Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SEJARAH PEMINATAN

SEJARAH SEBAGAI ILMU


D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
1.Amanda Yulita

2. Andika Prayoga

3.Angel,Justin Timothy

4.Julius Londong

5.Lukas Ruru

6.Nurul Huda

7.Ricka Rahmawati

8.Risna Ulandari
Pengertian Sejarah

Secara etimologis, kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajaratun yang berarti pohon
kayu.Pohon kayu menggambarkan adanya kejadian, pertumbuhan, dan perubahan dan
perkembangan karena inti sejarah itu sendiri adalah perubahan.Sedangkan dalam bahasa Inggris
sejarah disebut history yang berarti masa lampau umat manusia.Dalam bahasa Jerman, sejarah
disebut geschicht yang berarti telah terjadi.Pada hakikatnya, sejarah ialah suatu konsep tentang
waktu yang berkelanjutan dan perubahan yang mengarungi ruang geografis dan alami yang berisi
berbagai peristiwa mengenai segala aktivitas dan hasil karya manusia pada masa lampau yang selaras
dengan rangkaian sebab-akibatnya.

Sejarah Sebagai Ilmu

Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan)
itu; pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin, dsb Yang menentukan
suatu pengetahuan itu ilmu atau bukan ilmu adalah adanya metode ilmiah yang digunakan sebagai
dasar utama untuk mencari kebenaran atau cara untuk mendekatinya sehingga sampai pada
kebenaran.

Sejarah sebagai ilmu merupakan suatu susunan pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan manusia pada masa lampau yang diteliti, disusun serta disajikan secara sistematis dan
metodis berdasarkan asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah khusus yang diakui oleh pakar
sejarah untuk memperoleh suatu kebenaran. Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena memiliki metode
ilmiah.Selain itu, sejarah juga memiliki unsur-unsur yang merupakan ciri-ciri dan karekteristik
keilmuannya.Berikut penjelasan tentang ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai suatu ilmu.

Ciri-ciri Sejarah Sebagai Ilmu

Menurut A. Sobana Hardjasaputra dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian


Sejarah (2008: 4-6), Sejarah disebut sebagai ilmu karena memiliki ciri-ciri keilmuan sebagai berikut:

Bersendi Pada Pengetahuan

Pengetahuan adalah ciri pertama yang menjadi landasan ilmu untuk mencari keterangan atau
penjelasan lebih lanjut tentang sesuatu.Suatu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat untuk
menjadi suatu ilmu yaitu memiiliki subyek, obyek, dan hubungan antara subyek dan obyek.

Subyek adalah orang-orang yang secara sengaja maupun tidak sengaja mengetahui suatu
peristiwa.Obyek merupakan sesuatu atau suatu peristiwa yang diketahui oleh obyek.Hubungan
antara subyek dan obyek itulah yang menjadikan suatu ilmu pengetahuan.

Memiliki Metode
Metode merupakan unsur penting dalam suatu ilmu.Untuk merekonstruksi sebuah peristiwa dalam
sejarah diperlukan suatu ilmu yang mempelajari metode-metode pengkajian sejarah. Tanpa metode,
penulisan sejarah hanya akan menjadi tulisan populer yang hanya bersifat deskriptif-naratif tanpa
mengandung unsur karya ilmiah.

Sistematis

Sejarah diteliti dan ditulis melalui serangkaian metode yang sistematis.Hubungan antar peristiwa
disusun secara kronologis sehingga tulisan sejarah memiliki sifat diakronis (memanjang menurut alur
waktu).Susunan sejarah juga berdasarkan kausalitas (hubungan sebab-akibat).

Pendekatan Ilmiah

Sejarah memiliki teori, yaitu teori sejarah.Teori dan metode dibutuhkan dalam penulisan sejarah.
Selain itu, penulisan sejarah juga harus menggunakan pendekatan multidimensional, yaitu melalui
penerapan konsep dan teori ilmu-ilmu sosial lain seperti antropologi, sosiologi, politik, dll yang
memiliki hubungan relevan dengan masalah sejarah yang dibahas. Hal tersebut untuk mempertajam
daya analisis sehingga diperoleh penjelasan kongkrit mengenai peristiwa yang diteliti.

Perspektif Filsafat

Filsafat merupakan landasan pemikiran yang menegaskan kebenaran suatu ilmu.Pemikiran filsafat
dapat meningkatkan kualitas pengetahuan manusia.Oleh karena itu, sejarah juga memiliki suatu
filsafat sejarah.Perspektif atau sudut pandang filsafat tersebut digunakan untuk mencapai sebuah
kebenaran dan obyektivitas suatu peristiwa sejarah.

Karakteristik Sejarah Sebagai Ilmu

Menurut Kuntowijoyo seperti yang dikutip Nana Supriatna (2008: 6), sejarah sebagai ilmu memiliki
karakteristik sebagai berikut:

Empiris

Secara etimologis, empiris berasal dari bahasa Yunani empeiria yang artinya pengalaman.Sejarah
bersifat empiris karena sejarah melakukan kajian terhadap peristiwa yang benar-benar pernah terjadi
di masa lampau.Sejarah tergantung pada aktivitas manusia di masa lampau yang terekam dalam
bukti-bukti yang diteliti para sejarawan untuk mencapai suatu kebenaran fakta yang diinterpretasikan
menjadi tulisan sejarah.

Memiliki Objek
Kata objek berasal dari bahasa Latin objectus yang artinya sasaran.Sejarah sebagai ilmu harus
memiliki sasaran yang jelas.Objek yang dipelajari oleh sejarah sebagai ilmu adalah manusia dan
segala aktivitas dalam dimensi waktu masa lampau.Objek dapat bersifat artefak jika objek yang
ditemukan merupakan hasil daripada peristiwa misalnya potongan tembikar, reruntuhan bangunan,
dan mata uang. Sedangkan objek sejarah dikatakan bersifat dokumen jika ditemukan dalam bentuk
rekaman daripada peristiwa baik secara lisan maupun tertulis misalnya keterangan dari saksi hidup
dan dokumen resmi tertulis

Memiliki Teori

Teori merupakan pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumentasi; penyelidikan eksperimental yg mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti,
logika, metodologi, argumentasi.Dalam meneliti objeknya, sejarah memiliki teori tersendiri. Teori
dalam sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban masing-masing.Rekonstruksi sejarah
yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan sebab akibat, eksplanasi, objektivitas,
dan subjektivitas. Meskipun rekonstruksi total masa lampau yang menjadi tujuan para sejarawan
secara logis tidak dapat dicapai sepenuhnya (Louis Gottschalk, 1983: 27), setidaknya akan terungkap
sejarah yang mendekati kebenaran untuk kemudian digunakan sebagai acuan kehidupan masa
sekarang dan masa depan.

Mempunyai Generalisasi

Generalisasi merupakan sebuah kesimpulan umum dari suatu kejadian.Namun, karena sejarah
merupakan peristiwa yang terjadi di masa lampau dan seringkali dijumpai kesulitan dalam
pengumpulan bukti yang valid, maka sifat generalisasi sejarah harus selalu dinamis sesuai dengan
perkembangan penemuan-penemuan baru yang mendukung keabsahan suatu fakta sejarah.

Memiliki Metode

Metode merupakan suatu cara tertentu untuk meneliti dan mengkaji sesuatu (H.Sjamsuddin &
Ismaun, 1996: 19). Metode dalam sejarah diperlukan untuk meneliti bukti-bukti yang ada untuk
memperoleh fakta-fakta yang kemudian dikaji lebih lanjut dan disimpulkan menjadi sejarah secara
objektif dan benar.

Menurut Ernest Bernsheim dalam bukunya Lehrbuch der Historischen Methode und der Geschicht-
philosophie seperti yang dikutip oleh H. Sjamsuddin & Ismaun (1996: 19-20), metode sejarah dapat
dirinci dengan sistematika sebagai berikut:

(1) Heuristiek, mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah;

(2) Kritiek, menganalisis secara kritis sumber-sumber sejarah;

(3) Auffassung, menanggapi fakta-fakta sejarah yang didapat dari sumber-sumber sejarah dan
berusaha membayangkan gambaran masa lampau;

(4) Darstellung, menyampaikan hasil rekonstruksi imajinatif tentang masa lampau sehingga sesuai
dengan jejak-jejak sejarah yang telah ditemukan atau imajinasi ilmiah.

Fungsi Sejarah
Sejarah memiliki banyak fungsi pada prakteknya dalam kehidupan. Menurut A. Sobana Hardjasaputra
dalam makalahnya yang berjudul Metode Penelitian Sejarah(2008: 9-12), sejarah memiliki fungsi
sebagai berikut:

Fungsi Umum

Secara umum, sejarah berfungsi sebagai sumber pengetahuan.Peristiwa-peristiwa yang terekam


dalam sejarah kemudian ditelusuri kembali untuk mencari keabsahannya.Peristiwa-peristiwa sejarah
tersebut kemudian diceritakan kembali dan dijadikan bahan pelajaran dalam kehidupan manusia.

Fungsi Khusus

Dalam fungsi umum itu terkandung fungsi khusus sejarah, yaitu fungsi sejarah secara lebih
luas.Fungsi khusus sejarah terbagi atas fungsi intrinsik (fungsi hakiki, fungsi yang melekat pada
dirinya) dan fungsi ekstrinsik (fungsi ke luar dirinya).

Fungsi Intrinsik

Fungsi intrinsik sejarah yang paling utama adalah sebagai media untuk mengetahui peristiwa di masa
lampau dan juga sebagai ilmu pengetahuan.

Fungsi Ekstrinsik

Fungsi sejarah yang penting untuk dipahami adalah fungsi edukatif. Fungsi edukatif sejarah
mencakup :

Pendidikan Penalaran

Menulis sejarah secara ilmiah atau mempelajarinya secara kritis akan mendorong meningkatkan daya
nalar orang yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal.

Pertama, sejarah sebagai ilmu menjelaskan latar belakang terjadinya suatu peristiwa.Ternyata
penyebab terjadinya suatu peristiwa tidak hanya satu faktor, melainkan beberapa faktor yang saling
berkaitan (kekuatan sejarah).Contoh, terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI 1965. Berarti sejarah mendidik
orang berpikir plurikausal(multidimensional), bukan berpikir monokausal.

Kedua, sejarah sangat memperhatikan waktu (kronologis-diakronis).Berarti sejarah mendidik kita


memiliki daya nalar untuk memperhatikan waktu dalam menjalani kehidupan.

Ketiga, sejarah harus ditulis berdasarkan fakta.Akan tetapi tidak setiap sumber memuat fakta, dan
tidak setiap fakta adalah fakta sejarah.Berarti sejarah mendidik kita untuk memiliki daya nalar yang
dilandasi oleh sikap kritis.

Pendidikan Moral

Sejarah syarat dengan pendidikan moral, karena sejarah mengungkap peristiwa yang mengandung
nilai moral yang, meskipun telah terjadi di masa lampau, dapat kita ambil hikmahnya untuk
kemudian dijadikan pelajaran dalam menjalani kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan
datang.
Pendidikan Kebijaksanaan

Peristiwa atau masalah tertentu, baik secara tersurat maupun tersirat menunjukkan adanya
kebijaksanaan. Kebijaksanaan di masa lampau sangat mungkin dapat dijadikan bahan acuan dalam
menghadapi kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Berarti sejarah memiliki fungsi
pragmatis.

Pendidikan Politik

Sejarah memuat peristiwa tertentu menyangkut tindakan politik atau kegiatan bersifat politik di masa
lampau.Hal tersebut dapat menjadi acuan untuk kehidupan politik di masa kini agar tidak terjerumus
dalam kemeluut politik yang pernah dialami di masa lampau. Dan dapat diaplikasikann dalam
kehidupan masa kini hal-hal yang dianggap baik dan dapat memajukan kehidupan politik masa kini
maupun masa yang akan datang.

Pendidikan Perubahan

Pada dasarnya, sejarah merupakan perubahan. Kehidupan manusia terus berubah, walaupun kadar
perubahan dari waktu ke waktu tidak sama. Hal tersebut terekam dalam sejarah.Perubahan-
perubahan yang telah terjadi di masa lampau dan terekam dalam sejarah juga dapat digunakan
sebagai acuan untuk melakukan perubahan di masa sekarang.

Pendidikan Mengenai Masa Depan

Mempelajari sejarah bukan berarti hidup di masa lalu. Sejarah mengandung peristiwa-peristiwa yang
memiliki makna dan pesan yang dapat kita interpretasikan sebagai acuan untuk kehidupan di masa
kini maupun masa depan. Dengan mempelajari sejarah secara kritis dan terarah, kita dapat
memprediksi apa yang kira kira akan terjadi di masa yang akan datang.

Sejarah Sebagai Ilmu Bantu

Sejarah sebagai pengetahuan dan ilmu dapat membantu menjelaskan permasalahan yang dikaji oleh
ilmu-ilmu lain (antropologi, sosiologi, ekonomi, politik, hukum, seni, bahasa, dan lain sebagainya.).
Sebagai contoh, mempelajari seni batik tulis tidak hanya cukup dengan belajar menggambar batik di
atas kain, namun perlu juga mempelajari tentang sejarah asal muasal seni batik tulis itu sendiri agar
pemahaman terhadap seni tersebut semakin mendalam dan kemudian dapat meningkatkan
kesadaran untuk melestarikan warisan budaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai