Anda di halaman 1dari 100

PELAKSANAAN LAYANAN RESPONSIF MELALUI STRATEGI

MEDIASI DI SMK N 4 PAYAKUMBUH UNTUK MENGATASI


MASALAH SOSIAL SISWA

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

Diajukan Oleh :

BUNGA SRI HERLINA


NIM. 2615. 175

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BUKITTINGGI

2019/2020

1
2

ABSTRAK

Nama: Bunga Sri Herlina. 2615175. Program studi bimbingan dan


konseling fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan institut agama islam negeri (IAIN)
Bukittinggi, dengan judul “PELAKSANAAN LAYANAN RESPONSIF
MELALUI STRATEGI MEDIASI DI SMK N 4 PAYAKUMBUH UNTUK
MENGATASI MASALAH SOSIAL SISWA”.

Di SMK N 4 Payakumbuh informasi yang penulis dapatkan masih


terjadinya pertikaian antar peserta didik yang menyebabkan peserta didik saling
menunjukkan sikap saling menjauhi dan memusuhi, sikap mau menang sendiri,
sikap ingin membalas, sikap mau benar sendiri, sikap bersaing dan dalam keadaan
tidak tegur sapa. Layanan mediasi sudah enam kali dilakukan guru bimbingan dan
konseling dengan masalah yang berbeda. tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan layanan responsif melalui strategi mediasi di SMK N 4
Payakumbuh dalam mengatasi masalah sosial siswa
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), untuk mendapatkan
data yang sesuai dengan aspek masalah yang diteliti. Subjek peneltian ini adalah
guru bimbingan dan konseling yang ikut serta dalam proses pelaksanaan layanan
mediasi. Selanjutnya teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah teknik observasi dan wawancara. Oleh karena penelitian itu
termasuk jenis penelitian deskriptif, maka data yang terkumpul akan dianalisa
melalui teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pelaksanaan Layanan Responsif Melalui Strategi Mediasi Di SMK N 4
Payakumbuh Untuk Mengatasi Masalah Sosial Siswa sudah baik, hal ini ditandai
dengan beberapa indikator pelaksanaan layanan mediasi hanya indikator
penstrukturan dan analisis evaluasi yang tidak dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa pelaksanaan layanan


mediasi di SMK N 4 Payakumbuh masih mempunyai kekurangan, dimana
kekurangan tersebut yaitu keterbatasan guru bimbingan dan konseling yang tidak
mengikuti layanan informasi dimana dari 3 orang guru bimbingan dan konseling
hanya 1 orang yang mengikuti layanan mediasi. Siswa juga sulit mempercayakan
masalah yang dihadapinya kepada guru bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu,
terkadang siswa bersikap tidak jujur dalam menyampaikan permasalahan tersebut.
Adapun yang menyebab siswa tersebut mengalami ketidakcocokan adalah:
perkelahian yang terjadi antar peserta didik pada saat jam pelajaran.
Kata Kunci: Layanan Mediasi, layanan responsif
3
4
5

Halaman Persembahan
6

Ya allah...

Terima kaih atas nikmat-Mu yang agung, hari ini


hamba bahagia. Sebuah perjalanan panjang dan gelap
telah kau berikan secercah cahaya terang. Meskipun
hari esok penuh teka-teki dan tanda tanya yang aku
sendiri belum tahu pasti jawabannya. Ditengah malam
aku bersujud, kupinta kepadamu petunjuk untuk
menghadapi semua ini. Aku sering tersandung,
terjatuh, terluka terkadang ahrus kutelan keringat dan
air mata. Namun aku tak pernah takut, aku takkan
pernah menyerah karna aku tak mau kalah, aku akan
terus melangkah berusaha berdo’a tanpa mengenal
putus asa.
Berkat usaha selama ini akhirnya aku mendapatkan
hasil yang luar biasa, sebuah goresan mungil
kebanggaanku yang kupersembahkan kepada keluarga
besarku. Terutama kepada ibuku MARYUNAS yang
sudah sangat mendukungku dan selalu memberiku
7

semangat dan mau bekerja keras demi kesuksesan


kuliah ku dan kedua kepada ayahku ZULINIR yang
juga bekerja keras banting tulang demi
menguliahkanku aku sangat bersyukur atas kasih
sayang dan pengorbanan mu untuk ku. Maafkan aku
ibu ayah karna selalu menyusahkanmu bahkan aku
tidak pernah tahu betapa lelahnya dirimu demi
kesuksesanku.
izinkanlah aku mempersembahkan karya mungil
ku ini sebagai bukti keberhasilanku. Semoga
keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku
untuk meraih cita-cita besarku. Aku berjanji akan
mempergunakan ilmu yang ku peroleh dengan
sebaiknya sebagai bukti baktiku untukkmu dan selalu
menjaga dan membahagiakan beliau sampai akhir
hayatku amiiiin…

Selanjutnya kupersembahkan buat kakak dan adikku


tercinta RIA KURNIA SARI dan SYINTIA
RAHAYU yang telah memberikan dukungan
kepadaku walaupun aku juga sering marah-marah
8

kepada adikku. Selanjutnya untuk seseorang yang


(spesial) yang masih menjadi rahasia illahi semoga
kita segera dipertemukan.
Selanjutnya, pak Dr.H. Nunu BurhanuddinLc.
M.Ag dan pak Budi SantosaM. Pd terima kasih
banyak atas bimbingan serta arahan yang diberikan,
berkat arahan dan bimbingan dari Ibuk berikan saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan tak
lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibuk-ibuk
dan Bapak-bapak yang telah membimbing selama
menjalani perkuliahan di IAIN Bukittinggi.
Untuk sahabat- sahabat senasip dan seperjuangan
yang tak ku sebut nama satu persatu, terima kasih
banyak kalian sudah menjadi teman baikku tidak
hanya sebatas teman tapi sebuah saudara dalam
keluarga besar kita yaitu Bimbingan dan Konseling
Lokal E BP 2015 ……
Mulai hari ini dan seterusnya kita menjalani
kehidupan baru, untuk menyongsong dan menempuh
hari esok yang lebih bermakna.
BY: Bunga Sri Herlina
9
10

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Layanan Responsif Melalui Strategi
Mediasi di SMK N 4 Payakumbuh Untuk Mengatasi Masalah Sosial Siswa”.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.
Dalam penyelesaian Skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Zulinir dan
ibunda Maryunas tercinta, yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan
pengorbanan lainya baik moril maupun materil demi selesainya penyusunan
Skripsi ini, selanjutnaya penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Rektor Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum dan wakil rektor l Bapak Dr.
Asyari, S. Ag, M.Si, wakil rektor II Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag dan
wakil rektor III Bapak Dr. Miswardi M. Hum IAIN Bukittinggi.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Ibu Dr. Zulfani Sesmiarni,
M.Pd, wakil dekan I Bapak Dr.Iswantir.M,M.Ag, wakil dekan II Bapak
Charles, S.Ag. M.Pdi dan wakil dekan III Bapak Dr. Supratman, M.
Kom. IAIN Bukittinggi.
3. Ibu Alfi Rahmi,M.Pd ketua program Studi Bimbingan dan Konseling
IAIN Bukittinggi
4. Bapak Dr.H. Nunu Burhanuddin, Lc.,S.Ag selaku pembimbing I dan
bapak Budi Santosa, M.Pd selaku pembimbing II yang senantiasa
membimbing, menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan Skripsi ini.
11

5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan/i Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bukittinggi yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan selama di perguruan tinggi ini.
6. Kepala Sekolah SMKN 4 Payakumbuh yang telah memberi izin dan
informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bimbingan dan Konseling
2015 yang telah banyak memberikan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Kakak senior dan juga adik-adik junior yang selalu memberikan do’a,
dorongan dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan studi
di IAIN Bukittinggi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari apa yang diharapkan,
mengingat sangat terbatasnya waktu dan kemampuan yang ada pada diri penulis.
Namun demikian penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri maupun bagi pihak lain, dan juga penulis menerima segala kritik dan saran
untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis sampaikan Do’a kepada Allah SWT, semoga amal baik,
bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan
yang berlipat ganda di sisi-Nya. Amin Yaa Robbal A’lamin

Bukittinggi, Maret 2020


Penulis,

Bunga Sri Herlina


Nim: 2615.175
12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK.......................................................................................................i

PENGESAHAN TIM PENGUJI...................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................iii

SURAT PERNYATAAN................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................v

KATA PENGANTAR....................................................................................viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Focus Penelitian....................................................................................8
C. Pertanyaan Penelitian............................................................................8
D. Tujuan Penelitian..................................................................................8
E. Manfaat Peneltian.................................................................................9
F. Sistematika Penulisan...........................................................................9

BAB II KAJIAN TEORI


A. Pengertian Layanan Mediasi.................................................................10
B. Tujuan layanan medisi..........................................................................12
C. Manfaat Layanan Mediasi....................................................................13
D. Isi Layanan Mediasi..............................................................................15
E. Komponen-kompenen Layanan Mediasi..............................................16
F. Asas Layanan Mediasi..........................................................................18
G. Pendekatan Dalam Layanan Mediasi....................................................22
H. Teknik Layanan Mediasi......................................................................27
13

I. Kegiatan Pendukung Layanan Mediasi................................................30


J. Pelaksanaan Layanan Mdiasi................................................................35
K. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Layanan Mediasi.....37

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.....................................................................................43
B. Lokasi Penelitian..................................................................................44
C. Informan ..............................................................................................44
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................46
E. Teknik Analisis Data............................................................................47
F. Penelitian Relevan................................................................................49
BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Masalah Sosial Siswa...........................................................................57


B. Pelaksanaan Layanan Mediasi..............................................................62
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................80
B. Saran.....................................................................................................81

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan

atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada

individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka dan hubungan timbal

balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan

melihat dan menemukan masalahnya sendiri.1 Dengan adanya bimbingan

dan konseling maka integrasi dari seluruh potensi dalam dirinya dapat

dikembangkan sehingga keseluruhan aspek yang muncul, bukan hanya

kognitif atau akademis saja tetapi juga seluruh komponen dirinya baik itu

kepribadiannya, hubungan sosial serta memiliki nilai-nilai yang dapat

dijadikan pegangan.

Pelayanan konseling disekolah merupakan usaha membantu

peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,

kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan peserta didik,

secara individual dan kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini

juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang

dihadapi peserta didik.2

1
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 25
2
Sulistyarini & Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling,(Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2014),hlm.52
15

Keberadaan Bimbingan dan Konseling kian diakui secara sehat

oleh pemerintah dan juga masyarakat luas. Pengakuan ini terus mendorong

perlunya tenaga profesional yang secara khusus dipersiapkan untuk

menyelenggarakan layanan konseling.

Lebih lanjut pengakuan ini secara eksplisit telah ditetapkan dalam

berbagai peraturan dan perundangan lainya diantaranya: Pelayanan

bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan yang

harus diperoleh semua peserta didik telah termuat dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang

Pendidikan Dasar dan Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan

Menengah.

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling komprehensif

terdapat empat komponen yang diantaranya layanan responsif. Di mana

layanan responsif mempunyai strategi-strategi layanan salah satunya

yaitulayanan mediasi. Layanan mediasi merupakan layanan konseling

yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang

dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan.3Ketidakcocokan

tersebut menjadikan mereka saling bermusuhan, menyimpan dendam,

menjauhi pihak lain dan bahkan bisa saja ingin saling menghancurkan.

3
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 195
16

Dengan kata lain mediasi adalah proses negosiasi pemecahan

masalah dimana pihak luar yang tidak memihak atau netral menjadi

mediator bagi pihak yang sedang bertikai atau sedang tidak menemukan

kecocokan guna membantu menyelesaikan pertikaian diantara mereka

sehingga mereka menemukan kecocokan kembali.

Layanan mediasi juga merupakan layanan yang membantu peserta

didik menyelesaikan permasalahan dan membaiki hubungan antar mereka.

Masalah yang menyebabkan perselisihan pada dasarnya adalah masalah

sosial. Dalam hal ini layanan mediasi pertama-tama menangani hubungan

sosial diantara pihak-pihak yang berselisih. Dalam pelaksanaan layanan

mediasi boleh jadi akan muncul masalah pribadi, masalah belajar, masalah

karir dan maslah sosial lainnya yang perlu ditangani oleh konselor.4

Permasalahan yang terjadi dengan pihak lain tersebut bisa

diakibatkan oleh banyak hal, misalnya: kecemburuan sosial, mudah

tersinggung, emosi memuncak, perbedaan status sosial dan lain

sebagainya, hal inilah yang sering mengakibatkan perkelahian atau

ketidakcocokan antara yang satu dengan yang lainnya.

Allah juga berfirman sehubungan dengan layanan mediasi dalam

surat Al-Hujurat ayat 9 yang berbunyi:

4
Puskur, Panduan Pengembangan Diri, (Jakarta: Depdiknas, 2006) hlm. 23
17





Artinya: dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduanya. jika salah satu dari keduanya berbuat
zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang
berbuat zalim itu , sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah.
Jika golongan itu sudah kembali (kepada perintah Allah), dan berlakulah
adil. Sungguh, Allah mencintai orang –orang yang berlaku adil.

Setelah ayat yang lalu berbicara tentang bagaimana menghadapi

berita-berita, yakni keharusan meneliti kebenarannya dan merujuk kepada

sumber pertama guna mengetahuinya, ayat-ayat diatas berbicara tentang

perselisihana antara kaum mukminin yang antara lain disebabkan oleh

adanya isu yang tidak jelas kebenarannya. Dan jika ada dua kelompok

yang menyatu secara faktual atau berpotensi untuk menyatu dari, yakni

sedang mereka adalah, orang-orang mukmin bertikai dalam bentuk sekecil

apapun maka damaikanlah antara keduanya. jika salah keduanya, yakni

kedua kelompok itu, sedang atau masih terus-menerus berbuat aniaya

terhadap kelompok yang lain sehingga enggan menerima kebenaran dan

atau perdamaian maka tindaklah kelompok yang berbuat aniaya itu

sehingga ia, yakni kelompok itu, kembali kepada perintah Allah, yakni

menerima kebenaran; jika ia telah kembali kepada perintah Allah itu maka

damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah dalam

segala hal putusan kamu dapat diterima denga baik oleh semua kelompok.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.5

5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta : Lentera Hati, 2002), hlm. 594-595
18

Siswa yang sedang mengalami ketidakcocokan, guru pembimbing

telah melaksanakan proses konseling dengan siswa yang bermasalah

tersebut, tetapi setelah proses konseling dilaksanakan masih terlihat

ketidakcocokan diantara mereka.Maka disinilah letak peran layanan

mediasi, dimana kedua belah pihak dipertemukan untuk menyelesaikan

perselisihan diantara mereka. Jika pihak yang bertikai tidak segera

diberikan layanan mediasi, maka siswa tersebut maka akan tetap dalam

keadaan bermusuhan, menyimpan dendam, menjahi pihak lain dan bahkan

bisa saja ingin saling menghancurkan.

Hasil dari layanan mediasi tersebut di atas diharapkan tidak hanya

berhenti pada tingkat pemahaman dan sikap (fungsi pemahaman) saja.

Melainkan teraktualisasi dalam tingkah laku yang nyata yang menyertai

hubungan kedua belah pihak. Hubungan yang positif, kondusif dan

konstruktif itu dirasakan membahagiakan pihak-pihak yang terkait dan

memberikan manfaat yang cukup besar bagi mereka (fungsi pengentasan).

Konselor adalah pendidik, karena itu konselor harus berkompeten

sebagai pendidik. Konselor adalah seorang profesional, karena itu layanan

bimbingan dankonseling harus diatur dan didasarkan kepadaregulasi

perilaku profesional, yaitu Kode Etik.6Konselor juga harus menjadi

mediator diantara dua orang siswa yang sedang bertikai/sedang tidak


6
Yusri, F. (2019). Penguasaan Kompetensi Konselor Mahasiswa Peserta Program
Pengalaman Lapangan (PPL) Prodi Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi. Jurnal Al-Taujih,
5(2), 183-195.
19

menemukan kecocokan dengan adil dan tidak berpihak kepada siapapun

karena Allah menganjurkan untuk berbuat adil dan Allah menyukai orang-

orang yang bersikap adil.

Mediator (konselor) adalah seseorang yang bersifat netral dan tidak

memihak, yang berfungsi membantu para peserta layanan

dalammencariberbagai kemungkinan penyelesaian perselisihan. Sebagai

suatu pihak diluar perkara, yang tidak memiliki kewenangan memaksa,

mediator berkewajiban bertemu dan mempertemukan pihak yang

berselisih guna mencari masukan mengenai pokok persoalan yang

diperselisihkan dan menyelesaikannya secara bersama-sama sehingga

pihak yang bertikai merasa lega dan tidak merasa dirugikan satu sama lain.

Berdasarkan observasiawal yang penulis lakukan pada tanggal 22

mei 2019 di SMK N 4 Payakumbuh bahwa pelaksanaan layanan mediasi

kadang kalatidak mengikuti langkah-langkah pelaksanaan layanan mediasi

yang seharusnya. Pelaksanaan layanan mediasi dilaksanakan oleh guru

pembimbing. Pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan mediasi

tidak diperhatikan oleh guru pembimbing. Banyak fenomena yang terjadi

bahwa siswa yang saling bermusuhan menunjukkan sikap yang saling

menjauhi dan kurangnya rasa peduli terhadap satu sama lain dalam hal

pembelajaran.

Dari hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di

SMK Negeri 4 Payakumbuh, penulis menemukan gejala-gejala sebagai

berikut:siswa-siswa yang bertikai saling menunjukkan sikap saling


20

menjauhi dan memusuhi, sikap mau menang sendiri, sikap ingin

membalas, sikap mau benar sendiri, sikap bersaingdan dalam keadaan

tidak tegur sapa. Layanan mediasi sudah enam kali dilakukan guru

bimbingan dan konseling dengan masalah yang berbeda.

Layanan responsif adalah pemberian bantuan terhadap peserta

didik/konseli yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan

bantuan dengan segera. Tujuan layanan ini ialah memberikan (1) layanan

intervensi terhadap peserta didik yang mengalami krisis, peserta

didik/konseli yang telah membuat pilihan yang tidak bijaksana atau

peserta didik/konseli yang membutuhkan bantuan penanganan dalam

bidang kelemahan yang spesifik dan (2) layanan pencegahan bagi peserta

didik/konseli yang berada di ambang pembuatan pilihan yang bijaksana.7

Isi dari layanan responsif ini antara lain berlaitan demgan

penangana masalah-masalah belajar, pribadi, sosial dan karir. Berkaitan

dengan tujuan program bimbingan dan konseling di atas, isi layanan

responsif yaitu sebagai berikut. Masalah-masalah yang berkaitan dengan

belajar: kebiasaan belajar yang salah dan kesulitan penyusunan rencana

pelajaran. Dalam masalah yang berkaitan dengan karir, misalnya

kecemasan perencanaan karir, kesulitan penentuan kegiatan penunjang

karir dan kesulitan penentuan kelanjutan studi. Masalah yang berkaitan

dengan perkembangan sosial antara lain konflik dengan teman sebaya dan

keterampilan interaksi sosial yang rendah. Masalah yang berkaitan dengan

7
Pop BK Sekolah Menengah Pertama, 2016. Hlm. 32
21

perkembangan pribadi antara lain konflik antara keinginan dan

kemampuan yang dimiliki dan memiliki pemahaman yang tidak jelas

tentang potensi diri.8

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa layanan mediasi

sangat membantu dalam pengentasan masalah yang terjadi diantara

individu dengan individu, individu dengan kelompok yang merupakan

cangkupan kepada masalah sosial yang terjadi pada individu itu sendiri.

Masalah sosial adalah masalah yang dihadapi individu dalam segi sosial

yang muncul karena kebutuhan manusia yang tidak terpenuhi atau mereka

tidak merasa puas dengan hidupnya.

Dalam proses pelaksanaan layanan mediasi konselor terlebih

dahulu memanggil satu persatu pihak yang bermasalah dalam menapatkan

informasi dari masing-masing pihak. Setelah mengetahui permasalahan

dari masing-masing pihak barulah konselor mempertemukan kedua pihak

yang terkait.

Dari gejala-gejalan dari hasil wawancara dan penjelasan diatas

penulis akan melakukan penelitian skripsi dengan judul “pelaksanaan

layanan responsif melalui strategi mediasi di SMK N 4 Payakumbuh untuk

mengatasi masalah sosial siswa”

B. Batasan Masalah

8
Pop BK Sekolah Menengah Pertama, 2016. Hlm. 32
22

Agar penelitian ini lebih terfokus serta mencapai hasil yang diinginkan,

maka peneliti membatasi ruang lingkup peneliti ini hanya pada

1. Gambaran masalah sosial siswa di SMK N 4 Payakumbuh

2. Pelaksanaan layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh dalam

mengatasi masalah sosial siswa

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana gambaran masalah sosial siswa yang memerlukan layanan

layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh?

2. Bagaimana pelaksanaan layanan mediasi SMK N 4 Payakumbuh untuk

mengatasi masalah sosial siswa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang akan diteliti maka penelitian

ini bertujuan

1. untuk mengetahuigambaran masalah sosial siswa yang memerlukan

layanan layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh


23

2. untuk mengetahuipelaksanaan layanan mediasi SMK N 4

Payakumbuh.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

membantu dalam pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang ilmu

Bimbingan dan Konseling, yaitu pelaksanaan layanan responsif

melalui strategi mediasi di SMK N 4 Payakumbuh dalam mengatasi

masalah sosial siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, sebagai persyaratan guna melengkapi tugas-tugas

dalam menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada fakultas

tarbiyah dan keguruan jurusan pendidikan bimbingan dan

konseling.

b. Bagi guru BK, sebagai informasi dan masukan dalam menerapkan

layanan mediasi.

c. Sekolah, untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan

konseling di sekolah.

F. Penjelasan Judul

Pelaksanaan adalah suatu perbuatan mempraktekkan, teori, metode

dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan suatu kepentingan yang
24

diinginkan oleh kelompok atau golongan yang telah terencana dan

tersusun sebelumnya.9

Layanan Responsif adalah pemberian bantuan terhadap peserta

didik/konseli yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan

bantuan dengan segera.10 peserta didik/konseli yang memiliki kebutuhan

dan masalah yang memerlukan bantuan dengan segera karena masalah

yang peneliti dapatkan dilapangan dari hasil observasi dan wawancara

maka masalah-masalah tersebut sangat perlu diberikan dengan strategi

responsif (bersifat segera) supaya masalah tersebut tidak berkembang

ataupun bertambah.

Layanan mediasi adalah “layanan mediasi merupakan layanan

konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang

sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan”.11

G. Sistemaika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sitematika penulisan sebagai bserikut:

1. Bab I, merupakan pendahuluan. Mencakup latar belakang masalah

penelitian, lalu identifikasi, batasan maslah, serta rumusan masalah.

Selanjutnya tujuan dan manfaat penelitian serta penjelasan judul dan

sistematika penulisan.

9
http://kbbi.web.id/terap-2
10
Pop BK Sekolah Menengah Pertama, 2016. Hlm. 32
11
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 195
25

2. Bab II, merupakan kajian teori. Berisi penjelasan teoritis mengenai

permasalahan yang diteliti, kerangka berfikir peneliti dan pengajuan

hipotesis peneliti.

3. Bab III, metodelogi penelitian. Mengungkapakan metodologi

penelitian yang digunakan dalam penelitian, meliputi pendekatan

penelitian, lokasi/tempat penelitian, teknik pengambilan data serta

teknik analisis data.

4. BAB IV, Hasil Penelitian. Di dalam hasil penelitian initerdapat

deskripsi hasil penelitian, pengujian persyaratan analisis, uji hipotesis

dan pembahasan.

5. BAB V, Penutup. Di dalam penutup ini terdapat saran dan kesimpulan


26

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Layanan Mediasi

Mediasi berasal dari kata “media” yang berarti perantara atau

penghubung. Dengan demikian mediasi berarti kegiatan yang mengantarai

atau menghubungkan dua hal yang semula terpisah, menjalin hubungan

antara dua kondisi yang berbeda, mengadakan kontak sehingga dua yang

semula yang tidak sama menjadi saling terkait. Dengan adanya

perantaraan atau penghubung, kedua hal yang tadinya terpisah itu menjadi

terkait, saling mengurangi jarak, saling memperkecil perbedaan dan

memperbesar persamaan, jarak keduanya menjadi dekat. Kedua hal yang

semula berbeda itu saling mengambil manfaat dari adanya perantaraan

atau penghubung untuk keuntungan keduanya.12

Menurut Prayitno dalam Tohirin layanan mediasi merupakan

layanan konseling yang dilaksanakan konselor yang terhadap dua pihak

atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan

kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga berarti layanan

atau bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam

bermusuhan.13 Layanan mediasi adalah layanan yang membantu peserta

12
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm. 1
13
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. H. 195
27

didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar

peserta didik.14

Berdasarkan pengertian yang dijelaskan prayitno dalam Tohirin

dapat disimpulkan bahwa layanan mediaisi adalah layanan konseling yang

memungkinkan permasalahan dan perselisihan yang dialami klien dengan

pihak lain dapat terentaskan dengan konselor sebagai mediator.

Layanan mediasi adalah layanan konseling yang dilaksanakan

konselor terhadap dua pihak (atau lebih) yang sedang dalam keadaan

saling tidak menemukan kecocokan.15 Ketidakcocokan menjadikan mereka

saling berhadapan, saling bertentangan, saling bermusuhan. Pihak-pihak

yang berhadapan itu jauh dari rasa damai bahkan mungkin berkehendak

saling menghancurkan. Keadaan yang demikian itu akan merugikan kedua

bela pihak (lebih). Dengan layanan mediasi konselor berusaha mengantarai

atau memperbaiki hubungan diantara mereka, sehingga mereka

menghentikan pertikaian dan terhindar dari pertentangan lebih lanjut yang

akan merugikan kedua belah pihak.16

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

layanan mediasi adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang

dilakukan oleh konselor untuk memperbaiki hubungan dua pihak atau

lebih yang sedang bertikai atau dalam keadaan saling bermusuhan.

B. Tujuan layanan mediasi


14
Sulistyarini & Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2014),hlm.55
15
Suhertina, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Suska Press, 2008. hlm. 63
16
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm. 1-2
28

Secara umum layanan mediasi bertujuan agar tercapai hubungan

yang positif dan kondusif diantara para klien atau pihak-pihak yang

bertikai atau bermusuhan. Dengan perkataan lain agar tercapai hubungan

yang positif dan kondusif diantara siswa yang bertikai dan bermusuhan. 17

Sedangkan tujuan khusus layanan mediasi difokuskan kepada perubahan

atas kondisi baru dalam hubungan antara pihak-pihak yang bermasalah.18

Pencapaian tujuan layanan mediasi secara khusus di atas,

hendaknya tidak sampai pada tingkat pemahaman dan sikap saja,

melainkan teraktualisasikan dalam tingkah laku nyata yang menyertai

hubungan kedua belah pihak yaitu hubungan yang positif, kondusif dan

kontruktif sehingga diraskan membahagiakan dan memberikan manfaat

yang cukup besar kepada pihak-pihak yang terkait.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

layanan mediasi yaitu agar terjadinya perubahan kondisi awal yang

negatif menjadi kondisi baru yang positif dalam hubungan antara dua

belah pihak yang bermasalah.

C. Manfaat layanan Mediasi

17
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. h. 196
18
Prayitno, Layanan Mediasi, Jurusan, Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas negeri Padang, 2004. H. 2
29

Dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling kegiatan mediasi

yang mana merupakan proses penyelesaian masalah melalui proses

perundingan atau musyawarah juga memiliki manfaat tersendiri, antara

lain:

1. Penyelesaiannya cepat terwujud (quick). Rata-rata kompromi diantara

pihak sudah dapat terwujud dalam satu minggu atau paling lama satu

atau dua bulan. Proses pencapaian kompromi terkadang hanya

memerlukan dua atau tiga kali pertemuan diantara dua pihak yang

bersengketa.

2. Biaya murah (inexpensive). Pada umumnya mediator tidak dibayar.

Jika dibayarpun tidak mahal. Biaya adminitrasi juga kecil. Tidak perlu

didampingi pengacara, meskipun hal itu tidak tertutup

kemungkinannya. Itu sebabnya proses mediasi dikatakan tanpa biaya

atau nominal cost.

3. Bersifat rahasia (confidental). Segala sesuatu yang diutarakan para

pihak dalam proses pengajuan pendapat yang mereka sampaikan

kepada mediator, semua bersifat tertutup. Tidak terbuka untuk umum

seperti halnya dalam proses pemeriksaan pengadilan (there is no

public docket). Juga tidak ada peliputan oleh wartawan (no press

coverage).

4. Bersifat fair dengan metode kompromi. Hasil kompromi yang dipakai

merupakan penyelesaian yang mereka jalani sendiri.


30

5. Hubungan kedua belak pihak kooperatif. Dengan mediasi, hubungan

para pihak sejak awal sampai masa selanjutnya, dibina di atas dasar

hubungan kerjasama (cooperation) dalam menyelesaikan sengketa.

6. Hasil yang dicapai WIN-WIN. Oleh karena itu penyelesaian yang

diwujudkan berupa kompromi yang disepakati para pihak. Kedua

belah pihak sama-sama menang.

7. Tidak emosional. Oleh karena itu cara pendekatan penyelesaian

diarahkan pada kerjasama untuk mencapai kompromi, masing-masing

pihak tidak perlu saling ngotot mempertahanlan fakta dan bukti ysng

mereka miliki. Tidak saling membela dan mempertahankan kebenaran

masing-masing. Dengan demikian proses penyelesaian tidak

ditunggangi emosi.19

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari

layanan mediasi yakni penyelesaiannya cepat terwujud, biaya murah yang

pada umumnya mediator tidak dibayar dan hasil yang dicapai kedua belah

pihak sama-sama menang.

D. Isi layanan mediasi

Isi atau masalah yang dibahas dalam layanan mediasi adalah hal-

hal yang berkenaan dengan hubungan yang terjadi antara individu-individu

(para siswa) atau kelompok-kelompok yang sedang bertikai. Masalah-

maslah tersebut dapat mencakup: (1) pertikaian atau kepemilikan sesuatu,

(2) kejadian dadakan (misalnya perkelahian) antara siswa atau sekelompok


19
http://aditz19.wordpress.com/2011/03/12/pengertian-mediasi/ pada tanggal 11 juli 2019
jam13.01
31

siswa, (c) perasaan tersinggung, (d) dendam dan sakit hati, (e) tuntutan

atas hak, dan lain sebagainya. Berdasarkan cakupan di atas, isi atau

masalah yang dibahas dalam layanan mediasi lebih banyak berkenaan

dengan masalah-masalah individu yang berhubungan dengan orang lain

atau lingkungan (masalah sosial).20

Masalah-masalah yang menjadi isi layanan mediasi atau yang

dibahas dalam layanan mediasi bukan masalah yang bersifat kriminal.

Dengan perkataan lain individu atau kelompok yang menjadi klien dalam

layanan mediasi, tidak sedang terlibat dalam kasus kriminal yang menjadi

urusan polisi.21

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

layanan mediasi masalah yang dibahas yakni masalah siswa yang

berhubungan dengan orang lain seperti perkelahian antar siswa, dendan

dan sakit hati, bukan masalah yang bersifat kriminal karena segala sesuatu

yang bersifat kriminal itu menjadi urusan polisi.

E. Komponen-komponen layanan mediasi

Proses layanan mediasi melibatkan konselor dan klien, yaitu dua

pihak (atau lebih) yang sedang mengalami maslah berupa ketidakcocokan

diantara mereka.

1. Konselor
20
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. h. 197
21
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.....hlm. 197
32

Dalam layanan mediasi konselor bertugas sebagai mediator.

Adapun yang dikatakan mediator adalah pihak netral yang yang

membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari

berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara

memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.22

Konselor sebagai perencana dan penyelenggara layanan mediasi

mendalami permaslahan yang terjadi pada hubungan diantara pihak-

pihak yang bertikai. Konselor membangun jembatan diatas jurang

yang menganga diantara dua pihak (atau lebih) yang sedang

bermasalah.23

2. Klien

Berbeda dari layanan konseling perorangan, pada layanan mediasi

konselor menghadapi klien yang terdiri dari dua pihak atau lebih, dua

orang individual atau lebih, dua kelompok atau lebih, atau kombinasi

sejumlah individu dan kelompok.

Klien yang dihadapi oleh konselor itu sedang mengalami

ketidakcocokan dan mereka sepakat untuk meminta bantuan konselor

untuk mengatasi ketidakcocokan itu. Melalui layanan mediasi pihak-

pihak yang bertikai itu diharapkan dapat mencapai kesesuaian yang

membuat hubungan merekatidak bermasalah.24

3. Masalah klien

22
http://www.pn-yogyakota.go.id/pnyk/utama/arti/lambang/19-layanan-mediasi.html,
pada tanggal 9 juli 2019 pukul 21.28
23
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm. 4
24
Prayitno, Layanan L1-L9,......hlm. 6
33

Masalah klien yang dibahas dalam layanan mediasi pada dasarnya

adalah masalah hubungan ynag yang terjadi diantara individu dan/

kelompok-kelompok yang sedang bertikai, yang sekarang meminta

bantuan konselor untuk mengatasinya. Masalah-masalah tersebut dapat

berpangkal pada pertikaian atas kepemilikan sesuatu, kejadian dadakan

(seperti perkelahian), persaiangan memperebutkan sesuatu, perasaan

tersinggung, dendan dan sakit hati, tuntutan atas hak dan sebagainya.

Pokok pangkal permaslahan tersebut menjadikan kedua belah pihak

atau lebih menjadi tidak harmonis atau bahkan antagonitis yang

selanjutnya dapat menimbulkan suasana eksplosif yang dapat

membawa malapetaka atau bahkan korban.25

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

proses layanan mediasi melibatkan konselor, klien dan masalah klien.

Dimana konselor sebagai penyelenggara layanan mediasi dan klien

sebagai orang yang mengalami masalah berupa ketidakcocokan antara

pihak satu dengan pihak yang lainnya. Sedangkan masalah klien

adalah sesuatu yang akan dibahas dalam layanan mediasi.

F. Asas Layanan Mediasi

25
Prayitno, Layanan Mediasi, Jurusan, Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas negeri Padang, 2004, hlm. 6
34

Pada dasarnya semua asas konseling perlu mendapat perhatian dan

diterapkan dalam layanan mediasi. Seperti layanan lainnya, layanan

mediasi terdapat beberapa asas yaitu:

1. Asas Kerahasian

Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh

disampaikan kepada orang lain. Asas kerahasian ini merupakan asas

kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar

dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemberian bimbingan akan

mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama klien sehingga

mereka mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling sebaik-

baiknya.26

Layanan mediasi melibatkan lebih dari dua orang, yaitu seorang

konselor dan dua orang orang klien atau lebih. Identitas pribadi dan

segenap materi yang dibicarakandalam layanan MED diketahui

setidak-tidaknya oleh segenap peserta layanan. Semua orang yang

terlibat dalam pertikaian dan masalah yang dipertikaikan itu bukan

rahasia lagibagi semua orang yang ikut serta dalam layanan. Dalam

keadaan seperti ini, asas kerahasiaan hendaknya ditekankan agar

semua orang yang terlibat dalam layanan (termasuk konselor)tidak

menyebarluaskan informasi apapun kepada siapapun berkenaan

dengan orang-orang yang ikut serta menjadi klien dan menjadi

permasalahan yang dibahas dalam layanan.27


26
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), hlm. 115
27
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm. 9
35

2. Asas Keterbukaan

Layanan mediasi diikuti oleh dua orang atau lebih. Semua orang

yang mengikuti layanan hendaknya membuka diri seluas-luasnya

sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Selain penerapan asas

kerahasian, keterbukaan para peserta layanan secara langsung

dipengaruhi oleh adanya orang ketiga dalam proses layanan, baik

orang lain itu dari pihak atau kelompok sendiri (kalau kliennya adalah

kelompok) maupun dari pihak lawan bertikai. Keengganan dan/atau

ketakutan terhadap orang atau pihak lain itu mungkin menyebabkan

keterbukaan menjadi berkurang atau ragu-ragu, atau bahkan tertutup.

Mungkin di antara individu peserta layanan ada situasi keraguan atau

ketertutupan atau semacam itu, yang mana semuanya justru akan

menyulitkan atau memperparah pertikaian. Dalam keadaan seperti ini

konselor harus bekerja keras untuk membangun keterbukaan di antara

klien.

Konselor tidak memihak. Untuk mengatasi suasana tidak terbuka,

konselor meyakinkan para klien bahwa konselor tidak memihak

kepada siapapun, kecuali kepada kebenaran. Tidak berpihak kepada si

A,B,atau C, atau kepada pihak yang satu atau kepada pihak lain.

konselor menjelaskan dan memberikan contoh-contoh ketidakpihakan

itu.

Masalah yang dibahas adalah masalah bersama. Suasana saling

menyalahkan, diri atau pihak sendirilah yang benar dan yang lain
36

salah, biasanya mewarnai hubungan antar klien, terutama di awal

proses layanan. Suasana ini perlu diubah oleh konselor, sehingga

semua peserta layanan memahami dan dapat menerima bahwa yang

mereka hadapi itu adalah masalah bersama. Semua pihak harus secara

bersama membahas masalah tersebut dan menyelesaikannya.

Masalah yang dibahas itu perlu dan dapat diselesaikan. Perlu di

kembangakan di antara para klien pemahaman bahwa masalah yang

sedang di mediasi adalah masalah yang dapat di atasi, bukan sesuatu

yang teramat berat atau musykil dan sebaliknya, bukan masalah yang

layak diabaikan, atau diserahkan kepada temanmasing-masing pihak

saja. Dibahas dampak negatif dan kerugian apa yang dapat muncul

apabila masalah itu dibiarkan atau diperlarutkan, atau bahkan

dikobarkan terus dan sebaliknya dijelajahi berbagai keuntungan yang

dapat diperoleh apabila masalah itu diselesaikan bersama. Konselor

mengembangkan arah positif ke depan, yaitu kemungkinan

terselesaikannya masalah itu. Syaratnya ialah: keterbukaan semua

pihak.

Para peserta layanan saling mengenal dan menerima.

Kebersamaan dan keterbukaan akan tumbuh di antara para peserta

layanan apabila mereka saling mengenal dan saling menerima secara

langsung dan pribadi. Sikap segan, ragu, malu, berprasangka

dan/ataupun takut, seringkali dilatarbelakangi oleh kondisi tidak saling

mengenal dan menerima. Dalam hal ini konselo, sejak awal proses
37

layanan berusaha mengembangkan sikap positif di antara para peserta

layanan. Teknik “perkenalan mendalam” yang biasa dipakai dalam

bimbingan/konseling kelompok (tahap pembentukan) dapat digunakan.

Perlakuan adil. Keterbukaan para peserta layanan akan

berkembang apabila mereka merasa bahwa konselor berlaku adil

kepada mereka. Tidak ada yang diutamakan atau di nomorduakan atau

dikesampingkan. Tidak ada yang disalahkan atau dimenangkan,

dilindungi atau dipojokan. Konselor menghargai mereka semua,

menganggap mereka sebagai pribadi-pribadi yang memiliki kedudukan

yang sama, yaitu kedudukan yang layak memperoleh penghargaan dan

penghormatan secara tulus dan jujur.

Dengan penampilan konselor yang tidak memihak, berpandangan

optimis terhadap permasalahan mereka, serta mngembangkan

hubungan positif, tulus dan jujur, serta penuh penghargaan dan

penghormatan, semua peserta layanan diharapkan mereka tidak

memiliki beban untuk bersikap tidak terbuka. Suasana positif dan

kondisif itu akan mereka isi dengan mengemukakan apa yang ada pada

diri mereka secara terbuka.

3. Asas Kesukarelaan

Idealnya semua peserta sejak awalnya bersukarela (self referral)

mengikuti layanan mediasi. Namun hal seperti itu amat sulit terjadi

apabila suasana pertikaian di antara kedua belah pihak (yang


38

sebenarnya memerlukan layanan mediasi) masih marak. Mereka

menganggap perilakunyalah (satu pihak) yang benar (oleh karena itu

harus menang) dan pihak lain salah (sehingga harus menang) dan

pihak lain salah (sehingga harus dikalahkan). Pihak yang merasa kuat

dan benar (dan harus menang) menolak mediasi dan pihak yang

merasa lemah kurang mempercayai mediasi dari pihak ketiga. Mereka,

terutama pihak yang merasa lemah, menganggap mediator akan tidak

adi dan memihak kepada yang kuat, sedangkan pihak yang merasa kuat

dan benar menganggap mediator tidak memahami dan tidak akan

sanggup menyelesaikan masalah yang di persengketakan itu. Dalam

suasana seperti ini layanan mediasi memang belum bisa berkembang.

Bagaimana pihak yang bertikai dapat memasuki layanan mediasi?

Kemungkinan pertama, apabila kedua belah pihak sudah “lelah”

bertikai dan “korban” sudah cukup banyak, mereka ingin berdamai,

untuk itu mereka menghendaki bantuan pihak ketiga, yaitu mediator,

mencari jalan-jalan damai yang tidak merugikan salah satu pihak.

Kedua, salah satu pihak merasa kewalahan menghadapi lawannya dan

mencari jalan agar pihaknya tidak terlalu dikalahkan. Pihak ini mencari

mediator untuk mendapat keadilan. Kondisi kedua ini hanya akan

membawa kedua belah pihak apabila pihak yang satu lagi

menyetujuinya dan mau mundur selangkah dan tidak begitu saja

“menghabisi” pihak yang berinisiatif mencari perdamaian itu. Kondisi

ketiga terjadi apabila kedua belah pihak mempunyai atasan dan (para)
39

atasan itu berkehendaki membawa (para) anak buah yang bertikai itu

kepada konselor untuk mendapatkan layanan konseling.

Ketiga kondisi tersebut, memang dapat mengantarkan pihak-pihak

yang bertikai memasuki layanan mediasi, meskipun derajat

kesukarelaan mereka pada awalnya sangat tipis. Dalam keadaan seperti

ini, tugas pertama konselor adalah membangun keterbukaan semua

peserta layanan, melalui cara-cara penerimaan yang baik dan

memberikan penstrukturan yang di dalamnya terkandung

pengembangan asas kerahasiaan dan keterbukaan. Dengan penerimaan

dan penstrukturan seperti itu suasana kondusif dan primisif akan

dirasakan oleh para peserta layanan sehingga mereka dapat bersukarela

mengikuti proses layanan.

4. Asas Kekinian

Asas kekinian mengandung arti bahwa konselor tidak boleh

menunda-nunda pemberian bantuan.28 Materi pokok yang menjadi

fokus bahasan dalam layanan mediasi adalah hal bersifat aktual, yang

menyangkut pikiran, perasaan, persepsi, sikap dan kemungkinan

tindakan yang ada atau berkembang sekarang. Hal-hal yang sudah

terjadi, akan atau kemungkinan terjadi, dibahas dalam kaitannya

dengan kondisi sekarang.

