Anda di halaman 1dari 3

Tugas 5 Mingguan

Nama : Ulfa Yuherman


NIM : 21161061
Jurusan : Pendidikan Ilmu Sosial (Konsentrasi Sejarah)
Mata Kuliah : Konsep IPS
Jadwal : Jum’at/ 07.00 s/d 08.40
Fakta:
Sejarah: struktur, konsep dan strategi
Struktur:
Sejarah sebagai sebuah struktur merupakan sejarah yang dipandang sebagai sebuah disiplin ilmu yang
memiliki susunan (struktur) dalam kajiannya. Sejarah sebagai struktur juga dipandang sebagai sejarah
yang berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah dalam disiplin ilmu sejarah adalah berfikir sejarah dengan berbagai dasar dasar
yang jelas yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa dasar dasar tersebutlah yang pada akhirnya menjadikan
sejarah sebagai ilmu yang terstruktur. Dapat disimpulkan bahwa Sejarah sebagai sebuah struktut adalah suatu cara
berfikir sistematik (tersusun), suatu cara berfikir yang terorganisir(teratur) dan terintegrasi satu sama lain. Dengan
kata lain, berfikir ilmiah ialah berfikir teoretis-sekamatis, atau berfikir konseptual. Berfikir sejarah, dengan demikian,
ialah berfikir dalam alur disiplin sejarah ilmiah dengan mempertimbangkan serangkaian konsepkonsep.
Konsep:
Konsep Sejarah diartikan sebagai sejarah dalam posisi sebagai sebuah kajian ilmiah. Dalam mengkaji
kajian ilmiah sejarah, maka kita akan digiring menjadi seseorang yang harus berfikir sejarah tentang
berbagai peristiwa yang sudah pernah terjadi. Kajian ilmiah sejarah tidaklah mengkaji semua peristiwa
yang pernah terjadi di dalam kehidupan manusia, melainkan beberapa peristiwa yang memiliki dasar dasar
yang layak sehingga bisa dikatakan sebagai peristiwa sejarah yang bisa jadi kajian ilmiah sejarah. Ada lima
konsep dasar berfikir sejarah: perubahan, kausalitas, konteks, kompleksitas, dan kemungkinan.
Disisi lain terdapat beberapa istilah dan penekanan arti berbeda-beda tentang berfikir sejarah, antara lain
sebagai berikut: Berfikir diakronik, yaitu berfikir dalam lintas waktu (time trajectory). Berfikir aduktif
(adductive), yaitu berfikir bolak-balik dengan jalan mengajukan pertanyaan kritis untuk mendapatkan
jawaban yang lebih mendekati kebenaran. Dalam hal ini, berfikir aduktif berkembang di luar model logika
formal: induktif dan deduktif. Historical mindedness (rasa hayat historis), ialah kemampuan menghayati
masa lalu menurut konteks zaman dan pelaku sejarah yang dipelajari. Ini mirip dengan konsep vertehen
dalam sosiologi Weber, yaitu kemampuan peneliti untuk masuk ke dunia kehidupan yang menjadi obyek
penelitiannya.
Ketiga istilah di atas pada dasarnya sinonim dengan berfikir sejarah. Berfikir sejarah maksudnya ialah cara berfikir
khas dalam disiplin ilmu sejarah. Sejarah seperti halnya dengan semua disiplin ilmiah merupakan reprensentasi dari
berfikir ilmiah. Berfikir ilmiah adalah suatu cara berfikir sistematik, suatu cara berfikir yang terorganisir dan
terintegrasi satu sama lain. Dengan kata lain, berfikir ilmiah ialah berfikir teoretis-sekamatis, atau berfikir konseptual.
Berfikir sejarah, dengan demikian, ialah berfikir dalam alur disiplin sejarah ilmiah dengan mempertimbangkan
serangkaian konsepkonsep kunci sebagaimana yang akan diringkas pada uraian berikut ini:
1. Perubahan dalam Lintasan Waktu. Sejarah selalu berkenaan dengan perubahan. Perubahan
selalu berlangsung dalam waktu. Waktu adalah variable yang esensial dalam sejarah. Karena itu
sejarah sering disebut dengan “ilmu tentang perubahan”. Itu sering pula dikatakan “sejarah adalah
ilmu tentang perubahan” ― the science of change (Marc Bloch). Sejalan dengan pandangan ini
maka sering pula dikatakan, sejarah itu unik, sui generis. Artinya tidak pernah ada dua peristiwa
yang persis sama dan sebangun
2. Kausalitas (Causality) Kausalitas adalah hukum sebab-akibat. Plato mengatakan bahwa “segala
seuatu yang terjadi dan berubah mestilah ada sebabnya karena tak ada di dunia ini yang terjadi
tanpa sebab”. Konsep “sebab” dalam sejarah mengacu pada tindakan atau kejadian yang dapat
menyebabkan terjadinya tindakan atau peritiwa lain. Hasil dari tindakan atau kejadian itu disebut
akibat. Hubungan sebab-akibat melibatkan korelasi yang selalu dapat dipelajari
3. Konteks (Context). Erat kaitannya dengan butir di atas, sejarah hanya dapat dipahami dalam
konteks suatu peristiwa dengan peristiwa lain; dengan waktu atau zaman, orang, tempat dan
kondisikondisi tertentu lainnya. Konteks karenanya sangat sentral dalam penalaran sejarah.
Tegasnya, sejarah selalu merupakan kejadian yang saling berkaitan (interconnected events). Lalu
apa beda konteks dengan kausalitas? Konteks adalah proses intelektual dalam kerangka mengerti
sejarah, sedang kausalitas adalah proses dalam hubungan peristiwaperistiwa historis itu sendiri.
Dengan kata lain, konteks adalah perspektif, cara pandang atau interpretasi terhadap unit sejarah
tertentu, sedang kausalitas berkaitan dengan unit peristiwa historis itu sendiri
4. Kompleksitas (Compelxity). Sejarah itu kompleks, rumit dan otak manusia tidak mungkin
menangkap totalitas kajadian, kecuali terbatas pada aspek-aspek tertentu. Di sini prinsip seleksi
menjadi sentral. Samudera fakta-fakta di masa silam sangat luas hampir tak berbatas. Dari tak
berhingga itu hanya sedikit yang meninggalkan bekas (sumber). Dari sumber tersedia hanya
sedikit yang terpakai karena tidak selalu berhubungan dengan minat atau fokus. Dari sumber yang
terbatas dan yang sudah diseleksi itulah sejarah direkonstruksi.
5. Kemungkinan (Contingency). Sejarah itu memiliki banyak kemungkinan
Strategi:
Strategi dipahami sebagai pengemasan terhadap suatu hal sehingga tercapai sesuatu yang dituju. Dalam
sejarah, strategi diakatakan sebagai sebuah tahapan tahapan dalam memahami sejarah itu sendiri. sejarah
dipandang dalam berbagai bentuk, dan setiap bentuk ada strategi untuk memahaminya melalui berbagai
tahapan tahapan. Dalam hal ini, fokus strategi yang akan dikajikan adalah sejarah sebagai ilmu. Strategi
dalam memahami sejarah sebagai ilmu, kita perlu memahami beberapa susunan dasar berikut ini:
1. Sejarah itu empiris. Sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia. Pengalaman itu
direkan dalam dokumen. Dokumen dokumen itulah yang diteliliti oleh sejarawan untuk menemukan
fakta
2. Sejarah mempunyai sebuah objek. Secara umum memang objek sejarah adalah manusia. Sama
dengan kajian disiplin ilmu sosial lainnya. Tetapi disini, penekanan objek dalam sejarah adalah
waktu. Jadi, sejarah memiliki objek sendiri yang tidak dimiliki ilmu lain secara khusus. Waktu dalam
pandangan sejarah tak pernah bisa lepas dari manusia.
3. Sejarah itu mempunyai teori. Sama dengan ilmu lain, sejarah juga mempunyai teori pengetahuan.
Teori tentang suatu kaidah pokok ilmu.
4. Sejarah itu mempunyai generalisasi. Sejarah menarik kesimpulan kesimpulan umum. Generalisasi
sejarah seringkali merupakan koreksi atas kesimpulan kesimpulan ilmu lain.
5. Sejarah itu mempunyai metode. Dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mengkaji peristiwa
sejarah. Dalam metode penulisan sejarah adfa lima tahapan
- Pemilihan topik. Menentukan kajian yang akan dijadikan tema dalam penelitian
- Heuristik. Tahapan kedua yang merupakan tahapan mengumpulkan data yang terkait dengan
tema penelitian sejarah uang kita pilih.
- Verivikasi.terbagi 2 yaitu kritik intern dan ektern
- Interpretasi. Tahapan menafsirkan fakta
- Historiografi. Penulisan sejarah
Bahan Bacaan
Mestika Zed. 2018. Tentang konsep berfikir sejarah. Lensa Budaya. Vol 13. No. 1
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar ilmu sejarah. Yogyakarta: Tiara wacana
Kuntowijoyo. 2013. Metodologi sejarah, edisi kedus. Yogyakarta: Tiara wacana
Kuntowijoyo. 2013. Penjelasan sejarah. Yogyakarta: Tiara wacana

Anda mungkin juga menyukai