Anda di halaman 1dari 10

EKSPLANASI SEJARAH

Oleh :
KELOMPOK VII
HENGKI ABUBAKAR (221422033)
UMAR RAHMAN (221422051)

1. PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Singkat

Artikel ini akan memberikan bekal kepada mahasiswa tentang pemahaman tentang
eksplanasi sejarah. Mahasiswa akan diperkenalkan modelmodel eksplanasi sejarah, serta
pengetahuan tentangkausalitas, covering law model (CLM), Hermeutika, model motivasi.

1.2 Manfaat

Manfaat bagi mahasiswa setelah mempelajari artikel ini adalah diperoleh


pemahaman yang mendalam tentang eksplasi sejarah. Ekplanasi merupakan perluasan
pertanyaan faktual untuk mengetahui alasan dan jalannya sebuah peristiwa.Model-model
ekplanasi yaitu : (1) Kausalitas, (2) Covering Law Model (CLM), (3) Hermeneutika, (4)
Model Motivasi.

1.3 Capaian Pembelajaran Perkuliahan

1. Mahasiswa dapat memahami konsep eksplanasi.


2. Mahasiswa dapat memahami dan menganalisa tentang model-model eksplanasi
sejarah.
3. Mahasiswa dapat memahami tentang kausalitas, covering law model (CLM),
Hermeutika, model motivasi.
PENGERTIAN EKSPLANASI

Eksplanasi adalah teks yang berisi tentang proses mengapa dan bagaimana kejadian-
kejadian alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya dapat terjadi. Eksplanasi
sejarah adalah suatu proses yang menunjukan peristiwa-peristiwa tertentu dihubungkan
dengan peristiwa-peristiwa lain melalui penggunaan pernyataan-pernyataan yang bersifat
umum yang tepat.1

Eksplanasi sejarah (Historical Explanation) ialah usaha membuat satu unit sejarah
intelligible (Dimengerti secara cerdas). Intelligibility sangat di perlukan karena sejarah
tidak hanya di jelaskan secara kausalitas. Penjelasan atau eksplanasi kaum historis
didasarkan atas pendapat bahwa setiap peristiwa mempunyai keunikan dan individualitas,
sehingga peristiwanya tidak dapat dianalisis dan direduksi. Setiap peristiwa hanya
penjelasan sejarah dan implikasinya perlu di lacak kembali ke peristiwa yang
mendahuluinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa eksplanasi sejarah adalah suatu proses
yang menunjukan peristiwa-peristiwa tertentu dihubungkan dengan peristiwa-peristiwa lain
melalui penggunaan pernyataan-pernyataan yang bersifat umum yang tepat.2

Disisi lain, eksplanasi merupakan perluasan pertanyaan faktual untuk mengetahui


alasan dan jalannya sebuah peristiwa. Mengapa (why) dan bagaimana (how) merupakan
pertanyaan analisis-kritis yang menuntut jawaban analisis-kritis yang bermuara pada
penjelasan atau sintesis sejarah. Dalam kaitannya dengan deskripsi, eksplanasi di bangun
atas deskripsi faktual karena eksplanasi tanpa deskripsi adalah fantasi.3

Kalau seseorang mendengar kata sejarah, maka hal itu dianggap berhubungan
dengan masa lalu yang telah terjadi dan sekarang sudah tidak lagi. Padahal apa yang sudah
terjadi atau sejarah itu ada dua macam, yaitu yang terjadi di luar pengetahuan atau disebut

1
Nur Saidah. penjelasan sejarah dan implikasinya. 2012. hal.43
2
Kuntowijoyo. Penjelasan Sejarah (Historical Explanation). (Yogyakarta: Tiara Wacana: 2008). hal.1-2
3
Heryati. Pengantar Ilmu Sejarah. (Palembang: 2017) hal.120
secara objektif, dan yang terjadi sepengetahuan manusia atau di sebut juga sebagai sejarah
subjektif.

Sejarah dalam arti subjuektif merupakan konstruk, yaitu bangunan yang di susun
penulis sebagai uraian atau cerita. Uraian atau cerita itu merupakan kesatuan atau unit yang
mencakup fakta-fakta terangkaikan untuk menggambarkan gejala sejarah, baik proses
maupun struktur. Kesatuan itu menunjukan koherensi, artinya berbagai unsur satu sama lain
dan merupakan satu kesatuan. Fungsi unsur-unsur itu saling menopang dan saling
bergantung satu sama lain. Di sebut subjektif tidak lain karena sejarah memuat unsur-unsur
dan isi subjek (pengarang dan penulis). Pengetahuan ataupun gambaran sejuarah ini
merupakan penggambaran atau rekonstruksi dari pengarang sehingga memuat sifat-
sifatnya, gaya bahasanya, struktur pemikirannya, pandangannya, dan sebagainya.

Sejarah dalam arti objektif, menunjukan pada kejadian atau peristiwa, yaitu proses
sejarah dalam aktualitasnya. Suatu kejadian yang pernah terjadi tidak dapat di ulang atau
terulang lagi. Bagi suatu kejadian, ia hanya dapat mengamati sebagian dari totalitas
kejadian itu. Jadi, tidak mungkin mempunyai gambaran umum seketika. Oleh karena itu,
pendapat bahwa sejarah berulang tidaklah salah karena masuk dalam pengertian subjektif,
sedangkan pendapat bahwa kita perlu belajar sejarah termasuk pengertian objektif.4

Dari dulu sampai sekarang keterkaitan sejarah, sebagaimana di kisahkan dengan


kebenaran adalah masalah yang tidak pernah berhenti. Masalahnya menjadi semakin rumit
karena konsep kebenaran sejarah bukan sesuatu yang berhenti pada dirinya. Sebagai milik
masyarakat, sejarah merupakan ingatan kolektif tentang masa lalu. Sejarah adalah sesuatu
yang pantas di ingat karena memancarkan nilai yang bermakna bagi kehidupan bangsa,
misalnya dalam hal terbentuknya kesatuan sosial dan alam pikiran, tempat bangsa itu hidup,
dan makna lembaga-lembaganya. Oleh karena itu, sejarah melukiskan pertumbuhan itu
hingga orang mengerti masa lalu bangsa tersebut yang bermuara pada masa kininya.
4
Aam Abdillah. Pengantar Ilmu Sejarah. (Bandung: Pustaka Setia: 2012). hal.17
Dengan mengerti masa lalu, orang dapat memahami masa kini. Dengan memahami masa
kini, dapat menggariskan masa datang.

Penjelasan sejarah mencakup tiga hal yaitu:

1. Hermeneutucs dan verstehen, menafsir dan mengerti.


2. Penjelasan tentang waktu yang memanjang.
3. Penjelasan tentang peristiwa tunggal.

Sejarah bukanlah karya yang sudah selesai namun selalu berproses dalam kehidupan
masyarakat suatu bangsa dan sejarah senantiasa ditulis oleh setiap gerenasi dalam bentuk
yang berbeda. Penulisan sejarah oleh sejarawan dihadapkan pada pilihan-pilihan
partikularistik-individualistik-mikroskopik atau generalistik-holistik-makroskoptik.5

Eksplanasi sejarah memiliki langkah-langkah untuk menyusun suatu cerita yaitu:

1. Memilih satu topik yang sesuai.


2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.
3. Membuat catatan tentang itu, apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan
topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung (Misalnya dengan
menggunakan system cards).
4. Mengevaluasi secara kristis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber).
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (Catatan fakta-fakta) kedalam suatu pola yang
benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikan kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas
mungkin.

5
Murdiyah Winarti. Eksplanasi Sejarah. (Bandung: 2021)
MODEL-MODEL EKSPLANASI

Model kausalitas berupaya menjelaskan peristiwa sejarah dengan merangkaikan


berbagai fakta dalam sintesis hubungan sebab akibat. Hukum sebab akibat menunjukan
bahwa setiap fenomena merupakan akibat dari sebab sebelumnya. Kajian sejarah yaitu
kajian tentang sebab-sebab dari suatu peristiwa terjadi sehingga hampir merupakan aksioma
atau kebenaran umum.

1. Kausalitas

Masalah kausalitas adalah bagian dari masalah eksplanasi sejarah yang luas dan
mendalam serta semuanya merupakan masalah metodologis. Kajian sejarah merupakan
bahasan tentang sebab-sebab dari suatu peristiwa yang terjadi sehingga hamppir merupakan
aksioma bahwa segala sesuatu mempunyai sebab-sebab. Dengan kata lain bahwa setiap
fenomena merupakan akibat (consequence) dari sebab sebelumnya (antecendent cause).
Kausalitas dalam sejarah adalah suatu rangkaian peristiwa yang mendahului dan peristiwa
yang menyusul. Konsep kausalitas telah memasuki kisah sedemikian rupa tanpa kausalitas
penulisan sejarah mungkin merupakan katalogus atau kronoloogi. Akan tetapi, penelitian
sebab dalam sejarah harus ditempatkan berdasarkan dua pembatasan yang ditentukan saja,
yaitu :

1. Batas jangkauan masa lampau yang di alaminya akan dicari interelasi anteseden
atau yang mendahului.
2. Batas jumlah faktor yang berpengaruh dan dianggap tetap konstan dan karenanya
tidak di periksa.

Model kausalitas berupaya menjelaskan peristiwa sejarah dengan merangkaikan


berbagai fakta dalam sintesis hubungan sebab akibat (cause-effect). Hukum sebab akibat
(law of causation) menunjukan bahwa setiap fenomena merupakan akibat dari sebab
sebelumnya. Kajian sejarah adalah kajian tentang sebab-sebab dari suatu peristiwa terjadi
sehingga hampir merupakan aksioma atau kebenaran umum. Dalam perkembangannya,
hukum kausalitas di anggap ketinggalan karena memiliki tendensi deterministik. Alternatif
terhadap hukum kausalitas adalah pendekatan fungsional.

Penjelasan dalam hukum kausalitas di mulai dengan mencari sejumlah sebab untuk
peristiwa yang sama. Sebab- sebab yang banyak tersebut disebut kemajemukan (multiplity
of cause). Dalam konteks ini, setiap sebab memiliki kedudukan sama penting. Langkah
selanjutnya adalah menganalisis sebab-sebab untuk kemudian mendapatkan penyebab
utama (the ultimate cause), sebab dari semua sebab (cause of all causes).

Kaitannya dengan kemajemukan sebab, muncul persoalan determinisme dalam


sejarah (determinism in history) dan kebetulan dalam sejarah (chance in history). Ahli
filsafat Hegel dianggap sebagai peletak dasar filsafat sejarah determinisme. Kritik terhadap
determinisme adalah di anggap mengabaikan kemauan bebas (free well) manusia.
Determinisme dianggap bertentangan dengan adanya penyebab majemuk atau multi kasual.
Sementara itu, kebetulan sejarah menganggap pertemuan atau benturan antar sebab dalam
peristiwa sejarah sebagai sebuah kebetulan. Kebetulan yang kemudian mengubah jalannya
sejarah. Teori kebetulan mendapat kritik karena di anggap melebih-lebihkan. Penganut teori
ini di anggap malas melakukan penelitian, kemalasan intelektual (intelectual laziness) atau
vitalitas yang rendah (law intelectual vitality).

Dalam melakukanrekonstruksi sejarah, tidak semua fakta otomatis menjadi fakta


sejarah. Fakta-fakta masa lalu baru menjadi fakta sejarah jika sejarawan memilihnya karena
di anggap mempunyai hubungan (relevansi) dan berarti (signifikansi) dengan apa yang di
teliti. Hal yang sama juga berlaku bagi penganut multi-kasual dalam peristiwa sejarah.
Susunan sebab-sebab, signifikansi serta relevansi antar satu sebab atau serangkaian sebab
dengan yang lainnya merupaan esensi penafsiran sejarah.

2. CLM (Covering Law Model)


CLM (Covering Law Model) adalah salah satu model eksplanasi sejarah. Covering
Law Model atau yang disingkat CLM adalah model yang dikembangkan oleh Carl Gustav
Hempel untuk memberikan penjelasan sejarah. Model Covering Law Model ini berawal
dari pikiran David Hume seorang filsuf yang berasal dari Skotlandia. Di bawah ini akan
dijelaskan tentang pengertian Covering Law Model dalam eksplanasi sejarah.

David Hume, seorang filsuf dari Skotlandia merumuskan modul pertama Mengenai
Covering Law Model. Pada abad ke -18 banyak orang terkesan oleh prestasiprestasi yang
telah dicapai oleh ilmu alam. Maka masuk akal apabila ada ide untuk menerapkan metode-
metode dan penelitian ilmu alam terhadap masyarakat manusia. Ada pertimbangan-
pertimbangan lain yang ikut memainkan peranan. Seperti alam raya tetap sama, tetap setia
trhadap kodratnya, demikian pula kodrat manusia tidak dapat berubah. Seperti alam diatur
oleh hukumhukum tertentu, demikian pula perbuatanperbuatan manusia tunduk kepada
prinsipprinsip tertentu yang “konstan dan universal”. David Hume menganjurkan agar
metode-metode yang di gunakan dalam ilmu alam juga diterapkan terhadap perbuatan
manusia.

Auguste Comte seorang Tilsuf dari abad ke19 berpendapat bahwa cara kerja
seorang peneliti sejarah harus sama dengan metode kerja seorang peneliti alam raya. Itulah
yang di rumuskan Comte dengan istilah “Positivisme”. Bila di rumuskan secara umum
maka menurut positivisme hanya terdapat satu jalan dalam memeperoleh pengetahuan yang
benar dan dapat di percaya, entah apa objek penelitian kita (alam hidup, alam mati, sejarah
dan sebagainya), yakni menerapkan metodemetode ilmu eksata.

Contoh Covering Law Model yang menerangkan pemikiran Carl Gustav Hempel yakni:
mengapa seorang tokoh Belanda sudah menyerah pada tanggal 8 Maret 1942 kepada
panglima Jepang? kedua premis yang menghasilkan suatu keterangan berbentuk sebagai
berikut:
a) Selalu bila musuh menyerang dengan kekuatan militer yang lebih unggul, khusus di
udara maka perlawanan di hentikan,

b) Tentara Jepang dengan jelas memperlihatkan bahwa lebih unggul dari tentara
Belanda Kesimpulan dapat ditarik peristiwa yang ingin kita terangkan
(eksplanadum) diterangkan dengan memuaskan (eksplanans).Di atas telah
dibicarakan jenis peristiwa-peristiwa tandatanda yang di gunakan (C1,C2,…), serta
E (event)menunjukka peristiwa-peristiwa itu. Kadangkadang dengan salah satu
objek terjadi sesuatu, misalnya Tentara Jepang melihatkan keunggulannya, dapat di
gunakan simbol X (C1,C2,C3,…) dan XE. Objek X yang mempunyai sifat-sifat
C1,C2,C3, dan E. Dapat di rumuskan kembali sebagai berikut:
1) X (C1,C2,C3,…..) XE
2) 2)X (C1,C2,C3,…..) XE

3. Hermeneutika

Hermeneutika bertolak dari tradisi-tradisi relativisme (Humaniora), yaitu berbuat


dengan mencapai tujuan tertentu (Intensionalisme) dengan tokoh-tokoh seperti Dilthey,
Croce, dan Collingwood, yang berpendapat bahwa perbuatan manusia hanya lebih sesuai
dengan bentuk kajian ideografik (kekhususan, partikularistik) dari pada kajian nomotetif,
(keumuman,generalistik). Tradisi hermeneutika yang menjadi pembela utama pendekatan
interpretif (interpretive approch) menolak kemungkinan suatu unifikasi (atas dasar-dasar
empiris atau realis) antara ilmu alam dan kajian-kajian menenai perbuatan (action), sejarah,
dan masyarakat. Hermene.utika menekankan secara tegas perbedaan antara ilmu alam dan
ilmu kemanusian.
Hermeneutika boleh dibilang menjadi semacam antitesis terhadap teori
CLM.Hermeneutika menekankan secara jelas antara ilmu alam dengan ilmu
kemanusian.Penganut hermenutika berpendapat bahwa perbuatan manusia hanya bisa
diterangkan dengan kajian edografik (kekhusunan, partikularistik) dari pada nomotetik
(keumuman,generalistik).

Perngertian hermeneutika erat hubungannya dengan penafsiran teks-teks dari masa


lalu dan penjelasan pelaku sejarah. Sejarawan mencoba menjelaskan masa lalu dengan
mencoba menghayati atau dengan empati, menepatkan dirinya dalam alam pemikiran
pelaku sejarah. Hermeneutika mencoba memasuki diri pelaku dan berupaya memahami apa
yang dipikirkan, dirasakan, dan diperdialog buat pelaku sejarah. Ada semacam dialog batin
anatara batin sejarawan yang menggunakan pengalaman hidupnya sendiri dan sumber-
sumber sejarah yang digunakan.

4. Model Motivasi

Eksplanasi model motivasi dibagi atas dua bagian diantaranya:

1. Bentuk eksplanasi kausal, dimana akibat merupakan suatu perbuatan yang inteligen,
sedangkan sebab merupakan pikiran di belakang perbuatan itu;
2. Bentuk tingkah laku yang berpola.

Pada dasarnya, model ini menekankan penggunaan pendekatan psikohistori yang


berpijak pada teori psikoanalisis dari sigmund Freud.Kelemahan pendekatan ini terletak
pada keterbatasan-keterbatasan metode psikoanalisis sendiri,selain prosedur historiografi
yang kurang memadai.

KESIMPULAN

Eksplanasi merupakan perluasan pertanyaan faktual untuk mengetahui alasan dan


jalannya sebuah peristiwa. Mengapa (why) dan bagaimana (how) merupakan pertanyaan
analisis-kritis yang juga menurut jawaban analisis-kritis yang bermuara pada penjelasan
atau sintesis sejarah.Di sisi lain, eksplanasi merupakan perluasan pertanyaan faktual untuk
mengetahui alasan dan jalannya sebuah peristiwa.Mengapa (why) dan bagaimana (how)
merupakan pertanyaan analisis-kritis yang juga menuntut jawaban analisis-kritis yang
bermuara pada penjelasan atau sintesis sejarah. Dalam kaitannya dengan deskripsi,
eksplanasi dibangun atas deskripsi faktual karena eksplanasi tanpa deskripsi adalah fantasi.
Model-model eksplanasi yaitu :(1) Kausalitas, (2) Covering Law Model, (3) Hermeneutika,
(4) Model Motivasi.

Anda mungkin juga menyukai