendidik mereka agar dapat melakukan

hal-hal yang baik dan positif, sambil belajar mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari

sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif kepada

lingkungannya.34

c. Tujuan Pembinaan Karakter

Pasaribu dalam Utami dkk, memaparkan bahwa ada empat

tujuan pokok pembinaan karakter, tujuan-tujuan tersebut adalah

sebagai berikut:35

1) Menambah pengetahuan dan keterampilan secara maksimal

dan berguna bagi kehidupannya.

2) Membina mental dan watak agar lebih optimal serta

kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya

atas prakasa sendiri, menambah, meningkatlkan, dan

mengembangkan dirinya maupun lingkungannya kearah

34
Abd. Malik Usman, Holistika Pemikiran Tentang Pembinaan Karakter Berbasis Nilai-
Nilai Islam Bagi Siswa Open School, (Malang: UGM, 2017) hal. 62
35
Rhisty Frida Utami, AT Soegito, & Muhdi, Strategi Pembinaan Karakter Siswa Di
Sekolah Dasar Islam Terpadu Buah Hati Pemalang, (Semarang: Universitas PGRI Semarang),
hal.187
40

tercapainya martabat, mutu, dan kemampuan manusiawi yang

optimal dan pribadi yang mandiri.

3) Mengembangkan potensi, bakat, dan kepribadian.

4) Menyeimbangkan antara dimensi akal dan spiritual

d. Komponen Pembinaan Karakter

Ratna Megawangi dalam Usman mengemukakan sembilan

pilar karakter yang harus dilakukan dalam proses pembinaan

karakter, yaitu:36

1) Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaan- Nya


2) Kemandirian dan Tanggug Jawab
3) Kejujuran dan Amanah, Bijaksana
4) Hormat dan Santun
5) Dermawan, suka menolong dan Gotong Royong
6) Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja keras
7) Kepemimpinan dan Keadilan
8) Baik dan Rendah Hati
9) Toleransi dan Kedamaian dan kesatuan

e. Model Pembinaan Karakter

Ada beberapa Model pembinaan Karakter yang diusulkan

oleh Amin Thabib dalam Usman, yaitu sebagai berikut:

1) Model Otonomi

Model otonomi yang memposisikan pembinaan

karakter sebagai sebuah mata pelajaran tersendiri sehingga

akan lebih terstruktur dan terukur. Model ini lebih banyak

menyentuh aspek kognitif siswa dengan asumsi bahwa

36
Abd. Malik Usman, Holistika Pemikiran Tentang Pembinaan Karakter Berbasis Nilai-
Nilai Islam Bagi Siswa Open School, (Malang: UGM, 2017) hal. 62
41

penanggung jawab pembentukan karakter hanya ada pada

pembina

2) Model Integrasi

Model integrasi yakni mengintegrasikan pembinaan

dengan seluruh kegiatan, dan semua pembina adalah orang

yang bertanggung jawab sebagai pembina karakter sekaligus

bersama lembaga selaku lingkunganya. Model ini terkesan

lebih cocok dengan lingkungan dan suasana Terbuka yang

pembinaanya lebih fleksibel dengan sistem pendampingan.

Konsekuensinya pembina harus punya kesiapan wawasan dan

ketauladanan.

3) Model Suplemen

Model Suplemen, yang menawarkan pembinaan

karakter melalui kegiatan diluar sifatnya tambahan yang

dikelola pihak lembaga lengkap dengan penanggung jawab

maupun melalui kemitraan dengan lembaga lain yang

memiliki kapabilitas dan konsen dengan pembinaan karakter.

Kelebihan model ini berupa pengalaman konkrit yang dialami

para anak asuh karena ranah afektif anak asuh lebih banyak

tersentuh lelalui kegiatan tersebut sehingga membuat suasana

pembinaan karakter memuaskan dan menyenangkan.

4) Model Kolaborasi
42

Model kolaborasi yang merupakan optimalisasi dan

sintesis atas kelebihan dari masingmasing model sebelumnya,

yakni pembinaan karakter sebagai kegiatan secara otonom,

terintegrasi dengan seluruh kegiatan lainay dengan

penanggung jawab pembina dan lembaga sebagai miniatur

masyarakat sehingga semua kegiatan merupakan pembinaan

karakter, termasuk kegiatan tambahan yang dikemas

sedemikian rupa yang memuaskan dan menyenangkan karena

pengalaman konkrit yang langsung menyentuh ranah afektif

anak asuh.

D. Penelitian Relevan

Sebelum melakukan penelitian maka penulis terlebih dahulu

mengamati dan mencermati penelitian terdahulu yang relevan. Dari

penelusuran yang dilakukan penulis menemukan pembahasan yang ada

kaitannya dengan judul dan masalah yang akan diteliti diantaranya:

Penelitian relevan yang diambil berjudul: “Peran Panti Asuhan

Dalam Pembinaan Karakter Anak Asuh Panti Asuhan Aisyiyah Nanggalo

Kota Padang”, kesimpulannya yaitu: Dapat disimpulkan mengenai peran

panti asuhan dalam Pembinaan karakter anak asuh Cabang Nanggalo Kota

Padang umumnya pengurus panti ini melakukan sesuai dengan hak yang

di dapatkan anak dalam keluarganya sendiri. Diharapkan pemerintah dan


43

masyarakat ikut serta berpartisipasi untuk mewujudkan karakter anak asuh

yang diinginkan.37

Kemudian penelitian relevan yang dipilih selanjutnya yang

berjudul: “Strategi Pembentukan Karakter anak di Panti Asuhan

Muhamadiyah Wiyung Suarabaya”, kesimpulannya yaitu strategi

pembentukan karakter anak di panti asuhan tersebut menunjukkan bahwa

ada beberapa strategi yang diterapkan. Strategi tersebut yang pertama

dalam membentuk karakter religius anak, karakter disiplin, dan yang

ketiga strategi dalam membentuk karakter kemandirian anak.38

Selanjutnya penelitian relevan yang diambil dengan judul:

“Pembinaan Kearah Pembentukan Karakter”. Hasil penelitiannya yaitu

Pembinaan karakter dapat dimaknai sebagai Pembinaan nilai, Pembinaan

budi pekerti, Pembinaan moral, Pembinaan watak, yang bertujuan

mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik

dan buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebarkan kebaikan

dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh kita.39

Selanjutnya penelitian relevan yang diambul dengan judul

“Attachment Pengasuh Dengan Anak Panti Asuhan Usia Pra Sekolah”.