5. Asas Kemandirian

28
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), hlm.117
40

Dengan layanan mediasi seluruh peserta layanan diharapkan dapat

mengembangkan kemandirian mereka, dalam berfikir, merasa,

berpendapat dan berpandangan, serta bersikap.kemandirian itu bersifat

dan mengarah ke hal-hal positif yang jauh dari suasana pertikaian,

permusuhan ataupun persaingan tidak sehat terhadap pihak-pihak lain,

sebagaimana hal itu terjadi sebelun terjadi layanan mediasi.lebih jauh,

suasana yang negatif seperti itu diharapkan telah terkikis habis dan

tidak akan terjadi lagi, dengan para pesaingnya terdahulu dan dengan

siapapun juga, dengan pihak manapun juga. Mereka, secara sendiri-

sendiri atau terseret untuk hal-hal negatif sebagaimana pernah terjadi

sebelumnya.

6. Asas-asas lainnya

Asas-asas lain dalam konseling, yaitu asas kegiatan, kedinamisan,

keterpaduan, kenormatifan, keahlian, ahli tangan kasus dan tut wuri

handayani, pelaksanaannya dalam layanan mediasi sebagaimana dalam

layanan konseling lainnya. Dalam layanan mediasi, pelaksanaan tugas-

tugas tersebut tertuju kepada sejumlah klien dari dua “kubu” atau lebih

dan memfasilitasi terbinanya hubungan di antara mereka yang semakin

kondusif dan permisif serta berkembangnya nilai-nilai positif dalam

hubungan mereka itu.29

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses

konseling asas-asas yang terdapat di dalam layanan mediasi ada lima yanki

29
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm.16
41

asas kerahasiaan, keterbukaan, kesukarelaan, kekinian, dan kemandirian.

Namun ada juga asas lain yang mendukung yakni kegiatan,

kedinamisan,keterpaduan, kenormatifan, keahlian alih tangan kasus, dan

tut wuri handayani.

G. Pendekatan Dalam Layanan Mediasi

Dalam layanan mediasi ada beberapa pendekatan yang digunakan

konselor untuk memperoleh hasil yang diharapkan yaitu:

1. “Saya Oke, Kamu Juga Oke”

Posisi saya OK, kmau OK adalah posisi yang dipilih seseorang

apabila diamerasa dirinya beres (OK) dan orang lain juga dirasakannya

beres (OK). Orang yang berada diposisi ini,hubungan yang dilakukan

sedang berjalandan meningkat ke arah yang lebih baik dan berjalan

secara “evolusioner” (berubah secara lembut). Hubungan ini diwarnai

oleh tidak ada hal-hal yang mengganggu, negatif atau tidak baik.

Pemilikan posisi hidup saya Oke, kamu oke, menurut ThomasA Harris,

ini merupakan keputusan yang diambil dengan sadar dan dirumuskan

dengan kata-kata. Sikap ini didasarkan pada pikiran, kepercayaan dan

untung rugi perbuatan dan bukan didasarkan pada perasaan.30

2. Komunikasi Secara Dewasa

Dapat dibayangkan, dalam suasana hubungan yang tidak didasari

oleh suasana SOKO, komunikasi di antara pihak-pihak yang bertikai

diwarnai oleh pembicaraan yang kurang menyenangkan dan tidak

30
Taufik, Model-Model Konseling, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2009, hlm. 105
42

dapat diterima oleh pihak lain. pembicaraan atau pesan yang

disampaikan bernada penekanan, tuntutan, ungkapan menyalahkan,

menghukum, memerintah. Eric Berne memberikan ciri ungkapan

seperti itu dengan amat kuat diwarnai oleh:31

a. Ego State Parent (pernyataan ego orang tua), yaitu ciri-ciri

pribadi yang memperlihatkan keorangtuaan yaitu banyak

memerintah, banyak menasehati dan menunjukkan figur

kekuasaan. Ego state parent diwarnai oleh moral dan nilai-nilai.

Ego state parent ini terbagi dua yaitu:

1) Critical Parent (orang tua yang selalu mengkritik), bagian ini

dinilai sebagai penampilan ego state yang kurang baik. Unsur

ego state ini apabila muncul dalam tingkah laku seringkali

berbentuk omelan, judes, mengkritik dan sebagainya.

2) Narturing Parent (orang tua yang merawat) yaitu penampilam

ego seperti ini dinilai baik. Wujud dari penampilan ego state

jenis ini seperti tingkah laku yang sifatnya merawat.32

b. Ego State Adult (pernyataan ego orang dewasa), dengan ciri-ciri

realistik, berdasarkan pemikiran, apa adanya, fakta, dengan

melalui proses menimbang, mengingat, memutuskan dan lain-

lain. ego state ini diwarnai oleh penekanan pada rasio, sehingga

sangat memperhitungkan fakta-fakta, kenyataan-kenyataan,

sehingga juga sering bertanya tentang apa, mengapa dan


31
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm. 17
32
Taufik, Model-Model Konseling, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2009, hlm. 97-98
43

bagaimana.33 Ego state adult memiliki warna obyektif, rasional

dan demokratis. Pembicara akan berbicara apa adanya, secara

lugas, tanpa mengkritik, menuntut, memerintah, apalagi

menghukum. Isi pembicaraan yang lugas itu ditafasirkan secara

lugas pula, secara rasional apa adanya. Apabila kedua belah pihak

yang bertikai itu sudah mampu berbicara secara lugas, rasional,

apa adanya, tidak lagi diwarnai oleh tanda-tanda Ego State Adult,

jalan damai dalam penyelesaian masalah di antara mereka besar

kemungkinan dapat terlaksana. Tugas konselor adalah

mengembangkan komunikasi Ego State Adult diantara para

peserta layanan mediasi.34

3. Pendekatan Komprehensif

Masalah yang terjadi di antara pihak-pihak yang bertikai harus

dilihat secara Gestalt, pemahaman terhadap satu kesatuan yang

menyeluruh tidak dilihat dari sudut-sudut bagian-bagiannya secara

terpisah-pisah. Pencermatan masalah secara Gestalt akan mampu

memahami keterkaitan antar bagian-bagian yang ada di dalamnya,

sebaliknya kalau pendekatan Gestalt gagal dilakukan, pencermatan

atas bagian-bagian secara fragmentaris boleh jadi akan menghilangkan

nuansa-nuansa keterkaitan yang secara signifikan menjadi benang

merah dari keseluruhan masalah yang dimaksud.35


33
Taufik, Model-Model Konseling,....hlm. 98
34
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm. 18
35
Prayitno, Layanan L1-L9,....hlm. 18-19
44

Teknik yang dipakai konselor dalam layanan mediasi diarahkan

pertama-tama agar para peserta layanan mampu secara jernih masalah

yang mereka hadapi secara gestalt, menyeluruh, komprehensif dalam

layanan konseling juga terdapat pendekatan konseling gestalt yang

digunakan konselor dalam layanan. Terdapat delapan jenis teknik

khusus yang digunakan konselor yaitu:

a. Klien diarahkan untuk menggunakan kata ganti orang

b. Mengubah kalimat pertanyaan menjadi kalimat pernyataan

c. Menggunakan kalimat-kalimat yang langsung menimbulkan arti

tanggung jawab dan meminta ketegasan klien.

d. Membagi kesedihan dengan cara melakukan refleksi perasaaan

e. Melakukan permainan proyeksi, jika klien memproyeksikan

sesuatu kepada orang ketiga, selanjutnya diminta bagaimana

reasinya kalau itu terjadi pada dirinya sendiri.

f. Konselor menyatakan penghargaan bagi yang cocok dikemukakan

klien dan ketidaksukaan terhadap yang tidak cocok.

g. Permainan kebalikan, yaitu apabila klien memperlakukan sesuatu

terhadap orang laindibalikkan menjadi seolah-olah klien yang

diperlakukan begitu oleh orang lain.

h. Permainan dialog, yaitu pembicaraan diantara duaorang.36

4. Pendekatan Realistik, Bermoral Dan Bertanggung Jawab

36
Taufik, Model-Model Konseling, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2009, hlm. 148-149
45

Glasser, dalam uraiannya tentang Reality Therapy menegaskan

bahwa kehidupan yang baik didasarkan pada kaidah-kaidah realitik,

moral dan tanggung jawab. Dengan kaidah 3R (Reality, Right,

Responsibility) itu kehidupan akan berjalan dengan baik.37

a. Reality, adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai

dengan kenyataan yang ada.

b. Right, yaitu kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan standar

norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum adat dan

sebagainya. Bentuk tingkah laku yang tidak realitas , misalnya

gosip.”issu” prasangka, dugaan, rasionalisasi dan sebagainya.

c. Responsibility atau tanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam

memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak

merugikan oang lain.38

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

layanan mediasi pendekatan yang digunakan yaitu saya OKE, kamu

juga OKE, komunikasi secara dewasa, pendekatan Komperhensif,

pendekatan realistik, bermoral dan bertanggungjawab agar konselor

bisa memperoleh hasil sesuai dengan apa yang diharapkan.

H. Teknik layanan mediasi

Penerapan teknik-teknik tertentu dalam konseling termasuk

layanan mediasi, pada prinsipnya bertujuan antara lain untuk


37
Prayitno, Layanan L1-L9,....hlm.19-20
38
Taufik, Model-Model Konseling, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang, 2009, hlm.190
46

mengaktifkan peserta layanan (siswa) dalam proses layanan. Khusus

layanan mediasi, semua peserta secara individual didorong secara aktif

berpartisipasi dalam proses layanan. Ada dua teknik yang diterapkan

dalam layanan mediasi, yaitu teknik umum dan teknik khusus:

Pertama, teknik umum. Yang termasuk dalam teknik umum

adalah: (1) penerimaan terhadap klien dan posisi duduk. Proses layanan

mediasi diawali dengan penerimaan terhadap klien untuk memasuki

layanan. Suasana penerimaan harus dapat mencerminkan suasana

penghormatan, keakraban, kehangatan, dan keterbukaan terhadap semua

calon peserta layanan, sehingga timbul suasanakondusif proses layanan

mediasi.39 (2) penstrukturan. Melalui penstrukturan, konselor

mengembangkan pemahaman peserta layanan tentang apa, mengapa, untuk

apa, dan bagaimana layanan mediasi itu. Dalam penstrukturan juga

dikembangkan tentang pentingnya asas-asas konseling dalam layanan

mediasi terutama asas kerahasian, keterbukaan, dan kesukarelaan.

Pemahaman bahwa konselor tidak memihak, kecuali kepada kebenaran

sangat diperlukan, hal ini hendaknya benar-benar dirasakan adanya oleh

para peserta didik. (3) ajakan untuk berbicara. Secara tidak langsung,

penstrukturan yang jelas dan intensif sudah dapat merangsang atau

mengundang para peserta untuk berbicara.40 Apabila dalam penstrukturan

para siswa belum mau bicara, khususnya berkenaan dengan pokok

perselisihan mereka yang memerlukan mediasi, konselor harus mengajak


39
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. hlm. 188
40
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm.22
47

siswa mulai membicarakannya. Ajakan berbicara dapat diawali dengan

upaya konselor mencari tahu adanya permasalahan yang diawali dengan

upaya konselor mencari tahu adanya permasalahan yang dialami para

siswa dan bagaimana konselor dapat bertemu dengan mereka.41

Teknik-teknik umum lainnya yang ditetapkan dalam layanan

mediasi adalah: (1) kontak mata, kontak psikologis, dorongan minimal,

dan tiga M diarahkan kepada setiap siswa yang sedang berbicara, (2)

keruntutan, refleksi, dan pertanyaan terbuka disampaikan kepada

pembicara dan dapat dijawab oleh peserta selain pembicara kehati-hatian

konselor sangat dituntut, terlebih apabila jawaban atas pertanyaan terbuka

diberikan oleh pihak lain yang berselisih atau berseberangan dengan

pembicara, (3) penyimpulan, penafsiran dan konfrontasi khususnya

ditujukan pembicara dan secra umum boleh ditanggapi oleh peserta

lainnya, (4) transferensi dan kontra transferensi sangat mungkin muncul

diantara para peserta. Oleh karena itu konselor, konselor harus secara

cerdas mengendalikan diri dalammengemukakan kontra kontra

transferensi, (5) teknik eksperensial, diterapkan untuk memunculkan

pengalaman-pengalaman khusus terutama dari peserta yang benar-benar

mengalami berkenaan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam

layanan mediasi. (6) strategi memfrutasikan klien (siswa) dan tiada maaf

diterapkan untuk membangun semangat para peserta dalam penyelesaian

masalah yang sedang dihadapi. Konselor harus hati-hati dalam

41
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,....hlm. 188
48

menerapkan strategi ini agar tidak menimbulkan sikap mempertahankan

diri atau sikap negatif lainnya.42

Kedua, teknik khusus. Teknik-teknik khusus konseling perorangan

bisa diterapkan dalam layanan mediasi. Teknik ini diterapkan dalam

layanan mediasi bertujuan untuk mengubah tingkah laku para peserta

layanan (siswa yang berselish). Beberapa teknik khusus yang bisa

diterapkan dalam layanan mediasi adalah: (1) informasi dan contoh

pribadi, teknik ini diterapkan apabila siswa benar-benar memerlukan

informasi harus memerukan informasi harus diberikan secara jelas dan

objektif, sedangkan contoh pribadi harus diberikan secara sederhana dan

berlebihan, (2) perumusan tujuan, pemberian contoh dan latihan

bertingkah laku. Teknik ini diterapakan untuk terbentuknya tingkah laku

baru. (3) nasihat, teknik ini diterapkan apabila benar-benar diperlukan.

Usahakan tidak memberikan nasihat. Apabila teknik-teknik lainnya sudah

diterapkan secara baik, nasihat tidak diperlukan lagi. (4) peneguhan hasrat

dan kontrak. Teknik ini merupakan tahap pengunci atas berbagai upaya

pengubahan tingkah laku yang telah dilaksanakan.43

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

layanan mediasi ada dua teknik yang diterapkan yaitu teknik umum dan

teknik khusus. Dimana teknik umum yaitu penerimaan terhadap klien dan

posisi duduk, penstrukturan dan ajakan untuk berbicara dimana teknik ini

digunakan agar tidak menimbulkan sikap mempertahankan diri.

42
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,.....hlm. 189
43
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,.....h. 189-190
49

Sedangkan teknik khusus yaitu informasi dan contoh pribadi, perumusan

tujuan, nasihat dan peneguhan hasrat dan kontrak dimana teknik ini

digunakan untuk upaya pengubahan tingkah laku yang telah dilaksanakan.

I. Kegiatan pendukung layanan mediasi

Sebagaimana layanan-layanan yang lain, layanan mediasi juga

memerlukan kegiatan pendukung. Adapun kegiatan pendukung layanan

mediasi laianya adalah:

1. Aplikasi instrumentasi

Menurut Tohirin aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya

pengungkapan melalui pengukuran yang dilakukan dengan melakukan

alat ukur atau instrumen tertentu. Atau kegiatan menggunakan

instrumen untuk mengungkapkan kondisi tertentu atas diri siswa.44

Sebelum melakukan aplikasi instrumentasi, terlebih dahulu harus

diketahui hal-hal yang perlu diukur dan diungkap berkenaan dengan

permasalahan siswa yang berkasus dan para anggota kelompoknya.

Untuk melakukan pengukuran sebagai aplikasi instrumentasi, konselor

bisa melibatkan orang (ahli) lain, dengan catatan orang tersebut benar-

benar berwenang melaksanakannya. Mungkin angket dan pengukuran

skala sikap dapat digunakan untuk layanan mediasi.45

44
Budi Santosa, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, (Bukittinggi: LP2M, 2014), hlm.
35
45
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. Hlm 190-191
50

2. himpunan data

Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan,

penggolongan-penggolongan dan pengemasan data dalam bentuk

tertentu. Himpunan data juga bermakna usaha-usaha untuk

memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan,

serta menyimpulkannya.46

Data apa yang telah ada atau telah terkumpul? Dan data apa yang

bisa diungkap sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah

yang dibahas dalam layanan mediasi, perlu menjadi perhatian bagi

konselor. Apapun data yang telah ada dan hendak digunakan,

pengungkapan dan penggunaannya harus disesuaikan dengan

kewenangan penggunaannya. Konselor atau pembimbing perlu

mempertimbangkan, apakah ia memiliki kewenangan mengungkap dan

menggunakan data tersebut?

3. konferensi kasus

konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh

konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya.

Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh konselor, dihadiri

oleh pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upaya

pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait diharapkan memiliki

komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan tuntas.47

46
Budi Santosa, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, (Bukittinggi: LP2M, 2014), hlm.
62
47
Budi Santosa, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, (Bukittinggi: LP2M, 2014), hlm.
68
51

Menurut Prayitno, layanan mediasi merupakan konferensi kasus

mini, karena dihadiri oleh kedua pihak yang berselisih atau bertikai

dan dilaksanakan oleh konselor (pembimbing). Selanjutnya menurut

Prayitno, ada tiga jenis konferensi kasus yang dapat diselenggarakan

berkenaan dengan layanan mediasi, yaitu (a) konferensi kasus yang

dihadiri oleh peserta layanan mediasi dan pihak-pihak lain yang

dianggap dapat membantu menyelsaikan masalah yang dibahas dalam

layanan mediasi, (b) konferensi kasus yang dihadiri oleh wakil-wakil

pihak yang berselisih atau bertikai dan pihak-pihak lain yang dianggap

dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan

mediasi, (c) konferesnsi kasus yang dihadiri oleh pihak-pihak lain yang

dianggap dapat membantu penyelesaian masalah yang dibahas dalam

layanan mediasi dan tidak dihadiri oleh wakil-wakil peserta layanan.48

4. kunjungan rumah

Kunjungan rumah dapat diartikan dengan upaya mendektesi

kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau

siswa yang menjadi tanggung jawab konselor dalam pelayanan

konseling.49 Kunjungan rumah dimaksudkan untuk memperluas data

yang diperoleh melalui aplikasi instrumen yang lain dan membina

komitmen anggota keluarga yang dikunjungi dalam rangka

penyelesaian masalah yang dibahas dalam layanan.

48
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. Hlm. 191-192
49
Budi Santosa, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, (Bukittinggi: LP2M, 2014), hlm.
73
52

Adapun tujuannya, kegiatan kunjungan rumah harus disepakati

oleh peserta layanan dan dipersiapkan secara baik dan matang.

Kunjungan rumah bisa dilakukan oleh konselor (pembimbing) sendiri,

atau konselor bersama wakil-wakil peserta layanan. Seluruh hasil

kunjungan rumah, diungkapkan dan dibahas dalam layanan mediasi

lanjutan.

5. alih tangan kasus

Seperti layanan-layanan lainnya, layanan mediasi tidak membahas

persoalan siswa yang terkait dengan kriminal, gangguan penyakit baik

fisik maupun psikis, keabnormalan, akut dan mistik. Dengan perkataan

lain konselor (pembimbing) tidak boleh menyinggung masalah-

masalah seperti di atas. Dalam proses konseling, apabila masalah

kriminal atau pidana, ada tanda-tanda akan mencuat, pembahasan

harus segera dihentikan dan konselor menolak untuk melanjutkan

layanan. Selanjutnya para peserta diperbolehkan menempuh jalur

hukum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam layanan mediasi juga ada

kegiatan pendukung yaitu (1). Aplikasi intrumentasi, gunanya untuk

pengumpulan data dan keterangan pesesrta didik, keterangan tentang

lingkungan pesesrta didik(konseli), dan lingkungan yang lebih luas


53

baik tes maupun nontes. (2). Himpunana data, gunannya untuk

menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan

keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspek (3). Konferensi

kasus, gunanya mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-tindakan

konkret yang dapat di ambil (4). Kunjungan rumah, gunanya untuk

memperolah pemahaman dan pengentasan dengan kunjungan ruamh

akan diperoleh berbagai data dan keterangan berbagai hal yang

bersangkutan dengan siswa (5). Ahli tangan kasus, gunanya bertujuan

untuk mendapatkan penangganan yang lebih tepat dan tuntas dengan

jalan memindahkan penangganan kasus dari satu pihak kepada pihak

yang lebih ahli.

J. Pelaksanaan layanan mediasi

Seperti layanan-layanan yang lain, pelaksanaan layanan mediasi

juga melalui proses atau tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan,

analisi hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.

Pertama, perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini

adalah: (1) mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta

layanan, (2) mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan, (3)

menetapkan fasilitas layanan, (4) menyiapkan kelengkapan adminitrasi.

Kedua, pelaksanaan yang meliputi kegiatan: (1) menerima pihak-

pihak yang berselisih atau bertikai, (2) menyelenggaraka penstrukturan

layanan mediasi, (3) membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak


54

yang menjadi peserta layanan, (4) menyelenggarakan pengubahan tingkah

laku peserta layanan, (5) membina komitmen peserta layanan demi

hubungan baik dengan pihak-pihak lain, (6) melakukan penilaian segera.50

Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah

melakukan evaluasi terhadap hasil-hasil layanan mediasi. Fokus evaluasi

hasil layanan ialah diperolehnya pemahaman baru (understanding) oleh

klien, berkembangnya perasaaan positif (comfort), berlangsung.

Evaluasi dalam layanan mediasi dapat dilakukan dalam tiga tahap,

yaitu (a) evaluasi atau penilaian segera yang fokusnya adalah

understanding (pemahaman baru klien), comfort (perkembangan perasaan

positif), dan action (kegiatan yang dilakukan klien setelah proses layanan

berlangsung), (b) evaluasi atau penilaian jangka pendek. Fokus evaluasi

ini adalah kualitas hubungan antar peserta layanan, khusunya hubungan

antara dua belah pihak yang berselisih. Indikatornya adalah apakah

masalah yang ada di antara mereka sudah benar-benar mereda, sudah

hilang sama sekali, atau apakah sudah berkembangan hubungan yang

harmonis, saling mendukung yang bersifat positif dan produktif, (c)

evaluasi atau penilaian jangka panjang. Penilaian ini merupakan

pendalaman, perluasan dan pemantapan penilaian segera dan penilaian

jangka pendek dalam rentang waktu yang lebih panjang.

Penilaian dalam layanan mediasi dapat dilakukan secara lisan,

tertulis, dalam format individual atau kelompok. Responden untuk

50
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. h. 204
55

penilaian segera adalah seluruh peserta layanan, sedangkan responden

untuk penilaian jangka pendek dan panjang dapat merupakan wakil pihak-

pihak yang berselisih atau bertikai.

Keempat, analisi hasil evaluasi: menafsirkan hasil evaluasi dalam

kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami oleh

pihak-pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.51 Guru bimbingan dan

konseling dapat melihat sikap dan keseharian peserta didik, serta tindakan

peserta didik setelah pelaksanaan layanan mediasi, penyelesaian masalah

melalui layanan mediasi dapat diselesaikan dengan baik. Namun ada juga

guru bimbingan dan konseling yang tidak melakukan analisis hasil

evaluasi layanan mediasi.

Kelima, tindak lanjut: menyelenggarakan layanan mediasi lanjutan

untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian

diantara pihak-pihak yang terlibat. Guru BK melakukan peninjauan

kepada peserta didik dengan mengamati tindakan peserta didik serta

menanyakan kembali mengenai hubungan siswa yang satu dengan siswa

yang lainnya. 52 Tujuan tindak lanjut ini ialah untuk menilai sampai sejauh

manakah tindakan pemberian bantuan telah mencapai hasil tang di

harapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus baik selama,

maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini dapat diketahui

keberhasilan usaha bantuan.53

51
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm 36
52
Rita Framika, Pelaksanaan Layanan Mediasi Oleh Guru Bimbingan dan Konseling
Terhadap Peserta Didik Yang Berselisih di MTsN Lembah Gumanti Kabupaten Solok (e-Jurnal:
Bimbingan dan Konseling, 2014), hlm. 5
53
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (QUANTUM TEACHING, 2005), hlm. 132
56

Keenam, laporan. (1) membicarakan laporan yang diperlukan oleh

pihak-pihak peserta layanan mediasi. (2) mendokumentasikan laporan

layanan mediasi.54

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa layanan

media juga melalui tahapan-tahapan yaitu perencanaan, identifikasi pihak-

pihak yang akan menjadi peserta layanan MED, mengatur pertemuan

denganpeserta layanan, menetapkan fasilitas layanan dan menyiapkan

kelengkapan administrasi. Pelaksanaan, menerima pihak-pihak yang

menjadi peserta layanan, melaksanakan penstrukturan layanan MED.

Evaluasi, melakukan evaluasi segera dan jangka pendek, tentang

pelaksanaan hasil-hasil MED. Analisis hasil evaluasi, menafsirkan hasil

evaluasi dan kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang

dialami pihak-pihak yang mengikuti layanan MED. Tindak lanjut,

menyelenggarakan layanan MED lanjutan untuk membicarakan hasil

evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian antara pihak-pihak.

Pelaporan, membicarakan laporan yang diperlukan oleh pihak-pihak

peserta layanan dan mendokumentasikan laporan layanan.

K. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan layanan mediasi

1. Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor yang datang dari dalam diri individu

pemegang peran itu sendiri yaitu:

54
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm 36
57

a. Latar belakang guru pembimbing

Menurut Kartaadinata guru BK adalah tenaga pendidik

yang berkualifikasi strata satu (S-1) program bimbingan dan

konseling yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan

hak serta secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling

terhadap sejumlah peserta didik.55

Menurut Prayitno guru BK adalah sebagai perencana dan

penyelenggaraan layanan mediasi mendalami permasalahan yang

terjadi pada hubungan di anatra yang bertikai atau peserta didik

yang berselisih, guru BK memmbangun jembatan di atas jurang di

antara dua pihak yang sedang bermasalah tersebut.56

b. Kualitas pribadi guru BK

Kualitas pribadi guru BK atau konseling merupakan faktor

yang sangat penting dalam konseling. Kualitas pribadi konseling

ini menjadi faktor penentu pencapaian konseling yang efektif.

Kepribadian tidak bisa diketahui secara nyata melainkan hanya

bisa dilihat dari penampilan dan sikap sehari-hari.

Kualitas prbadi konselor ditandai dengan beberapa

karakteristik sebagia berikut:

1) Pemahaman diri
55
Rita Framika, Pelaksanaan Layanan Mediasi Oleh Guru Bimbingan dan Konseling
Terhadap Peserta Didik Yang Berselisih di MTsN Lembah Gumanti Kabupaten Solok (e-Jurnal:
Bimbingan dan Konseling, 2014) , hlm. 2
56
Rita Framika, Pelaksanaan Layanan Mediasi Oleh Guru Bimbingan dan Konseling
Terhadap Peserta Didik Yang Berselisih di MTsN Lembah Gumanti Kabupaten Solok (e-Jurnal:
Bimbingan dan Konseling, 2014), hlm. 2
58

Pemahaman diri ini berarti bahwa konselor memahami

dirinya dengan baik, dia memahami secara pasti dan masalah

apa yang harus diselesaikan.

2) Kompeten

Kompeten mempunyai makna sebagai kualitas fisik,

intelektual, emosional, sosial dan moral yang harus dimiliki

konselor untuk membantu klien.57 Kompetensi sangatlah

penting bagi konselor, sebab klien yang dikonselingi akan

belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang

diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan

bahagia.

3) Dapat dipercaya

Dapat dipercaya mempunyai makna bahwa konselor bukan

sebagai satu ancaman bagi klien dalam konselor, akan tetapi

sebagai pihak yang memberikan rasa aman.58

Guru pembimbing harus memiliki sikap dan dapat

dipercaya, agar siswa bisa lebih terbuka dalam menyampaikan

permasalahan yang dihadapi kepada guru pembimbing tanpa

merasa takut masalahnya akan dibeberkan kepada orang lain.

4) Jujur

57
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008. hlm.
58
58
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling,.... hlm. 58
59

Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa konselor itu

bersikap tranparan (terbuka) dan asli. Konselor yang jujur

memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

c. Bersifat kongruen artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi

oleh dirinya sendiri sama sebangun dengan yang dipersepsi

oleh orang lain.

d. Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.59

5) Bersikap hangat

Yang dimaksud bersikap hangat disini adalah: ramah,

penuh perhatian dan memberikan kasih sayang. Klien yang

meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang

memahami kehangatan dalam hidupnya, sehingga dia

kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikan

perhatian dan kasih sayang.

6) Sabar

Melalaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat

membantu klien mengembangkan dirinya secar alami. Sikap

sabar konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien

dari pada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung

menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-

gesa.

7) Menjadi pendengar yang aktif


59
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling,.... hlm.50
60

Konselor sebagai pendengar yang baik memiliki kualitas

sebagai berikut:

(a) Mampu berhubungan dengan oranglain-orang yang

bukan dari kalangannya sendiri saja dan mampu berbagi

ide-ide, perasaan dan masalah yang sebenarnya bukan

masalahnya.

(b) Menantang klien dalam konseling dengan cara-cara

membantu.

(c) Memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat

menimbulkan respon yang bermakna.

(d) Berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara

seimbang dengan klien dalam konselinbg.60

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor

internal yang mempengaruhi layanan mediasi yaitu latar belakang guru

pembimbing dan kualitas pribadi guru bk (pemahaman diri, kompeten,

dapat dipercaya, jujur, bersifat hangat, sabar dan menjadi pendengar

yang aktif).

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor dorongan yang datang dari luar diri

pemegang peranan. Seperti halnya fasilitas, perlengkapan, tata ruangan

BK.

60
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008. H.
59
61

a. Penyedian fasilitas

Fasilitas yang dimaksud disini ialah fasilitas fisik dan teknis.

Kedua fasilitas ini merupakan faktor yang sangat menentukan

dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah (layanan

mediasi). Fasilitas yang perlu disediakan diantaranya:

1) Fasilitas fisik

Ruangan bimbingan dan konseling

(a) Ruang kerja konselor

(b) Ruang pertemuan

(c) Ruang adminitrasi/tata usaha bimbingan dan konseling

(d) Ruang penyimpanan data/catatan-catatan

(e) Ruang tunggu

Alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling

(a) Meja dan kursi-kursi

(b) Tempat penyimpanan catatan-catatan (locker, lemari,

rak, dan sebagainya)

(c) Papan tulis dan pengumuman

2) Fasilitas teknis

Fasilitas teknis yang dimaksud adalah alat-alat penghimpun

data seperti angket, tes, inventori, daftar cek.

(a) Penyediaan anggaran biaya


62

Untuk kelancaran program bimbingan dan konseling

perlu disediakan anggaran yang memadai untuk biaya-biaya

dalam pos sebagai berikut:

1. Pembiayaan personel

2. Pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis

3. Biaya operasional

4. Biaya penelitian atau riset.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor

eksternal yang mempengaruhi layanan mediasi yaitu penyediaan fasilitas

(fasilitas fisik dan fasilitas teknis) yang paling menentukan dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling, perlengkapan dan tata ruangan

bimbingan dan konseling.

L. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan yaitu digunakan sebagai perbandingan dan

menghindari manipulasi terhadap sebuah karya ilmiah dan menguatkan

bahwa penelitian yang penulis lakukan benar-benar belum pernah diteliti

oleh orang lain. Peneliti terdahulu yang relevan pernah dilakukan oleh:

Ratna Dewi Mahasiswa Universitas Negeri Sultansyarif Kasim Riau

Jurusan Kependidikan Islam Prodi Bimbingan Dan Konseling pada tahun

2011. Dimana pelaksanaan layanan mediasi di SMA Negeri 10 Pekanbaru

adalah cukup baik, hal ini ditandai dari 13 indikator pelaksanaan layanan

mediasi, hanya 4 yang dilakukan guru pembimbing di Sekolah Menengah

Atas Negeri 10 Pekanbaru, diantaranya yaitu tidak menjelaskan apa itu


63

layanan mediasi, apa tujuan layanan mediasi, bagaimana cara-cara

pelaksanaannya dan tidak melatih tingkah laku yang baik bagi peserta

layanan.
64

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), untuk

mendapatkan data yang sesuai dengan aspek masalah yang diteliti. Adapun

secara terminologi penelitian kualitatif adalah metode yang mana data

hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang

ditemukan dilapangan.61

Penelitian kualitatif merupakan riset yang bertujuan untuk

menjelaskanfenomena yang menjelaskan dengan sedalam-dalamnya

melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak

mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau

samplingnya sangat terbatas. Jika data yang sudah terkumpul sudah

mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu

mencari sampling lainnya. Disini lebih ditekankanadalah

persoalankedalaman (kualitas) data bukan banyaknya(kuantitas) data.62

Penelitian ini secara khususditujukan untuk mengambarkan dan

menjelaskan tentang pelaksanaan layanan mediasi di SMK N 4

Payakumbuh.

B. Lokasi penelitian
61
Sugiyono, Metode PenelitianKuantitatif dan Kualitatif dan R& D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. 8
62
Rahmad Kriyanto. Teknik Pratis Riset Komunikasi, (Jakarta: Pernada Media Group,
2006) hlm.56
65

Penulis menetapkan lokasi penelitian di SMK N 4 Payakumbuh.

Alasan penulis memilih SMK N 4 Payakumbuh ini sebagai lokasi

penelitian karena sekolah tersebut cukup diminati oleh siswa tamatan SMP

dan juga sekolah tersebut cukup berprestasi.

C. Informan

Informan yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi ia mempunyai

banyak pengalaman tentang latar belakang. Ia berkewajiban secara

sukarela menjadi anggota tim penelitia, walaupun hanya bersifat informan

sebagai tim dengan kebaikannya dan kesukarelaannya, ia dapat

memberikan pandangan tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan

kebudayaan yang menjadi latar belakang penelitian.63

Adapun teknik penentuan informan dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sumpling, yaitu teknik pengambilan

sampel didasarkan atas tujuan tertentu (orang yang dipilih betul-betul

memiliki kriteria sebagai sampel).64 Teknik yang digunakan dalam

penelitian informan menggunakan Purposive Sumpling, artinya teknik

penentuan sumber data dan mempertimbangkan terlebih dahulu, bukan

diacak. Artinya menentukan informan sesuai dengan kriteria terpilih yang

relevan dengan masalah penelitian.65


63
Lexi J Moleong, Metode Peneltian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999),
hlm. 4
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. 85
65
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, ekonomi, kebijkan Politik, dan Ilmu Sosial
lainnya, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2007), hlm. 107
66

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Informan kunci

Yaitu tempat memperoleh data yang merupakan data inti. Adapun

sumber data dalam penelitian ini adalah guru pembimbing di SMK N 4

payakumbuh yang terdiri dari satu orang guru pembimbing.

2. Informan pendukung

Yaitu sesuatu dijadikan data tambahan atau pelengkap dalam

mengungkapkan masalah penelitian ini yang digalai dalam berbagai

pihak terkait yang berhubungan dengan aspek penelitian ini adalah

wali kelas.

D. Teknik Peangumpulan Data

Untuk menghimpun mengumpulkan data dilapangan penulis

menggunakan beberapa teknik yaitu:

1. Observasi

Teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara

seksama baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap

berbagai aktivitas siswa di lingkungan sekolah maupun di luar

lingkungan sekolah termasuk di rumah.66

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu

66
Budi Santosa, Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, (Bukittinggi: LP2M, 2014), hlm.
50
67

periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang

hal-hal tertentu yang diamati. Pengamatan langsung yang dimaksudkan

dapat berupa kegiatan mendengar, melihat atau kegiatan dengan alat

indra lainnya.67

Poenwandari berpendapat bahwa observasi merupakan metode

yang paling dasar dan yang paling tua, karena dengan cara –cara

tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. Istilah observasi

diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat

fenomena yan muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek

dalam fenomena tersebut.68

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan

mengajukan pertanyaan secara lisankepada sumber data dan sumber

data juga memberikan jawaban secara lisan.69

Dexter menggambarkan wawancara adalah sebuah percakapan

dengan tujuan.70Menurut Kartono awancara adalah suatu percakapan

yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses

tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan

secara fisik.71

67
Fadhilla Yusri, Instrumentasi Non Tes Dalam Konseling, (Padang Panjang: P3SDM
Melati Publishing),hlm. 140
68
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015), hlm.
143
69
Fadhilla Yusri, Instrumentasi Non Tes Dalam Konseling, (Padang Panjang: P3SDM
Melati Publishing),hlm. 156
70
Rulam Ahmadi, metode penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014),
hlm 120
71
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif,... hlm. 160
68

E. Pengumpulan Data

Setelah data terkumpul diolah, penulis melakukan analisa terhadap

data tersebut. Data yang diperoleh adalah kualitatif yaitu keterangan yang

sudah diperoleh melalui wawancara mendalam, sebagai data umum, serta

pelaksanaan observasi, kemudian data diolah sebagai langkah-langkah

yang sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Menghimpun sumber-sumber data yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

2. Membaca, menelaah dan mencatat sumber-sumber data yang telah

dikumpulkan

3. Membahas masalah-masalah yang diajukan dan mengintepretasikan

berdasarkan pandangan para pakar sehingga terpecahnya masalah.


69

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dengan bahasan penerapan layanan

responsif melalui strategi mediasi di SMK N 4 Payakumbuh untuk mengatasi

masalah sosial siswa. Penelitian ini di lakukan melalui metode observasi langsung

ke sekolah dan wawancara kepada guru bimbingan dan konseling.

Untuk menggambarkan hasil, peneliti berpedoman kepada hasil

wawancara yang peneliti lakuakn terhadap informan. Wawancara yang peneliti

lakukan berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang penulis buat untuk menjawab

pertanyaan tentang penerapan layanan responsif melalui strategi mediasi di SMK

N 4 Payakumbuh untuk mengatasi masalah sosial siswa.

Guru bimbingan dan konseling disekolah berkewajiban memberikan

tindakan-tindakan yang bersifat membantu siswa agar untuk mengatasi masalah

sosial siswa. Maka dari itu guru bimbingan dan konseling dapat melakukan

layanan mediasi untuk mengatatasi masalah sosial siswa yang tidak menemukan

kecocokan agar menemukan kecocokan kembali.

Adapun yang dimaksud dengan layanan mediasi adalah Menurut Prayitno

dalam Tohirin layanan mediasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan

konselor yang terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling

tidak menemukan kecocokan. Berdasarkan makna ini, layanan mediasi juga

berarti layanan atau bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam
70

bermusuhan.72 Layanan mediasi adalah layanan yang membantu peserta didik

menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar peserta didik.73

A. Masalah Sosial Siswa

1. Rasa bermusuhan terhadap pihak lain

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling

didapatkan keterangan bahwa: “Perkataan kasar yang dilontarkan oleh

peserta didik kepada temannya pada saat jam pelajaran yang membuat

temannya tidak terima sehingga menimbulkan perkelahian antar

mereka.”74

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan wali kelas didapatkan

keterangan bahwa: “Peserta didik tersebut tidak terima dengan kata-kata

yang dilontarkan temannya ini saat jam pelajaran berlangsung karena

keributan yang ia buat saat guru menjelaskan materi pelajaran.”75

Berdasarkan deskripsi di atas dapat dipahami bahwa rasa

bermusuhan terhadap pihak lain yang dirasakan oleh peserta didik

berawal dari perkataan kasar yang dilontarkan oleh temannya saat jam

pelajaran yang membuat ia terima.

72
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. H. 195
73
Sulistyarini & Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi
Pustakaraya, 2014),hlm.55
74
Wawancara pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 10 Oktober 2019
75
Wawancara Pribadi dengan Wali Kelas MZ, 1 November 2019
71

2. Sikap saling menjauhi

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling didapatkan keterangan bahwa yang membuat

peserta didik saling menjauhi yaitu:

“Kalau itu sudah pasti karena perkelahian yang timbul akibat


perkataan kasar membuat peserta didik yang terlibat dalam
perkelahian tersebut menunjukkan sikap saling menjauhi dimana
membuat peserta didik seperti tidak mau mengenal satu sama
lain”76

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan wali kelas didapatkan

keterangan bahwa: “Dari yang saya lihat saat belajar sikap menjauhi ini

terjadi pada peserta didik tersebut karena mereka masih belum bisa

memaafkan atau masih merasa kesal setelah apa yang terjadi.”77

Berdasarkan deskripsi di atas dapat dipahami bahwa sikap peserta

didik yang saling menjauhi disebabkan karena masih belum menerima

perkataan kasar yang dilontarkan oleh temanya yang membuat mereka

saling menjauhi satu sama lain.

3. Sikap menang sendiri

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling didapatkan keterangan bahwa yang membuat

peserta didik ingin menang sendiri yaitu: “Sikap ini terjadi saat saya

melakukan perdamaian peserta didik yang terlibat perkelahian tersebut

yang terlihat saling menyalahkan satu sama lain.”78


76
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 10 Oktober 2019
77
Wawancara Pribadi dengan Wali Kelas MZ, 1 November 2019
78
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 10 Oktober 2019
72

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan wali kelas didapatkan

keterangan bahwa:

“Saat saya melakukan perdamaian peserta didik yang terlibat


perkelahian tersebut tidak mau mengalah satu sama lain, mereka
beranggapan bahwa dirinya tidak salah, maka dari itu saya
memberitahukan kepada guru bimbingan dan konseling untuk
menyelesaikannya.”79

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa peserta

didik yang terlibat dalam perkelahian tersebut saat guru melakukan

perdamaian saling menuduh satu sama lain dan mengatakan dirinya tidak

salah yang membuat peserta didik tersebut saling menyalahkan satu sama.

4. Sikap ingin membalas

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling didapatkan keterangan bahwa: “Sikap ingin

membalas yang terjadi pada peserta didik yang saya dengar dari laporan

peserta didik itu sendiri yang terlibat perkelahian tersebut adalah dalam

hal tugas yang diberikan guru mata pelajaran.”80

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan wali kelas didapatkan

keterangan bahwa:

“Sikap ingin membalas mereka itu tidak membahayakan temannya


tapi sikap tersebut berhubungan dengan latihan atau tugas yang
diberikan guru mata pelajaran, misalnya saat salah satu dari mereka
di suruh guru mata pelajaran untuk membuat tugas atau PR yang
tinggalkan guru karena tidak bisa masuk lokal dan karena masih
dalam keadaan saling membenci maka dia tidak akan
memberitahukan kepada orang yang dibencinya tersebut.81
79
Wawancara Pribadi dengan Wali Kelas MZ, 1 November 2019
80
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 10 Oktober 2019
81
Wawancara Pribadi dengan Wali Kelas MZ, 1 November 2019
73

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa sikap ingin

membalas yang dilakukan oleh peserta didik tersebut tidak

membahayakan temannya tapi sikap membalas yang dilakukan peserta

didik tersebut dalam hal tugas atau PR yang ditinggal oleh guru mata

pelajaran saat guru mata pelajaran tidak masuk.

5. Sikap mau benar sendiri

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling didapatkan keterangan bahwa: “Sikap mau

benar sendiri peserta didik yang terlibat perkelahian ini merasa bahwa apa

yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar.”82

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan wali kelas didapatkan

keterangan bahwa: “Dari apa yang saya lihat peserta didik yang terlibat

perkelahian tersebut saling menuduh satu sama lain dan mengatakan

bahwa tindakan yang ia lakukan itu benar pada saat dilakukannya

perdamaian.”83

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap

mau benar sendiri peserta didik dilihat dari sikap peserta didik yang saling

menuduh satu sama lain dan mengatakan bahwa dirinya itu benar dengan

tindakan yang ia lakukan.

Berdasarkan lima kondisi di atas secara keseluruhan dapat

dipahami bahwa perkelahian yang tejadi pada peserta didik berawal dari

perkataan kasar yang dilontarkan oleh temannya pada saat jam pelajaran
82
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN , 10 Oktober 2019
83
Wawancara Pribadi dengan Wali Kelas MZ, 1 November 2019
74

yang membuat peserta didik satunya tidak terima yang menyebabkan

perkelahian dan timbulnya rasa bermusuhan, sikap saling menjauhi, sikap

menang senidri, sikap ingin membalas dan sikap mau benar sendiri.

Berdasarkan interpertasi di atas bahwa kondisi awal masalah yang

tidak dikehendaki guru bimbingan dan konseling ataupun wali kelas

belum ada perubahan dimana menurut pendapat Prayitno bahwa: kondisi

awal dari rasa bermusuhan terhadap pihak lain menjadi rasa damai, sikap

mau menang sendiri menjadi sikap mau memberi dan menerima, sikap

menjauhi menjadi sikap mendekati, sikap ingin membalas menjadi sikap

memaafkan, sikap mau benar sendiri menjadi sikap mau memahami.

Peubahan tersebut diharapkan tidak hanya berhenti pada tingkat

pemahaman dan sikap (fungsi pemahaman) saja, melainkan

teraktualisasikan dalam tingkah laku nyata yang menyertai hubungan

kedua belah pihak. Hubungan yang positif, kondusif dan kontruktif itu

dirasakan membahagiakan pihak-pihak terkait dan memberikan manfaat

yang cukup besar bagi mereka (fungsi pengentasan). 84 Sedangkan saat

dilakukannya perdamaian guru bimbingan dan konseling ataupun wali

kelas belum melihat perubahan kondisi yang dikehendaki dan masih

dengan kondisi awal terjadinya permasalahan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi

yang terjadi pada peserta didik terjadi karena perkataan yang kasar yang

dalontarkan dari salah seorang peserta didik yang menyebabkan

timbulnya kondisi yang tidak diinginkan seperti rasa bermusuhan, sikap


84
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm 3
75

saling menjauhi, sikap menang senidri, sikap ingin membalas dan sikap

mau benar sendiri. Dengan kondisi di atas menyebabkan tidak adanya

hubungan yang positif kondusif dan kontruktif yang dirasakan oleh pihak-

pihak terkait.

B. Pelaksanaan Layanan Mediasi

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencana,

penyusunan rencana. Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah perencanaan layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh.

a. Mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan guru

bimbingan dan konseling diperoleh beberapa informasi dalam

mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan

mediasi yaitu:

“Saya melakukan identifikasi terlebih dahulu, dimana cara saya


mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi peserta
layanan mediasi itu yaitu berdasarkan laporan dari teman-
temannya atau dari wali kelas kemudian peserta didik yang
bertikai tersebut dipanggil dan di konselingi masing-masing
pihak yang bertikai dan di cari penyebab pertikaian tersebut
terjadi”85

Berdasarkan deskripsi di atas bahwa guru bimbingan dan

konseling dalam mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi

peserta layanan dengan cara pertama-tama guru mendapat laporan dari

teman-temannya atau wali kelas setelah mendapat laporan kemudian

85
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 11 Oktober 2019
76

dipangil satu-persatu siswa yang bertikai tersebut untuk mengetahui

penyebabnya.

b. Mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling

di dapatkan keterangan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

menentukan pihak-pihak yang akan menjadi peserta layanan mediasi

yaitu: “Saya melihat keterkaitan langsung dengan pihak yang bertikai

seperti orang tua yang bertikai, kepala sekolah, wakil kepala sekolah

(wakil kesiswaan), tim penegak didiplin, kepolisian (bila

diperlukan).”86

Sehubungan dengan itu di dapat keterangan bagaimana cara guru

bimbingan dan konseling mengatur pertemuan dengan calon peserta

layanan mediasi yaitu:

“Cara saya mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan


yaitu dikomunikasikan terlebih dahulu kepada kepada kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah (wakil kesiswaan) kemudian
ditentukan harinya setelah ditentukan barulah guru bimbingan
dan konseling menentukan siapa-siapa saja yang akan di undang
dalam pelaksanaan layanan.”87

Berdasarkan deskripsi di atas bahwa guru bimbingan dan

konseling bahwa dalam mengatur pertemuan dengan peserta layanan

yaitu terlebih dahulu kita melihat siapa yang berketerkaitan langsung

dengan pihak yang bertikai kemudian barulah guru bimbingam dan

86
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 11 Oktober 2019,
87
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 11 Oktober 2019,
77

konseling menyepakati kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan

layanan mediasi.

c. Menetapkan fasilitas layanan

Sebelum melaksanakan layanan mediasi guru bimbingan dan

konseling hendaknya menetapkan terlebih dahlu fasilitas yang akan

digunakan selama proses layanan mediasi. Berdasarkan wawancara

yang telah dilakukan peneliti didapatkan keterangan bahwa: “Karena

di sekolah ini tidak memiliki jam bk maka layanan mediasi

dilaksanakan pada waktu PBM. Pelaksanaan layanan biasanya

dilakukan di ruangan bimbingan dan konseling.”88

Berdasarkan deskripsi di atas bahwa dalam pelaksanaan layanan

mediasi yang dilakukan guru bimbingan dan konseling biasanya

dilaksanakan di ruang bimbingan dan konseling.

d. Menyiapkan kelengkapan adminitrasi

Dalam pelaksanaan layanan mediasi guru bimbingan dan

konseling terlebih dahulu seharusnya menyiapkan kelengkapan

layanan yang diperlukan dalam proses pelaksanaan layanan mediasi.

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling di

dapatkan keterangan bahwa:

“Saya selalu menyiapakan kelengkapan layanan seperti pena


dan buku dan perlengkapan ruangan, sebelum melaksanakan
layanan mediasi, kita harus mempersiapkan segala sesuatunya
seperti pena dan buku untuk mencatat atau untuk

88
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 11 Oktober 2019
78

mendokumentasikan layanan mediasi. Selain itu saya juga


mempersiapkan diri untuk melaksanakan layanan mediasi.”89

Berdasarkan keterangan di atas bahwa dalam menyiapkan

kelengkapan layanan layanan, guru bimbingan dan konseling juga

harus mempersiapkan diri selain kelengkapan pena, buku dan ruangan

untuk melaksanakan layanan agar tidak terjadi dak diinginkan.

Berdasarkan kegiatan pada tahap perencanaan dapat dipahami

bahwa pada tahap mengidentifikasi pihak-pihak yang menjadi peserta

layanan guru bimbingan dan konseling mendapatkan laporan dari

temannya dan wali kelas, tahap mengatur pertemuan dengan peserta

layanan guru bimbingan dan konseling melihat keterkaitan langsung

dengan pihak yang bertikai, tahap menetapkan fasilitas layanan guru

bimbingan dan konseling melaksanakan layanan mediasi di ruangan

bimbingan dan konseling dan pada tahap menyiapkan kelengkapan

adminitrasi guru bimbingan dan konseling menyiapkan kelengkapan

seperti pena, bukudan kelengkapan ruangan.

Berdasarkan interpretasi data di atas sesuai dengan pendapat

Tohirin bahwa dalam pelaksanaan layanan mediasi ada beberapa

kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu: mengidentifikasi pihak-

pihak yang akan menjadi peserta layanan, mengatur pertemuan

dengan calon peserta layanan, menetapkan fasilitas layanan,

menyiapkan kelengkapan adminitrasi.90 Sedangkan guru bimbingan


89
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 11 Oktober 2019
90
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. h. 204
79

dan konseling di SMK N 4 Payakumbuh dalam perencanaan layanan

mediasi sudah melaksanakan kegiatan yang terdapat dalam

perencanaan layanan.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

perencanaan layanan mediasi guru bimbingan dan konseling ada beberapa

kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah proses, cara, perbuatan, melaksanakan

(rancangan, keputusan).91 Pelaksanaan yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah pelaksanaan layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh.

a. Menerima pihak-pihak yang berselisih

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan

dan konseling di dapatkan keterangan bahwa sambutan hangat yang

diberikan oleh guru bimbingan dan koseling terhadap peserta layanan

mediasi yaitu: “Saya memeberikan sambutan hangat untuk peserta

layanan dengan mempersilahkan masuk sambil tersenyum dan

mempersilahkan untuk duduk agar peserta layanan merasa nyaman.”92

Berdasarkan deskripsi di atas bahwa dalam menerima pihak-pihak

yang berselisih yaitu dengan sambutan hangat yang diberikan guru

bimbingan dan konseling sudah menurut teori yang ada walaupun

tidak berikan sepenuhnya dimana guru mempersilahkan peserta

layanan duduk sambil tersenyum.

91
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Hlm 627
92
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
80

b. Menyelenggarakan penstrukturan

Sebelum membahas masalah yang terjadi terlebih dahulu guru

bimbingan dan konseling melakukan pesntrukturan terlebih dahulu.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru bimbingan

dan konseling di dapatkan keterangan bahwa: “Saya ada melakukan

penstrukturan tapi tidak keseluruhan. Saya hanya memberitahukan

kepada mereka bahwa layanan ini hanya untuk membantu

menyelesaikan pertikaian yang terjadi di antara mereka.”93

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami guru bimbingan

dan konseling bahwa guru bimbingan dan konseling hanya melakukan

pestrukturan dengan menjelaskan tujuan dari layanan mediasi.

c. Membahas masalah yang dirasakan

Setelah guru bimbingan dan konseling melakukan penstrukturan

baru guru bimbingan dan konseling membahas masalah dengan

peserta layanan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan

guru bimbingan dan konseling di dapatkan keterangan bahwa

bagaimana cara merumuskan masalah peserta layanan yaitu: “Cara

saya memulai membahas masalah yang dirasakan peserta yaitu

dengan mengatakan bahwa saya telah mengetahui masalah yang

mereka alami sehingga menyebabkan mereka seperti sekarang”

Sehubungan dengan yang di atas didapatkan kendala dalam

merumuskan masalah peserta layanan mediasi yaitu:

93
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
81

“Cara saya merumuskan masalah yang disampaikan peserta


layanan yaitu dengan cara mendengarkan apa yang
disampaikan pesera layanan kemudian pahami kemudian
barulah saya simpulkan masalah yang telah disampaikan
dan kendala yang saya dapat dalam merumuskan masalah
peserta layanan yaitu pihak yang dikirim undangan tidak
hadir, peserta layanan suka tidak jujur, terkadang dalam
proses mediasi pihak-pihak yang diikutsertakan dalam
mediasi suka membatah dan kurang mendukung struktur
dalam layanan mediasi, para peserta layanan tidak mau
mengaju dan saling meyalahkan satu sama lain.”94

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa

bahwa dalam layanan mediasi guru bimbingan dan konseling juga

mempunyai kendala-kendala tertentu yang dirasakan dalam

merumuskan masalah peserta layanan yaitu ketidakhadiran peserta

layanan, ketidakjujuran peserta layanan dan saling menyalahkan satu

sama lain.

d. Menyelenggarakan pengubahan tingkah laku

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling bagaimana langkah-langkah yang dilakukan

guru bimbingan dan konseling untuk pengubahan tingkah laku

didapatkan keterangan bahwa: “Yang saya lakukan untuk pengubahan

tingkah laku peserta layanan yaitu dengan memberikan konseling

perorangan, melihat ke kelas setiap hari dan memberikan nasehat-

nasehat.”95
94
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
95
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
82

Sehubungan dengan pengubahan tingkah laku peserta layanan,

tingkah laku yang diharapkan guru bimbingan dan konseling yaitu:

“Yang saya harapkan dalam layanan mediasi ini yaitu agar peserta

layanan menyadari kesalahan masing-masing, berdamai dan tidak

saling menjauhi satu sama lain.”96

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan

konseling mengenai pengubahan tingkah laku dapat dipahami peserta

layanan mediasi bahwa setiap guru bimbingan dan konseling dan

konseling menginginkan perubahan terhadap tingkah laku peserta

layanan dengan memberikan tindakan selesai melaksanakan layanan

mediasi yaitu konseling perorangandan nasehat-nasehat agar peserta

layanan meyadari kesalahan yang telah diperbuat tanpa saling

menyalahkan satu sama lain.

e. Membina komitmen

Setelah melakukan pengubahan tingkah laku peserta layanan

kemudian guru bimbingan dan konseling meminta komitmen masing-

masing peserta layanan untuk ke depannya. Berdasarkan wawancara

yang telah dilakukan di dapatkan keterangan bahwa: “Kalau

komitmen peserta layanan itu tergantung kondisi di lapangan atau di

sekolah karena setiap hari mereka dipantau. Apakah komitmen

96
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
83

tersebut dijalankan dengan baik atau tidak bisa kita lihat dari

hubungan mereka.”97

Berdasarkan keterangan di atas bahwa komitmen yang telah

disampaikan peserta layanan tersebut telah sesuai atau belumnya

dengan apa yang mereka sampaikan dilihat dari bagaimana kondisi

siswa tersebut dilapangan atau di sekolah.

f. Melakukan penilaian segera

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling didapatkan keterangan bahwa: “Saya tidak

melakukan penilaian segera, disini saya melakukan penilain jangka

panjang.”

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa guru

bimbingan dan konseling tidak melakukan penilaian segera tapi hanya

melakukan penilaian jangka panjang.

Berdasarkan kegiatan pada tahap pelaksanaan ini dapat dipahami

bahwa dalam tahap menerima pihak yang berselisih guru bimbingan

dan konseling memberikan sambutan hangat dengan mempersilahkan

masuk sambil tersenyum, tahap menyelenggarakan penstrukturan guru

bimbingan dan konseling tidak melakukan penstrukturan penuh, tahap

membahas masalah yang dirasakan guru bimbingan dan konseling

sudah mengetahui permasalahan yang sedang dialami peserta didik,

97
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
84

tahap menyelenggarakan pengubahan tingkah laku dengan melakukan

konseling perorangan, tahap membina komitmen tergantung kondisi

dilapangan dan tahap penilaian segera guru bimbingan dan konseling

tidak melakukannya.

Berdasarkan interpertasi di atas sesuai dengan pendapat Tohirin

bahwa: dalam pelaksanaaan layanan mediasi ada beberapa kegiatan

pada tahap ini yaitu menerima pihak-pihak yang berselisih atau

bertikai, menyelenggaraka penstrukturan layanan mediasi, membahas

masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak yang menjadi peserta

layanan, menyelenggarakan pengubahan tingkah laku peserta layanan,

membina komitmen peserta layanan demi hubungan baik dengan

pihak-pihak lain, melakukan penilaian segera.98 Sedangkan dalam

pelaksanaan layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh guru

bimbingan dan konseling pada pelaksanaan pada tahap terakhir yaitu

melakukan penilaian segera guru bimbingan dn konseling tidak

memberikan penilaiannya.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan guru bimbingan dan konseling tidak melakukan salah

satu kegiatan pada tahap pelaksanaan yaitu melakukan penilaian

segera.

3. Penilaian (Evaluasi)

98
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2007. h. 204
85

Fokus evaluasi ini adalah kualitas hubungan antar peserta layanan,

khusunya hubungan antara dua belah pihak yang berselisih. Indikatornya

adalah apakah masalah yang ada di antara mereka sudah benar-benar

mereda, sudah hilang sama sekali, atau apakah sudah berkembangan

hubungan yang harmonis, saling mendukung yang bersifat positif dan

produktif, evaluasi atau penilaian jangka panjang.

Berdasarkan wawancara yang telah di lakukan dengan guru

bimbingan dan konseling didapatkan bahwa:

“Saya melakukan penilaian, tapi penilaian yang saya berikan hanya


penilaian jangka panjang karena menurut saya berhasil atau
tidaknya layanan mediasi dilihat dari hubungan peserta didik yang
bertikai tersebut apakah pergaulannya masih bermusuhan atau
sudah benar-benar berdamai setelah pelaksanaan layanan mediasi.
Selain itu saya juga melakukan observasi, wawancara dan
konseling perorangan dengan peserta didik yang bertikai tersebut
untuk melihat perubahan yang terjadi. ”99

Berdasarkan wawancara di atas apa yang dilakukan dengan guru

bimbingan dan konseling dapat dipahami bahwa penilaian yang dilakukan

guru bimbingan dan konseling yaitu penilaian jangka panjang dimana

penilaian tersebut dilakukan beberapa hari setelah dilakukan layanan

mediasi.

Berdasarkan interpretasi di atas apa yang telah di sampaikan guru

bimbingan dan konseling belum tepat karena menurut pendapat Prayitno

penilaian selama layanan mediasi tersebut ada tiga penilaian yaitu

penilaian jangka segera, penilaian jangka pendek dan penilaian jangka

99
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
86

panjang.100 Sedangkan guru bimbingan dan konseling hanya memberikan

penilaian jangka panjang dimana guru melihat penilaian tersebut dilihat

dari berhasil atau tidaknya layanan setelah melakukan layanan dengan

melihat hubungan siswa yang tertikai tersebut, apakah masih dalam

keadaan yang bermusuhan atau sebaliknya.

Berdasarkan keterangan di atas bahwa analisis hasil yang di dapat

yaitu penilaian yang dilakukan pada saat melaksanakan layanan ada tiga

yaitu penilaian jangka segera, penilaian jangka pendek dan penilaian

jangka panjang, sedangkan fakta yang di dapatkan dari bimbingan dan

konseling bahwa penilaian yang dilakukan hanya penilaian jangka

panjang.

4. Analisi hasil evaluasi

Analisi hasil evaluasi adalah menafsirkan hasil evaluasi dalam

kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami oleh

pihak-pihak yang telah mengikuti layanan mediasi.101 Berdasarkan hail

wawancara yang telah dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling

didapatkan keterangan bahwa: ”Saya tidak melakukan analisis hasil

evaluasi”102

Berdasarkan deskripsi di atas bahwa apa yang telah dilakukan guru

bimbingan dan konseling belum tepat karena setelah melakukan evaluasi

guru bimbingan dan konseling seharusnya menganalisis hasil evaluasi

100
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm 28
101
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm 36
102
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
87

tersebut untuk melihat ketuntasan penyelesaian masalah yang di alami

peserta didik.

Berdasarkan interpretasi di atas bahwa apa yang dilakukan oleh

guru bimbingan dan konseling belum sesuai dengan pendapat Prayitno

bahwa: analisis hasil evaluasi dengan menafsirkan hasil evaluasi dalam

kaitannya dengan ketuntasan penyelesaian masalah yang dialami oleh

pihak-pihak yang mengikuti layanan mediasi. Oleh karena itu, kegiatan

analisis bimbingan dan konseling menjadi satu bagian yang tidak

terpisahkan dari kegiatan evaluasi bimbingan dan konseling itu sendiri.103

Sedangkan guru bimbingan dan konseling di SMK N 4 Payakumbuh tidak

melakukan analisis hasil evaluasi.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa guru

bimbingan dan konseling tidak melakukan analiasi hasil evaluasi dimana

analisis hasil evaluasi tersebut adalah satu bagian yang tidak bisa

terpisahkan dari kegiatan hasil evaluasi untuk ketuntasan penyelesaian

masalah yang dialami peserta didik.

5. Tindak lanjut

Tindak lanjut adalah menyelenggarakan layanan mediasi lanjutan

untuk membicarakan hasil evaluasi dan memantapkan upaya perdamaian

diantara pihak-pihak yang terlibat. Berdasarkan hasil wawancara yang

telah dilakukan dengan guru bimbingan dan konselingdidapatkan

keterangan bahwa:
103
Rita Framika, Pelaksanaan Layanan Mediasi Oleh Guru Bimbingan dan Konseling
Terhadap Peserta Didik Yang Berselisih di MTsN Lembah Gumanti Kabupaten Solok (e-Jurnal:
Bimbingan dan Konseling, 2014) , hlm. 5
88

“Tindak lanjut yang saya lakukan jika peserta didik yang bertikai
tersebut masih dengan keadaan yang sama yaitu dengan memantau
dan memanggil mereka kembali setelah berselang beberapa hari
dengan melakukan layanan yang sama tanpa melibat pihak lain
yang datang pada saat pelaksanaan layanan mediasi
sebelumnya.”104

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa yang akan

diberikan guru bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang

melaksanakan layanan mediasi yaitu dengan memantau dan memanggil

mereka kembali setelah berselang beberapa hari untuk menanyakan

hubungan mereka.

Berdasarkan interpretasi di atas belum sesuai dengan pendapat

Prayitno bahwa berbagai jenis layanan konseling lainnya terbuka untuk

lebih memantapkan pengentasan masalah yang dibahas. Layanan-layanan

lain itu juga dapat merupakan layanan tindak lanjut. Misalnya ada pihak

yang termasuk di dalam masalah yang telah diselesaikan itu ingin

menindaklanjuti hal tertentu dengan menggunakan layanan KP, ORIN,

INF, BKP dan lain-lain.105 Sedangkan di SMK N 4 Payakumbuh guru

bimbingan dan konseling hanya memantau dan memanggil mereka

kembali setelah bebarapa hari pelaksanaan layanan dilakukan.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tindak lanjut

yang diberikan guru bimbingan dan konselinng yaitu dengan memantau

104
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019

105
Prayitno, Layanan L1-L9, (Universitas Negeri Padang, 2004), hlm 29-30
89

dan memanggil peserta didik yang bertikai itu kembali untuk melakukan

layanan mediasi.

6. Laporan

Laporan adalah tahap akhir dari sebuah layanan. Dalam laporan

berisi tentang langkah-langkah pelaksanaan layanan. Berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan dengan guru bimbingan dan konseling

didapatkan keterangan bahwa: “Laporan dari pelaksanaan layanan

mediasi yang saya laksanakan yaitu dalam bentuk absen layanan mediasi,

catatan hasil dari layanan mediasi dan dokumentasi dalam bentuk foto

pelaksanaan layanan mediasi”.106

Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa apa yang

telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling berkenaan dengan

laporan yaitu absen, catatan hasil mediasi dan foto pelaksanaan layanan

mediasi.

Berdasarkan interpertasi di atas tidak sesuai dengan pendapat

Prayitno bahwa dalam laporan pelaksanaan layanan mediasi terdapat

beberapa hal dalam laporan yaitu membicarakan laporan dengan yang

diperlukan oleh pihak-pihak peserta layanan mediasi, mendokumentasikan

laporan layanan mediasi. Sedangkan di SMK N 4 Payakumbuh yang

dilakukan guru bimbingan dan konseling yang sesuai dengan teori yaitu

hanya dokumentasi yang berupa foto pelaksanaan layanan mediasi.

106
Wawancara Pribadi dengan Guru Bimbingan dan Konseling MN, 18 Oktober 2019
90

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa laporan

yang telah dibuat guru bimbingan dan konseling hanya berupa

dokumentasi yang berupa foto pelaksanaan layanan mediasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi pertikaian antar peserta didik pada saat

jam pelajaran berlangsung menyebabkan peserta didik memiliki sikap

saling menjauhi dan memusuhi, sikap mau menang sendiri, sikap ingin

membalas, sikap mau benar sendiri, sikap bersaing dan dalam keadaan

tidak tegur sapa. dalam pelaksanaan layanan mediasi guru bimbingan dan

konseling melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, laporan. Berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling

didapatkan bahwa:

a. Guru bimbingan dan konseling, mengidentifikasi pihak-pihak yang

akan menjadi peserta layanan berdasarkan laporan dari teman-

temannya.

b. Guru bimbingan dan konseling menerima pihak yang bertikai untuk

melaksanakan layanan mediasi dengan baik.

c. Guru bimbingan dan konseling tidak menjelaskan tentang apa itu

layanan mediasi, sehingga siswa tidak mengetahui layanan yang

diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.

d. Guru bimbingan dan konseling hanya menjelaskan tujuan dan tidak

menjelaskan manfaat layanan mediasi itu sendiri.


91

e. Guru bimbingan dan konseling menyediakan peralatan seperti pena,

buku sebelum melaksanakan layanan mediasi

f. Guru bimbingan dan konseling membahas masalah peserta didik yang

bertikai dengan melibatkan kedua belah pihak secara adil dan tidak

memihak, mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan peserta

didik.

g. Dalam evaluasi (penilaian) guru bimbingan dan konseling hanya

memberikan penilaian jangka panjang yang dilihat dari perubahan

setelah beberapa hari diberikan layanan mediasi karena menurut guru

bimbingan dan konseling berhasil tidaknya layanan mediasi dilihat dari

hubungan peserta didik yang bertikai.

h. Guru bimbingan dan konseling menindaklanjuti layanan mediasi

dengan cara memantau dan memanggil kembali setelah berselang

beberapa hari.

i. Guru bimbingan dan konseling mendokumentasikan pelaksanaaan

layanan mediasi walaupun tidak semuanya.


92

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di

SMK N 4 Payakumbuh tentang pelaksanaan layanan responsif melalui

strategi mediasi di SMK N 4 Payakumbuh untuk mengatasi masalah sosial

siswa dapat disimpulkan bahwa layanan mediasi adalah layanan konseling

yang dilaksanakan oleh konselor terhadap dua pihak atau lebihnyang

saling tidak menemukan kecocokan.

Pelaksanaan layanan mediasi di SMK N 4 Payakumbuh meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penilaian, analisis hasil evaluasi tindak lanjut

dan laporan. Perencanaan yang dilakukan guru bimbingan dan konseling

sudah baik yang meliputi mengidentifikasi pihak-pihak yang akan menjadi

peserta layanan, mengatur pertemuan dengan calon peserta layanan,

menetapkan fasilitas layanan, menyiapkan kelengkapan adminitrasi.

Dalam tahap pelaksanaan layanan yang meliputi: menerima pihak-

pihak yang berselisih atau bertikai, menyelenggaraka penstrukturan

layanan mediasi, membahas masalah yang dirasakan oleh pihak-pihak

yang menjadi peserta layanan, (menyelenggarakan pengubahan tingkah

laku peserta layanan, membina komitmen peserta layanan demi hubungan

baik dengan pihak-pihak lain, melakukan penilaian segera. Dari beberapa

tahap tersebut guru bimbingan dan konseling tidak melakukan

penstrukturan penuh dalam pelaksanaan.


93

Selanjutnya dalam tahap penilaian guru bimbingan dan konseling hanya

melakukan penilaian jangka panjang dimana setelah beberapa hari layanan

mediasi dilaksanakan, kemuadian dalam analisis hasil evaluasi guru

bimbingan dan konseling tidak melakukannya dan tindak lanjut yang

dilakukan guru bimbingan dan konseling yaitu dengan memberikan

layanan sama dan laporan yang dilakukan yaitu dalam bentuk catatan hasil

layanan dan foto pelaksanaan layanan mediasi.

B. Saran

1. Guru bk, hendaknya lebih memahami tentang pelaksanaan layanan

mediasi baik itu dari segi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis

evaluasi dan tindak lanjut.

2. Kepala sekolah, hendaknya lebih memantau pekerjaan guru bk dalam

melakukan tugasnya.

3. Peneliti selanjutnya, bisa melakukan penelitian lanjutan dengan

variabel yang berbeda.


94

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmadi Rulam.2014metode penelitian Kualitatif, Yogyakarta: AR-RUZZ


MEDIA

Amti Erman & Prayitno .2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta

Bungin Burhan.2007.Penelitian Kualitatif, ekonomi, kebijkan Politik, dan Ilmu


Sosial lainnya, Jakarta: Fajar Interpratama Offset

Framika Rita,2014. Pelaksanaan Layanan Mediasi Oleh Guru Bimbingan dan


Konseling Terhadap Peserta Didik Yang Berselisih di MTsN Lembah
Gumanti Kabupaten Solok, e-Jurnal: Bimbingan dan Konseling
Gunawan Imam.2015.Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara

Hikmawati Fenti.2008.Bimbingan dan Konseling, Bandung, Remaja Rosdakarya

http://aditz19.wordpress.com/2011/03/12/pengertian-mediasi/

http://www.pn-yogyakota.go.id/pnyk/utama/arti/lambang/19-layanan-
mediasi.html

Jauhar Mohammad &Sulistyarini .2014.Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi


Pustakaraya

Kriyanto Rahmad. 2006. Teknik Pratis Riset Komunikasi, (Jakarta: Pernada Media
Group
Moleong J Lexi.1999.Metode Peneltian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda
Karya

Prayitno. 2004. Layanan L1-L9.UNP: Jurusan Bimbingan dan Konseling

Tohirin.2014.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prayitno. 2004.Layanan Mediasi, Jurusan, Bimbingan dan Konseling Fakultas


Ilmu Pendidikan Universitas negeri Padang

Puskur. 2006. Panduan Pengembangan Diri, Jakarta: Depdiknas


95

Santosa Budi .2014.Studi Kasus Bimbingan dan Konseling, Bukittinggi: LP2M

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suhertina. 2008.Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Suska Press

Taufik.2009.Model-Model Konseling, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas


Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Yusri Fadhilla, Instrumentasi Non Tes Dalam Konseling, (Padang Panjang:


P3SDM Melati Publishing

Yusri, F. (2019). Penguasaan Kompetensi Konselor Mahasiswa Peserta Program


Pengalaman Lapangan (PPL) Prodi Bimbingan Konseling IAIN Bukittinggi.
Jurnal Al-Taujih, 5(2), 183-195.
96
97
98
99
100

Anda mungkin juga menyukai