Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CARA BERFIKIR SEJARAH


SINKRONIK DAN DIAKRONIK

Disusun Oleh Kelompok 4 :

- DWI A’IM TAJRIDA


- BQ. AULIA ENDINI PUTRI
- ROFI JANUAR ASRORY
- KHALID ABDUL MAJID

KELAS : X IPS I

MA NW JUET
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah ”CARA BERFIKIR SEJARAH SINKRONIK
DAN DIAKRONIK”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari
pelajaran yang sesungguhnya. Oleh karna itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga
makalah ini dapat berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Lepak, 06 September 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Berfikir sejarah pada pembelajaran sejah ini terkait aspek atau kemampuan
berpikir. Kemampuan berpikir sejarah ini tidak akan terlepas dari cara berpikir
kronologi (diakronik) dan sinkronik. Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu
diakronis berasal dari kata diachronich ; (dia dalam bahasa latin artinya melalui/
melampaui dan chronicus artinya waktu). Diakronis artinya memanjang dalam
waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Sedangkan, sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam
waktu. Cara berpikir sinkronik sangat mempengaruhi kelahiran sejarah baru yang
sangat dipengaruhi perkembangan imu-ilmu sosial. Pengaruh itu dapat digolongan
ke dalam tiga macam, yaitu konsep, teori, dan permasalahan.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang
dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep
kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Dalam pembelajaran sejarah
Indonesia perlu juga dikembangkan kemampuan berpikir sejarah (historical
thinking). Kemampuan berpikir sejarah ini terkait aspek atau kemampuan berpikir
kronologis, memperhatikan prinsip sebab akibat dan prinsip perubahan dan
keberlanjutan.
Menpelajari kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) sangat
diperlukan. Hal ini dikarehakan dengan mempelajari kemampuan berpikir sejarah
(historical thinking), dapat memgerti aapa saja yang dibicarakan dan dipikirkan
sejarah. Sehingga bila kemampuan berpikir sejarah (historical thinking) itu
diterapkan pada pelajaran sejarah, maka akan memperoleh pengetahuan secara
menyeluruh dan lebih mendalam.

1.2.Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari berpikir sejarah ?
2) Bagaimana konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik ?
3) Bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan sinkronik dalam
pembelajaran sejarah ?
1.3.Tujuan dan Manfaat
1) Untuk mengetahui definisi dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik.
2) Untuk mengetahui konsep dari berpikir sejarah diakronik dan sinkronik.
3) Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan berpikir diakronik dan
sinkronik dalam pembelajaran sejarah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Berpikir Sejarah Diakronik dan Sinkronik


Secara etimologi,diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti
melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu
suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan
tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,yaitu
yang artinya sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas
dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat
memiliki sifat yang diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan
terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus
digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan
menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi
suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam menulis sejarah
adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan Jerman yang
bernama Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus
menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat
yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang terbatas. Ini
sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu
dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata
diachronich; ( dia dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus
artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam
ruang. Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah mengenal adanya suatu
proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan
suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Seorang
sejarawan harus mampu melakukan rekonstruksi dan analisis peristiwa sejarah
berdasar fakta yang mereka gunakan secara sistematis dan kronologis. Dalam
menjelaskan atau merekonstruksi dan menjelaskan suatu peristiwa sejarah,
seorang sejarawan dapat menggunakan dua model penulisan. Dua model
penulisan tersebut adalah bersifat deskripsi-naratif dan bersifat deskriptif-
eksplanatif. Menurut R. Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia model penulisan seperti ini lebih memberikan mengenai rangkaian
kejadian dan peristiwa serba berjajar dan berderet- deret tanpa menjelaskan latar
belakangnya, hubungan satu dengan lainya, serta sebab akibat dari peristiwa
tersebut. Sedangkan model penulisan sejarah model kedua lebih kepada
bagaimana seorang penulis tersebut mengungkapkan suatu peristiwa sejarah
dengan disertai analisis-analisis yang mendalam mengapa peristiwa itu dapat
terjadi. Model kedua ini juga meluaskan cakupan ruang dalam penulisanya,
sehingga tidak terbatas pada satu ruang tersebut. Model penulisan seperti ini
cenderung menggabungkan sifat sejarah yang diakronis dan ilmu-ilmu sosial yang
sinkronis. Artinya, selain memanjang dalam waktu, sejarah juga melebar dalam
ruang.

2.2.Konsep Berpikir Diakronik dan Sinkronik


Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang
dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep
kronologi, konsep kronik, dan historiografi. Untuk lebih mengerti, berikut
penjelasannya :
1. Konsep Periodisasi dalam Ilmu Sejarah
Secara umum periodisasi artinya tingkat perkembangan masa atau
pembabakan suatu masa. Sedangkan periodisasi dalam sejarah berarti tingkat
perkembangan masa dalam sejarah atau pembabakan masa dalam sejarah.
Sejarah sejak manusia ada hingga saat ini tentulah sangat panjang dan
terdapat banyak peristiwa atau kejadian dengan jumlah yang sangat banyak. Para
ahli ataupun sejarawan akan kesulitan dalam memahami ataupun membahas
masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Karena itu,
untuk mempermudah memahaminya, para ahli kemudian menyusun suatu
periodisasi sejarah atau pembabakan-pembabakan masa sejarah.
Contoh periodisasi adalah periodisasi sejarah Eropa sampai sekarang.
Terdiri dari sejarah Eropa Purba -> Sejarah Eropa Kuno -> Sejarah Eropa Abad
Pertengahan -> Sejarah Eropa Zaman Renaisans dan Humanisme -> Sejarah
Eropa Baru -> Sejarah Eropa Modern. Untuk mempermudah pemahaman sejarah
Eropa secara utuh, maka dilakukan pembabakan masa atau periodisasi yang setiap
periode waktunya memiliki ciri-ciri tersendiri.

2. Konsep Kronologi dalam Ilmu Sejarah


Kehidupan umat manusia diliputi oleh berbagai perkembangan, baik
dalam tingkat yang sangat sederhana sampai yang lebih kompleks. Setiap masa
dalam kehidupan manusia selalu diliputi oleh peristiwa. Peristiwa itu bisa besar
seperti Perang Dunia I dan II, Proklamasi kemerdekaan, dan lain-lain. Bisa pula
peristiwa kecil dari umat manusia seperti kenaikan tahta seorang raja, ikatan
pernikahan dan sebagainya. Inilah sebabnya ilmu sejarah merupakan suatu ilmu
yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan manusia.
Dengan kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia,
maka setiap peristiwa diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan jenis-jenis
peristiwa tersebut. Disinilah kemudian konsep kronologis berfungsi, peristiwa
yang telah diklasifikasikan tadi, disusun secara kronologis berdasarkan urutan
waktu kejadian dari peristwa-peristiwa tersebut.

3. Konsep Kronik dalam Ilmu Sejarah


Kata "kronik" dapat ditemukan dalam sejarah dinasti-dinasti dari kerajaan
Cina. Kronik merupakan sejenis kumpulan tulisan-tulisan dari dinasti-dinasti yang
berkuasa di Cina, seperti Kronok dinasti Chou, Chin, Tang, Ming, Sung dan
dinasti-dinasti lainnya. Kronik itu merupan suatu kumpulan tulisan tentang
perjalanan seorang musafir atau seorang pujangga dan juga seorang pendeta.
Mereka akan menulis seluruh peristiwa atau kejadian maupun hal-hal yang yang
baru ditemukan ketika melakukan perjalanannya, baik daerah yang dilalui maupun
yang disinggahinya.

4. Historiografi dalam sejarah


Penulisan adalah puncak segala-galanya. Apa yang dituliskan, itulah
sejarah, yaitu sejarah sebagaimana ia dikisahkan, yang mencoba mengungkap dan
memahami sejarah sebagaimana terjadinya. Dan hanya penulisan sejarah inilah
yang disebut historiografi.
Historiografi terbentuk dari dua akar kata yaitu history dan grafi. Histori
artinya sejarah dan grafi artinya tulisan. Jadi historiografi artinya adalah tulisan
sejarah, baik itu yang bersifat ilmiah (problem oriented) maupun yang tidak
bersifat ilmiah (no problem oriented).
Problem oriented artinya karya sejarah ditulis bersifat ilmiah dan
berorientasi kepada pemecahan masalah (problem solving), yang tentu saja
penulisannya menggunakan seperangkat metode penelitian. Sedangkan yang
dimaksud dengan no problem oriented adalah karya tulis sejarah yang ditulis tidak
berorientasi kepada pemecahan masalah dan ditulis secara naratif, juga tidak
menggunakan metode penelitian. Historiografi merupakan tahap terakhir dalam
penyusunan sejarah.
Penulisan sejarah dalam historiografi lebih merupakan ekspresi kultural
daripada usaha untuk merekam masa lalu. Oleh karena itu, historiografi adalah
ekspresi kultural dan pantulan dari keprihatinan kelompok sosial masyarakat atau
kelompok sosial yang menghasilkannya.

2.3 Penerapan Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Pembelajaran


Sejarah
2.3.1 Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu,
sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa
tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang
waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis
evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan
seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahan itu terjadi
sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk
menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga
memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan MENGAPA keadaan
tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau MENGAPA keadaan tertentu
berkembang / berkelanjutan.
Contoh :
o Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
o Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
o Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949;
o Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.

2.3.2 Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah


Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya
ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa
sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak
berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa
yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu
kondisi seperti itu.
Contoh : satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk
menggambarkan keadaan ekonomi di Indonesia pada suatu waktu
tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan
tertentu dan pada di saat itu. Penelitian arsip memungkinkan orang untuk
meneliti waktu yang panjang.
Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah
yang ada didalam waktu yang panjang itu.
Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang
meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang
terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik-topik dari ilmu
sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah :
o Tarekat Naqsyabandiyah.
o Qodiriyah di pesantren-pesantren Jawa.
o Kota-kota metropolitan : Jakarta, Surabaya dan Medan ;
(metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang
kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi
ruangnya yang sangat luas.
Kedua ilmu ini saling berhubungan (ilmu sejarah dan ilmu-ilmu
sosial). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang
diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah
menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan
sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis Contoh :
o Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang
ahli ilmu politik )
o Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )

2.3.3 Mendeskripsikan konsep ruang dan waktu


1. Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
o Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam
perjalanan waktu.
o Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan
dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
o Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep
ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
2. Konsep waktu
o Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi,
masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
o Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah,
masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu
saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat
dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
o Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan
untuk perencanaan masa yang akan datang
3. Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan
dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai
subyek atau pelaku sejarah
o Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu
kejadian
o Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu
karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu
tempat dimana manusia hidup ( beraktivitas).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara etimologi, diakronik berasal dari bahasa yunani yang berarti
melintas atau melewati khronus yang berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu
suatu peristiwa yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan
tidak begitu saja. Sedangkan sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN,
yaitu yang artinya sebagai ilmu yang meneliti gejala-gejala yang meluas dalam
meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas. Ilmu sejarah memiliki sifat
memiliki sifat yang diakronik, yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruangan
terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang harus
digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah.
Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu
merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Ke-objektifan dalam
menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang diungkapkan sejarawan
Jerman yang bernama Leopold Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan
harus menulis “apa yang sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki
sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan dalam ruang yang
terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat
sinkronis yaitu dalam ruang yang luas dan waktu yang terbatas.
Cara berfikir sejarah dalam mengkaji peristiwa-peristiwa yang
dipelajarinya terbagi menjadi empat konsep, yaitu konsep periodisasi, konsep
kronologi, konsep kronik, dan historiografi.

3.2. Saran
Setelah membahas makalah tentang berfikir sejarah secara diakronis dan
sinkronis, diharapkan bagi khalayak umum yang telah membaca makalahn ini
diharapkan dapat mengetahui konsep dasar berfikir sejarah, strategi
Pengembangan berfikir sejarah, dan penerapan berfikir sejarah dalam
pembelajaran sejarah, sehingga dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
dapat menerapkan pemikiran sejarah dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http:///HistoriaMagistraPengertiandiakronikdansinkronis.html
http:///H:/berpikirsejarah/Caraberfikirsejarahkelompok.html
http:///H:/berpikirsejarah/CaraBerfikirSejarahdalamMengkajiPeristiwa-
peristiwayangDipelajarinyaWawasanPendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai