Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sejarah

1. Pengertian Sejarah

Sejarah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu

“syajaratun” yang artinya “pohon” atau “asal-usul” yang kemudian

berkembang ke dalam bahasa melayu “syajarah” yang akhirnya menjadi

kata “sejarah” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan sejarah dalam bahasa

Inggris disebut “history” yang berasal dari bahasa Yunani yaitu

“historia” yang berarti inquri, wawancara, interogasi dari seorang saksi

mata dan juga laporan mengenai tindakan-tindakan.1

Sedangkan sejarah dalam etimologi merupakan ilmu yang

mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau yang disebabkan oleh

aktivitas manusia yang berakibat terjadinya perubahan pada peradaban

umat manusia. Perubahan tersebut dapat berupa perkembangan,

pertumbuhan, kemunduran dan kehancuran.

Sebagai ilmu, para filusuf, sejarawan serta ilmuan sosial lain telah

memberikan defenisinya tersendiri tentang sejarah, namun satu dengan

yang lainnya memiliki kemiripan.

1
Helius sjamsudin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), h .1

13
14

a. Herodotus (484-425), filsuf terkenal dari yunani mengatakan bahwa

sejarah merupakan suatu kajian untuk mencerritakan seluk beluk jatuh

bangunnya seorang tokoh, masyarakat, ataupun peradaban.2

b. Aristoteles (384-322), juga filsuf yunani, berpendapat bahwa sejarah

merupakan kegiatan penelitian yang sistematis mengenai gejala alam,

terutama yang menyangkut kehidupan manusia dalam urutan

kronologis.

c. Ibnu Khaldun (1322-1406), mendefenisikan sejarah sebagai catatan

tentang manusia atau peradapan manusia serta keseluruhan proses

perubahan yang terjadi, yang meliputi realitas dan sebab akibatnya.

d. Muhammad Yamin, mendefinisikan sejarah sebagai ilmu pengetahuan

yang disusun atas hasil penyeldidikan dari beberapa peristiwa yang

dapat di buktikan.3

e. Kuntowijoyo mengatakan sejarah yaitu rekontruksi masa lalu tentang

apa yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan didiami

manusia.

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dipahami

bahwa sejarah adalah suatu peristiwa masa lalu yang dialami oleh

manusia, dimana didalamnya terdapat dimensi waktu dan tempat

terjadinya suatu peristiwa. dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa

sejarah tidak hanya berarti peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Sejarah juga berarti kajian atau penelitian yang sistematis dari peristiwa
2
Ratna hapsari, Sejarah Indoneisia, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 7
3
Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, dan IPTEK,
(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2012), h. 11
15

itu, dengan kata lain sejarah sebagai ilmu. Dengan defenisi diatas dapat

kita rumuskan bahwa, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari berbagai peristiwa atau kejadian penting dalam kehidupan

umat manusia pada masa lampau.

2. Konsep Sejarah

Berdasarkan pada pengertian diatas, maka pendefinisian

mengenai konsep sejarah juga harus dirumuskan dalam beberapa

kategori, yaitu:4

a. Sejarah sebagai aktualitas

Sejarah sebagai aktualitas yaitu sejumlah peristiwa, kejadian dan

perubahan perubahan yang telah terjadi dalam kehidupan manusia

yang berkaitan dalam kehidupan manusia.

b. Sejarah sebagai catatan

Sejarah sebagai catatan yaitu pengungkapan dan penggambaran

tentang seperangkat jalinan peristiwa, kejadian dan perubahan pada

kehidupan manusia dalam dimensi waktu yang sistematis.

c. Sejarah sebagai ilmu

Sejarah sebagai ilmu yaitu suatu acuan tentang cara cara untuk

menyelidiki, menganalisis jaringan jaringan kausalitas (sebab-akibat)

dari peristiwa masyarakat yang telah terjadi.

4
Irhas A. Samad, Ilmu Sejarah (Jakarta : Hayfa Press, 2013), h. 38-39
16

Selain itu, Kuntowijoyo dalam kutipan Abdurrahman Hamid dan

M. Saleh Majid, memberikan lima pokok pikiran yang terkait dengan

sejarah sebagai ilmu. Pertama, sejarah bersifat empiris, hal ini karena

sejarah sangat tergantung pada pengalaman manusia sebagai objek yang

terekam dalam dokumen dan memori kolektif manusia. Kedua, sejarah

mempunyai objek dalam sejarah adalah manusia, dimana sejarah

menjelaskan tentang apa yang dilakukan manusia dimasa lalu. Ketiga,

sejarah mempunyai teori. Keempat, sejarah mempunyai generalisasi.

Sejarah sebagai ilmu lainya, juga menarik kesimpulan-kesimpulan

umum. Kelima, sejarah mempunyai metode, hal ini berkaitan tujuan ilmu

sejarah.

3. Tujuan dan Manfaat Sejarah

a. Tujuan Ilmu Sejarah

Banyak sekali pertanyaan yang muncul ketika diri kita maupun

orang lain yang akan atau ingin mempelajari sejarah, salah satunya

ialah pertanyaan yang mengenai tujuan dari mempelajari sejarah. Hal

ini karena banyak orang yang masih beranggapan bahwa sejarah

hanya mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau saya dan tidak

hanya kaitannya dengan kehidupan yang sekarang.

Maka dari itu, Tamburaka menjelaskan ada dua aspek dalam

mempelajari sejarah, yaitu:5 Pertama, untuk mengetahui rasa ingin

5
Ratna hapsari, op.cit., h. 5-6
17

tahu mengenai peristiwa masa lampau, tentang bagaimana deskripsi

peristiwanya, mengapa peristiwa itu terjadinya, dan bagaimana akhir

peristiwa itu, serta perkiraan implikasi atau dampak peristiwa tersebut

terhadap bidang bidang kehidupan lainnya. Kedua, untuk lebih

mengetahui lebih mendalam apakah sejarah merupakan seni atau suatu

disiplin ilmu, seperti sebagaimana apa yang disampaikan.

b. Manfaat Ilmu Sejarah

Sejarah selalu dikaitkan dengan pertanyaan peristiwa atau

kejadian masa lampau. Selaku sebuah cerita sejarah memberikan suatu

keadaan yang sebetulnya terjadi, berbeda dengan dongeng yang juga

berbentuk cerita. Dengan demikian manfaat dalam mempelajri sejarah

yaitu:

1) Untuk memmperoleh pengalaman mengenai peristiwa peristiwa

sejarah.

2) Untuk mengetahui dan menguasai hukum hukum sejarah yang

berlaku agar kemudian dapat memanfaatkan dan menerapkannya

untuk mengetahui dan mengatasi persoalan.

3) Untuk menumbuhkan kedewasaan berfikir, memiliki cara pandang

kedepan yang lebih luas.

B. Lembaga

1. Lembaga Pendidikan

a. Lembaga Pendidikan Islam Formal (Sekolah/Madrasah)


18

Pengertian lembaga pendidikan Islam formal adalah bila dalam

pendidikan tersebut diadakan di tempat tertentu, teratur, sistematis,

mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu,

berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi,

dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan6.

Sementara Hadari Nawawi mengelompokkan lembaga

pendidikan formal kepada lembaga pendidikan yang kegiatan

pendidikannya diselenggarakan secara sengaja, berencana, sistematis

dalam rangka membantu anak dalam mengembangkan potensinya

agar mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di bumi7.

Sedangkan Gazalba memasukkan lembaga pendidikan formal ini

dalam jenis pendidikan sekunder, sementara pendidiknya adalah guru

yang profesional, di negara Republik Indonesia ada tiga lembaga

pendidikan yang diidentikkan sebagai lembaga pendidikan Islam,

yaitu: pesantren, madrasah dan sekolah milik organisasi Islam dalam

setiap jenis dan jenjang yang ada. Lembaga pendidikan Islam formal

di Indonesia adalah sebagai berikut:8

1) Raudhatul Athfal atau Busthanul Athfal, atau nama lain yang

disesuaikan dengan organisasi pendirinya.

2) Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar Islam (SDI).

6
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 282
7
Abu Ahmadi dan Nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipata, 1991), h.
171-172.
8
Ramayulis, Op.Cit., h. 283
19

3) Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Islam

(SMPI)

4) Madrasah Mu’allimin Mu’allimat (MMA), atau Madrasah

Mu’allimin Atas (MMA).

5) Perguruan Tinggi, antara lain Sekolah Tinggi Agama Islan (STAI),

6) Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Islam Negeri

(UIN)

7) Atau lembaga sejenis milik yayasan atau organisasi ke Islaman,

seperti Sekolah Tinggi, Universitas atau Institut swasta milik

organisasi atau yayasan tertentu.

Demikian beberapa lembaga pendidikan Islam yang dapat

dikategorikan kepada pendidikan formal.

b. Lembaga Pendidikan Islam Non Formal (Masyarakat)

Lembaga pendidikan Islam non formal merupakan lembaga

yang teratur namun tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap

dan ketat. Menurut abu ahmadi mengartikan lembaga pendidikan non

formal kepada semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan

sengaja, tertib, dan terencana diluar kegiatan lembaga sekolah

(lembaga pendidikan formal) dengan tetap menumbuhkan nafas Islami

di dalam proses penyelenggaraannya.

Lembaga pendidikan non formal berfungsi mengembangkan

potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan


20

dan keterampilan serta pengembangan sikap dan kepribadian

profesional. Pendidik atau guru pada lembaga pendidikan non formal

adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraan pendidikan. Ini tertuang dalam Undang-

Undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1, Ketentuan Umum

pasal 1 ayat 5. Peserta didik dalam hal ini adalah masyarakat

luas.Pendidikan non formal juga di kelompokkan ke dalam pendidikan

luar sekolah yang hal ini diatur dalam PP No. 73 tahun 1991.

Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang di selenggarakan di

luar sekolah baik di lembagakan maupun tidak.9

Yang termasuk jalur pendidikan luar sekolah adalah

pendidikan yang di selenggarakan di luar sekolah baik di lembaga

pemerintah, non pemerintah, maupun sektor swasta dan masyarakat.10

Lembaga pendidikan Islam non formal merupakan mekanisme yang

memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup.

Kemunculan paradigma pendidikan berbasis masyarakat dipicu oleh

arus besar modernisasi yang menghendaki terciptanya demokratisasi

dalam segala dimensi kehidupan manusia, termasuk di bidang

pendidikan. Mau tidak mau pendidikan harus dikelola secara

desentralisasi dengan memberikan tempat seluas-luasnya bagi

9
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional, (Medan;
IAIN Press, 2002), h. 167.
10
Ibid., h. 170
21

partisipasi masyarakat, dan tetap mengelola kebutuhan-kebutuhan

lembaga.

Pendidikan Islam di masyarakat yang didasari, digerakkan, dan

dikembangkan oleh jiwa Islam (Al- Qur’an dan As Sunnah). Berpijak

pada tanggung jawab masyarakat diatas, lahirlah lembaga pendidikan

Islam yang dapat dikelompokkan dalam jenis pendidikan non formal

adalah11 :

1) Masjid, Mushalla, Langgar, surau, dll.

2) Madrasah Diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi

3) Majelis Taklim, Taman Pendidikan Al-Qur’an, dll.

4) Kursus-kursus ke Islaman.

5) Badan pembinaan rohani.

6) Badan-badan konsultasi keagamaan.

7) Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an.

c. Lembaga pendidikan tinggi dan perguruan tinggi

Istilah pendidikan tinggi dan perguruan tinggi sering saling

dipertukarkan dengan anggapan mempunyai arti yang sama, padahal

kedua istilah tersebut memilki arti yang berbeda. Dalam pasal 19 ayat

(1) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Nasional disebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program

11
Ramayulis, Op.Cit., h. 284
22

pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi.12 Perguruan Tinggi adalah

satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, yang ke

lembaganya dapat berupa akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut

atau universitas. Pendidikan tinggi berkewajiban menyelenggarakan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

2. Pemberian Nama Lembaga

a. Pengertian Nama

Nama merupakan kata untuk menyebut atau memanggil nama

orang (tempat, barang, binatang, dan sebagainya).13 Nama dapat

dipakai untuk menamai tempat dan dengan penamaan itu tempat dapat

dikenal. Nama merupakan kata-kata yang menjadi label setiap

makhluk, benda, aktivitas, dan peristiwa di dunia ini, nama-nama ini

muncul akibat dari kehidupan manusia yang kompleks dan beragam.

Istilah adalah nama tertentu yang bersifat khusus atau suatu nama

yang berisi kata atau gabungan kata yang cermat mengungkapkan

makna, konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang

tertentu. Definisi adalah nama yang diberi keterangan singkat dan

jelas di bidang tertentu. Suatu nama dapat berfungsi sebagai istilah;

12
Syahrizal Abbas, Manajemen Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2014 ), h. 89
13
Alwi Hasan, dkk.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 773
23

istilah-istilah akan menjadi jelas bila diberi definisi, demikian pula

nama istilah sama halnya.14

b. Cara Membentuk Nama

Nama badan usaha, kawasan, dan bangunan yang akan

dicantumkan dalam nama menempuh proses pembentukan sebagai

berikut:15

1) Kata yang menjadi bagian nama badan usaha, kawasan, dan

bangunan adalah kata yang ringkas dan bernilai rasa yang baik.

2) Pemilihan bentuk kata dalam pemberian nama didasarkan pada

pola pertalian bentuk dengan maknanya.

3) Pola “diterangkan-menerangkan” adalah urutan yang lazim pada

kelompok kata.

4) Pola “diterangkan-menerangkan” dapat diterapkan pada nama yang

menjadi satu kata.

Nama memiliki pengertian kata untuk menyebut seseorang

atau sesuatu, sehingga nama termasuk bentuk dari kata Pengetahuan

mengenai nama, disebut onomastika. Ilmu ini dibagi atas dua cabang,

yakni pertama, antroponim, yaitu pengetahuan yang mengkaji riwayat

atau asal-usul nama orang atau yang diorangkan; kedua, toponimi,

yaitu pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama tempat.

14
Djaja sudarma, T. Fatimah, Semantik 1, Jakarta: Refika, 1999), h. 30
15
Ibid., h. 35
24

Di samping sebagai bagian dari onomastika, penamaan tempat

atau toponimi juga termasuk ke dalam teori penamaan (naming

theory).16

Penamaan bersifat konvensional dan arbitrer, dikatakan

konvensional karena disusun berdasarkan kebiasaan masyarakat

pemakainya, sedangkan dikatakan arbriter karena tercipta berdasarkan

kemauan masyarakatnya Penamaan atau penyebutan (naming)

termasuk salah satu dari empat cara dalam analisis komponen makna

(componential analysis), tiga cara lainnya ialah parafrase,

pendefinisian, dan pengklasifikasian. Sekurang-kurangnya ada

sepuluh cara penamaan atau penyebutan, yakni17: (1) peniruan bunyi

(onomatope), (2) penyebutan bagian (sinecdoche), (3) penyebutan

sifat khas, (4) penyebutan apelativa, (5) penyebutan tempat, (6)

penyebutan bahan, (7) penyebutan keserupaan, (8) pemendekan

(abreviasi), (9) penamaan baru, (10) pengistilahan.

3. Penggunaan Logo (simbol) Lembaga

1. Pengertian Logo

Logo merupakan suatu identitas merek yang

mengkomunikasikan secara luas tentang produk, pelayanan, dan

organisasi dengan cepat. Logo tidak sekedar label, tetapi menampilkan

16
Sudaryat, Yayat dkk, Toponimi Jawa Barat (Berdasarkan Cerita Rakyat), (Bandung:
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat, 2009), h. 9
17
Ibid., h. 9
25

pesan kualitas dan semangat produk, lewat pemasaran, periklanan, dan

kinerja produk.18 Ada dua macam logo, yaitu: logo type dan logo

gram. Pada awalnya istilah logo lebih dikenal dengan istilah logo

type, yang di definisikan sebagai nama identitas yang di desain

secara khusus menggunakan teknik lettering atau memakai jenis huruf

tertentu. Logo gram merupakan sebuah simbol tulisan yang mewakili

sebuah kata makna. Saat ini istilah logo lebih populer dari pada

logotype. Logo bisa menggunakan elemen tulisan, gambar, ilustrasi,

dan lain-lain.19 Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan

identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter

suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Logo type atau

tanda kata (word mark) merupakan nama lembaga, perusahaan atau

produk yang tampil dalam bentuk tulisan yang khusus untuk

menggambarkan ciri khas secara komersial.20

Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa logo adalah

sebuah tanda, simbol atau lambang berupa gambar, tulisan atau

gambar, sekaligus tulisan yang dipergunakan sebagai identitas dari

sebuah perusahaan, organisasi dan lembaga untuk

mengkomunikasikan citra dan karakteristik perusahaan, organisasi

dan lembaga tersebut. Logo merupakan gambar atau simbol yang di

dalamnya terdapat pesan/makna mengenai karakteristik visi dan misi

18
M.Suyanto, Aplikasi Desain Grafis Untuk Periklanan, ( Yogyakarta: Andi, 2004), h.
87
19
Rustan, Mendesain Logo, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h .12
20
Ibid., h.14
26

serta bidang usaha dari sebuah perusahaan, organisasi atau lembaga

yang digunakan sebagai identitas suatu perusahaan.

2. Penggunaan Logo

Ketentuan penggunaan logo sebagai berikut:21

1) Umum

a) Logo adalah tanda pengenal atau identitas berupa simbol atau

huruf yang digunakan dalam tata naskah dinas instansi

pemerintah sebagai identitas agar publik lebih mudah

mengenalnya.

b) Setiap instansi pemerintah harus memiliki dan menggunakan

logo

c) Logo digunakan oleh pejabat berwenang pada lembaga

pemerintah pusat dan daerah, lembaga pemerintah non

kementerian, sekretariat lembaga negara, dan lembaga negara

lainnya

2) Logo wajib digunakan untuk:

a) Kop naskah dinas

b) Cap dinas

c) amplop dinas

d) dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi

e) stop map

21
Permenpan-no-80-tahun 2012 tentang pedoman naskah dinas
27

f) papan nama kantor

g) kartu tanda pengenal pegawai

h) tanda pengenal pin pegawai

i) label barang milik negara

j) situs resmi

3) Logo dapat digunakan :

a) Pada gedung kantor

b) Pada kartu nama pejabat/ pegawai dan

c) Untuk hal-hal lain yang memerlukan simbol

Menurut John Murphy and Michael Rowe (How to Design:

Trdemark and Logos, North Light Books, 1998), logo digolongkan

menjadi 7 jenis yaitu22:

1) Name Only Logo

Logo yang diambil sebuah nama, dengan menggunakan gaya grafis

khusus. Logo jenis ini memberi ketegasan dan pesan langsung

kepada konsumen, contohnya: logo Yves Saint Laurent, Sony,

Panasonic, Nikan, Xerox, dll

2) Name/ symbol logo

Logo yang terdiri dari nama perusahaan atau produk dengan gaya

tipografis yang berkarakter kuat. Tersusun dari bentuk-bentuk

grafis seperti oval, kotak atau lingkaran. Sebagai contoh adalah

22
Hoe to Design: Trademarks and logos, North Light Books, 1998.
28

logo ford, Du Pant, Hertz dll. Kelebihan logo jenis ini adalah pada

bentuknya yang ringkas dan fleksibel karena jenis logo ini

sepertinya mampu berdiri sendiri

3) Initial letter logo

Logo yang menggunakan huruf awal atau inisial dari nama produk

atau perusahaan dan menjadikannya sebagai elemen utama logo

tersebut. Logo jenis ini terkadang menunjukan gabungan nama

pemilik perusahaan. Contohnya adalah logo Hewlett-Packard,

IBM, dll.

4) Pictorial Name Logo

Logo yang menggunakan nama produk atau organisasi sebagai

komponen penting dari gaya logo, dimana secara keseluruhan logo

ini memiliki gaya yang sangat khusus. Perusahaan yang

menggunakan logo ini biasanya perusahaan yang sudah cukup

terkenal seperti coca cola, kodak, Mc Donald, Rolls Royce, dll.

5) Associative Logo

Logo yang berdiri bebas yang biasanya tidak memuat nama produk

atau perusahaan, tetapi memilki asosiasi langsung dengan nama,

produk atau wilayah aktifitasnya, contohnya logo perusahaan

minyak shell yang menunjukan gambar kerang sebagai asosiasi

dari fosil penghasil minyak. Jenis logo ini mempunyai daya tarik

kuat dan mudah untuk di pahami.

6) Allusive logo
29

Logo yang berifat kiasan, logo jenis ini memiliki hubungan yang

tidak langsung antara nama dengan logonya sehingga logo jenis

ini sulit untuk dipahami, dan memerlukan waktu lebih agar orang

lain bisa memahami apa maksud dari logo yang bersangkutan .

7) Abstract Logo

Logo yang memilki bentuk visual yag abstrak Logo jenis ini dapat

menimbulkan beragam persepsi pemahaman tergantung dari daya

pemahaman konsumen. Kelebihan dari jenis logo ini adalah

kemampuannya untuk tampil dalam bermacam-macam variasi dan

sangat orisinal sehingga mampu meminimalisasikan terjadinya

kemiripan sebuah sebuah logo dengan logo lainya. Namun

kekurangannya logo ini menjadi sukar dipahami oleh konsumen

karena bentuknya yang abstrak, membuat konsumen tidak mengerti

sepenuhnya makna yang terkandung dalam logo tersebut.

Simbol atau lambang adalah sesuatu semisal lencana, logo, dan

sebagainya yang mengandung makna tertentu.23 Simbol berasal dari

kata simballo yang berasal dari bahasa Yunani. Simballo artinya

”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan bersama-sama

dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga objek

tersebut mewakili gagasan. Simbol dapat menghantarkan seseorang ke

dalam gagasan atau konsep masa depan maupun masa lalu. Simbol

23
Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Padang : Gita Media Press, 2010),
h. 475
30

adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan,

benda, ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu

sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan

penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat

digunakan untuk keperluan apa saja, misalnya :ilmu pengetahuan,

kehidupan sosial, politik, dan keagamaan.24

Simbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-

bentuk tertulis yang di beri makna oleh manusia. Bentuk primer dari

simbolisasi oleh manusia adalah melalui bahasa. Namun, manusia

juga berkomunikasi dengan menggunakan tanda dan simbol dalam

lukisan, tarian, musik, arsitektur, mimik wajah, gerak-gerik, postur

tubuh, perhiasan, pakaian, ritus, agama, kekerabatan, nasionalitas, tata

ruang, pemilikan barang dan banyak lagi lainnya. Manusia dapat

memberikan makna kepada setiap kejadian, tindakan, atau objek yang

berkaitan dengan pikiran, gagasan dan emosi.25

Dalam Ilmu pengetahuan, simbol digunakan untuk

mempermudah peneliti terhadap sesuatu yang ingin disampaikan oleh

orang lain. Dalam kehidupan sosial, simbol digunakan untuk

memperkuat silaturrahim dengan membentuk suatu persatuan seperti,

persatuan pemuda-pemudi dan lain sebagainya. Sedangkan dalam

politik, simbol digunakan untuk menandakan ciri khas dari sebuah

24
https://id.wikipedia.org/wiki/Simbol, di akses pada tanggal 9 april 2017
25
Achmad Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis
Mengenai Paradigma, (Jakarta : Kencana, 2006), h. 289-290
31

partai politik. Selanjutnya dalam keagamaan, simbol adalah salah satu

cara mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Sindung Haryanto mengutip pendapat dari beberapa para ahli.

Para ahli selalu mengartikan simbol dengan berbeda-beda. Menurut

Clifford Geertz, simbol ada kaitannya dengan budaya karena budaya

merupakan sistem simbol. Menurut Elliot, simbol merupakan

jantungnya sistem budaya yang terkait dengan semua produksi dan

reproduksi makna. Menurut Wolahin, penggunaan istilah simbol

sering dihubungkan dengan dua istilah lain yakni “sign” (tanda) dan

“signal” (sinyal). Istilah “sign” sering digunakan dalam bahasa Inggris

yang menurut Turner merupakan sinonim dari symbol, dan dalam

percakapan, istilah “symbol” digunakan untuk maksud yang sama

dengan “sign”. Kamus Oxford mendeskripsikan “symbol“ sebagai

suatu tanda atau karakter yang diambil tanpa konvensional untuk

objek, idea atau proses yang sama.26

Simbol sangat penting bagi kehidupan manusia, karena

manusia selalu memakai simbol untuk menyampaikan pesan yang

secara tersirat. Jadi, simbol merupakan sebuah alat untuk dijadikan

sebagai pengirim pesan bagi kalangan masyarakat, kelompok,

lembaga dan lain sebagainya. Jika seseorang menggunakan simbol

untuk menyampaikan sebuah ideologi atau pemikran, ini akan

26
Sindung Haryanto, Dunia Simbol Orang Jawa, (Yogyakarta : Kepel Press, 2013), h.2
32

mempermudahnya untuk mempengaruhi masyarakat sekitar karena

simbol mempunyai daya tarik tersendiri bagi para penciptanya.

3. Makna Logo (Simbol)

Makna simbol merupakan pesan atau maksud yang ingin

disampaikan atau diungkapkan oleh creator (pencipta) simbol.

Sebagai komunikasi ide, simbol merupakan media atau alat bagi sang

creator untuk menyampaikan ide-ide batin agar dapat dipahami atau

bahkan dapat menjadi pedoman perilaku bagi orang lain. Contoh,

simbol cabai merah yang merupakan salah satu materi dalam

gunungan kakung pada upacara Garebeg Keraton Yogyakarta yang

memiliki makna satria utama. Satria Utama mengandung pesan agar

masyarakat banyak memiliki perilaku atau karakter layaknya ksatria

utama, seperti: jujur, berani, tanggung jawab dan sebagainya.27

Simbol adalah pedoman bagi tindakan, sistem ini bekerja

dalam konteks sosial. Konteks sosial ini memberikan suatu simbol

atau tanda makna spesifik, karena suatu simbol atau tanda dapat

memiliki satu makna dalam satu konteks sosial dan makna lain dalam

konteks yang berbeda pula.

Simbol atau lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang

merupakan perantara pemahaman terhadap objek dan dapat dikatakan

sebagai sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si

27
Ibid., h. 7-8
33

subjek kepada objek. Contohnya, bunga yang dirangkai menjadi

untaian bunga untuk menyatakan ikut berduka cita atas meninggalnya

seseorang. Ini memiliki makna bahwa bunga tersebut sebagai lambang

atau simbol yang menyatakan ikut berduka cita atas meninggalnya

almarhum. Dalam hal ini, sifat kejiwaan yang ditonjolkan. Bendanya

sendiri atau si bunga dibebaskan dari unsur yang terkandung dalam

pada dirinya, ia diperluas maknanya.28

Makna simbol sangatlah penting untuk dipelajari, karena setiap

daerah, negara, kelompok dan lain sebagainya selalu mempunyai

simbol-simbol tertentu untuk menerangkan tujuan dan maksud.

4. Fungsi Logo (Simbol)

Dalam perspektif antropologi sosial khususnya aliran

strukturalisme, simbol berfungsi sebagai ekspresi “struktur dalam”

dan menjadi pedoman bagi tindakan sosial. Dalam perspektif sosiologi

kritis, simbol mempunyai fungsi strategis karena hal itu sering

digunakan negara dalam menghegemoni rakyatnya. Sindung Haryanto

mengutip pendapat dari Gramsci yang mengatakan bahwa Hegemoni

budaya yang dilakukan negara tidak dilakukan dengan kekerasan,

melainkan melalui manipulasi berbagai simbol. Kekuasaan negara

digunakan untuk manipulasi kaum buruh pekerja dan masyarakat

28
http://aminhidayatcenter.blogspot.co.id/2012/01/simbolisme-sebagai-idiologi-jawa,
diakses pada tanggal 9 April 2017
34

lainnya melalui pengembangan ideologi budaya sipil yang ofensif dan

menjadi pandangan dominan.29

Dalam politik, simbol agama identik dengan labelisasi suatu

golongan, sehingga ini akan menyebabkan sebuah dikotomi sosial

yang seharusnya seorang calon itu adalah sebuah representasi politik

rakyat secara luas. Penggunaan simbol-simbol agama dengan tidak

diiringi pendidikan politik yang benar dan dewasa adalah sebuah

bahaya yang mengancam tumbuh kembangnya demokrasi. Demokrasi

tentu tidak alergi dan anti terhadap agama, namun demokrasi sangat

menghormati agama. Demokrasi mendorong rakyat dalam

menjalankan nalar atau logika sehatnya untuk berpartisipasi bersikap,

tanpa terjebak di wilayah simbol agama atau tampilan yang

dipaparkan akan tampak baik.30

Simbol agama dalam politik kebanyakan hanya sebagai

formalitas saja, tanpa mencerminkan dari makna yang terkandung

dalam simbol tersebut. Simbol agama dipakai karena ingin dilihat baik

oleh masyarakat atau ingin dipandang sebagai orang yang memiliki

keagamaan sangat kuat, sehingga masyarakat beranggapan bahwa

partai tersebut akan bisa menyejahterakan kehidupan rakyat.

29
Sindung Haryanto, Op.Cit, h. 12-13
30
https://zanyfaperta.wordpress.com/2010/04/20/politik-dan-eksploitasi-symbol-
agama, diakses pada tanggal 9 April 2017
35

5. Teori Logo (Simbol)

Simbol memberikan landasan bagi tindakan dan perilaku selain

gagasan dan nilai-nilai. Teori simbolik mengenai kebudayaan adalah

suatu model dari manusia sebagai spesies yang menggunakan simbol.

Definisi simbolik dari kebudayaan sebagai ilmu mengenai makna-

makna. Antropolog simbolik mengkaji sistem kode dan pesan yang

diterima oleh manusia melalui interaksi mereka dengan manusia lain

dan dengan dunia alamiah. Seluruh semesta dipenuhi oleh tanda-tanda,

apabila semua makhluk berkomunikasi dengan bentuk tanda dan

simbol, maka antropolog simbolik sesungguhnya melakukan kajian

yang universal dalam ruang lingkupnya.31

George Herbert Mead adalah seorang filsuf dari Universitas

Chicago, Amerika Serikat. Beliau adalah orang pertama yang

memperkenalkan konsep Interaksi Simbolik, dimana pola pikir, konsep

diri, dan komunitas sosial yang orang miliki dibentuk melalui

komunikasi. Berikut ini paparan mengenai interaksi simbolik yang

dikemukakan oleh Herbert Blumer yang telah mengadopsi konsep-

konsep dari Mead :

a. Pesan : Dasar dari realitas sosial

b. Bahasa : Sumber dari makna atau pesan, makna tumbuh melalui

interaksi sosial antara satu sama lain atau antara individu yang satu

dengan individu yang lain.

31
Achmad Fedyani Saifuddin, Op.Cit., h. 292
36

c. Berpikir : Proses Pengambilan Peran Orang Lain, interpretasi

individu mengenai simbol dibentuk oleh pemikirannya sendiri.32

C. Penelitian Relevan

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis telah melakukan penelitian

terhadap literatur atau sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang

dibahas. Sejauh yang penulis ketahui tidak ditemukan kesamaan judul yang

mengkaji tentang Sejarah pemberian nama dan penggunaan logo IAIN Imam

Bonjol Padang. Dalam penelitian ini penulis berusaha mengungkapkan dan

mendapatkan sumber yang relevan dengan pokok pembahasan ini antara lain :

1. Skripsi yang ditulis Fatma Dewi Bp: 197016 Mahasiswa Fakultas Adab

Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam dengan karya Ilmiah yang berjudul:

Sejarah Jurusan SKI Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol Padang yang

membahas tentang latar belakang Jurusan SKI serta perkembangan

Jurusan SKI

2. Skripsi kedua karya Heski Fristya yang berjudul “Sejarah Fakultas

Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang (Tinjauan Historis) 1962-2000”.

Skripsi ini menjelaskan tentang sejarah pendirian Fakultas Tarbiyah

sebelum diresmikan tahun 1966. Pada awalnya Fakultas Tarbiyah berada

dalam lingkungan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi itu

memberikan informasi yang berhubungan dengan peresmian Fakultas

32
http://realitaituaneh.blogspot.co.id/2014/03/teori-interaksi-simbolik-oleh-george.html,
diakses pada tanggal 9 April 2017
37

Adab IAIN Imam Bonjol Padang, karena Fakultas Tarbiyah bersamaan

peresmiannya dengan Fakultas Adab.

3. Beberapa kajian tentang Perguruan Tinggi IAIN Imam Bonjol Padang

adalah buku yang ditulis tahun 1996 oleh Muhammad Nasir, dengan

judul, Sejarah Singkat IAIN Imam Bonjol Padang. Buku tersebut berisi

sejarah singkat berdirinya berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang. Buku

ini membantu penulis dalam informasi tentang berdirinya IAIN Imam

Bonjol Padang.

4. Kemudian dalam buku yang berjudul tentang Biografi Pahlawan

Indonesia, dalam buku ini berisi tentang biografi singkat tokoh pahlawan

bangsa serta peranannya terhadap bangsa. Diantaranya tokoh yang

berperan sebagai Cendekiawan pendidik, pejuang, Ulama dan sebagainya

seperti: Imam Bonjol. (Kusnadi Wasrie: Biografi Pahlawan Bangsa)

5. Pembahasan lain Perguruan Tinggi IAIN Imam Bonjol Padang adalah

buku yang ditulis Yulizal Yunus dengan judul IAIN Imam Bonjol 30

Tahun terbitan Padang: IAIN-IB Press. Dalam buku itu dijelaskan sejarah

berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang ditandai dengan diresmikannya

empat fakultas yaitu Fakultas Tarbiyah, Fakultas Syari’ah, Fakultas

Ushuluddin dan Fakultas Adab tahun 1966 sampai dengan

perkembangannya di tahun 1996. Buku ini juga membantu penulis dalam

informasi tentang berdirinya IAIN Imam Bonjol Padang dimana satu dari

empat fakultas pertama dari IAIN Imam Bonjol tersebut yaitu Fakultas

Adab
38

6. Selanjutnya dalam buku yang berjudul tentang IAIN Imam Bonjol 1966-

2016 (Tonggak sejarah kebangkitan perguruan tinggi Islam di Sumatera

Barat. Dalam buku ini berisi tentang: Sejarah latar belakang berdirinya

IAIN Imam Bonjol (Raicul Amar, dkk : IAIN Imam Bonjol 1966-2016

Sejarah kebangkitan perguruan tinggi Islam di Sumatera Barat.

Anda mungkin juga menyukai