Anda di halaman 1dari 12

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya

Nita Yusniar1, Khairuddin2, Dodi Pasila3


1
Prodi Bimbingan dan Konseling, IAIN Bukittinggi, Indonesia
2
Prodi Bimbingan dan Konseling, IAIN Bukittinggi, Indonesia
3
Prodi Bimbingan dan Konseling, IAIN Bukittinggi, Indonesia
nitayusniar43@gmail.com

ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana interaksi siswa yang
menjadi korban bully. Metodologi penelitian digunakan adalah kualitatif yang bersifat deskriptif.
Wawancara yang peneliti lakukan kepada siswa korban bullying, wali kelas, dan guru BK yang
dapat memberikan informasi-informasi yang akan dikembangkan. Teknik pengumpulan data adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah reduksi
data, display data, verifikasi data, sedangkan teknik keabsahan data yang peneliti gunakan adalah
triangulasi data yang diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Hasil dari penelitian diperoleh bahwa dilihat dari
segi siswa berusaha untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh serta mencoba untuk
bersaing secara sehat agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Berdasarkan dari bentuk persesuaian
siswa kurang peduli dengan hal apa saja yang terjadi dan bersikap acuh tak acuh terhadap sekitar
lingkungan sekolahnya. Dilihat dari bentuk perbedaan, terindikasi bahwa siswa sebenarnya merasa
kesulitan untuk bisa menyesuaikan diri dengan teman yang tidak di sukainya.

Kata Kunci : Interaksi Sosial, Bullying.

ABSTRACT: The purpose of this study is to understand how the interaction of students who are
victims of bullying. The research methodology used is descriptive qualitative. Interviews that
researchers conducted to students who were victims of bullying, homeroom teachers, and BK
teachers who could provide information that would be developed. Data collection techniques are
observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques that researchers use are data
reduction, data display, data verification, while the data validity technique that researchers use is
data triangulation which is interpreted as data collection techniques that are combining of various
existing data collection techniques. The results of the study found that in terms of students trying to
study hard and earnest and try to compete in a healthy manner in order to get the desired results.
Based on the form of conformity students are less concerned with what happens and be indifferent
to the environment around their school. Viewed from the form of difference, it is indicated that
students actually find it difficult to adjust to friends they don't like.

Keywords: Social Interaction, Bullying.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu proses untuk membentuk perilaku peserta didik kearah yang lebih baik,
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berfungsi dan bertujuan sebagaimana yang terdapat didalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu: “Untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
[ CITATION SIS03 \l 1057 ].
Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian dan
tingkah laku moral anak. Namun di sekolah-sekolah pada zaman sekarang ini, pendidikan moral sering menjadi
mata pelajaran yang memilki jam pelajaran yang sangat sedikit. Misalnya pelajaran bimbingan konseling, di
dalam seminggu pelajaran tersebut hanya diberi jam masuk kelas sekitar 45 menit, bahkan di sekolah-sekolah
lainnya ada yang tidak memilki jam masuk kelas.
Proses perkembangan anak memerlukan adanya kemampuan interaksi sosial yang baik, kemampuan
interaksi sosial inilah yang nantinya akan membantu seseorang dapat berbaur dengan lingkungannya. H. Bonner
dalam Slamet Santosa berpendapat bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih,
ketika kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan yang lain atau

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 1


sebaliknya[ CITATION Sla09 \l 1057 ] . Menurut Soejono Soekanto syarat interaksi sosial yaitu adanya kontak
sosial dan adanya komunikasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan individu dengan
individu lainnya dimana antar individu tersebut saling mempengaruhi sehingga interaksi yang terjadi akan
memberikan perubahan. Interaksi yang baik dan ideal bagi siswa yakni hubungan yang dapat berlangsung serta
dilakukan secara menyeluruh antara siswa satu dengan siswa yang lain dan di dalamnya tidak ada batasan dalam
proses sosialisasi atau pergaulan dari setiap siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Interaksi sosial
mempunyai arti penting bagi siswa dalam kehidupannya serta mempengaruhi tingkah laku siswa.
Perkembangan anak tidak selalu berjalan optimal, terdapat banyak hal yang menghambat dalam proses
perkembangan anak. Salah satu faktor penghambat dalam perkembangan anak adalah bullying. Menurut Semai
Jiwa Amini bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang
dilakukan oleh seseorang/kelompok[ CITATION Yay08 \l 1057 ].
Bullying merupakan suatu pola perilaku yang bersifat negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dan
bertujuan negatif pula. Perilaku tersebut mengarah langsung dari anak yang satu ke anak yang lain karena
adanya ketidakseimbangan kekuatan. Liness dalam Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti, mendefinisikan
perilaku bullying sebagai intimidasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok baik secara fisik, psikologis,
sosial, verbal atau emosional, yang dilakukan secara terus menerus[ CITATION FYu17 \l 1057 ].
Bentuk yang paling umum terjadi pada kasus bullying di sekolah adalah pelecehan verbal, yang bisa
datang dalam bentuk ejekan, menghina, menggoda atau meledek seseorang. Kasus bullying yang awalnya hanya
secara verbal dapat pula menyebabkan munculnya perlakuan yang lebih berbahaya, seperti pelecehan secara
fisik bahkan sampai menyebabkan kematian. Bullying berpengaruh terhadap kehidupan sosial anak terutama
pada korbannya. Bullying juga dapat menjadi penghambat dalam perkembangan interaksi sosial anak.
Bullying membuat anak menjadi tidak dapat berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan sosial di
sekitarnya. Biasanya korban yang dibully merupakan anak yang pendiam, dan anak yang sulit bergaul dengan
teman di sekitarnya.
Bullying terjadi karena adanya beberapa faktor penyebab yaitu, perbedaan ekonomi, agama, gender, dan
kebiasaan senior menghukum juniornya, perasaan iri hati, selain itu pelaku melakukan bullying untuk
meningkatkan popularitasnya di kalangan teman sepermainannya. Sedangkan siswa yang menjadi pelaku
bullying cenderung memiliki permasalahan dengan lingkungan dan keluarganya, misalnya siswa yang dulunya
sering dibully temannya, siswa yang sering dihukum oleh orangtuanya secara berlebihan sehingga siswa tersebut
melakukan hal itu kepada teman-temannya.
Islam mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk berperilaku sesuai dengan tuntunan alquran dan
hadis agar mereka bahagia dunia dan akhirat. Dalam islam bullying sangat di larang karena sangat merugikan
orang lain. Sebagaimana dijelaskan didalam Alqur’an surat Al Hujarat ayat 11:
              
              
            
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula suka
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang zalim”[CITATION Dep14 \l 1057 ].
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah SWT,
sehingga tidak berhak seorang individu merasa atau meninggikan diri di hadapan orang lain, apalagi sampai
melakukan bullying, hal itu mutlak dilarang oleh Allah. Belum tentu orang yang direndahkan (di-bully) lebih
buruk dari yang merendahkan karena bisa jadi sebaliknya.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 14 mei 2019, peneliti melihat terdapat tiga
orang siswa yang menjadi korban bully oleh teman-temannya sekolah. Terlihat bahwa teman-temannya
menjahili dan mengejek korban. Memanggil temannya dengan nama yang aneh “apuak” bagi temannya yang
memiliki ukuran tubuh yang berbadan, dan “kalek” bagi temannya yang memiliki warna kulit yang agak gelap.
Hal tersebut membuat korban menjadi kurang percaya diri, merasa minder dengan temannya sehingga siswa
tersebut lebih suka diam. Karena hal tersebut siswa kesulitan dalam bergaul dan berkomunikasi dengan
temannya di kelas sehingga interaksi yang ditimbulkan tidak berjalan dengan baik dan siswa selalu memiliki
perasaan takut akan di jahili oleh temannya.
Hal ini dapat diperkuat dengan adanya wawancara yang peneliti lakukan dengan guru Bk di SMAN 1
Tanjung Raya yaitu ibu UM, bahwasanya terdapat siswa yang menjadi korban bully, karena hal tersebut siswa
yang awalnya aktif di kelas menjadi tidak aktif lagi, siswa yang mau berpartisipasi di kelas menjadi pendiam.
Siswa yang menjadi korban bully oleh teman-temannya lebih suka menyendiri. Terlihat bahwa siswa yang
menjadi korban bully merasa kurang percaya diri, menjadi pendiam dan merasa minder. Sehingga merasa
kesulitan dalam berinteraksi dengan teman-teman di sekitarnya, kurang memiliki teman dan sulit untuk
Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 2
melakukan komunikasi dengan temannya. Bahkan saat belajar pun siswa tersebut sering dicemooh dan diejek
oleh teman-temannya.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif, yaitu suatu
pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar,
dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari
situasi yang alamiah[ CITATION Dja12 \l 1057 ].
Penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Tanjung Raya yaitu menggambarkan jenis penelitian deskriptif
kualitatif yaitu suatu penelitian menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variable, gejala atau
keadaan[ CITATION Suh13 \l 1057 ].
Dalam membahas bagaimana Interaksi sosial siswa korban bullying di SMAN 1 Tanjung Raya. Dalam
penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana realita yang terjadi di lapangan mengenai Interaksi sosial
siswa korban bullying di SMAN 1 Tanjung Raya.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghimpun dan pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik yaitu:
1. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang memiliki ciri-ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner [ CITATION Sug16 \l 1057 ].
Teknik observasi yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah teknik observasi non partisipan. Observasi
non partisipan yakni peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen [ CITATION Sug16 \l
1057 ]. Pemilihan teknik jenis ini dilakukan agar peneliti dapat lebih fokus dalam melakukan pengamatan
terhadap penelitian yang sedang dilakukan sehingga data observasi yang dihasilkan benar-benar valid dan
sesuai dengan kondisi yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti juga akan menggunakan strategi
pendekatan yang beragam stimulant mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancarai responden dan
informan dan juga melakukan intropeksi.
Petunjuk observasi atau mengadakan pengamatan menurut Rummed sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan tentang apa yang akan diobservasi
b. Kejelasan tujuan penelitian akan menuntun dan mempermudah apa yang diobservasi
c. Menentukan cara untuk mencatat hasil observasi
d. Peneliti membuat tingkatan
e. Berlaku sangat cermat dan kritis
f. Mencatat tiap-tiap gejala secara terpisah mengenai data yang memang dibutuhkan
g. Mengetahui secara benar alat yang dibutuhkan dan penggunaannya sebelum observasi [ CITATION
Cho15 \l 1057 ].
Bentuk/ Teknik pencatatan yang peneliti gunakan ialah metode Anecdotal Record, yaitu penulis
hanya membawa kertas kosong saja untuk mencatat perilaku yang khas, unik dan penting yang dilakukan
subjek penelitian, mencatat dengan teliti dan merekam prilaku yang dianggap penting dan bermakna
sesegera mungkin setelah perilaku tersebut muncul [ CITATION Harta \l 1057 ].
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang berbentuk pertanyaan secara lisan. Pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara itu sudah disiapkan dan sudah dilengkapi dengan instrumennya [ CITATION
Nan00 \l 1057 ]. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara semi-terstruktur. Wawancara
semi-terstruktur lebih tepat dilakukan penelitian kualitatif dari pada penelitian lainnya. Ciri-ciri dari wawancara
semi-terstruktur adalah pertanyaan terbuka. Namun ada batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan
wawancara dapat diprediksi, fleksibel tetapi terkontrol, ada pedoman wawancara yang dijadikan patokan alur,
urutan dan penggunaan kata, dan tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena [ CITATION
Har01 \l 1057 ]. Wawancara semi-terstruktur, yaitu peneliti mengadakan komunikasi secara langsung dengan
anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
dampak prilaku yang ditimbulkan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar tersebut.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif [ CITATION Sug16 \l 1057 ] . Dokumentasi dalam
penelitian ini merupakan suatu teknik pengumpulan data berupa catatan-catatan penting yang dapat memperkuat
hasil penelitian sehingga data dapat diperoleh lengkap, sah dan bukan hasil rekayasa pikiran penulis semata.
Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 3
Adapun dokumen peneliti mencari sumber informasi seperti dengan melihat arsip atau dokumentasi yang ada di
lapangan tempat penelitian, dalam hal ini penulis melihat data riwayat hidup korban bullying, sosiometri guna
melihat interaksi korban bully di SMAN 1 Tanjung Raya.

Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul yang peneliti peroleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang
diperoleh kemudian diolah dengan cara menyeleksi data atau informasi kemudian diklasifikasikan setelah itu
diadakan analisis data.
Teknik analisis data yang dilakukan adalah:[ CITATION Lex01 \l 1057 ]
1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
2. Reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi ini merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses dan pernyataan perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Selanjutnya
adalah untuk penyusunan dalam satuan-satuan.
3. Satuan-satuan ini kemudian dikategorikan. Kategori ini dilakukan sambil membuat koding. Koding
adalah mengklarifikasi data dan mengelompokkannya.

Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi data berarti
adanya informan yang berbeda atau adanya sumber data yang berbeda mengenai sesuatu. Triangulasi
dilakukan untuk memperkuat data, untuk membuat peneliti yakin terhadap kebenaran dan kelengkapan data.
Triangulasi tersebut dapat dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas dengan adanya, sampai yakin
datanya valid[ CITATION Nan00 \l 1057 ] . Triangulasi adalah tekinik pengecekan data dengan cara
pemeriksaan ulang. Pemeriksaan keabsahan data dengan cara triangulasi dilakukan untuk meningkatkan
derajat kepercayaan dan keakuratan data. Triangulasi data dengan sumber lainnya berarti memabandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan data yang berbeda
dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara:
1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan [ CITATION Lex01 \l
1057 ].

Hasil dan Pembahasan

Dalam bab IV ini penulis akan menyajikan hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan di SMAN 1
Tanjung Raya. Proses penelitian ini berjalan sejak bulan oktober sampai dengan desember 2019. Peneliti
melaksanakan observasi dan wawancara kepada informan kunci yaitu siswa korban bully dan informan
pendukung yaitu guru BK dan juga wali kelas. Penelitian yang dilaksanakan peneliti yaitu berkenaan dengan
interaksi sosial siswa korban bullying di SMAN 1 Tanjung Raya.
Data yang disajikan dalam penelitian ini berbentuk kualitatif berupa gambaran yang diperoleh di
lapangan kemudian dianalisa. Data tersebut berasal dari hasil observasi dan didukung oleh hasil wawancara
yang peneliti lakukan di lapangan.

Gambaran Umum Siswa Korban Bully

1. AD (nama inisial)
AD merupakan siswi yang baik, rajin, namun sedikit pendiam dan suka menyendiri. Dalam belajar
AD lebih suka belajar sendiri daripada belajar bersama dengan teman-temannya. AD kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan teman-temannya sehingga AD tidak punya teman belajar. AD dikucilkan dan
menjadi bahan bullyan oleh teman-temannya.
2. DA (nama inisial)
DA adalah seorang siswa perempuan yang memiliki berat badan yang agak berlebih, pendiam, dan
penakut. DA sering diejek oleh teman-temannya sehingga mendapatkan julukan yang tidak disukai
olehnya. DA merasa dikucilkan sehingga dia kurang percaya diri di dalam kelas dan kesulitan dalam
berinteraksi dengan teman-temannya.
3. E (nama inisial)
E adalah seorang siswa laki-laki yang sedikit pemalu, lembut, kurang percaya diri dan suka diam. E
kurang paham dengan bahasa minang karna dia sudah lama tinggal di pekanbaru dan saat berkomunikasi E

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 4


lebih lihai dalam menggunakan bahasa indonesia. Namun teman-teman di kelasnya suka membully nya
karna hal tersebut, mereka suka mengolok-olok E dan membuatnya menjadi bahan ledekan.

Interaksi sosial siswa korban bullying di SMAN 1 Tanjung Raya

Untuk mendapatkan keterangan lebih mendalam lagi berdasarkan dari hasil observasi serta wawancara
yang telah peneliti lakukan dengan satu orang informan selama kurang lebih 1 bulan, di dapatkan data hasil dari
ungkapan wawancara yang dijelaskan oleh informan kepada peneliti sebagai berikut:
1. Kerja Sama
Kerja sama merupakan suatu bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota yang lain atau kelompok
yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota lain atau tujuan anggota kelompok secara keseluruhan
sehingga setiap individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu lain yang mencapai tujuan. Kerja
sama dalam penelitian ini lebih mengarah pada bagaimana cara siswa dalam mengerjakan tugas-
tugaskelompok. Seperti apa respon yang diberikan oleh siswa tersebut ketika dalam melakukan kegiatan
kelompok.
Timbulnya kerja sama yaitu apabila siswa menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan atau
kepentingan yang sama dan pada saat yang sama mempunyai pengetahuan yang cukup serta pengendalian
diri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama.
Hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 4 november 2019, untuk melihat interaksi sosial
yang dialami oleh siswa salah satunya dapat dilihat dari bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu dengan kerja
sama. Terlihat bahwa kerja sama siswa korban bully kurang baik, karena siswa tersebut kurang
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa AD mengenai cara AD
berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok didapatkan hasil sebagai berikut:
“Ketika saya disuruh untuk mengerjakan tugas kelompok, saya hanya diam dan tidak mau
berpartisipasi dalam kelas dan bahkan ketika mengerjakan tugas kelompok saya lebih suka
mengerjakannya dengan cara sendiri, maka dari itu teman saya suka menertawakan saya saat saya
mencoba berpartisipasi di dalam kelas bahkan saya juga pernah di dorong hingga saya
terjatuh”[ CITATION AD19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas ibu SZ , terkait pertanyaan diatas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
“Saya melihat bahwa siswa tersebut lebih banyak diam saat belajar kelompok, dan siswa tersebut
kurang berpartisipasi dan kurang aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok, siswa tersebut lebih suka
mengerjakan tugas kelompok secara sendirian bahkan siswa tersebut sulit berinteraksi dengan teman-
temannya di kelas”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yaitu ibu UM,
didapatkan hasil sebagai berikut:
“Menurut pengamatan saya mengenai siswa AD dapat dilihat bahwa saat belajar kelompok siswa
ini kebanyakan diam, kurang berpartisipasi dan lebih suka menyendiri di dalam kelas, ketika ada tugas
kelompok siswa tersebut lebih suka mengerjakannya dengan sendiri dan terlihat juga bahwa siswa tersebut
tidak memiliki teman, yang dapat dilihat dari hasil olahan sosiometri” [ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa DA, terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Saat mengerjakan tugas kelompok saya lebih suka mengerjakannya sendirian, kalaupun disuruh
menjawab saya diam saja dan meminta kepada teman kelompok untuk menjawabnya karena saya merasa
takut dan cemas, saya takut jawaban yang saya berikan itu salah dan akan membuat teman-teman
mengolok-olok saya”[ CITATION DA19 \l 1057 ] .
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas ibu SZ , terkait pertanyaan diatas, didapatkan hasil
sebagai berikut: “Saya melihat bahwa DA selalu mengikuti pelajaran, meskipun DA kurang berpartisipasi
dalam kegiatan yang ada di dalam kelas. DA lebih terlihat banyak diam dan lebih suka menyendiri di
kelas”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yaitu ibu UM,
didapatkan hasil sebagai berikut:
“Menurut pengamantan saya dapat dilihat bahwa dalam kerja kelompok DA kurang berpartisipasi
dan juga jarang sekali aktif di dalam kelas sehingga setiap ditanya DA lebih memilih diam daripada
menjawabnya, karena hal tersebut teman-temannya suka menjailinya dan membuat DA menjadi bahan
candaan”[ CITATION DA19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa E, terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“ Ketika guru memberikan tugas kelompok saya mengerjakannya dengan cara sendirian karna
memang saya yang selalu mengerjakannya, saat disuruh untuk menjawab petanyaan saya lebih memilih

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 5


diam dan membiarkan teman yang lain menjawabnya. Karena kalo saya yang menjawab teman-teman saya
akan menertawakan saya”[ CITATION E19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas ibu SZ , terkait pertanyaan diatas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
“Saya melihat bahwa ketika sedang belajar ataupun kerja kelompok E tidak banyak berpartisipasi, E
lebih banyak diam dan terkadang E sibuk dengan aktivitasnya, terlihat bahwa E kurang aktif di dalam kelas
dan E bersikap tidak mau tau dengan kegiatan yang terjadi di kelas maupun di luar kelas” [ CITATION
SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yaitu ibu UM,
didapatkan hasil sebagai berikut:“Menurut pengamatan saya mengenai siswa E ketika mengerjakan tugas
kelompok dapat dilihat bahwa E lebih suka mengerjakannya dengan cara sendirian, dan siswa E jarang
sekali mau aktif di dalam kelas”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada siswa dari tanggal 4 November 2019, siswa
yang menjadi korban bullying memang memilki kerja sama yang kurang baik, kurang berpartisipasi dalam
mengerjakan tugas kelompok, dan lebih suka menyendiri di kelas. Hal tersebut dapat juga terlihat dari
sosiometri bahwa di dalam belajar ketiga siswa ini tidak memiliki teman belajar.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diinterprestasikan bahwa siswa yang menjadi korban
bully tidak suka bekerja sama dalam kegiatan belajar kelompok di dalam kelas. Dan siswa tersebut lebih
suka untuk mengerjakan tugasnya dengan cara sendiri tanpa bantuan orang lain.
Berarti kerja sama yang seharusnya dilakukan oleh siswa tersebut bertolak belakang dengan teori
yang menyatakan bahwa kerja sama merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
melibatkan interaksi antar individu agar terwujudnya suatu tujuan [ CITATION Sla06 \l 1057 ] . Sedangkan
interaksi dari ketiga siswa tersebut sangatlah kurang. dapat dilihat bahwa siswa yang menjadi korban
bullying mempunyai kesulitan untuk berinteraksi dan menyesuaikan diri baik itu dengan teman-temannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dari segi kerja sama siswa yang menjadi korban bully, mengalami
kesulitan dalam bekerja sama dengan teman-temannya di kelas, sehingga siswa tersebut tidak aktif dan
kurang berpartisipasi dalam tugas kelompok.
2. Persaingan
Selain kerja sama bentuk-bentuk interaksi sosial selanjutnya adalah persaingan. Persaingan adalah
suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuannya tersebut. Salah satu fungsi
dari persaingan adalah dapat menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan ataupun kelompok.
Mengenai persaingan, apa saja yang ananda lakukan untuk mendapatkan nilai ujian agar lebih baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa AD terkait pertanyaan mengenai
tindakan dan cara untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dalam belajar, didapatkan hasil bahwa:
“Dalam kelas saya sering dikucilkan sehingga saya tidak percaya diri untuk aktif di dalam kelas,
karena hal itu saya harus belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai ujian yang
baik, terkadang saya juga mengulangi pelajaran di rumah. Mengunjungi perpustakaan untuk menambah
pengetahuan. Saya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di buku pelajaran” [ CITATION
AD19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil
bahwa:
“Untuk meningkatkan nilainya, siswa tersebut lebih rajin dan giat dalam belajar. Dan lebih
bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran juga mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang saya berikan dan mencari bahan-bahan belajar yang lain di perpustakan yang ada di lingkungan
sekolah”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yaitu ibu UM, terkait
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Agar mendapatkan nilai yang bagus, saya memberikan motivasi terhadap siswa tersebut agar AD
lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam belajar, lebih sering mengunjungi perpustakaan yang ada di
sekolah, dan lebih terbuka terhadap teman-temannya di kelas dan menjalin interaksi dengan
baik”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara dengan siswa DA terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“untuk bisa mendapatkan nilai yang baik, saya berusaha keras untuk belajar, karena di kelas saya
tidak memiliki teman belajar saya meminta bantuan kepada orang tua saya di rumah. Di rumah saya
mencoba mengulang kembali pelajaran yang ada di sekolah. Dan saya juga lebih sering pergi ke
perputakaan untuk mencari bahan-bahan belajar”[ CITATION DA19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil
bahwa:

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 6


“Dalam meningkatkan nilainya, saya melihat bahwa DA bersungguh-sungguh dalam belajar dan
lebih rajin lagi untuk mengikuti pelajaran yang ada di sekolah. DA lebih meningkatkan cara belajarnya dan
DA juga lebih sering mengunjungi perpustakaan guna untuk menambah bahan-bahan bacaan.” [ CITATION
SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yaitu ibu UM, terkait
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Untuk bisa meningkatkan nilainya saya mencoba untuk memberikaan dorongan dan dukungan
agar DA lebih giat lagi dalam belajar. Memberikannya motivasi agar bisa belajar berkelompok dengan
teman-temannya, menyuruh DA untuk mencari bahan-bahan sebagai panduan untuk belajar” [ CITATION
UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara dengan siswa E terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:“Saya
berusaha untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh, mencoba bertanya kepada guru mengenai
pelajaran yang kurang dipahami, dan menambah buku bacaan dengan cara lebih sering mengunjungi
perpustakaan sekolah”[ CITATION E19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan diatas didapatkan hasil
bahwa:“Dalam meningkatkan nilai-nilainya saya melihat bahwa E, lebih tekun dalam belajar, mulai
bertanya-tanya kepada guru, dan mencari buku untuk menjadikannya tambahan bahan belajar” [ CITATION
SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK yaitu ibu UM, terkait
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Dalam meningkatkan nilai belajarnya, saya mencoba untuk memberikan arahan-arahan, motivasi
dan dukungan agar E bisa meningkatkan belajarnya. Supaya E mau belajar dengan sungguh-sungguh dan
mendapatkan nilai yang baik”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 November 2019, peneliti melihat
bahwa untuk mendapatkan nilai yang baik siswa tersebut lebih giat dan rajin dalam belajar agar dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan saat ulangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa menjadi giat belajar
saat guru mengadakan ulangan di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diinterprestasikan bahwa siswa tersebut dalam
meningkatkan nilai belajar dan interaksi yang baik dalam kelas, siswa tersebut berusaha belajar dengan
sungguh-sungguh serta mencoba untuk lebih terbuka dengan teman-temannya di kelas.
Brarti mengenai persaingan yang terjadi di dalam kelas yang di alami oleh siswa tersebut sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa persaingan merupakan suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang
individu dapat mencapai tujuannya tersebut.[ CITATION Sla06 \l 1057 ]
Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan nilai belajarnya
siswa berusaha untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh serta mencoba untuk bersaing secara
sehat agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
3. Persesuaian
Persesuaian atau akomodasi menunjukkan pada dua arti, yaitu yang menunjukkan pada suatu
keadaan proses. Akomodasi yang menunjukkan pada suatu keadaan, berarti ada suatu keseimbangan dalam
interaksi antara individu dan kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial
dan nilai-nilai sosial masyarakat.
Persesuaian merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan kedua
belah pihak. Dengan kata lain persesuaian bisa diartikan sebagai penengah. Tujuan dari persesuaian ini
tidak lain adalah untuk mengurangi pertentangan yang terjadi di antara invidu, mencegah meledaknya
suatu pertentangan, dan untuk memungkinkan kerja sama antara kelompok-kelompok sosial sebagai akibat
psikologis dan kebudayaan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa AD, mengenai tindakan yang
AD lakukan ketika diantara temannya terjadi kesalahpahaman didapatkan hasil bahwa:
“Ketika melihat ada teman yang berselisih paham atau berkelahi saya lebih memilih acuh tak acuh
dan tidak ingin ikut campur, saya lebih suka diam dan tidak mau tau”[ CITATION AD19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan yang
ada diatas didapatkan hasil sebagai berikut:“Menurut pengamatan saya ketika terjadi perselisihan paham
antar siswa, AD bersikap acuh tak acuh dan memilih untuk tidak mau tau dengan apa yang terjadi terhadap
teman-temannya”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK, terkait dengan
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:“Menurut pengamatan saya saat terjadi perselisihan paham antar
teman di sekolah, saya melihat bahwa AD bersikap acuh tak acuh terhadap teman-temannya, siswa
tersebut lebih bersikap tidak mau tau apa yang terjadi di sekolah”[ CITATION UM19 \l 1057 ].

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 7


Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan DA, terkait pertanyaan yang ada di atas
didapatkan hasil sebagai berikut:“Ketika melihat ada teman yang sedang berselisih paham saya hanya
sibuk dengan kegiatan saya, saya lebih memilih untuk tidak ikut campur dan bersikap tidak mau tau,
karena saya takut kalo nantinya saya yang terkena imbasnya”[ CITATION DA19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan yang
ada diatas didapatkan hasil bahwa:
“Menurut pengamatan saya mengenai reaksi DA ketika melihat salah satu dari temannya terjadi
kesalahpahaman dapat dilihat bahwa DA bersikap acuh tak acuh dan lebih memilih untuk menyibukkan
diri dengan kegiatannya”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK ibu UM, terkait dengan
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:“Menurut pengamatan saya, ketika ada teman yang lagi
mengalami kesalahpahaman, dapat dilihat bahwa DA hanya diam saja dan lebih memilih untuk bersikap
acuh tak acuh terhadap temanya”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa E, terkait pertanyaan yang ada diatas
didapatkan hasil bahwa:“Ketika melihat ada teman yang sedang mengalami kesalahpahaman saya hanya
melihatnya saja, saya lebih memilih untuk tidak mau tau dengan apa yang sedang terjadi, dan saya tidak
mau ikut campur dengan urusan orang lain”[ CITATION E19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan yang ada
diatas didapatkan hasil bahwa:“Menurut pengamatan saya, terlihat bahwa ketika ada temannya yang
mengalami perselisihan paham siswa E tidak mencoba untuk membantunya melainkan siswa E lebih
memilih bersikap tidak mau tahu”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK ibu UM, terkait dengan
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Menurut pengamatan saya, saat ada teman yang mengalami perselisihan paham siswa E hanya
diam saja, siswa E lebih memilih untuk bersikap acuh tak acuh dan hanya sibuk dengan kegiatan yang
sedang dilakukannya”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 4 maret 2020, peneliti melihat
bahwa siswa tersebut lebih memilih untuk fokus pada kegiatan yang sedang dilakukannya, terlihat bahwa
siswa lebih memilih untuk bersikap acuh tak acuh terhadap hal yang terjadi pada teman-temannya karena
jika siswa tersebut ikut campur dengan urusannya temannya siswa tersebut akan dibully lagi. Dapat
disimpulkan bahwa siswa lebih memilih untuk bersikap acuh tak acuh terhadap temannya dikelas.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa bersikap acuh tak acuh
dengan temannya yang sedang mengalami perselisih pahaman di sekolah, siswa tersebut tidak mau tahu
tentang apa yang sedang terjadi di sekolah.
Berarti mengenai persesuaian yang terjadi di dalam kelas belum sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa persesuaian merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan kedua belah pihak, dengan kata lain persesuaian diartikan sebagai penengah [ CITATION
Sla06 \l 1057 ].
Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa kurang peduli dengan temannya
dan bersikap acuh tak acuh terhadaphal apa saja yang terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
4. Perbedaan
Perbedaan atau asimilasi merupakan suatu proses sosial untuk mengurangi perbedaan yang terdapat
diantara individu atau kelompok.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa AD, mengenai cara AD
menyesuaikan diri saat dikelompokkan dengan teman yang membullynya didapatkan hasil bahwa:
“Ketika saya dikelompokkan dengan siswa yang suka membully saya, saya hanya menuruti dan
menerimannya, meskipun dengan rasa kecewa menerimannya, saya merasa kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan teman-teman, saya takut ditertawakan oleh mereka, hal tersebut akan membuat saya semakin
merasa dikucilkan”[ CITATION AD19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan yang ada
diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
“Menurut pengamatan yang saya lihat meskipun terpaksa AD mencoba untuk menerimanya. AD
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan temannya tersebut meskipun AD merasa kesulitan
melakukannya, terlihat bahwa siswa AD merasa takut dan cemas saat dikelompokkan dengan teman yang
membullynya”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK, terkait dengan
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Menurut pengamatan saya, terlihat bahwa siswa AD merasa terpaksa menerima ketika guru
mengelompokkannya dengan teman yang tidak disukainya, namun AD juga berusaha untuk menyesuaikan

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 8


diri dengan temannya tersebut, terlihat bahwa siswa AD merasa takut dan cemas sehingga AD hanya
menuruti perintah gurunya”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan terhadap siswa DA terkait dengan pertanyaan diatas
didapatkan hasil bahwa:
“Ketika saya dikelompokkan dengan teman yang suka membully saya, saya hanya bersikap pasrah,
saya mencoba untuk menerimanya walaupun dipenuhi dengan rasa takut dan cemas, karena hal tersebut
saya merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan mereka sehingga saya lebih memilih untuk diam
saja dan menerimanya”[ CITATION DA19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas SZ, terkait pertanyaan yang ada
diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
“Menurut pengamatan saya, terlihat bahwa siswa DA mencoba untuk menerimanya meskipun sulit
untuk menyesuaikan diri dengan temannya tersebut karena siswa DA dipenuhi dengan rasa takut dan
cemas, sehingga siswa tersebut lebih banyak diam dan kurang berinteraksi dengan temannya” [ CITATION
SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK ibu UM, terkait dengan
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Menurut pengamatan saya, saat siswa DA dikelompokkan dengan teman yang suka membullynya,
terlihat bahwa DA merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri sehingga siswa DA tidak mampu
berinteraksi dengan baik karena dipenuhi dengan rasa takut akan dibully dan dikucilkan oleh
temannya”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa E, terkait dengan pertanyaan yang ada
diatas, didapatkan hasil bahwa:
“Ketika saya dikelompokkan dengan teman yang suka membully, saya hanya bisa menerimanya,
karena jika saya menolaknya saya takut nantinya saya akan semakin dibully. Saya lebih memilih diam dan
mengikuti perintah yang diberikan sehingga saya kurang mampu untuk berinteraksi dengan
kelompok”[ CITATION E19 \l 1057 ].
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas ibu SZ, terkait pertanyaan yang
ada diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
“Menurut pengamatan saya, mengenai siswa E yang dikelompokkan dengan teman yang suka
membullynya terlihat bahwa siswa E tidak memberikan respon yang berlebihan, siswa E hanya diam dan
menerimanya saja meskipun ada rasa kecewa namun siswa E tetap mencoba untuk
menerimanya”[ CITATION SZ19 \l 1057 ].
Senada dengan hal ini, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru BK ibu UM, terkait dengan
pertanyaan diatas didapatkan hasil bahwa:
“Menurut pengamatan saya, dapat terlihat bahwa siswa E lebih bersikap untuk pasrah dan
menerimanya saja. Sehingga didalam kegiatan belajar kelompok siswa E merasa kesulitan untuk
menyesuaikan diri di dalam kelompok tersebut dan kurang mampu untuk berinteraksi dengan
temannya”[ CITATION UM19 \l 1057 ].
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 4 maret 2020, peneliti melihat
bahwa siswa merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan temannya, karena merasa berbeda dengan teman-
temannya. Apalagi menjadi korban bully, siswa tersebut merasa rendah diri dan merasa minder. Ketika
siswa dikelompokkan dengan teman yang membullynya siswa tersebut hanya pasrah dan menerima walau
berat hatinya.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diinterpretasikan bahwa siswa merasa terpaksa untuk
bergabung di dalam kelompok bersama teman yang disukainnya.
Berarti mengenai perrbedaan yang terjadi di dalam kelas belum sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa Perbedaan atau asimilasi merupakan suatu proses sosial untuk mengurangi perbedaan
yang terdapat diantara individu atau kelompok [ CITATION Sla06 \l 1057 ].
Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa sebenarnya merasa kesulitan untuk
bisa menyesuaikan diri dengan teman yang tidak di sukainya. Karena adanya perbedaan itu siswa kesulitan
untuk berinteraksi dengan temannya.

Pembahasan
Menurut Merton Deuttah dalam Slamet Santosa, berpendapat bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial ada
empat yaitu sebagai berikut[ CITATION Sla06 \l 1057 ].
1) Kerja Sama (Coorperation)
Kerja sama adalah bentuk interaksi sosial ketika tujuan anggota yang lain atau kelompok yang satu
berkaitan erat dengan tujuan anggota lain atau tujuan anggota kelompok secara keseluruhan hingga setiap
individu hanya dapat mencapat tujuan apabila individu lain yang mencapai tujuan. Timbulnya kerja sama,

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 9


adalah apabila menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan atau kepentingan yang sama dan pada saat
yang sama mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut melalui kerja sama.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 4 november 2019, terlihat bahwa
siswa yang menjadi korban bully memang memiliki kerja sama yang kurang baik, karena siswa kurang
berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, dan lebih suka menyendiri di kelas.
Berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh informan, baik itu inforfan kunci maupun informan
pendukung dapat disimpulkan bahwa dari segi kerja sama siswa korban bully memang kurang baik, karena
siswa tersebut kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam tugas maupun kegiatan kelompok.
Macam-macam kerja sama antara lain:
1) Bergaining, adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara satu
organisasi atau lebih.
2) Cooperation, adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadi
kegunjangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
3) Coalition, adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama
agar organisasi-organisasi tersebut stabil.
4) Jointventure, adalah suatu bentuk kerjasama antara dua atau lebih organisasi atau jasa, guna
memperoleh suatu keuntungan dalam waktu yang sama[ CITATION Sla06 \l 1057 ].
2) Persaingan (Competation)
Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial ketika seorang individu dapat mencapai tujuannya
tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 November 2019, peneliti
melihat bahwa untuk mendapatkan nilai yang baik siswa tersebut lebih giat dan rajin dalam belajar agar
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan saat ulangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa menjadi giat
belajar saat guru mengadakan ulangan di kelas. Sama halnya dengan hasil wawancara yang peneliti
lakukan bahwa siswa tersebut menjadi rajin belajar ketika guru mengadakan ulangan ataupun ujian.
a) Bidang-bidang tempat persaingan, yang dapat digunakan sebagai tempat persainga adalah bidang
ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan kesukuan (ras).
b) Fungsi-fungsi persaingan antara lain:
1. Persaingan dapat menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok.
2. Persaingan sebagai jalan untuk menarik perhatian umum atau masyarakat
3. Persaingan sebagai sarana seleksi atas dasar seks atau kesosialan untuk memberi peranan atau
kedudukan.
4. Persaingan sebagai alat seleksi individu agar pembagian kerja dapat efektif sehingga tujuan
kelompok kelas tercapai.
3) Persesuaian (accommodation)
Akomodasi menunjukkan pada dua arti, yaitu yang menunjukkan pada suatu keadaan proses.
Akomodasi yang menunjukkan pada suatu keadaan, berarti ada suatu keseimbangan dalam interaksi antara
individu dan kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai
sosial masyarakat. Akomodasi sebenarnya suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 4 maret 2020, peneliti melihat
bahwa siswa tersebut lebih memilih untuk fokus pada kegiatan yang sedang dilakukannya, terlihat bahwa
siswa lebih memilih untuk bersikap acuh tak acuh terhadap hal yang terjadi pada teman-temannya karena
jika siswa tersebut ikut campur dengan urusannya temannya siswa tersebut akan dibully lagi. Dapat
disimpulkan bahwa siswa lebih memilih untuk bersikap acuh tak acuh terhadap temannya dikelas.
Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan baik itu dengan informan kunci
maupun informan pendukung, bahwasanya ketika terjadi kejadian yang tengah dialami oleh teman, siswa
tersebut lebih memilih diam, tidak mau tau dengan apa yang sedang terjadi di kelas. Siswa tersebut
bersikap acuh tak acuh dengan hal-hal yang dilakukan oleh teman-temannya di kelas.
Ada beberapa tujuan akomodasi, antara lain:
a) Untuk mengurangi pertentangan antara individu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham.
b) Untuk mencegah meledaknya pertentangan yang bersifat sementara.
c) Untuk memungkinkan kerjasama antara kelompok-kelompok sosial sebagai akibat psikologis dan
kebudayaan.
4. Asimilasi atau perbedaan (assimilation)
Asimilasi adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-
usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu atau kelompok dan juga merupakan usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan dan tujuan
bersama.

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 10


Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 4 maret 2020, peneliti melihat
bahwa siswa merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan temannya, karena merasa berbeda dengan teman-
temannya. Apalagi menjadi korban bully, siswa tersebut merasa rendah diri dan merasa minder. Ketika
siswa dikelompokkan dengan teman yang membullynya siswa tersebut hanya pasrah dan menerima walau
berat hatinya.
a) Faktor-faktor yang mempercepat proses asimilasi adalah:
1) Toleransi dari kedua belah pihak.
2) Keseimbangan dari keduannya.
3) Sikap terbuka.
4) Persamaan unsur kebudayaan dari keduannya.
5) Perkawinan campuran.
b) Bentuk-bentuk asimilasi
1) Alienation, adalah suatu bentuk asimilasi ketika individu kurang baik dalam interaksi sosialnya.
2) Stratification, adalah suatu proses ketika individu yang mempunyai kelas, kasta, tingkat, atau
status member batas yang jelas dalam masyarakat.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan uraian yang terdapat pada bab IV dapat disimpulkan dari bentuk-bentuk interaksi sosial
yaitu kerja sama, dalam hal kerja sama siswa tersebut lebih suka melakukan ataupun mengerjakan sesuatu
dengan cara sendirian. Dilihat dari segi persaingan bahwa dalam meningkatkan nilai belajarnya siswa berusaha
untuk belajar dengan giat dan bersungguh-sungguh serta mencoba untuk bersaing secara sehat agar
mendapatkan hasil yang diinginkan. Berdasarkan dari bentuk persesuaian dapat dilihat bahwa siswa kurang
peduli dengan hal apa saja yang terjadi dan bersikapacuh tak acuh terhadap sekitar lingkungan sekolahnya.
Dilihat dari bentuk perbedaan, terindikasi bahwa siswa sebenarnya merasa kesulitan untuk bisa menyesuaikan
diri dengan teman yang tidak di sukainya.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada
pihak yang berkepentingan sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah agar lebih memperhatikan mengenai interaksi sosial siswa yang terjadi di sekolah.
Dan berupaya untuk menciptakan lingkungan siswa yang lebih baik sehingga seluruh siswa mampu
berinteraksi dengan baik lagi.
2. Kepada guru bimbingan dan konseling agar lebih sering mengadakan atau memberikan layanan yang
berkaitan dengan interaksi sosial yang baik, supaya seluruh siswa dapat menjalin hubungan dan
komunikasi yang baik.
3. Kepada siswa SMAN 1 Tanjung Raya dapat untuk saling menghargai dan menjalin interkasi yang baik
dengan sesama teman maupun dengan pihak sekolah yang lainnya.
4. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat memperkaya penelitian ini dengan mengambil indikator berbeda
sehingga mendapatkan gambaran yang lebih kompleks terkait dengan interaksi sosial siswa korban
bullying.

Daftar Kepustakaan

Achroni, Keen. 2012. Ternyata Selalu Mengalah itu Tidak Baik. Yogyakarta: Javalitera.

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti. 2008. Meredam Bullying 3 Cara Efektif Meredam Kekerasan Pada Anak: Jakarta: Grasindo.

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Farah, Aulia Mudjiran. 2013. Bullying di Sekolah dan intervensinya. Padang: UNP Press.

Herdiansyah, Haris. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika

Mahmuna, Siti. 2012. Psikologi Sosial. Malang: UIN-MALIKI PRESS

Matthew B, Miles dan A Michael Huberman. 2008. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Rohendi Rohadi.
(Jakarta: UI Press).

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 11


Moleong, Lexi J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Musbikin, Imam. 2012. Mengatasi Anak Mogok Sekolah+Malas Belajar. Yogyakarta: Laksana.

Narbuko Cholid, dkk. 2015. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara

Santosa, Slamet. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwono, Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Satori Djam’an, dkk. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Semai Yayasan Jiwa Amini. 2008. Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo.

Soekanto, Soejono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sudjana, Nana. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Cet ke-23.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-undang. No. 20 Tahun 2003. Tentang Pendidikan Nasional.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.

Yusri, F., & Jasmienti, J. (2017). Pengaruh Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap Tindakan Bully Siswa Di
PKBM Kasih Bundo Kota Bukittinggi. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 3(2),
17-28.

Interaksi Sosial Siswa Korban Bullying di SMAN 1 Tanjung Raya... | 12

Anda mungkin juga menyukai