Hasil penelitiannya yaitu bentuk kelekatan pengasuh dengan anak panti

asuhan usia pra sekolah dapat berkembang dengan baik, kelekatan


37
Havivah Muslimah, Peran Panti Asuhan Dalam Pendidikan Karakter Anak Asuh Di
Panti Asuhan Aisyiyah Nanggalo Kota Padang(Skripsi),Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat,
2016, hal: 8. Diakses hari Selasa 10 Desember 2019, Pukul 21.00 WIB
38
Yahya Sulthoni, Jurnal Pencerahan, Strategi Pembentukan Karakter Anak Di Panti
Asuhan Muhammadiyah Wiyung Surabaya (Vol 1 No 1 tahun 2013), hal: 286. Diakses hari
Selasa, 10 Desember 2019 WIB
39
Yuyun Yunarti, Jurnal Tarbawiyah, Pendidikan Kearah Pembentukan Karakter. (Vol
11 No 2 tahun 2014, hal: 277, Diakses hari minggu 16 Februari 2020. Pukul 20.30 WIB.
44

pengasuh dapat membuat anak memiliki ikatan batin, membuat anak

merasa memiliki orang tua kandung, dan dapat berkomunikasi dengan

anak secara baik.40

Kemudian penelitian relevan yang diambil dengan judul “Peran

Pengasuh Dalam Membentuk Karakter Religius”. Hasil penelitiannya

menjelaskan Peran pengasuh panti asuhan dalam membentuk karakter

religius anak anak panti asuhan Budi Mulya yakni tanggung jawab dan

terampil dalam mendidik, menjaga merawat serta membimbing anak-anak

panti dalam menanamkan karakter yang berkualitas melalui keteladanan

dan pembiasaan.Selain menanamkan karakter yang berkualitas, pengasuh

mendidik serta membimbing anak-anak asuhnya dalam pengamalan dan

menjalankan segala perintahNya seperti shalat berjamaah tepat waktu,

shalat malam, dan bentuk ibadah lainnya serta menjauhi segala

larangannya.41

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu

diatas yaitu lebih memfokuskan anak asuh dalam mewujudkan karakter

yang diinginkan, memberikan hak anak sesuai dengan yang

didapatkannya.

40
Ike Oktyanti, Attachment Pengasuh Dengan Anak Panti Asuhan Usia-Pra Sekolah
(Skripsi), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2017, hal: 34. Diakses hari Selasa, 16
Februari 2020. Pukul 21.00 WIB.

Siti Nurkhotimah, Peran Pengasuh Dalam Membentuk Krakter Religius Di Panti


41

Asuhan Budi Mulya Sukarame Bandar Lampung (Skripsi), Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung 2019, hal: 4. Diakses hari Selasa, 16 Februari 2020. Pukul 21:12 WIB.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang

bersifat deskriptif yaitu menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi

dilapangan atau penelitian yang mencoba menggambarkan, menuturkan,

menafsirkan suatu fenomena yang yang berkembang pada masa

sekarang.42 Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian dengan metode

penelitian kualitatif dengan menggunakan narasi atau kalimat dan

menggambarkan pemecahan masalah yang ada. Dalam hal ini peneliti

menggambarkan tentang bagaimana peranan pengasuh dalam pendidikan

karakter anak di Panti Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang.

B. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi dipilih ditempat penulis melakukan penelitian,

tempatnya di Panti Asuhan Hanifa III Kampuang Tilatang Kamang.

Adapun penulis mengambil lokasi ini karena penulis menemukan

permasalahan yang perlu dibahas untuk dibahas dan perlu pemecahan

masalahnya secara ilmiah, yaitu Peranan Pengasuh dalam Pendidikan

Karakter di Panti Asuhan Hanifa III Kampuang.

42
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Ghalia Indonesia,
1999), hal: 32

46
47

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bertindak sebagai sumber informasi

yang peneliti wawancarai yaitu berasal dari orang atau kelompok yang

diteliti.43 Informan mempunyai banyak pengalaman tentang latar

penelitian, iya berkewajiban secara suka rela menjadi sumber informasi

dalam penelitian walaupun bersifat informal. Sebagai anggota dengan

kebaikan dan kesukarelaannya dapat memberikan pandangan tentang

nilai-nilai, sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian

setempat.44

Adapun yang menjadi informan kunci pada penelitian ini adalah

satu orang ibuk asuh Panti Asuhan Hanifa III kampung Tilatang Kamang,

penulis menjadikan ini sebagai informan kunci. Sedangkan yang menjadi

informan pendukung adalah Pembina dan anak asuh Panti Asuhan Hanifa

III Kampuang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk

memperoleh data penelitian. Dalam mendapatkan data yang akurat untuk

mengungkapkan permasalahan di atas, maka peneliti menggunakan

diantaranya:

1. Observasi

43
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitataif, (Jakarta : Grafindo Persada, 2001),
cet ke-1 hal :92
44
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2012),
Cet ke-5 hal: 3
48

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke

objek penelitian untuk melihat dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila

objek penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia dan fenomena

alam (kejadaian-kejadian yang ada disekitar), proses kerja dan

penggunaan responden kecil. Observasi dapat dilakukan dengan

partisipasi atau non partisipasi. Dalam observasi partisipasi

(participay observation) pengamat ikut serta dalam kegiatan yang

berlangsung. Sedangkan dalam observasi non partisipasi (non

participacy observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan

hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.45 Pada

penelitian ini menggunakan observasi partisipan guna untuk

mengamati karakter anak asuh, sehingga peneliti terlibat langsung

untuk mengamati anak asuh di panti asuhan.

Menurut Sugiyono partisipan merupakan observasi yang

dilakukan peneliti untuk terlibat langsung dengan kegiatan orang-

orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Dengan observasi partisipan data yang diperoleh akan lebih

lengkap, tajam dan dapat mengetahui setiap perilaku yang nampak

dari subjek.46

2. Wawancara
45
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), hal: 216
46
Sugiyono, Meode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015) hal: 204
49

Wawancara yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

informasi langsung dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan

secara lisan dan dijawab secara lisan pula. 47

Dalam penelitian ini bentuk wawancara yang digunakan peneliti

adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi-terstruktur lebih

tepat dilakukan penelitian kualitatif dari pada penelitian lainnya. Ciri-

ciri dari wawancara semi-terstruktur adalah pertanyaan terbuka.

Namun ada batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancara

dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, ada pedoman wawancara

yang dijadikan patokan alur, urutan dan penggunaan kata, dan tujuan

wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.48

Wawancara yang dilakukan secara semi terstruktur yaitu

wawancara dengan satu pertanyaan akan dikembangkan sehingga

informasi semakin banyak diperoleh. Wawancara ini dilakukan untuk

mengetahui bagaimana peran pengasuh dalam pendidikan karakter di

Panti Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat

47
Nano Syaodih Sukmadinata, Metode Penelian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), hal 2016
48
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika,
2011), hal: 121.
50

mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain.49 Berdasarkan kutipan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

analisis data merupakan proses dalam mencari data yang mana data

tersebut dapat diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan

lain, data yang didapatkan tersebut harus bisa dipahami sehingga dapat

pula diinformasikan kepada orang lain hasil data yang di dapat tersebut.

Setelah data terkumpul yang peneliti peroleh melalui wawancara,

catatan lapangan dan bahan lain, kemudian diolah dengan cara menyeleksi

data atau informasi kemudian diklafikasikan setelah itu diadakan analisis

data.

Teknik analisis data yang dilakukan adalah: 50

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari

observasi, wawancara.

2. Reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi ini

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan

pertannyaan perlu dijaga sehinngga tetap berada didalamnya.

Selanjutnya adalah untuk penyusunan dalam satuan-satuan.

3. Display data yaitu menyajikan data kedalam sebuah matriks atau

daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya

berbentuk teks naratif. Dalam penyajian data, data dapat dianalisis

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hal: 244
50
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hal: 248
51

peneliti untuk disusun secara sistematis atau simultan sehingga data

yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah penelitian.

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data, penulis menggunakan teknik

triangulasi data. Triangulasi data berarti adanya informan yang berbeda

atau adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu.

Triangulasi dilakukan untuk memperkuat data, untuk membuat

peneliti yakin terhadap kebenaran dan kelengkapan data. Triangulasi

tersebut dapat dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas

dengan adanya, sampai yakin datanya valid.51

Triangulasi adalah tekinik pengecekan data dengan cara

pemeriksaan ulang. Pemeriksaan keabsahan data dengan cara triangulasi

dilakukan untuk meningkatkan derajat kepercayaan dan keakuratan data.

Triangulasi data dengan sumber lainnya berarti memabandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan data yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini

dapat dicapai dengan cara:

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.52

51
Nana Sudjana, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2000), hal: 30.
52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2001),
hal: 178.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan Hanifa III Kampung Tilatang Kamang

1. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Hanifa III Kampung

Yayasan Hanifa yang berkedudukan di jorong III Kampung

Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat

dengan mempunyai perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang di tempat

lain yang akan ditetapkan kemudian oleh badan pengurus dengan

persetujuan rapat bandan pendiri.

Panti asuhan Hanifa III Kampuang berdiri sejak tahun 2001 yang

terletak di jorong III Kampuang, kecamatan Tilatang Kamang, kabupaten

Agam, provinsi Sumatera Barat. Panti asuhan ini berdiri dikarenakan

banyaknya anak-anak yang kurang mampu atau kedua orangtuanya sudah

meninggal, dan timbullah ide-ide dari para pengurus untuk mendirikan

panti asuhan ini.

Panti asuhan Hanifa III Kampung adalah suatu lembaga atau

institusi UKS yang mempunyai kepercayaan tanggung jawab untuk

memberikan pelayanan pengentasan anak terlantar, pelayanan penggantin

orang tua/ wali dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial,

sehingga anak asuh memperoleh kesempatan yang luas, tempat yang

memadai bagi perkembangan kepribadian secara wajar. Panti asuhan

Hanifa memberikan pelayanan kepada anak terlantar akibat disfungsi

sosial, keluarga (orangtua)/ keluarganya tidak mampu melaksanakan

52
53

fungsi sosialnya). Penyebabnya antara lain satu atau kedua orangtuanya

telah meninggal dunia, keluarga yang ekonominya sangat dibawah,

keluarga retak dan sebagainya.

2. Visi dan Misi Panti Asuhan Hanifa III Kampung

Visi Panti Asuhan Hanifa III Kampung adalah mengembangkan dan

mewujudkan pendidikan, sosial budaya dan ekonomi guna mewujudkan

generasi muda (khususnya) dan masyarakat pada umumnya yang beriman,

bertakwa, beraklak sejahtera dan madani. Sedangkan misinya adalah :

a. Meningkatkan penghayatan norma agama dan adat bagi anak asuh.

b. Membentuk anak asuh yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada

Allah SWT serta taat beribadah.

c. Mempersiapkan anak asuh menjadi anggota masyarakat yang baik dan

membantu mendapatkan pekerjaan yang layak setelah terminasi.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan, kebutuhan pokok dan

pendidikan terhadap anak asuh.

e. Meningkatkan peran serta masyarakat kampung dan rantau dalam

masalah pengentasan kemiskinan.

f. Membina lembaga yang harmonis antara masyarakat dan pemerintah

daerah.

g. Membantu pemerintah dalam menangani masalah sosial, pendidikan

dan kesejahteraan khususnya anak terlantar

3. Keadaan Panti Asuhan Hanifa III Kampung

a. Struktur dan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung


54

Panti Asuhan Hanifa merupakan salah satu kepedulian nyata

masyarakat terhadap masa depan generasi bangsa dan agama.

Kepedulian nyata terhadap anak yatim itu penting, karena mereka

bagian dari umat Islam dan bangsa yang keberadaannya menentukan

masa depan.

Dalam pengasuhan anak, terdapat satu orang Ustadzah dan 1 orang

Ustadzahah. Para Ustadzah dan Ustadzahah dibantu oleh 8 (tujuh)

orang musyrifah (pembimbing perempuan dan laki-laki).

Kepengurusan panti asuhan adalah sebagai berikut:

a) Ketua Panti Asuhan Hanifa : A. Narambai


b) Sekretaris : Hj. Suarni
c) Seksi rumah tangga : Hj. Suarni
Lisjarni
A. Husna
Herna Yenti
Haryati
Nurhaida
Wardiah
Liva Maisarah
Nofiarni

4. Anak asuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung

Anak asuh yang dibina di panti asuhan Han adalah anak yatim dan atau

piatu, serta dhuafa yang berasal dari daerah Kabupaten Agam, Kabupaten

Pasaman Barat, Pesisir Selatan dan Pariaman. Adapun jumlah anak-anak asuh di

Panti Asuhan Hanifa III Kampung disajikan pada tabel berikut ini:
55

Tabel 4.1

Data Anak Asuh Panti Asuhan III Kampung

Alamat Orang
No Nama Jk Ttl Sekolah
Tua
1. ADE NOVITA Paladangan, 15 MAN 2
SARI P Malalak
Januari 002 AGAM
2. CHELSEA JONI Bawan, 09 Maret MTsN 1
LESTARI P Bawan
2005 AGAM
3. DARNIS Sungai gatung, 13 MAN 2
P Palupuah
Juli 2000 AGAM
4. GUSMERI Bawan, 19 Tompek MAN 2
MARLINA P
Agustus 2003 Palambayan AGAM
5. IRA FATMAWATI Kayu pasak, 01 MAN 2
P Palembayan
April 2001 AGAM
6. HADRISUL Langgai, 17 Mei MAN 2
KIMAJANI P Pesisir selatan
2000 AGAM
7. HA10YATUN Bukittinggi, 06 MAN 2
NUFUS P Panampuang
Juni 2004 AGAM
8. IRA FATMAWATI Bonjol, 18 MAN 2
P Palupuah
Februari 2003 AGAM
9. MAISITA Langgai, 30 April MAN 2
P Pesisirselatan
2002 AGAM
10. MEYTIA ROSA Duri, 23 Mei MTsN 1
PUTRI P Salo
2005 AGAM
11. NOVA ELIZA Tompek, 04 MAN 2
P Palambayan
Januari 2000 AGAM
12. RAHMA Duri, 27 Oktober MTsN 1
OKTAFIANI P Balai panjang
2004 AGAM
13. REVI WARNITA Kayu pasak, 19 MAN 2
P Palambayan
Mei 2001 AGAM
56

14. RIVA Tompek, 01 MAN 2


ALLJANUARI P Palambayan
Januari 2002 AGAM
15. SETRIA Langgai, 04 MAN 2
SUMARNIANTI P Pesisir selatan
Desember 1999 AGAM
16. SISKA Langgai, 10 MAN 2
P Pesisir selatan
Oktober 1999 AGAM
17. SULKAIDAH Langgai, 15 MAN 2
P Pesisir selatan
Oktober 2000 AGAM
18. YILMA YANDA Langgai, 06 Juni MAN 2
P Pesisir selatan
1999 AGAM
19. YULI ANTI Tompek, 14 MTsN 1
P Palambayan
September 2003 AGAM
20. ZAKIA SAFITRI Sungai basa, 18 MAN 2
P Pariaman
Februari 2001 AGAM
Sumber : Dokumentasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung

5. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Hanifa III Kampung

Adapun rincian dari sarana dan prasarana yang ada di Panti

Asuhan Hanifa III Kampung ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Hanifa III Kampung

No. Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Asrama putri 1
2 Kamar putri 7
3 Ruang makan 1
4 Kamar pengasuh 6
5 Kamar mandi putri 8
6 Tv 1
7 Kulkas 1
8 Lapangan Olahraga 1
9 Kantor 1
1 Ruang belajar/kelas 12
Sumber: Dokumentasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung
57

6. Jadwal Kegiatan Panti Asuhan Hanifa III Kampung

Adapun rincian dari kegiatan yang ada di Panti Asuhan Hanifa III

Kampung ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3
Jadwal Kegiatan Anak Panti Asuhan Hanifa III Kampung

No. Hari Waktu Kegiatan


1 Senin 03.30-04.00 Shalat tahajud
04.00-04.30 Sahur puasa sunah
04.30-05.00 Shalat subuh
05.00-05.45 Tadarus
05.45-07.00 MCK, piket, dan sarapan
07.00-15.30 Sekolah-pulang
15.30-16.30 Shalat ashar, pemberian mufradat, piket
16.30-17.30 MCK, dll
17.30-18.30 Kemasjid, shalat maghrib, tadarus al-quran
18.30-19.00 Makan malam
19.00-20.30 Shalat isya’, murojaah
20.30-21.30 Belajar bersama
21.30-03.30 Tidur malam
2 Selasa 03.30-04.00 Shalat tahajud
04.00-04.30 Tadarus
04.30-05.00 Shalat subuh
05.00-06.00 Ta’lim
06.00-19.00 Sama seperti biasa
19.00-20.30 Shalat isya, ta’lim
20.30-21.30 Belajar bersama
21.30-03.30 Tidur malam
3 Rabu 03.30-04.00 Shalat tahajud
04.00-04.30 Tadarus
04.30-05.00 Shalat subuh
05.00-06.00 Ta’lim
06.00-19.30 Sama seperti biasa
19.30-20.30 Muhadoroh
20.30-21.30 Belajar bersama
21.30-03.30 Tidur malam
4 Kamis 03.30-04.00 Shalat tahajud
58

04.00-04.30 Sahur puasa sunah


04.30-05.00 Shalat subuh
05.00-06.00 Tahfidz
06.00-19.00 Sama seperti biasa
19.00-20.30 Shalat isya’, murojaah
20.30-21.30 Belajar bersama
21.30-03.30 Tidur malam
5 Jumat 03.30-04.00 Shalat tahajud
dan 04.00-04.30 Tadarus
Sabtu 04.30-05.00 Shalat subuh
05.00-06.00 Tahfidz
06.00-12.00 Sama seperti biasa
12.00-15.00 ISHOMA
15.30-16.30 Shalat ashar, pemberian mufradat, piket
16.30-17.30 MCK, dll
17.30-18.30 Kemasjid, shalat maghrib, tadarus al-quran
18.30-19.00 Makan malam
19.00-20.30 Shalat isya’
19.30-21.30 Nonton tv bersama, dll
21.30-03.30 Tidur malam
7 Minggu 04.00-05.00 Shalat subuh dan tadarus
05.00-06.00 MCK, dll
06.00-07.00 Olahraga bersama, sarapan
07.00-08.00 Bersih-bersih panti
08.00-15.30 Nonton tv, dll
15.30-19.00 Sama seperti biasa
19.00-20.30 Shalat isya’, ta’lim
20.30-21.30 Belajar bersama
21.30-03.30 Tidur malam
Sumber: Dokumentasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung

B. Penyajian Data

Hasil observasi yang diperoleh dilapangan, bahwa peran pengasuh

dalam membentuk karakter anak asuh anak asuh di Panti Asuhan Hanifa III

Kampung adalah:
59

Secara teoritis, peran pengasuh dalam mendidik anak-anak sebagai

berikut:

a. Sebagai Pendidik
b. Sebagai Pembimbing
c. Sebagai Pembina
d. Sebagai Motivator
e. Sebagai Penasehat
f. Sebagai Pelatih

Mengacu pendapat di atas, berdasarkan data lapangan, pengasuh Panti

Asuhan Hanifa III Kampung sudah menjalankan perannya dalam membentuk

karakter anak asuh sebagai berikut:

a. Sebagai Pendidik

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pengasuh sudah

berperan dalam membentuk karakter anak asuh dengan memberi

bimbingan dan pendidikan kepada anak asuh seperti:

1) Mengajarkan anak tentang aqidah

Pengajaran aqidah diharapkan dapat meningkatkan karakter

ketauhidan (mengesakan Allah SWT) dengan mengimplementasikan

rukun iman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membangun

karakter anak asuh dalam diri anak tentang keyakinan pada

TuhanNya agar lebih mengenal dan mencintai Tuhannya.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, seluruh anak panti belajar bersama di masjid Baiturrohim

dengan Ustadzah Husna selaku guru yang mengajarkan aqidah.

Pembelajaran ini menggunakan metode ceramah dan pemberian


60

contoh dalam pengajarannya.53

2) Mengajarkan anak tentang akhlak

Pengajaran akhlak kepada anak asuh di panti asuhan Hanifa

III Kampung sangat ditekankan oleh panti, pengasuh dan pengurus

juga ikut serta dalam memberikan teladan dan pembiasaan secara

prakteknya. Pembelajaran ini dilaksanakan setiap hari selasa, ba’da

isya.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, seluruh anak panti belajar bersama di masjid Baiturrohim

dengan Ustadzah Yenti selaku guru yang mengajarkan akhlak.

Pembelajaran ini menggunakan metode ceramah dan pemberian

contoh dalam pengajarannya. Dalam implementasinya di kehidupan

sehari-hari, anak-anak panti saling berbaur dan bergaul dengan

bertutur kata cukup baik walaupun berbeda-beda suku dan

berhubungan baik dengan menghormati yang lebih tua dan

menyayangi yang lebih muda, meskipun memiliki latar belakang

keluarga yang berbeda.54

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Ustadzah Yenti

selaku pengasuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Dalam pembinaan akhlak, kami menggunakan strategi yang biasa


kami lakukan dan menurut kami efektif dalam pembinaan akhlak.
Pertama, pelaksanaan pembinaan akhlak anak, yaitu dengan
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak dengan tempat
53
Observasi di Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021

Observasi di Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021


54

Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 17 Januari 2021
61

tinggal pengasuh berada di area panti asuhan. Kedua, strategi


pembinaan akhlak dengan menjadikan pengasuh, para pengurus
panti asuhan sebagai panutan bagi anak, teguran yang dilakukan
oleh pengasuh, para pengurus apabila mengetahui sikap atau
tingkah laku anak yang kurang baik, secara spontan,
berkelanjutan, diberikan pengertian dan diarahkan bagaimana
bersikap yang baik serta kegiatan rutinitas yang dilakukan anak.
Misalnya hormat dan santun, makan dan minum dengan duduk,
mengucapkan salam dan salim ketika masuk ruangan atau bertemu
dengan tamu yang datang ke panti asuhan.’55

3) Mengajarkan anak untuk selalu menutup aurat

Di panti asuhan Hanifa III Kampung baik pengurus, guru dan

semua yang tinggal di panti diwajibkan menutup aurat. Berdasarkan

hasil observasi yang penulis lakukan di panti asuhan ini, penulis tidak

melihat adanya anak yang berpakaian tidak pantas seperti berpakaian

ketat ataupun memakai pakaian tipis atau tembus pandang. Anak-

anak panti sudah berpakaian sesuai ajaran Islam dengan pakaian yang

longgar, panjang dan menutup auratnya.56

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Nova Eliza

salah satu anak asuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Disini kami diajarkan pentinganya menutup dan menjaga


aurat, berpakaian sesuai syariat Islam. Boleh nggak berjilbab
tapi di dalam rumah, boleh nggak berjilbab tapi gak terlihat
oleh selain mahram, itu si kak yang diajarkan’57

4) Mengajarkan anak untuk selalu bersyukur

Panti Asuhan Hanifa III Kampung mempunyai caranya

tersendiri dalam mengajarkan arti syukur kepada anak-anak asuhnya.

55
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 17 Januari 2021
56
Observasi di Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
57
Wawancara dengan Anak Asuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
2021
62

Salah satunya dengan berdoa bersama, mendoakan orang-orang yang

menginfakkan hartanya agar selalu diberikan rizki yang berlimpah

dan mendapatkan balasan yang setimpal. Kebiasaan ini dilakukan

setiap kali mereka hendak melakukan makan malam, tepatnya di

waktu ba’da maghrib.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, pengasuh memimpin anak-anak panti untuk berdoa

bersama di waktu ba’da maghrib, sebagai tanda syukur mereka ketika

ada orang yang menginfakkan hartanya, baik dalam bentuk materi

ataupun sandang dan pangan.58

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Yeni salah satu

anak asuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Kalau ada orang yang kesini, menginfakkan hartanya dalam


bentuk apapun dan dalam jumlah berapapun, kami melakukan
doa bersama sebagai wujud rasa syukur’59

b. Sebagai Pembimbing

1) Membiasakan anak untuk shalat berjamaah

Shalat berjamaah merupakan kegiatan rutin yang harus dan

wajib dilakukan oleh setiap anak asuh sebagai bentuk kewajibannya

sebagai seorang muslim. Panti Asuhan Hanifa III Kampung

menambahkan aturan tata tertib dalam pelaksanaannya, untuk berada

di masjid selambat-lambatnya 15 menit sebelum masuk waktu shalat.

Hal ini mencegah adanya imam masbuk serta mengajarkan

58
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
59
Wawancara dengan Anak Asuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
63

kedisiplinan anak asuh dalam pelaksanaannya, karena bagi anak yang

terlambat atau datang kurang dari 15 menit, akan diberi hukuman

langsung seperti menghafalkan surat tertentu.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, pengasuh sudah menjalankan perannya dengan

memberikan teladan untuk datang lebih dulu dan tidak terlambat atau

datang kurang dari 15 menit, sehingga pengasuh dapat memberikan

pengawasan atas kedisiplinan anak asuh.60

Mengenai pembiasaan untuk berada di masjid selambat-

lambatnya 15 menit sebelum masuk waktu shalat. Hal tersebut

didukung oleh pernyataan salah satu pengasuh panti. Berikut

hasilnya:

‘...kalau disini itu 15-30 menit sebelum masuk waktu shalat,


harus sudah berada di masjid. Nah biasanya yang datang
kurang dari itu, akan diberikan hukuman seperti push up,
hafalan surat-surat pendek atau muterin lapangan.’61

2) Membiasakan anak untuk shalat malam (tahajjud)

Panti asuhan Hanifa III Kampung sudah mewajibkan anak

asuhnya untuk melakukan shalat tahajud, namun hanya diwajibkan

pada malam jum’at dan malam sabtu. Shalat tahajud ini dilakukan

secara berjamaah di masjid yang berada di panti asuhan yakni masjid

Baiturrohim.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, meskipun shalat tahajud hanya diwajibkan pada malam


60
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
61
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 17 Januari 2021
64

jumat dan sabtu, pengasuh tetap membantu membangunkan anak-

anak dan pengasuh tetap melaksanakan shalat tahajud di malam

lainnya. Hal ini membuktikan pengasuh bertanggung jawab dalam

memberikan keteladanan dan menjalankan perannya dalam

memberikan bimbingan dan pendidikan.62

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Ustadzahah

Suarni salah satu pengasuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Mengenai shalat malam yang dulunya sebatas himbauan kemudian


diwajibkan, tetapi karena ada beberapa anak yang mengeluh
kecapean karena kegiatan disekolah, jadi sekarang hanya diwajibkan
pada malam jumat dan malam sabtu saja. Selain dihari itu masih
sebatas himbauan, kami pengasuh dan pengurus hanya membantu
membangunkan, yang tahajud ya tahajud yang enggak ya tidak
masalah’63

3) Membiasakan anak untuk puasa sunnah (senin-kamis)

Panti asuhan Hanifa III Kampung sudah mewajibkan anak

asuhnya untuk melakukan puasa sunnah senin dan kamis. Pengasuh

juga mengatur ulang jadwal memasak untuk mendukung aturan

tersebut, khusus hari senin dan kamis, dilakukan kegiatan memasak

untuk sahur dan berbuka saja. Hal ini membantu anak asuh dalam

pengendalian diri atau hawa nafsu, untuk selalu menjaga lisannya

agar tidak dusta atau berkata jujur, santun atau tidak berkata kasar

serta menjaga perbuatan dan hatinya untuk tidak melakukan hal yang

menyimpang dari ajaran islam.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti


62
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
63
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 17 Januari
2021
65

asuhan ini, setelah pengasuh dan beberapa anak yang melakukan

shalat tahajud, mereka dan beberapa anak asuh lainnya melakukan

sahur bersama di masing-masing asrama, lalu melakukan aktivitas

seperti biasa dan berbuka puasa dengan menu makan seperti biasa.64

Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan Ustadzahah

Suarni salah satu pengasuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Mengenai puasa sunnah. Menurut saya, kegiatan ini mampu


melatih ketaqwaan dan ketaatan kita kepada Allah. Melatih
kita untuk menjaga batasan-batasan misalnya menjaga lisan
untuk berkata jujur, menjaga perbuatan atau sikap untuk tidak
menyakiti yang lain dan menjaga hati kita dari perbuatan
buruk seperti dengki misalnya. Karena puasa menurut saya
tidak hanya sebatas menahan haus dan lapar tapi juga
menahan diri kita untuk tidak menyakiti satu sama lain dan
menjauhi hal-hal yang dilarangNya’65

c. Sebagai Pembina

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pengasuh sudah

berperan dalam membentuk karakter anak asuh sebagai pembina dengan

memberi perhatian dan kasih sayang kepada anak asuh seperti:

1) Menjadi pendengar yang baik untuk anak

Pengasuh memberikan perhatian dan kasih sayangnya dengan

memposisikan dirinya sebagai sahabat, memberikan kenyamanan

agar anak mampu dan mau terbuka serta berterus terang ketika berada

dalam situasi atau permasalahan, menjadi tempat berbagi cerita,

berdiskusi dan memberikan solusi terbaiknya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Yeni salah satu anak


64
Observasi di Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
65
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 17 Januari 2021
66

asuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Kendalanya disini, kalau lagi ada masalah sama temen gitu


kak, kadang sampe bikin nggak betah. Ya akhirnya pengasuh
turun tangan, dicari masalahnya apa, kok bisa sampe musuhan.
Kadang juga ada masalah sama keluarga apa saudara gitu ya
cerita, diceritain ke pengasuh yang emang bisa kasih solusi
juga, karena beban juga si kak itu.’66

2) Menghargai pendapat anak

Pentingnya mendengarkan dan menghargai pendapat anak

bagi pengasuh panti asuhan Hanifa III Kampung, merupakan salah

satu bentuk pola asuh yang mengedepankan partisipasi anak. Hal ini

berpengaruh dalam tumbuh dan berkembangnya anak secara optimal,

baik dari segi fisik, mental maupun sosial.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadzahah Suarni salah

satu pengasuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Dalam belajar mengajar, kita menggunakan komunikasi dua


arah, adanya interaksi antara pengasuh dan anak asuh, dimana
anak asuh dilatih untuk aktif dan tidak pasif, tidak hanya
mendengarkan tapi juga mampu memberi tanggapan atau
pendapatnya’67

3) Meluangkan waktu bersama

Pengasuh memberikan perhatian dan kasih sayangnya dengan

memposisikan dirinya sebagai teman bermain, meluangkan waktu

bermain bersama anak-anak di sore hari ketika tidak ada jadwal

kegiatan. Hal ini sangat membantu dalam membangun ikatan atau

kedekatan antara pengasuh dan anak asuh.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti


66
Wawancara dengan Anak Asuh Panti Asuhan Hanifa pada Januari 2021
67
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
67

asuhan ini, pengasuh (musyrif) bermain bersama dengan beberapa

anak di lapangan dan beberapa anak lainnya menonton dan

memberikan semangat dari pinggir lapangan, ada juga yang

menonton dari teras asrama.68

Hal ini diperkuat dari wawancara dengan Ustadzah Suarni

salah satu pengasuh di panti asuhan Hanifa III Kampung yaitu;

‘Kalau sore itu, ketika nggak ada kegiatan, ya palingan main


volly apa main bulu tangkis bareng anak-anak. Berbaur juga
penting, untuk membangun kedekatan dengan anak. Kalau
dekat kan enak, ngomonginnya enak, ngasih taunya enak.’69

d. Sebagai Motivator

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa pengasuh sudah

berperan dalam membentuk karakter anak asuh dengan memberi

motivasi dan semangat kepada anak asuh seperti;

1) Memberikan dukungan dan pujian

Pengasuh memberikan dukungannya kepada anak asuh

ketika anak-anak sedang dalam proses menghafal dan pengasuh

memberikan pujiannya kepada anak ketika anak-anak berhasil

mengahafalkan ayat-ayat alqur’an dengan baik. Dalam hal ini,

diharapkan agar anak asuh lebih bersemangat dalam menghafal

al- qur’an.

Ustadz Narambai selaku pengasuh, di panti asuhan Hanifa

III Kampung menyatakan:

68
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
69
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
68

‘Di panti ini sangat menekankan anak-anak harus hafal al-


qur’an, jadi setiap anak yang sudah setor beberapa surat,
kami mengadakan lomba, agar mereka mempunyai
keinginan untuk menambah banyak hafalan dan
termotivasi untuk berlomba- lomba dengan teman
sebayanya.’70

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, pengasuh memberikan pelajaran tambahan untuk

membantu dan mendukung anak dalam proses menghafal, sesuai

data jadwal kegiatan. Pada tahun pertama dan kedua setiap hari

selasa dan rabu ba’da subuh, anak-anak diajarkan tahsin

(memperbaiki dan meningkatkan bacaan al-qur’an). Lalu setiap

hari senin dan kamis ba’da isya’, anak-anak panti di dampingi

dalam kegiatan murojaah (mengulang hafalan).71

2) Memberikan teladan

Ustadzah Suarni menjelaskan bahwa panti asuhan Hanifa

III Kampung ini sangat menekankan pemberian keteladanan atau

memberi contoh yang baik kepada anak-anak panti. Acra yang

digunakan pengasuh maupun pengurus, disini selain pengajaran

secara ceramah, juga teladan langsung dari pengasuh dan

pengurus baik dari segi perilaku maupun ucapan.

Sedangkan menurut ustadzah Husna melalui wawancara, ia

menjelaskan bahwa:

‘Mendidik anak dengan tauladan adalah cara yang sangat


efektif karena memberikan keteladanan atau contoh yang
baik, maka para anak pun akan lebih mudah untuk
70
Observasi pada Panti Asuhan Hanifa III Kampuang pada Januari 2020
71
Observasi Panti Asuhan Hanifa Pada Januari 2021
69

menerima dan meniru apa yang mereka lihat dan siapa


yang mereka ikuti.’72

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti

asuhan ini, tutur kata anak-anak panti sudah cukup baik dan

santun. Selama penulis melakukan penelitian dan berinteraksi

secara langsung di panti tersebut, penulis tidak pernah mendengar

anak- anak mengucapkan kata kotor atau kasar, hanya saja

terkadang masih ada anak yang senang mengejek teman

sebayanya. Penulis juga melihat keharmonisan dalam hubungan

antar anak asuh ataupun hubungan anak asuh dengan pengasuh

maupun pengurus panti, selain itu dalam hal makan dan minum

dapat dikatakan sudah dapat memenuhi syariat islam, karena

penulis jarang sekali melihat anak panti yang makan dan minum

sambil berdiri. Jadi disini, pengasuh dan pengurus selalu memberi

contoh dan teguran langsung untuk hal- hal yang tidak baik73

e. Sebagai Penasehat

Menurut Ustadzah Suarni, apabila memberikan nasehat dan

bimbingan melalui lisan oleh para pengurus atau pengasuh, dilakukan

secara berulang-ulang dan itu dilakukan dengan tulus sekaligius

memberikan motivasi. Hal ini diharapkan dapat berpengaruh terhadap

hati dan akal anak dalam proses pembinaan akhlak, karena yang namanya

pembinaan akhlak anak tidak cukup sekali tapi harus berkali-kali.

72
Wawancara dengan Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
73
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada Januari 2021
70

Menurut anak panti asuhan Hanifa III Kampung yang bernama

Yeni, ia menyatakan;

‘Kalau untuk pemberian ceramah berupa arahan dan nasehat, itu


biasanya dilakukan oleh pengasuh setiap ba’da ashar. Selain itu,
pengasuh atau Ustadzah dan Ustadzahah akan memberikan
teguran pada anak yang telah melakukan pelanggaran.’74

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti asuhan

ini, setelah anak-anak mendapatkan nasehat dan pemahaman setiap

harinya dari guru ataupun pengasuh panti asuhan Hanifa III Kampung.

Mereka memang selalu langsung menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Seperti nasehat yang diulang-ulang bahwasannya kita hidup

harus saling berbagi, maka sudah terlihat oleh penulis bahwa anak-anak

panti memang memang dalam keadaan selalu berbagi atau ketika nasehat

bahwasannya kita tidak boleh berkata kasar terlebih kepada orangtua. Hal

ini, penulis juga melihat bahwa anak-anak panti dalam bertutur kata

sudah baik.75

f. Sebagai Pelatih

Menurut Ustadzah Suarni, pelatihan yang diberikan di panti

asuhan ini lebih mengarah kepada pengembangan bakat anak asuh yang

bersifat keagamaan dan keterampilan. Ada beberapa kegiatan pelatihan

yang dilaksanakan seperti menjahit, merajut, dan kursus memasak, dan

bimbingan keagamaan lainnya.

Menurut anak panti asuhan Hanifa III Kampung yang bernama

74
Wawancara dengan Anak Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
75
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
71

Yeni, ia menyatakan;

‘Ustadzah di sini sering melatih kami dan membina kami


untuk pandai menjahit, merajut, dan juga memasak. Hasil dari
kursusu menjahit dan merajut bisa kami jadikan bahan jual
sehingga keuangan kami merasa terbantu. Kami juga diajaarkan
bagaimana cara hidup berhemat dan juga mengontrol keuangan
bersama’76

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di panti asuhan

ini, setelah anak-anak mendapatkan pelatihan yang bersifat keagamaan

dan juga keterampilan. Ustadzah lebih menekankan anak menjadi

pengusaha dan bisa membuka lapangan kerja sendiri sedari dini. Hal ini

membuktikan bahwa pengasuh mampu memberikan pelatihan sebagari

bekal karir anak di masa depan.77

g. Faktor pendukung dan penghambat pengasuh panti dalam membentuk

karakter anak asuh anak asuh di Panti Asuhan Hanifa III Kampung

1) Faktor pendukung

a) Faktor naluri dari diri sendiri yang memiliki semangat untuk terus

memperbaiki akhlak serta kepribadiannya dan mengaplikasikan

kedalam kehidupan sehari-hari

b) Adanya dukungan dari pengasuh, guru, pengurus, lingkungan dan

pergaulan di panti yang kondusif dalam penanaman nilai-nilai

religius

c) Kegiatan - kegiatan keagamaan di panti, mendukung dalam

pembentukan karakter anak asuh.

76
Wawancara dengan Anak Pengasuh Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
77
Observasi Panti Asuhan Hanifa III Kampung pada 20 Januari
72

2) Faktor penghambat

a) Faktor internal; pertama, faktor bawaan dari keluarga asal atau

pergaulan ketika belum masuk panti yang masih terbawa ketika

tinggal di panti. Kedua, yaitu timbulnya naluri malas dan bosan

dari anak itu sendiri

b) Faktor eksternal, yaitu adanya pengaruh dari lingkungan atau di

luar diri anak.

C. Analisis Data

Berdasarkan hasil penelitian di atas peran pengasuh dalam

memberikan bimbingan dan pendidikan kepada anak asuh dapat dilihat dari

keteladanan dan pembiasaan dalam bentuk kegiatan yang ada di panti.

Berdasarkan hasil data penelitian di atas, menyatakan bahwa pengasuh sudah

berperan dalam memberi motivasi dan semangat. Hal ini diperkuat dari hasil

wawancara dengan kedua pengasuh dan salah satu anak asuh panti asuhan

Hanifa III Kampung, dan hasil observasi; pengasuh disini sudah berperan

dengan memberikan teladan dan membiasakan anak untuk shalat berjamaah,

shalat malam, puasa senin-kamis, mengajarkan anak tentang aqidah,

mengajarkan anak tentang akhlak, mengajarkan anak untuk selalu menutup

aurat, dan mengajarkan anak untuk selalu bersyukur Kemudian peran

pengasuh dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak asuh

dapat dilihat dari hubungan antara pengasuh dan anak asuh. Berdasarkan hasil

data penelitian di atas, menyatakan bahwa pengasuh sudah berperan dalam

memberi perhatian dan kasih sayang. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara
73

dengan kedua pengasuh dan salah satu anak asuh panti asuhan Hanifa III

Kampung, dan hasil observasi; pengasuh disini sudah berperan dengan

menjadi pendengar yang baik untuk anak, menghargai pendapat anak dan

meluangkan waktu bersama. Selain itupengaruh juga memberikan motivasi dan

semangat kepada anak asuh dapat dilihat dari bentuk kepedulian dan dedikasi

pengasuh. Berdasarkan hasil data penelitian di atas, menyatakan bahwa

pengasuh sudah berperan dalam memberi motivasi dan semangat. Hal ini

diperkuat dari hasil wawancara dengan kedua pengasuh dan salah satu anak

asuh panti asuhan Hanifa III Kampung, dan hasil observasi; pengasuh disini

sudah berperan dengan memberikan dukungan dan pujian, memberi nasehat

dan memberikan teladan atau contoh yang baik.

Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Uduwiyah

Urba bahwa seorang pengasuh adalah orang yang diberi tanggung jawab

penuh untuk mendidik, membina dan menjaga para anak asuh untuk

membentuk prilaku anak asuh menjadi lebih baik serta mampu memiliki

karakter yang untuk diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya.78

78
Uduwiah Urba, Peran Pengasuh Dalam Membentuk Karakter Santi Di Lembaga
Kesejaheraan Sosial Anak , (Malang: UM Malang, 2018), hal. 13-17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas peran pengasuh dalam

memberikan bimbingan dan pendidikan kepada anak asuh dapat dilihat

dari keteladanan dan pembiasaan dalam bentuk kegiatan yang ada di

panti. Berdasarkan hasil data penelitian di atas, menyatakan bahwa

pengasuh sudah berperan dalam memberi motivasi dan semangat. Hal ini

diperkuat dari hasil wawancara dengan kedua pengasuh dan salah satu

anak asuh panti asuhan Hanifa III Kampung, dan hasil observasi;

pengasuh disini sudah berperan dengan memberikan teladan dan

membiasakan anak untuk shalat berjamaah, shalat malam, puasa senin-

kamis, mengajarkan anak tentang aqidah, mengajarkan anak tentang

akhlak, mengajarkan anak untuk selalu menutup aurat, dan mengajarkan

anak untuk selalu bersyukur Kemudian peran pengasuh dalam

memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak asuh dapat dilihat

dari hubungan antara pengasuh dan anak asuh. Berdasarkan hasil data

penelitian di atas, menyatakan bahwa pengasuh sudah berperan dalam

memberi perhatian dan kasih sayang. Hal ini diperkuat dari hasil

wawancara dengan kedua pengasuh dan salah satu anak asuh panti asuhan

Hanifa III Kampung, dan hasil observasi; pengasuh disini sudah berperan

dengan menjadi pendengar yang baik untuk anak, menghargai pendapat

74
75

anak dan meluangkan waktu bersama. Selain itupengaruh juga memberikan

motivasi dan semangat kepada anak asuh dapat dilihat dari bentuk

kepedulian dan dedikasi pengasuh. Berdasarkan hasil data penelitian di

atas, menyatakan bahwa pengasuh sudah berperan dalam memberi

motivasi dan semangat. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan

kedua pengasuh dan salah satu anak asuh panti asuhan Hanifa III

Kampung, dan hasil observasi; pengasuh disini sudah berperan dengan

memberikan dukungan dan pujian, memberi nasehat dan memberikan

teladan atau contoh yang baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada

beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, antara lain:

1. Kepala Panti Asuhan

Diharapkan kepada kepala Panti Asuhan agar memberikan

kebijakan untuk pengembangan karakter anak asuh seperti

memberikan pelatihan dan pengembangan minat dan bakat serta

karakter anak..

2. Pengasuh

Pengasuh lebih diharapkan untuk aktif dan juga kreatif dalam

memberikan pembinaan karakter anak sehingga hal-hal yang akan

mempengaruhi karakter anak dapat di cegah.


76

3. Peneliti Lanjutan

Diharapkan lebih banyak lagi penelitina yang berhubungan dengan

pebinaan karakter anak baik di panti asuhan, sekolah ataupun lembaga

formal dan sosial lainnya.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abd. Malik Usman. 2017. Holistika Pemikiran Tentang Pembinaan Karakter


Berbasis Nilai-Nilai Islam Bagi Siswa Open School. Malang: UGM.
Burhan Bungin. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitataif. Jakarta : Grafindo
Persada.
Departemen Sosial RI. 1986. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan
Pengentasan Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak. Jakarta.
Diva Press. 2012. Mencetak Karakter Anak Sejak Janin. Jogjakarta: Sampangan
Jl Wonosari Baturetno Banguntapan.
Haris Herdiansyah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
Havivah Muslimah. Peran Panti Asuhan Dalam Pendidikan Karakter Anak Asuh
Di Panti Asuhan Aisyiyah Nanggalo Kota Padang(Skripsi).Padang: STKIP
PGRI Sumatera Barat. 2016. hal: 8. Diakses hari Selasa 10 Desember 2019.
Pukul 21.00 WIB
ike Oktyanti. Attachment Pengasuh Dengan Anak Panti Asuhan Usia-Pra Sekolah
(Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2017. hal: 34.
Diakses hari Selasa. 04 Februari 2020. Pukul 19:09 WIB.
Lexy J. Moleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Remaja
Rosdakarya. 2012.
Madonna Simanjuntak. Jurnal Prosiding Seminar Nasional. Pengaruh Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Pembentukan Karakter Anak. (Vol. 1 No. 1 Tahun.
2017). hal: 287. Diakses hari Selasa. 04 Februari 2020. Pukul 14.39 WIB
Magdalena. Jurnal Tesis PMIS-UNTAN PSS. Pola Pengasuhan Anak Yatim
Terlantar dan Kurang Mampu Di Panti Asuhan Bunda Pengharapan Di
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu raya (Tahun 2018). hal: 1.
Diakses hari Selasa. 4 Februari 2020. Pukul 12.39 WIB
Masnur Muslich. 2011. Pendididkan Karakter Menjawab Tantangan Kritis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

77
78

Muchlas Samani dan Harianto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Nano Syaodih Sukmadinata. 2009. Metode Penelian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nicolaas Kandowangko. Jurnal Acta Diurna. Peran Pengasuh Dalam
Meningkatkan Kemandirian Anak Disabilitas Netra (Vol VI No 1 tahun
2017). hal: 4. Diakses hari Selasa. 4 Februari 2020. Pukul 17.00 WIB
Rhisty Frida Utami. AT Soegito. & Muhdi. Strategi Pembinaan Karakter Siswa
Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Buah Hati Pemalang. Semarang:
Universitas PGRI Semarang.
Rifa Hidayah. 2009. Psikologi Pengasuhan Anak. Malang: UIN-MALANG Press.
Sanafiah Faisal. 1999. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Ghalia
Indonesia.
Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2015. Meode Penelitian Pendidikan Kuantitatif. kualitatif. R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumadi Suryabrata. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo.
Syamsul Kurniawan. 2013. Pembinaan Karakter: Konsepsi dan
Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga. Sekolah.
Perguruan Tinggi di Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Uduwiah Urba. 2018. Peran Pengasuh Dalam Membentuk Karakter Santi Di


Lembaga Kesejaheraan Sosial Anak . Malang: UM Malang.

Wahyu Dwi Saputra. 2016. “Peranan Panti Asuhan Terhadap Sikap


Pembentukan Sosial Anak Di Panti Asuhan Mahmudah Desa Sumberejo
Sejahtera”. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Yahya Sulthoni. Jurnal Pencerahan. Strategi Pembentukan Karakter Anak Di
Panti Asuhan Muhammadiyah Wiyung Surabaya (Vol 1 No 1 tahun 2013).
hal: 286. Diakses hari Selasa. 10 Desember 2019 WIB
79

Yuyun Yunarti. Jurnal Tarbawiyah. Pendidikan Kearah Pembentukan Karakter.


(Vol 11 No 2 tahun 2014. hal: 277. Diakses hari minggu 16 Februari 2020.
Pukul 20.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai