Anda di halaman 1dari 105

METODE FUNDRAISING DAN PENDISTRIBUSIAN

ZAKAT INFAK SEDEKAH PADA LEMBAGA AMIL


ZAKAT INFAK SEDEKAH (LAZIS) PT. GARUDA
INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi


untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

QONITA KAMALIAH
NIM: 1111053000002

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN IlMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ABSTRAK

Qonita Kamaliah, 1111053000002, “Metode Fundraising dan


Pendistribusian Zakat Infak Sedekah pada Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah
(LAZIS) PT. Garuda Indonesia”, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Pengelolaan zakat tidak hanya sebatas pemberdayaan dana zakat saja,
tetapi yang terpenting adalah pengumpulan atau penghimpunan dana zakat.
Karena sebuah lembaga pengelola zakat tidak dapat melakukan pemberdayaan
apabila tidak memiliki dana zakat yang memadai untuk menjalankan setiap
programnya. Akan tetapi, keberhasilan lembaga pengelola zakat bukan hanya
terletak pada kemampuannya dalam mengumpulkan dana zakat, tetapi juga pada
kemampuan mendistribusikan dana tersebut untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode
fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia, serta bagaimana
metode pendistribusian zakat, infak dan sedekah yang dilakukan LAZIS PT.
Garuda Indonesia.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif yaitu mengambarkan secara jelas fenomena yang terjadi
dilapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan
membuat list pertanyaan yang diajukan kepada pengurus LAZIS PT. Garuda
Indonesia. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari hasil kepustakaan yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Selain membahas mengenai metode fundraising zakat, infak dan sedekah,
penelitian ini juga membahas mengenai bagaimana pendistribusian zakat, infak
dan sedekah yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia
Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode fundraising yang dilakukan
oleh LAZIS PT. Garuda Indonesia menggunakan metode langsung dan tidak
langsung, diantaranya yang menggunakan direct fundraising yaitu menggunakan
surat sms blass dan email blass, membuka konsultasi zakat, membuka gerai zakat
ramadhan, menggunakan media dakwah. Metode indirect fundraising yaitu
menggunakan media sosial, menggunakan brosur dan banner. Sedangkan Metode
pendistribusian yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia ada yang bersifat
langsung dan tidak langsung. Pendistribusian langsung yaitu diberikan kepada
mustahik secara langsung, baik bersifat konsumtif maupun produktif. Metode
pendistribusian tidak langsung yaitu pendistribusian yang menggunakan proposal
atau kerjasama dengan lembaga kemanusian lain.

Kata kunci : Metode Fundraising dan Pendisitribusian Zakat Infak Sedekah

i
KATA PENGANTAR

   


 

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT., karena rahmat-

Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai kelengkapan tugas dan

memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi

Islam pada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan, terutama disebabkan karena keterbatasan penulis sebagai manusia

biasa. Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah

mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi. Suparto, M.Ed. Ph.D. sebagai Wakil Dekan bidang akademik

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Drs. Jumroni sebagai Wakil

Dekan bidang administrasi umum dan Drs. Wahidin Saputra, MA. sebagai

Wakil Dekan bidang kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,

Drs. Sugiharto, MA. sebagai Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah

ii
3. Prof. Dr. H. Murodi, MA. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberi arahan serta

masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepada Tim Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis, semoga ilmu yang

diberikan bermanfaat serta menjadi berkah bagi penulis.

6. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Yang telah banyak membantu penulis mendapatkan buku referensi yang

penulis perlukan. Ungkapan terima kasih juga penulis tujukan kepada segenap

staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Komunikasi.

7. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Muhammad Romli, B.A dan Ibunda Hj.

Mawah yang telah merawat dan membesarkan penulis, yang selalu

memotivasi dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, membantu penulis baik

moril maupun materiil, serta untuk Kakakku tercinta Fahmi Hazami, S.Sy.,

Kakak iparku Mira Silvia, S.Pd.I., dan Adikku Farhan Hariri yang selalu

mendoakan dan memberi masukan untuk penulis.

8. Afrizal yang selalu memberikan dukungan baik moril, tenaga, dan pikirannya

kepada penulis.

9. Keluarga besar LAZIS Garuda Indonesia khususnya kepada Bapak Dody

Muhadi selaku pimpinan LAZIS Garuda Indonesia. Ust. Komarudin, Bapak

M. Amsori, Dian Annisa, Ibu Mutmainah dan Ibu Fitri Rahayu Wulandari

iii
yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan serta arahan

kepada penulis dan telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat

mengadakan penelitian di Lazis Garuda Indonesia untuk bersedia menjadi

sumber informasi melalui wawancara dipenelitian skripsi ini.

10. Segenap kawan-kawan Alumni Pondok Pesantren Al-Itqon 2005-2007 dan

Alumni Sekolah Da’il Khairaat khususnya alumni angkatan 2008-2010.

11. Sahabat-sahabat penulis teman seperjuangan Qoyyimah, S.Pd.I., Nur’azizah

Has, S.Sy., St. Nisrina, S.Pd., Ratu Solihat , Janah Jamillah, khususnya kepada

Nurul Milah, S.Pd., yang selalu ada baik suka maupun duka dan selalu

memberikan motivasi kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

12. Teman-teman Manajemen Dakwah dan Manajemen Haji dan Umrah

angkatan 2011, khususnya kepada Indah Nurwasilah, Septi Andari, Sri

Utami, Chairunisa Wahyu Utami, Sonya Maryana, Aang Anwar Mujahid,

Wahyu Amaludin, Ardi Kurniawan, Asrul Sani Nasution, dan Agus Nasor

Kahfi. Serta teman-teman kkn amnesia 2014 UIN Syarif Hidayatullah

khususnya kepada mutiara afni dan nurul hikmah (noe).

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan para pembaca dan semoga amal baik mereka diterima

oleh Allah SWT. Amin.

Jakarta, 21 Juni 2015

Penulis

Qonita Kamaliah

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN . ................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .............................................. 1


B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................... 4
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ................................... 5
D. Tinjauan pustaka ........................................................ 6
E. Metodologi penelitian ................................................ 9
F. Sistematika penulisan ................................................. 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG METODE


FUNDRAISING DANPENDISTRIBUSIAZAKAT,
INFAK, SEDEKAH
A. Teori Metode Fundraising .......................................... 13
1. Pengertian Metode ................................................. 13
2. Pengertian Fundrasing ........................................... 13
3. Metode Fundraising ............................................... 14
4. Tujuan Fundraising ................................................ 16
B. Teori Pendistribusian.................................................. 18
1. Pengertian Distribusi ............................................. 18
2. Pola Pendistribusian Zakat .................................... 19
C. Pengertian Zakat,Infak, dan Sedekah ......................... 20
1. Zakat . ................................................................... 20
a. Macam-Macam Zakat .................................... 24

v
b. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat ..... 25

2. Infak .................................................................... 27

3. Sedekah ................................................................ 28

BAB III GAMBARAN UMUM LAZIS PT. GARUDA


INDONESIA
A. Profil LAZIS ............................................................. 30

B. Visi, Misi dan Tujuan. ................................................ 31

C. Struktur Organisasi Pengurusan ................................. 32

D. Tugas Pokok dan Wewenang Lazis-GA .................... 33

E. Program-Program LAZIS PT. Garuda Indonesia ...... 41

BAB IV METODE FUNDRAISING DAN PENDISTRIBUSIAN

ZAKAT INFAK SEDEKAH LAZIS PT.GARUDA

INDONESIA

A. Analisis terhadap Metode fundraising LAZIS PT.

Garuda Indonesia ....................................................... 42

B. Analisis terhadap Metode pendistribusian dana

zakat, infak dan sedekah LAZIS PT. Garuda

Indonesia ................................................................... 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................. 56

B. Saran ........................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58

LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Penelitian di LAZIS PT. Garuda Indonesia

2. Surat Keterangan Selesai Penelitian di LAZIS PT. Garuda Indonesia

3. Berita Wawancara dengan Bapak M. Amsori

4. Berita Wawancara dengan Dian Annisa

5. Lampiran Surat Kuasa Pemotongan Gaji

6. Laporan Keuangan LAZIS PT. Garuda Indonesia

7. Lampiran Data muzakki 2014 LAZIS PT. Garuda Indonesia

8. Berita trend data muzakki LAZIS PT. Garuda Indonesia

9. Lampiran Data mustahik 2014 LAZIS PT. Garuda Indonesia

10. Lampiran Data Penerima Manfaat Kurban 2012.

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahirnya UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat memberikan

perkembangan yang menggembirakan. Perkembangan yang menggembirakan

itu antara lain dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menunaikan

zakatnya melalui lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, meningkatnya

kesadaran berzakat menyebabkan semakin meningkatnya jumlah

penghimpunan dana zakat.1

Pengelolaan zakat tidak hanya sebatas pemberdayaan dana zakat saja,

tetapi yang terpenting adalah pengumpulan atau penghimpunan dana zakat.

Karena sebuah lembaga pengelola zakat tidak dapat melakukan pemberdayaan

apabila tidak memiliki dana zakat yang memadai untuk menjalankan setiap

programnya. Dalam kata lain, harus dikelola juga manajemen yang baik,

transparan, dan akuntabel.

Bagi sebuah lembaga pengelola zakat yang tidak memiliki dana awal

yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan

sebuah keharusan untuk lembaga tersebut. Pengumpulan dana untuk

membiayai program dan kegiatan biasa disebut dengan fundraising.2

Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun dana

dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu,

1
Hamka, Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 31.
2
Setiyo Iswoyo, Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, (Depok:
Piramedia, 2006), h. 45.

1
2

kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah yang digunakan untuk

membiayai program dan kegiatan operasional organisasi atau lembaga

sehingga mencapai tujuannya.3

Keberhasilan lembaga pengelola zakat bukan hanya terletak pada

kemampuannya dalam mengumpulkan dana zakat, tetapi juga pada

kemampuan mendistribusikan dana tersebut.4 Permasalahan yang kerap terjadi

di masyarakat, pendistribusian zakat dilakukan secara langsung oleh pihak

pengelola kepada mustahik. Dibanyak pedesaan di Indonesia, tidak sedikit

yang membagikan zakat harta secara langsung, baik yang dikirim melalui

amplop maupun dengan cara mengumpulkan mustahik pada suatu tempat

tertentu. Fenomena yang cukup memperihatinkan adalah, muzzaki

membagikan zakat hartanya dengan cara membagikan kupon, lalu para

mustahik berkumpul didepan rumahnya dan saling berebut zakat yang

dibagikan. Penyaluran zakat seperti itu justru menimbulkan banyak korban

dan menghabiskan biaya perawatan yang lebih besar dari pada jumlah zakat

yang diterima. Oleh sebab itu, lembaga pengelola zakat dituntut untuk dapat

merumuskan cara yang efektif untuk dapat mendistribusikan zakat melalui

program-program yang dapat diterima oleh masyarakat.5

Zakat tidak hanya sekedar sebagai kewajiban, tetapi zakat harus dikelola

dengan baik dan didistribusikan secara merata hingga sampai ke tangan yang

berhak. Dengan demikian, maka peran organisasi pengelola zakat sangat

3
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),h.4
4
Didin Hafiduddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 247
5
Hamka, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, Kementrian Agama RI Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 50
3

penting. Pada zaman Rasuullah Saw. dikenal sebuah lembaga yang disebut

Baitul Mal. Lembaga ini memiliki tugas mengelola keuangan negara mulai

dari mengidentifikasi, menghimpun, memungut, mengembangkan,

memelihara, hingga menyalurkan. Sumber pemasukannya berasal dari dana

zakat, infak, kharaj (pajak bumi), jizyah (pajak yang dikenakan bagi non-

muslim), ghanimah (harta rampasan perang) dan lain-lain. Sedangkan

penggunaannya untuk asnaf mustahik (yang berhak menerima) yang telah

ditentukan, untuk kepentingan dakwah, pendidikan, pertahanan, kesejahteraan

sosial dan lain sebagainya.6

Di Indonesia saat ini ada organisasi atau lembaga pengelola zakat.

Keberadaan organisasi tersebut diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat. Lembaga pengelola zakat dalam hal ini yaitu

Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas

prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,

pendidikan, sosial dan kemasyarakatan umat Islam.7 Di samping itu, LAZ

tidak hanya mengelola zakat, tetapi juga mengelola infak, sedekah dan dana

sosial keagamaan lainnya. Salah satu contohnya adalah LAZIS PT. Garuda

Indonesia untuk mengelola dana zakat khususnya zakat profesi, infak dan

sedekah yang berasal dari karyawan PT. Garuda Indonesia.

6
Djuanda, Gustian dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3
7
Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat Infak dan Sedekah (Menurut Hukum Syara’
dan Undang-undang), (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2006), h. 31
4

LAZIS PT. Garuda Indonesia merupakan lembaga yang turut membantu

pemerintah dalam menangani permasalahan pengelolaan zakat, yaitu dengan

cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendistribusian dana zakat, infak dan

sedekah sesuai untuk mustahik yang membutuhkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

Metode Fundraising dan Pendistribusian Zakat Infak Sedekah Pada Lembaga

Amil Zakat Infak Sedekah (LAZIS) PT. Garuda Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu luas dan keluar dari tema

persoalan, maka dalam hal ini penulis membatasi pada bahasan metode

fundraising dan pendistribusian dana zakat infak sedekah yang dilakukan

LAZIS PT. Garuda Indonesia untuk mensejahterakan mustahik.

2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang ada di atas maka

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana metode fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda

Indonesia ?

b. Bagaimana metode pendistribusian zakat, infak dan sedekah yang

dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia ?


5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis

dapat menjelaskan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

a. Mengetahui metode fundraising yang dilakukan Lembaga Amil Zakat

Infak Sedekah PT. Garuda Indonesia.

b. Mengetahui metode pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah yang

dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang zakat, infak, sedekah dan memperkaya khazanah keIslaman

pada umumnya, civitas akademika jurusan Manajemen Dakwah

program studi Manajemen Zakat Infak Sedekah Wakaf pada khususnya.

b. Manfaat Praktis

1) Agar masyarakat mengetahui dan memahami metode fundraising dan

pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah yang dilakukan

LAZIS PT. Garuda Indonesia. Sehingga dapat berpartisipasi dalam

menyalurkan zakat, infak, dan sedekahnya kepada LAZIS PT. Garuda

Indonesia.

2) Sebagai bahan masukan bagi LAZIS PT. Garuda Indonesia dalam

menerapkan dan mengembangkan pengelolaan zakat teruma

mengenai penghimpunan dana dan pendistribusian.


6

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih

lanjut dan menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal

penulis terapkan adalah membaca, mempelajari dan mengkaji terlebih dahulu

skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis

teliti. Karena tidak menutup kemungkinan adanya kemiripan dengan yang

dituliskan penulis, namun tentunya ada sudut perbedaan dalam hal

pembahasan maupun objek kajian dalam penelitian ini.

Adapun tinjauan pustaka terdahulu dalam menunjang penelitian ini dengan

melihat beberapa penelitian skripsi sebelumnya, yaitu

1. Karya milik “Dewi Mayang Sari” yang berjudul Kajian Strategi

Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Peningkatan

Pengelolaan Dana ZIS. Jurusan Muammalat (Ekonomi Islam), konsentrasi

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.8 Dalam penelitian ini dibahas tentang strategi fundraising yang

dilakukan BAZIS Provinsi terhadap peningkatan pengelolaan dana zakat,

infak dan sedekah. Selain itu pada judul skripsi ini membahas tentang

kelebihan dan kekurangan program yang sudah berjalan. Kesimpulan dari

skripsi ini bahwa strategi fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam

peningkatan pengelolaan dana ZIS, BAZIS DKI selalu berinovasi dan

mencari sumber-sumber ZIS baru karena potensi ZIS terutama di Jakarta

8
Dewi Mayang Sari, Kajian Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap
Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS, (Jakarta: FSH UIN Jakarta, 2010), Skripsi Tidak diterbitkan.
7

masih banyak yang belum sehubungan dengan banyaknya warga muslim

diwilayah ibu kota.

2. Karya milik “Niamullah” yang berjudul Metode Fundraising Dana Zakat,

Infak dan Shodaqoh Pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi.

Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.9 Dalam penelitian ini dibahas tentang

metode fundraising yang dilakukan BAZ Kabupaten Sukabumi dan

pengaruhnya terhadap peningkatan dana zakat, infak, shodaqah yang

diperoleh. Kesimpulan dari skripsi ini adalah metode fundraising di BAZ

Kabupaten Sukabumi yaitu dengan memotivasi donatur melalui program-

program yang dilakukan oleh BAZ Kabupaten Sukabumi untuk

menunaikan zakat, infak, dan shodaqah.

3. Karya milik “Arif Hamdan” yang berjudul Strategi Fundraising Yang

Dilakukan BAZIS DKI Jakarta Untuk Mencapai Target Penerimaan Dana

Zakat Infak Dan Sedekah. Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.10 Kesimpulan dari skripsi ini

adalah strategi fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta melalui

kebijakan fundraising, program sosialisasi, konsep komunikasi, manajemen

kemitraan dengan perusahaan, pencarian sumber ZIS kontemporer dan

manajemen motivasi dan control. Sendangkan upaya untuk

9
Niamullah, Metode Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shodaqoh Pada Badan Amil
Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi, (Jakarta: FIDKOM UIN Jakarta, 2013), skripsi tidak
diterbitkan.
10
Arif Hamdan, Strategi Fundraising Yang Dilakukan BAZIS DKI Jakarta Untuk
Mencapai Target Penerimaan Dana Zakat Infak Dan Sedekah, (Jakarta: FSH UIN Jakarta, 2010),
skripsi tidak diterbitkan.
8

memaksimalkan potensi zakat yang ada diwilayah DKI Jakarta dilakukan

dengan membentuk petugas operasional yang ada di tingkat kecamatan dan

kelurahan.

4. Karya millik “Wahyuddin” yang berjudul Manajemen Penghimpunan Dan

Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) Dan Wakaf Uang Melalui

Teknologi Informasi Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portalinfaq. Jurusan

Manajemen dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.11

Kesimpulan dari skripsi ini adalah proses penghimpunan dana zis dan

wakaf uang pada lembaga portalinfaq selain menggunakan internet sebagai

one stop servicenya, para amil dari lembaga ini juga melakukan

penghimpunan secara konvensional. Begitu juga dengan proses

pendayagunaan dana zis dan wakaf uang.

Dilihat dari judul di atas, penelitian penulis berbeda dari penelitian

sebelumnya. Penelitian kali ini menggambarkan bagaimana metode

fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia dan bagaimana

metode pendistribusian dana ZIS yang dilakukan LAZIS PT. Garuda

Indonesia dengan menggunakan metode tersebut. LAZIS PT. Garuda

Indonesia merupakan lembaga yang turut membantu pemerintah dalam

menangani pengelolaan zakat, yaitu dengan cara mengoptimalkan

pengumpulan dan pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah sesuai untuk

mustahik yang membutuhkan.

11
Wahyuddin, Manajemen Penghimpunan Dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah
(ZIS) Dan Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Portalinfaq, (Jakarta: FIDKOM UIN Jakarta), skripti tidak diterbitkan.
9

E. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan penulis yaitu menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan pada data-

data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan

dan wawancara.12 Sedangkan tipe penelitan menggunakan metode

deskriptif karena penulis akan menggambarkan secara jelas fenomena yang

terjadi di lapangan.

2. Objek penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah mengenai metode

fundraising dan pendistribusian dana ZIS yang dilakukan LAZIS PT.

Garuda Indonesia.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer; yaitu hasil temuan data di lapangan melalui

wawancara dengan 3 orang pengurus LAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu

dengan Bapak M. Amsori, Ibu Dian Annisa Dan Ibu Fitri Rahayu.

b. Sumber data sekunder; yaitu data yang diperoleh dari literatur buku-

buku dan kepustakaan ilmiah lain yang menjadi referensi maupun

sumber pelengkap penelitian.

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 1998), Cet. Ke-2, h. 10.
10

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara penelitian lapangan atau

survei, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian

sosial keagamaam terutama sekali penelitian naturalistik (kualitatif).

Metodenya pengumpulan datanya dengan cara pengamatan langsung

dan pencatatan secara sistematis atas strategi fundraising dan

pendistribusian dana zakat, infak, dan sedekah LAZIS PT. Garuda

Indonesia.

b. Wawancara

Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan cara

tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dan pihak-pihak terkait,

dalam hal ini pengurus LAZIS PT. Garuda Indonesia.

c. Dokumentasi

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan

mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan

dokumen-dokumen yang ada di LAZIS PT. Garuda Indonesia serta

data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa

untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan

majalah sesuai dengan masalah yang diteliti.


11

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis mendegarkan,

membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua

data yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

6. Teknik Penulisan

Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011”.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun rincian

pembahasannya dalah sebagai berikut:

BAB I Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan

pustaka, Metodologi penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Pada bab ini memuat tentang Pengertian Metode Fundraising,

Tujuan Fundraising, Pengertian Distribusi, Pola Pendistribusian

Zakat, Pengertian ZIS.

BAB III Dalam Bab ini membahas Sejarah Singkat LAZIS PT. Garuda

Indonesia, Visi Misi dan Tujuan, Struktur Organisasi, Tugas

Pokok dan wewenang LAZIS PT. Garuda Indonesia , Program-

program LAZIS PT. Garuda Indonesia .


12

BAB IV Dalam bab ini memuat hasil pembahasan penelitian tentang

analisis terhadap metode fundraising yang dilakukan LAZIS PT.

Garuda Indonesia Indonesia dan Analisis terhadap metode

pendistribusian dana zakat, infak, dan sedekah LAZIS PT. Garuda

Indonesia Indonesia.

BAB V Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian

pembahasan dalam penelitian ini. Bab ini berisi mengenai

kesimpulan dan saran yang sudah diterangkan di bab-bab

sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran-saran untuk

pengembangan lebih lanjut.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lahirnya UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat memberikan

perkembangan yang menggembirakan. Perkembangan yang menggembirakan

itu antara lain dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menunaikan

zakatnya melalui lembaga pengelola zakat. Dengan demikian, meningkatnya

kesadaran berzakat menyebabkan semakin meningkatnya jumlah

penghimpunan dana zakat.1

Pengelolaan zakat tidak hanya sebatas pemberdayaan dana zakat saja,

tetapi yang terpenting adalah pengumpulan atau penghimpunan dana zakat.

Karena sebuah lembaga pengelola zakat tidak dapat melakukan pemberdayaan

apabila tidak memiliki dana zakat yang memadai untuk menjalankan setiap

programnya. Dalam kata lain, harus dikelola juga manajemen yang baik,

transparan, dan akuntabel.

Bagi sebuah lembaga pengelola zakat yang tidak memiliki dana awal

yang cukup, maka pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan

sebuah keharusan untuk lembaga tersebut. Pengumpulan dana untuk

membiayai program dan kegiatan biasa disebut dengan fundraising.2

Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun dana

dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu,

1
Hamka, Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 31.
2
Setiyo Iswoyo, Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, (Depok:
Piramedia, 2006), h. 45.

1
2

kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah yang digunakan untuk

membiayai program dan kegiatan operasional organisasi atau lembaga

sehingga mencapai tujuannya.3

Keberhasilan lembaga pengelola zakat bukan hanya terletak pada

kemampuannya dalam mengumpulkan dana zakat, tetapi juga pada

kemampuan mendistribusikan dana tersebut.4 Permasalahan yang kerap terjadi

di masyarakat, pendistribusian zakat dilakukan secara langsung oleh pihak

pengelola kepada mustahik. Dibanyak pedesaan di Indonesia, tidak sedikit

yang membagikan zakat harta secara langsung, baik yang dikirim melalui

amplop maupun dengan cara mengumpulkan mustahik pada suatu tempat

tertentu. Fenomena yang cukup memperihatinkan adalah, muzzaki

membagikan zakat hartanya dengan cara membagikan kupon, lalu para

mustahik berkumpul didepan rumahnya dan saling berebut zakat yang

dibagikan. Penyaluran zakat seperti itu justru menimbulkan banyak korban

dan menghabiskan biaya perawatan yang lebih besar dari pada jumlah zakat

yang diterima. Oleh sebab itu, lembaga pengelola zakat dituntut untuk dapat

merumuskan cara yang efektif untuk dapat mendistribusikan zakat melalui

program-program yang dapat diterima oleh masyarakat.5

Zakat tidak hanya sekedar sebagai kewajiban, tetapi zakat harus dikelola

dengan baik dan didistribusikan secara merata hingga sampai ke tangan yang

berhak. Dengan demikian, maka peran organisasi pengelola zakat sangat

3
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),h.4
4
Didin Hafiduddin, Islam Aplikatif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 247
5
Hamka, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, Kementrian Agama RI Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 50
3

penting. Pada zaman Rasuullah Saw. dikenal sebuah lembaga yang disebut

Baitul Mal. Lembaga ini memiliki tugas mengelola keuangan negara mulai

dari mengidentifikasi, menghimpun, memungut, mengembangkan,

memelihara, hingga menyalurkan. Sumber pemasukannya berasal dari dana

zakat, infak, kharaj (pajak bumi), jizyah (pajak yang dikenakan bagi non-

muslim), ghanimah (harta rampasan perang) dan lain-lain. Sedangkan

penggunaannya untuk asnaf mustahik (yang berhak menerima) yang telah

ditentukan, untuk kepentingan dakwah, pendidikan, pertahanan, kesejahteraan

sosial dan lain sebagainya.6

Di Indonesia saat ini ada organisasi atau lembaga pengelola zakat.

Keberadaan organisasi tersebut diatur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat. Lembaga pengelola zakat dalam hal ini yaitu

Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

LAZ merupakan lembaga pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas

prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,

pendidikan, sosial dan kemasyarakatan umat Islam.7 Di samping itu, LAZ

tidak hanya mengelola zakat, tetapi juga mengelola infak, sedekah dan dana

sosial keagamaan lainnya. Salah satu contohnya adalah LAZIS PT. Garuda

Indonesia untuk mengelola dana zakat khususnya zakat profesi, infak dan

sedekah yang berasal dari karyawan PT. Garuda Indonesia.

6
Djuanda, Gustian dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2006), h. 3
7
Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat Infak dan Sedekah (Menurut Hukum Syara’
dan Undang-undang), (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2006), h. 31
4

LAZIS PT. Garuda Indonesia merupakan lembaga yang turut membantu

pemerintah dalam menangani permasalahan pengelolaan zakat, yaitu dengan

cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendistribusian dana zakat, infak dan

sedekah sesuai untuk mustahik yang membutuhkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul

Metode Fundraising dan Pendistribusian Zakat Infak Sedekah Pada Lembaga

Amil Zakat Infak Sedekah (LAZIS) PT. Garuda Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu luas dan keluar dari tema

persoalan, maka dalam hal ini penulis membatasi pada bahasan metode

fundraising dan pendistribusian dana zakat infak sedekah yang dilakukan

LAZIS PT. Garuda Indonesia untuk mensejahterakan mustahik.

2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang ada di atas maka

rumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana metode fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda

Indonesia ?

b. Bagaimana metode pendistribusian zakat, infak dan sedekah yang

dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia ?


5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis

dapat menjelaskan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:

a. Mengetahui metode fundraising yang dilakukan Lembaga Amil Zakat

Infak Sedekah PT. Garuda Indonesia.

b. Mengetahui metode pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah yang

dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang zakat, infak, sedekah dan memperkaya khazanah keIslaman

pada umumnya, civitas akademika jurusan Manajemen Dakwah

program studi Manajemen Zakat Infak Sedekah Wakaf pada khususnya.

b. Manfaat Praktis

1) Agar masyarakat mengetahui dan memahami metode fundraising dan

pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah yang dilakukan

LAZIS PT. Garuda Indonesia. Sehingga dapat berpartisipasi dalam

menyalurkan zakat, infak, dan sedekahnya kepada LAZIS PT. Garuda

Indonesia.

2) Sebagai bahan masukan bagi LAZIS PT. Garuda Indonesia dalam

menerapkan dan mengembangkan pengelolaan zakat teruma

mengenai penghimpunan dana dan pendistribusian.


6

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih

lanjut dan menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah, maka langkah awal

penulis terapkan adalah membaca, mempelajari dan mengkaji terlebih dahulu

skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis

teliti. Karena tidak menutup kemungkinan adanya kemiripan dengan yang

dituliskan penulis, namun tentunya ada sudut perbedaan dalam hal

pembahasan maupun objek kajian dalam penelitian ini.

Adapun tinjauan pustaka terdahulu dalam menunjang penelitian ini dengan

melihat beberapa penelitian skripsi sebelumnya, yaitu

1. Karya milik “Dewi Mayang Sari” yang berjudul Kajian Strategi

Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Peningkatan

Pengelolaan Dana ZIS. Jurusan Muammalat (Ekonomi Islam), konsentrasi

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.8 Dalam penelitian ini dibahas tentang strategi fundraising yang

dilakukan BAZIS Provinsi terhadap peningkatan pengelolaan dana zakat,

infak dan sedekah. Selain itu pada judul skripsi ini membahas tentang

kelebihan dan kekurangan program yang sudah berjalan. Kesimpulan dari

skripsi ini bahwa strategi fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam

peningkatan pengelolaan dana ZIS, BAZIS DKI selalu berinovasi dan

mencari sumber-sumber ZIS baru karena potensi ZIS terutama di Jakarta

8
Dewi Mayang Sari, Kajian Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta Terhadap
Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS, (Jakarta: FSH UIN Jakarta, 2010), Skripsi Tidak diterbitkan.
7

masih banyak yang belum sehubungan dengan banyaknya warga muslim

diwilayah ibu kota.

2. Karya milik “Niamullah” yang berjudul Metode Fundraising Dana Zakat,

Infak dan Shodaqoh Pada Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi.

Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.9 Dalam penelitian ini dibahas tentang

metode fundraising yang dilakukan BAZ Kabupaten Sukabumi dan

pengaruhnya terhadap peningkatan dana zakat, infak, shodaqah yang

diperoleh. Kesimpulan dari skripsi ini adalah metode fundraising di BAZ

Kabupaten Sukabumi yaitu dengan memotivasi donatur melalui program-

program yang dilakukan oleh BAZ Kabupaten Sukabumi untuk

menunaikan zakat, infak, dan shodaqah.

3. Karya milik “Arif Hamdan” yang berjudul Strategi Fundraising Yang

Dilakukan BAZIS DKI Jakarta Untuk Mencapai Target Penerimaan Dana

Zakat Infak Dan Sedekah. Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.10 Kesimpulan dari skripsi ini

adalah strategi fundraising yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta melalui

kebijakan fundraising, program sosialisasi, konsep komunikasi, manajemen

kemitraan dengan perusahaan, pencarian sumber ZIS kontemporer dan

manajemen motivasi dan control. Sendangkan upaya untuk

9
Niamullah, Metode Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shodaqoh Pada Badan Amil
Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi, (Jakarta: FIDKOM UIN Jakarta, 2013), skripsi tidak
diterbitkan.
10
Arif Hamdan, Strategi Fundraising Yang Dilakukan BAZIS DKI Jakarta Untuk
Mencapai Target Penerimaan Dana Zakat Infak Dan Sedekah, (Jakarta: FSH UIN Jakarta, 2010),
skripsi tidak diterbitkan.
8

memaksimalkan potensi zakat yang ada diwilayah DKI Jakarta dilakukan

dengan membentuk petugas operasional yang ada di tingkat kecamatan dan

kelurahan.

4. Karya millik “Wahyuddin” yang berjudul Manajemen Penghimpunan Dan

Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) Dan Wakaf Uang Melalui

Teknologi Informasi Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Portalinfaq. Jurusan

Manajemen dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.11

Kesimpulan dari skripsi ini adalah proses penghimpunan dana zis dan

wakaf uang pada lembaga portalinfaq selain menggunakan internet sebagai

one stop servicenya, para amil dari lembaga ini juga melakukan

penghimpunan secara konvensional. Begitu juga dengan proses

pendayagunaan dana zis dan wakaf uang.

Dilihat dari judul di atas, penelitian penulis berbeda dari penelitian

sebelumnya. Penelitian kali ini menggambarkan bagaimana metode

fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia dan bagaimana

metode pendistribusian dana ZIS yang dilakukan LAZIS PT. Garuda

Indonesia dengan menggunakan metode tersebut. LAZIS PT. Garuda

Indonesia merupakan lembaga yang turut membantu pemerintah dalam

menangani pengelolaan zakat, yaitu dengan cara mengoptimalkan

pengumpulan dan pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah sesuai untuk

mustahik yang membutuhkan.

11
Wahyuddin, Manajemen Penghimpunan Dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sedekah
(ZIS) Dan Wakaf Uang Melalui Teknologi Informasi Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Portalinfaq, (Jakarta: FIDKOM UIN Jakarta), skripti tidak diterbitkan.
9

E. Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan penulis yaitu menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif ini menitikberatkan pada data-

data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan

dan wawancara.12 Sedangkan tipe penelitan menggunakan metode

deskriptif karena penulis akan menggambarkan secara jelas fenomena yang

terjadi di lapangan.

2. Objek penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah mengenai metode

fundraising dan pendistribusian dana ZIS yang dilakukan LAZIS PT.

Garuda Indonesia.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer; yaitu hasil temuan data di lapangan melalui

wawancara dengan 3 orang pengurus LAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu

dengan Bapak M. Amsori, Ibu Dian Annisa Dan Ibu Fitri Rahayu.

b. Sumber data sekunder; yaitu data yang diperoleh dari literatur buku-

buku dan kepustakaan ilmiah lain yang menjadi referensi maupun

sumber pelengkap penelitian.

12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rhineka Cipta, 1998), Cet. Ke-2, h. 10.
10

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara penelitian lapangan atau

survei, sedangkan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian

sosial keagamaam terutama sekali penelitian naturalistik (kualitatif).

Metodenya pengumpulan datanya dengan cara pengamatan langsung

dan pencatatan secara sistematis atas strategi fundraising dan

pendistribusian dana zakat, infak, dan sedekah LAZIS PT. Garuda

Indonesia.

b. Wawancara

Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data dengan cara

tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dan pihak-pihak terkait,

dalam hal ini pengurus LAZIS PT. Garuda Indonesia.

c. Dokumentasi

Dalam hal ini peneliti mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan

mempelajari berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan

dokumen-dokumen yang ada di LAZIS PT. Garuda Indonesia serta

data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa

untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan

majalah sesuai dengan masalah yang diteliti.


11

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif

analisis yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis mendegarkan,

membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua

data yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

6. Teknik Penulisan

Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada buku

“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2011”.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, adapun rincian

pembahasannya dalah sebagai berikut:

BAB I Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, Pembatasan

dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan

pustaka, Metodologi penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Pada bab ini memuat tentang Pengertian Metode Fundraising,

Tujuan Fundraising, Pengertian Distribusi, Pola Pendistribusian

Zakat, Pengertian ZIS.

BAB III Dalam Bab ini membahas Sejarah Singkat LAZIS PT. Garuda

Indonesia, Visi Misi dan Tujuan, Struktur Organisasi, Tugas

Pokok dan wewenang LAZIS PT. Garuda Indonesia , Program-

program LAZIS PT. Garuda Indonesia .


12

BAB IV Dalam bab ini memuat hasil pembahasan penelitian tentang

analisis terhadap metode fundraising yang dilakukan LAZIS PT.

Garuda Indonesia Indonesia dan Analisis terhadap metode

pendistribusian dana zakat, infak, dan sedekah LAZIS PT. Garuda

Indonesia Indonesia.

BAB V Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian

pembahasan dalam penelitian ini. Bab ini berisi mengenai

kesimpulan dan saran yang sudah diterangkan di bab-bab

sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran-saran untuk

pengembangan lebih lanjut.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG METODE FUNDRAISING

DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH

A. Teori Metode Fundraising

1. Pengertian Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara

atau jalan tempuh. Metode merupakan cara kerja yang mempelajari

jalannya pekerjaan manajer. Fungsi metode yaitu sebagai alat untuk

mencapai tujuan, atau bagaiman cara melakukan atau membuat sesuatu.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode

adalah kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan.1

2. Pengertian Fundraising

Kegiatan Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka

menghimpun atau menggalang dana dari masyarakat (baik individu,

kelompok organisasi dan pemerintah) yang akan digunakan untuk

membiayai program kegiatan dan kegiatan operasional lembaga sehingga

tercapainya tujuan.2 Penggalangan dana adalah sebuah proses menjual

ide-ide kreatif bahwa donasi dapat mewujudkan perubahan masyarakat.

Bila orang telah menerima ide itu, maka mereka mau menyumbang

dengan memberikan sebuah gambaran menggalang dana, bukan meminta

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode. Diakses pada tanggal 09 Juli 2015, Jam 13.06
2
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 4

13
14

uang.3 Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taubah : 103

               

   

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat


itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Maka dapat disimpulkan, bahwa metode fundraising merupakan pola

atau cara-cara yang dilakukan oleh sebuah lembaga zakat dalam rangka

menggalang dana zakat, infak dan sedekah dari masyarakat. Metode harus

mampu memberikan kepercayaan, kemudahan dan manfaat lebih bagi

masyarakat (muzakki).

3. Metode Fundraising

Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan

teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini

adalah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh sebuah

organisasi dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat. Metode

ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu langsung (direct

fundraising) dan tidak langsung (indirect fundraising).4

a. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)

3
Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat
Pulau Sumatra, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h. 17
4
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 8
15

Metode Fundraising Langsung adalah metode yang

menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan

partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk

fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap

respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan. Dengan

metode ini apabila dalam diri muzakki muncul keinginan untuk

melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser

lembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah dan semua

kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi

sudah tersedia. Contoh metode fundraising langaung yaitu direct

mail (email langsung), telefundraising (penggalangan dana melalui

telepon) dan presentasi langsung. 5

b. Metode Fundraising Tidak Langsung ( indirect fundraising)

Metode fundraising ini adalah suatu metode yang

menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan

partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk

fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya

akomodasi langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini

misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah

kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan

untuk transaksi donasi pada saat itu. Metode fundraising tidak

langsung seperti, advetorial.

5
Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban Zakat, (Ciputat: IMZ,
2006), h. 56
16

Pada umumnya setiap lembaga melakukan kedua metode tersebut,

karena kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan tujuannya

sendiri-sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan, karena tanpa

metode tersebut muzakki akan kesulitan untuk mendonasikan dananya.

Sedangkan jika semua bentuk fundraising menggunakan metode

langsung, maka akan tampak menjadi baku dan berpotensi menjadi

jenuh. 6

4. Tujuan Fundraising
a. Menghimpun dana

Menghimpun dan merupakan tujuan fundraising yang paling

dasar. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa yang

memiliki nilai material, tujuan inilah yang paling pertama dan utama.

Karena apabila sumber daya sudah tidak ada, maka lembaga akan

kehilangan kemampuan untuk terus menjaga kelangsungannya

sehingga pada akhirnya mati.7

b. Menghimpun muzakki

Tujuan kedua fundraising yaitu menghimpun muzakki. Lembaga

yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah muzakki.

Karena jika jumlah muzakki meningkat, maka pencapaian dana zakat,

infak dan sedekahnya pun akan meningkat. Sehingga, akan banyak

6
Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban Zakat, (Ciputat: IMZ,
2006), h. 57
7
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 5
17

lagi mustahik yang dapat diberdayakan.8

c. Menghimpun simpatisan dan pendukung

Kadang ada seseorang atau kelompok orang yang telah

berinteraksi dengan aktivitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah

lembaga zakat, kemudian mereka terkesan, menilai positif dan

bersimpati. Akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk

memberikan sesuatu seperti dana. Kelompok seperti ini kemudian

menjadi simpatisan dan pendukung lembaga meskipun tidak menjadi

donatur.9

d. Membangun citra lembaga

Aktivitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah lembaga zakat,

baik langsung maupun tidak langsung akan membentuk citra lembaga

tersebut. Fundraising adalah garda terdepan yang menyampaikan

informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan

interaksi ini akan membentuk citra lembaga di masyarakat. Jika citra

lembaga positif, maka mereka akan mendukung, bersimpati dan

akhirnya memberikan donasi.10

e. Memuaskan muzakki

Tujuan memuaskan muzakki adalah tujuan yang bernilai jangka

panjang, karena jika muzakki puas, maka mereka akan mengulang lagi

8
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 6
9
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 6
10
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 7
18

untuk mendonasikan dananya kepada sebuah lembaga tersebut.11

untuk itu, bagi sebuah lembaga pengelola zakat sangat penting untuk

memberikan pelayanan yang baik kepada muzakki. Karena jika

pelayanannya baik, maka muzakki pun tidak akan sungkan untuk

mengajak kerabat atau temannya untuk turut memberikan donasi

kepada lembaga zakat tersebut. Sebaliknya bila pelayanan yang

diberikan tidak baik atau tidak memuaskan, makan muzakki pun tidak

mau memberikan sumbangannya kembali karena merasa kecewa

kepada lembaga pengelola zakat tersebut.

B. Teori Pendistribusian

1. Pengertian Distribusi

Kata distribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu distribute yang berarti

pembagian atau penyaluran. Secara terminologi distribusi adalah

penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada beberapa orang atau ke

beberapa tempat.12

Distribusi zakat mempunyai sasaran dan tujuan. Sasaran di sini adalah

pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat, sedangkan tujuannya

adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang

perekonomian sehingga dapat memperkecil kelompok masyarakat yang

kurang mampu, yang pada akhirnya akan meningkatkan kelompok

11
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail Untuk Fundraising, (Depok: Piramedia, 2005),
Cet 1, h. 7
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 612.
19

muzakki.13 Maka, pendistribusian zakat merupakan penyaluran atau

pembagian dana zakat kepada mereka yang berhak.

2. Pola Pendistribusian Zakat

Salah satu fungsi zakat adalah fungsi sosial sebagai sarana saling

berhubungan sesama manusia terutama antara orang kaya dan miskin,

karena dana zakat dapat dimanfaatkan secara kreatif untuk mengatasi

kemiskinan yang merupakan masalah sosial dalam kehidupan masyarakat.

Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan berhasil

guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif

dan produktif.14

a. Konsumtif Tradisional

Zakat dibagikan kepada mustahik secara langsung untuk kebutuhan

konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras atau

uang kepada fakir miskin setiap idul fitri atau pembagian zakat maal

secara langsung oleh para muzakki kepada mustahik yang sangat

membutuhkan karena ketiadaan pangan atau mengalami musibah.

Pola ini merupakan program jangka pendek dalam mengatasi

permasalahan umat.15

b. Konsumtif Kreatif

Zakat yang diwujudkan dalam bentuk jasa/ barang konsumtif yang

13
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003),
h.169
14
Hamka, Standar Operasional Prosedur (SOP) Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian
Agama RI Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 66
15
Hamka, Standar Operasional Prosedur (SOP) Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian
Agama RI Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 67
20

digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi

permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut

antara lain berupa alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar,

bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukenah maupun sejadah.16

c. Produktif Tradisional

Zakat diberikan dalam dalam bentuk barang-barang produktif

tradisional, seperti kambing, sapi, mesin jahit, dan sebagainya.

Pemberian zakat dalam bentuk ini akan dapat mendorong menciptakan

suatu usaha atau memberikan suatu lapangan kerja baru bagi fakir

miskin.17

d. Produktif Kreatif

Zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir

baik untuk permodalan proyek sosial seperti membangun sarana

sekolah, sarana kesehatan atau tempat ibadah maupun sebagai modal

usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang

atau pengusaha kecil.18

C. Pengertian Zakat, Infak dan Sedekah

1. Zakat

Zakat berasal dari kata zaka, yang artinya tumbuh dengan subuh.

Makna lain kata zaka sebagaimana digunakan dalam Al-Qur’an adalah

16
Hamka, Standar Operasional Prosedur (SOP) Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian
Agama RI Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 67.
17
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998),h. 63
18
Hamka, Standar Operasional Prosedur(SOP) Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian
Agama RI Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 68.
21

suci dari dosa. Zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh

setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan

syarat-syarat tertentu pula. Syarat-syarat tertentu itu adalah nisab, haul,

dan kadar-nya.19

Tabel 1. Jenis Harta, Nisab, Haul dan Kadar Zakat

No Jenis Harta Nisab Haul Kadar Ket


Zakat
A. Zakat Harta :
I. Emas, Perak, dan uang :
1. Emas Murni 96 gram emas 1 tahun 2,50% Yang dinilai
2. Perhiasan wanita, Senilai 96 1 tahun 2,50% semua
peralatan dan gram emas kekayaan
perabotan dari emas murni pada saat
3. Perak 672 gram 1 tahun 2,50% mengeluarkan
4. Perhiasan wanita, Senilai 672 1 tahun 2,50% zakatnya
peralatan dan gram perak
perabotan dari perak
5. Logam mulia selain Senilai 96 1 tahun 2,50%
emas, perak, seperti gram emas
platina
6. Batu permata seperti Senilai 96 1 tahun 2,50%
intan berlian gram emas
II Perusahaan/Pendapa
tan/Perdagangan :
1. Industri, seperti Senilai 96 1 tahun 2,50% Cara
tekstilm baja, gram emas menghitung
keramik, batu penjumlahan
merah, genting, pendapatan 1
kapur, tempe/tahu, tahun, dapat
batik, ukir-ukiran. dikeluarkan
2. Industri pariwisata, Senilai 96 1 tahun 2,50% pada waktu
seperti hotel, gram emas menerima
cottage, penginapan,
villa, restoran,
bioskop, kolam
renang
3. Perdagang, seperti Senilai 96 1 tahun 2,50%

19
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 38
22

ekspor-impor, gram emas


perdagangan dalam
negeri, pertokoan,
warung, depot/kios,
percetakan,
penerbitan
4. Jasa, seperti notaris Senilai 96 1 tahun 2,50%
akuntan, travel, biro- gram emas
biro, reklame,
designer, salon,
transportasi laut,
darat dan udara
5. Real estate, seperti Senilai 96 1 tahun 2,50%
perumahan, gram emas
penyewaan
rumah/tanah.
6. Pendapatan, seperti Senilai 96 1 tahun 2,50%
gaji, honorium, gram emas
komisi, penghasilan
dokter
7. Usaha-usaha Senilai 96 1 tahun 2,50%
pertanian, gram emas
perkebunan,
perikanan, seperti
tambak, kebun
teh/karet/kopi,
peternakan ayam,
bebek, kelinci dan
sebagainya
8. Uang simpanan, Senilai 96 1 tahun 2,50%
seperti tabanas, gram emas
deposito, uang tunai.
III Binatang Ternak :
1. Kambing, biri-biri, 40-120 ekor 1 tahun 2,50% Dan
domba 121-200 ekor 1 tahun 2,50% seterusnya
201-300 ekor 1 tahun 2,50% setiap
tambahan 100
ekor, kadar
zakatnya
tambah 1
ekor
2. Sapi 30 ekor 1 tahun 2,50% Dan
40 ekor 1 tahun 2,50% seterusnya
60 ekor 1 tahun 2,50% setiap
70 ekor 1 tahun 2,50% tambahan 30
ekor sapi,
kadar
zakatnya
tambah 1
ekor sapi
23

umur 2 tahun.
3. Kerbau dan kuda 30 ekor 1 tahun 2,50% Zakat kerbau
40 ekor 1 tahun 2,50% dan kuda
60 ekor 1 tahun 2,50% sama dengan
70 ekor 1 tahun 2,50% sapi.
IV Tumbuh-tumbuhan :
1. Padi 1.350 kg gabah Tiap 5 % atau *Jika airnya
atau 750 kg panen 10 %* susah 5 %,
beras jika airnya
mudah 10 %
2. Biji-bijian, seperti Senilai 1.350 Tiap 5 % atau
jagung, kedelai kg gabah atau panen 10 %*
750 kg beras 5 % atau
3. Umbi-umbian, Senilai 1.350 Tiap 10 %*
seperti ubi, kg gabah atau panen
kentang,ubi kayu, 750 kg beras
ubi jalar, jahe
4. Buah-buahan, seperti Senilai 1.350 Tiap 5 % atau
kelapa, pisang, kg gabah atau panen 10 %*
durian, rambutan, 750 kg beras
duku, salak, apel,
jeruk, pepaya, nanas,
kelapa sawit,
mangga, alpukat,
lada, pinang, pala
5. Tanaman hias, sepeti Senilai 1.350 Tiap 5 % atau
anggrek, segala jenis kg gabah atau panen 10 %*
bunga termasuk 750 kg beras
cengkeh
6. Rumput-rumputan, Senilai 1.350 Tiap 5 % atau
seperti serei (minyai kg gabah atau panen 10 %*
serei), bambu, tebu 750 kg beras
7. Daun-daunan, seperti Senilai 1.350 Tiap 5 % atau 10
teh, tembakau, kg gabah atau panen %*
vanilli 750 kg beras
8. Kacang-kacangan, Senilai 1.350 Tiap 5 % atau *Jika airnya
seperti kacang hijau, kg gabah atau panen 10 %* susah 5 %,
kedelai, kadang 750 kg beras jika airnya
tanah mudah 10 %
9. Sayur-sayuran, Senilai 1.350 Tiap 5 % atau
seperti bawang, kg gabah atau panen 10 %*
mentimun, kol, bit, 750 kg beras
wortel, petai, bayam,
sawi, cabai.
Zakat Fitrah :
Beras, sagu, jagung, Mempunyai Tiap akhir 2,5 % kg Dikeluarkan
singkong/gaplek kelebihan Ramadhan atau 3,5 pada bulan
makanan untuk liter Ramadhan.
keluarga pada Biasa
hari raya Idul dibayarkan
24

Fitri dengan uang


harga barang
tersebut.
dilakukan
didaerah yang
berlaku
makanan
pokoknya
Sumber : M. Daud Ali, Buku Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, 1998.

Dari pengertian zakat di atas maka dapat disimpulkan bahwa zakat

adalah sejumlah harta yang diberikan kepada orang yang berhak

menerimanya dengan jumlah dan persyaratan yang ditentukan oleh hukum

Islam.

a. Macam-macam zakat

1) Zakat Maal (harta)

Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang yang

wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah

dipunyai selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal

tertentu.20 Pada umumnya di dalam kitab fikih Islam harta kekayaan

yang wajib dizakati atau dikeluarkan zakatnya digolongkan ke dalam

kategori, yaitu21 :

a) Emas, perak dan uang (simpanan)

b) Barang yang diperdagangkan

c) Hasil peternakan

d) Hasil bumi

e) Hasil tambang dan barang temuan

20
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 42
21
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 44
25

2) Zakat fitrah

Zakat fitrah adalah zakat untuk diri yang diwajibkan untuk

dikeluarkan setiap akhir bulan Ramadhan atau disebut juga dengan

zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada hari

raya idul fitri. Ketentuan waktu pengeluaran zakat dapat dilakukan

mulai dari awal ramadhan sampai yang paling utama pada malam

idul fitri dan paling lambat pagi hari idul fitri. Sedangkan hukum

wajib atas setiap orang muslim kecil atau dewasa, laki-laki atau

perempuan, budak atau merdeka.

Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekaran adalah 2,5 kg.

Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya yang disebut

oleh nash hadist yaitu jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur),

danagit (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang

makanannya selain makanan di atas, mazhab Maliki dan Syafi’i

membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok lainnya.22

b. Golongan yang berhak menerima zakat

Golongan (orang) yang berhak menerima zakat telah ditentukan

berdasarkan ayat Al-Qur’an At-Taubah ayat 60 sebagai berikut23 :

        


    

      


         

22
Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibria, Panduan Praktis Rukun Islam, (Jakarta: Darul
Haq, 2001), h. 159.
23
Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60
26

Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-


orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Ayat di atas menerangkan bahwa golongan yang berhak menerima

zakat yaitu : fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan

ibnu sabil. Penjabaran rumusan kedelapan golongan tersebut dilakukan

oleh manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad dalam berbagai

aliran hukum Islam. Di Indonesia, tidak ada riqab dalam pengertian

semula, oleh karena itu diisi dengan pengertian baru yaitu pembebasan

manusia dari “perbudakan” lintah darat (rentenir).24

Perumusan tentang penerima zakat lain juga disesuaikan dengan

keadaan Indonesia dan perkembangan masa kini, seperti fakir miskin

yaitu biasa penyantunan orang-orang miskin di lembaga-lembaga sosial,

panti asuhan, bantuan modal agar mereka dapat berusaha secara

produktif. Ke dalam pengertian amil dimasukan juga biaya-biaya

administrasi dan personal badan atau organisasi amil serta aktivitas

yang dilakukannya untuk meningkatkan kesadaran berzakat di

masyarakat. Untuk muallaf, selain diadakan dana untuk membantu

penyantunan dan pembinaan orang-orang yang baru masuk Islam

disediakan juga dana untung membiayai lembaga dakwah agama.

Gharim orang yang berhutang, dirumuskan pengertiannya dengan kata-

24
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 48
27

kata : orang-orang atau lembaga-lembaga Islam yang jatuh (bangkrut)

dan mempunyai tanggungan hutang sebagai akibat pelaksanaan

kegiatan yang baik dan sah menurut hukum. Ke dalam sabilillah

dimasukan segala keperluan peribadatan, pendidikan, dakwah,

penelitian, penerbitan buku-buku, majalah ilmiah. Untuk ibnu sabil

dimasukan segala usaha guna membantu biaya perjalanan seseorang

yang kehabisan biaya, beasiswa, dan biaya-biaya kegiatan ilmiah.25

2. Infak

Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan seseorang setiap

kali ia memperoleh rezeki, sebanyak yang dikehendaki sendiri. 26 Kata

infak dapat berarti mendermakan atau memberikan rezeki (karunia Allah)

atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas dan

karena Allah SWT.27 Jika zakat harus diberikan kepada 8 ashnaf, maka

infak boleh diberika kepada siapa pun, seperti kepada teman atau kelurga.

Infak pun tidak memiliki nishab seperti halnya zakat, karena infak

dikeluarkan bisa ketika dalam keadaan lapang atau sempit.

Maka dari penjelasan tentang infak di atas dapat disimpulkan bahwa

infak merupakan pemberian secara sukarela kepada siapapun dan tidak

dibatasi dengan nominal.

25
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 68
26
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 23
27
Cholid Fadlullah, Mengenai Hukum /ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta,
(Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993), h. 6
28

3. Sedekah

Sedekah atau sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh

seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin, setiap

kesempatan terbuka tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun

waktunya. Sedekah tidak terbatas pada pemberian bersifat material saja,

tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orang lain.28

Diantara ayat yang menerangkan tentang sedekah sebagaimana firman

Allah SWT, dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 114, sebagai berikut :

             
      

.            

Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan


mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di
antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.”

Hadist riwayat Imam Muslim dari Abu Dzar, Rasulullah SAW

menyatakan “jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca

tasbih, membaca takbir, membaca tahmid, tahlil, dan melakukan amar

ma’ruf nahi mungkar adalah sedekah.”29

Dari pengertian sedekah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

sedekah merupakan perbuatan amal kebaikan baik pemberian berupa

28
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1998), h. 23
29
Abdurrachman Qodir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah Dan Sosial, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 70
29

material ataupun nonmaterial kepada orang lain. Karena memberikan

senyum kepada orang lain dengan ikhlas juga termasuk dalam kategori

sedekah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda “Senyum kalian bagi

saudaranya adalah sedekah, beramar makruf dan nahi mungkar yang

kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah.” (HR. Tirmidzi dan Abu

Dzar).
BAB III
GAMBARAN UMUM LAZIS PT. GARUDA INDONESIA

A. Profil LAZIS PT. GARUDA INDONESIA

LAZIS PT. Garuda Indonesia atau yang sering disebut LAZIS -GA

merupakan lembaga yang berupaya mendukung pelaksanaan misi Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) didalam pengembangan masyarakat

melalui ZIS. Sebelum terbentuk LAZIS, lembaga ini masuk kedalam

lembaga pengembangan infak at-taqwa (LPIA) dibawah kendali Binroh

Teknik pada tahun 1994. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2001

terjadi perubahan organisasi yang kemudian ditetapkan 2 organisasi

terpisah yaitu ROHIS-GA dan LAZIS-GA.

Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Garuda Indonesa (LAZIS-GA)

dikukuhkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) berdasarkan

Surat Keputusan Nomor : 059/UPZ/BAZNAS/XI/ Tahun 2004 tentang

Pembentukan Unit Pengumpul Zakat dilingkungan PT. Garuda

Indonesia. dan Surat Keputusan Nomor : 059/UPZ/BAZNAS/XI/ Tahun

2004 tentang Penetapan Susunan Pengurus UPZ PT. Garuda Indone sia

serta Surat Nomor DZ/SKEP/5007/05 tentang Penunjukan Lembaga

Pengelola ZIS tanggal 7 Maret 2005. 1

Salah satu bentuk komitmen Garuda Indonesia telah mengeluarkan

Surat Keputusan Direktur Utama PT. Garuda Indonesia Nomor

1
Data LAZIS PT. Garuda Indonesia Kantor Pusat, tahun 2005.

30
31

DZ/SKEP/5007/05 tentang pemotongan gaji pegawai untuk penunaian

ZIS. Diharapkan dengan komitmen ini dapat diikuti oleh seluruh

pegawai muslim dilingkungan Garuda Indonesia sebagai bentuk

ketaatan kepada Allah SWT.

B. Visi, Misi dan Tujuan

1. Visi LAZIS PT. Garuda Indonesia

Membangun kesadaran berzakat, berinfak, dan bersedekah pegawai

BUMN dan instasi pemerintah lainnya di Indonesia.

2. Misi LAZIS PT. Garuda Indonesia

a. Membangun image melalui pengelolaan ZIS yang amanah,

professional, dan transparan.

b. Meningkatkan kesadaran berzakat, berinfak, dan bersedekah.

c. Meningkatkan jumlah muzakki dari waktu ke waktu.

d. Merubah posisi mustahik menjadi mustahik.

e. Melaksanakan pendistribusian dan pemberdayaan ZIS sesuai syariah.

f. Membangun kerjasama dan aliansi strategis.2

3. Tujuan LAZIS PT. Garuda Indonesia

Tujuan didirikannya LAZIS PT. Garuda Indonesia adalah untuk

membantu mustahik yang berada disekitar bandara, dan memberikan

kemudahan pada karyawan garuda yang ingin membayar zakat.3

2
Data LAZIS PT. Garuda Indonesia Kantor Pusat, tahun 2005
3
M. Amsori (Staff Pemberdayaan LAZIS-GA), Wawancara Pribadi, (Jakarta:15 Mei
2015), Jam 13.00 wib.
32

C. Struktur Organisasi Pengurusan


1. Struktur Organisasi Lazis-Ga Pusat

Badan Pembina

BAZNAS
--------------------

Badan Pengawas Badan Pertimbangan

Badan Pelaksana

LAZIS-GA
PERWAKILAN

Bidang Akutansi Bidang Bidang Bidang Bidang


& Keuangan Ti & Promosi Pengumpulan Pendayagunaan Sekretariat

Sumber : Pedoman Pengelolaan ZIS LAZIS-GA th 2005

2. Struktur Organisasi LAZIS-GA Perwakilan

Struktur organisasi LAZIS-GA Perwakilan adalah sebagaimana bagan

dibawah ini, atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

setempat. Penetapan struktur organisasi dan jumlah amil LAZIS-GA

Perwakilan ditunjuk dan ditetapkan oleh Badan Pelaksana Pusat atas

usulan LAZIS-GA Perwakilan.4

4
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 7
33

STRUKTUR ORGANISASI LAZIS-GA PERWAKILAN

Ketua Badan Pelaksana LAZIS-GA Pusat

Ketua dan Wakil Ketua


LAZIS-GA Perwakilan

Bidang Bidang Bidang

Pengumpulan Pendayagunaan Administrasi

Sumber : Pedoman Pengelolaan ZIS LAZIS-GA th 2005

D. Tugas Pokok dan Wewenang LAZIS-GA Pusat


1. Badan Pembina mempunyai tugas dan wewenang al. :

a. Memberikan pembinaan serta penilaian terhadap penyelenggara

pengumpulan serta pendayagunaan ZIS.

b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Badan Pelaksana baik

diminta maupun tidak diminta mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan pengelolaan dan pengembangan ZIS.5

2. Badan Pertimbangan mempunyai tugas dan wewenag al. :

a. Memberikan masukan kepada Badan Pembina dan Badan Pelaksana

baik diminta maupun tidak diminta mengenai hal-hal terkait dengan

pengumpulan, pendayagunaan, dan pemanfaatan dana ZIS.

5
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h.8
34

b. Memberikan kepastian hukum dan aspek legal yang dibenarkan Al-

Qur’an dan Sunnah serta UU No. 38 serta aspek hukum lainnya yang

mendukung arah dan kebijakan pengelolaan dana ZIS.6

3. Badan Pengawas mempunyai tugas dan wewenang al. :

a. Mengawasi kinerja organisasi Badan Pelaksan LAZIS-GA Pusat dan

LAZIS-GA Perwakilan.

b. Memeriksa laporan keuangan, bila dipandang perlu dapat meminta

bantuan akuntan publik.

c. Memberikan rekomendasi atas hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

d. Merekomendasikan kepada Ketua Badan Pelaksana dan Badan Pembina

dalam hal pemberian sanksi kepada pengurus yang melanggar

ketentuan/aturan lembaga.7

4. Ketua Badan Pelaksana LAZIS-GA Pusat mempunyai tugas dan

wewenang al. :

a. Menetapkan dan menyetujui rencana kerja dan anggaran.

b. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

oleh masing-masing bidang.

c. Merekomendasikan program-program yang bersifat insidentil untuk

diagendakan sebagai program LAZIS-GA Pusat maupun program

LAZIS-GA Perwakilan dan atau BAZNAS untuk dilaksanakan pada

tahun berjalan.

6
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h.8
7
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h.8
35

d. Memimpin rapat-rapat yang diselenggarakan secara periodik (bila

berhalangan dapat menunjukan wakil ketua dab atau pelaksana harian).

e. Melaporkan kegiatan LAZIS-GA Pusat kepafa Badan Pembina dan

BAZNAS secara periodik minimal 3 bulan sekali.

f. Membuat laporan tahunan kepada Pemerintah cq. Menteri Agama

dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Pengembangan Zakat

dan Wakaf, Badan Pembina dan BAZNAS.

g. Melakukan koordinasi dengan Badan Pembina, Badan Pertimbangan

dan LAZIS-GA Perwakilan dan BAZNAS serta lembaga lainnya.

h. Ketua Badan Pelaksana dapat melimpahkan tugas-tugas dan

wewenangnya kepada Wakil Ketua.

i. Menandatangani persetujuan proposal-proposal permintaan bantuan

yang telah direkomendasikan oleh bidang-bidang terkait melalui rapat

Badan Pengurus.

j. Menyetujui dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

dan Surat Perintah Transfer (SPT) LAZIS-GA

k. Menandatangani biaya operasional dan dana pemberdayaan.

l. Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama LAZIS-GA ke

dalam maupun keluar.8

5. Wakil Ketua Badan Pelaksana LAZIS-GA mempunyai tugas dan

wewenang al. :

8
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 8
36

a. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing

bidang.

b. Memberikan usulan kepada Ketua tentang program-program yang

bersifat insidentil, untuk diagendakan sebagai program LAZIS-GA.

c. Mempelajari usulan-usulan yang disampaikan disampaikan oleh

bidang-bidang, LAZIS-GA Perwakilan dan BAZNAS.

d. Memimpin rapat-rapat yang diselenggarakan secara periodik (bila

Ketua Badan Pelaksana berhalangan hadir).

e. Melakukan koordinasi dengan Badan Pembina, Badan Pertimbangan

dan LAZIS-GA Perwakilan.

f. Melaporkan kegiatan LAZIS-GA Pusat kepada Badan Pembina dan

BAZNAS secara periodik minimal 3 bulan sekali.

g. Membuat laporan tahunan kepada Pemerintah cq. Menteri Agama

dengan tembusan disampaikan kepada Direktur Pengembangan Zakat

dan Wakaf, Badan Pembina.

h. Menandatangani permintaan kas kecil (besarnya akan ditetapkan

kemudian) 1*

i. Menandatangani SPP LAZIS-GA Pusat (besarnya akan ditetapkan

kemudian) 2*

j. Bertindak untuk dan atas nama Ketua Badan Pelaksana, melaksanakan

tugas sehari-hari bila Ketua Badan Pelaksana berhalangan.9

9
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 9
37

6. Bidang Keuangan mempunyai tugas dan wewenang antara lain. :

a. Mengelola seluruh asset dana ZIS

b. Menerima tanda bukti penerimaan setoran kas dari muzakki.

c. Menerima tanda bukti pendayagunaan dana ZIS dari bidang

pemberdayaan.

d. Meminta laporan penggunaan dana yang telah diberikan kepada

masing-masing bidang LAZIS-GA.

e. Memonitor penggunaan dana yang telah diberikan kepada masing-

masing bidang LAZIS-GA.

f. Melakukan pengelolaan dana seoptimal mungkin atas persetujuan

Ketua Badan Pelaksana.

g. Menyusun rencana anggaran tahunan.

h. Membuat laporan arus kas masuk dan keluar yang accountable dan

auditable setia bulan dan melaporkan kepada Ketua Badan Pelaksana.

i. Membuat laporan keuangan berkala dan laporan tahunan dalam satu

annual report/laporan tahunan.

j. Dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan Ketua dan Wakil

Ketua Badan Pelaksana.10

7. Bidang TI & Promosi mempunyai tugas dan wewenang al. :

a. Melakukan promosi baik sarana Internet, E-mail, Millis untuk

menjaring minat para muzakki agar mereka menyalurkan ZIS-nya

melalui LAZIS-GA.

10
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 9
38

b. Membuat jaringan informasi pengumpulan dan pendayagunaan dana

yang telah dan akan dilaksanakan melalui media-media tersedia.

c. Membuat/menyiapkan aplikasi pengelolaan dana ZIS.

d. Pemeliharaan dan pengelolaan website LAZIS-GA.

e. Bertanggungjawab terhadap pengumpulan berita, design dan tampilan

layout dan produksi buletin LAZIS-GA yang terbit minimum 3 bulan

sekali.

f. Membina hubungan baik dengan media massa Islami sebagai bagian

dari upaya mempublikasikan informasi-informasi LAZIS-GA.

g. Menyusun rencana kerja dan anggaran serta progress report.11

8. Bidang Pengumpulan mempunyai tugas dan wewenang al. :

a. Mendata secara lengkap daftar muzakki yang menunaikan ZIS.

b. Mencari dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan ZIS selain

yang rutin diterima oleh LAZIS-GA Pusat atau pemotongan gaji

pegawai muslim.

c. Membuat laporan penerimaan ZIS setiap bulan untuk diberikan kepada

seluruh donatur (muzakki) sebagai informasi.

d. Membuat/menyusun program kerja, rencana kerja dan anggaran

tahunan.

e. Melakukan koordinasi dengan LAZIS-GA Perwakilan dan bidang-

bidang lainnya. 12

11
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 9
12
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 10
39

9. Bidang Pendayagunaan mempunyai tugas dan wewenang al.:

a. Melakukan verifikasi dan survei secara cermat kepada calon mustahik.

b. Mengusulkan/merekomendasikan calon mustahik setelah

diverifikasi/disurvei

c. Merekomendasikan program pengembangan pendayagunaan ZIS

LAZIS-GA Pusat dan Perwakilan yang belum dilaksanakan untuk

diagendakan sebagai program bulanan maupun tahunan.

d. Merekomendasikan pengehentian atau melanjutkan bantuan kepada

mustahik dengan alasan yang patut dipertimbangkan.

e. Mengevaluasi dan membina para mustahik.

f. Membuat usulan rencana kerja dan anggaran untuk pemanfaatan dan

penyaluran dana ZIS kepada mustahik.

g. Melaporkan hasil pendayagunaan ZIS kepada Ketua Badan Pelaksan.

h. Melakukan koordinasi dengan LAZIS-GA Perwakilan dan pengurus

lainnya.

i. Melakukan pendataan para mustahik yang berhak menerima ZIS.13

10. Bidang Kesekretariatan mempunyai tugas dan wewenang al.:

a. Mencatat surat masuk dan keluar

b. Menerima dan mencatat proposal dari para mustahik.

c. Membuat surat internal dan eksternal serta konsep proposal setiap

kegiatan yang telah ditentukan.

d. Membuat daftar hadir dan laporan bulanan kehadiran amil,

13
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h. 10
40

e. Menjadwalkan rapat rutin yang meliputi rapat mingguan, bulanan dan

tahunan.

f. Menyiapkan bahan-bahan rapat, menyusun agenda rapat dan membuat

notelan rapat.

g. Membuat dokumentasi kegiatan LAZIS-GA.

h. Membuat data muzakki dan mustahik dalam data base.

i. Melakukan koordinasi dengan bidang-bidang terkait.

j. Ikut membantu melakukan survei dan membuat laporan survei.

k. Mengelola kebutuhan-kebutuhan ATK, barang umum dan perlengkapan

(PC & Printer).

l. Mengelola asset dan inventaris kantor.

m. Melakukan hubungan komunikasi kepada pihak internal maupun

eksternal.

n. Menyusun rencana kerja dan anggaran bidang sekretariat.

o. Menyusun semua laporan/progress report kegiatan LAZIS-GA.

p. Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan dari semua bidang.

q. Mengelola kantor Sekretariat.

r. Mengelola kendaraan operasional.14

Uraian tugas dan wewenang untuk LAZIS-GA Perwakilan dapat

mengacu dan menyesuaikan dengan uraian seperti tersebut di atas.

14
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h.10
41

E. Program-Program LAZIS PT. Garuda Indonesia

1) Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia, meliputi :

Beasiswa, pendidikan alternatif terpadu, dan pendidikan keterampilan siap

guna.

2) Program Pelayanan Sosial dan Kemanuasiaan, meliputi : Bantuan

kemanusiaan, bantuan/subsidi pelayanan kesehatan dan bantuan / subsidi

biaya hidup fakir dan miskin.

3) Program Pengembangan Ekonomi Umat, meliputi : Bantuan sarana usaha,

pendanaan modal usaha dan pendampingan/pembinaan usaha.

4) Program Bina Dakwah Masyarakat, meliputi : Bina dakwah masjid, bina

dakwah kampus / sekolah dan bina dakwah masyarakat.15

15
Emirsyah Satar dan Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, (Jakarta: LAZIS-
GA, 2005), h.12- 13
BAB IV

METODE FUNDRAISING DAN PENDISTRIBUSIAN ZAKAT

INFAKSEDEKAHLAZISPT. GARUDA INDONESIA

A. Analisis Terhadap Metode Fundraising LAZIS PT. Garuda Indonesia

Indonesia

Secara umum, LAZIS PT. Garuda Indonesia memiliki dua sumber

penerimaan dana ZIS yaitu melalui sistem langsung dan tidak langsung.

Sistem langsung yaitu dimana muzakki melakukan pembayaran langsung

zakat/ infak dan sedekahnya kepada amil LAZIS Garuda. Muzakki yang

dimaksud baikkaryawan garuda maupun selain karyawan garuda, yang

terpenting orang-orang internal Bandara Soetta. Sedangkan, sistem tidak

langsung yaitu melalui pemotongan gaji karyawan garuda yang biasa disebut

dengan sistem payroll.1 Meskipun memiliki dua sumber penerimaan dana

zis, tetapi sumber dana zis yang sebagian besar yang diterima adalah dari

pemotongan gaji karyawan garuda.

Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Utama PT.Garuda Indonesia

Nomor DZ/SKEP/5007/05 tentang pemotongan gaji pegawai untuk

penunaian ZIS. Sistem pemotongan yang telah diamanahkan kepada

LAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu melalui surat kuasa pemotongan

(payroll) kepada karyawan garuda. Jadi, tidak langsung memotong gaji

karyawan tersebut tetapi diminta persetujuan muzakki untuk mau/tidak

dipotong gaji setiap bulannya.

1
M. Amsori (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15 Mei 2015), Jam
13.00 wib.

42
43

Setiap lembaga amil zakat pasti memiliki metode dalam melakukan

fundraising tidak terkecuali dengan LAZIS PT. Garuda Indonesia . Meskipun,

muzakki yang diperoleh hanya lingkungan internal Bandara Soetta saja tetapi

bukan lingkungan eksternal Bandara Soetta. Dari data dan sumber yang

diperoleh, metode fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia

sesuai dengan teori sebelumnya, sebagai berikut:

1. Metode Fundraising Langsung(direct fundraising)

Metode fundraising yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu

menggunakan metode fundraising langsung dalam mengumpulkan dana.

Diantara metode fundraising langsung tersebut yaitu:

a. Menggunakan SMS Blass dan Email Blass

Sms Blass dan Email Blassdalam melakukan fundraising.2Sms blass

yang dimaksud yaitu amil mengirim pesan kepada muzakki garuda yang

tujuannya untuk mengajak muzakki memiliki kesadaran untuk berzakat.

Biasanya Sms Blassdilakukan ketika mendekati bulan ramadhan yang

berisikan tentang ajakan untuk membayar zakat fitrah. Sms Blass juga

digunakan ketika LAZIS PT. Garuda Indonesia melakukan event,

seperti donur darah dan bazar ramadhan. Dari setiap sms yang dikirim

dicantumkan juga nomor rekening LAZIS PT. Garuda Indonesia, untuk

mempermudah muzakki yang ingin membayar zakatnya.3

2
M. Amsori (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15 Mei 2015), Jam
13.00 wib.
3
Dian Anissa (Staff Unit Usaha), Wawancara Pribadi, (Tangerang: 22 Mei 2015), jam
12.30 wib.
44

Sedangkan, cara penggunaan email blass sama dengan sms blass.

Setiap muzakki garuda memiliki account email masing-masing, seperti

qonitakamaliah.garuda/indonesia.com.4 LAZIS PT. Garuda Indonesia

memiliki kontak-kontak email muzakki, sehingga memudahkan amil

untuk mengirimkan berita-berita atau laporan keuangan LAZIS kepada

muzakki melalui email.

b. Membuka Konsultasi Zakat

Dalam hal ini amil dituntut untuk memahami tentang tatacara dan

hukum membayar zakat yang benar sesuai dengan ketentuan syariat

Islam. Karena dalam hal penerimaan dana zakat diperoleh dari

pemotongan gaji karyawan garuda, dan masih banyak karyawan garuda

(muzakki) yang belum memahami tentang penunaian zakat profesi,

sebaiknya membayar zakat berbentuk nominal atau persentase.

Misalnya ada karyawan garuda yang ingin membayar zakat dan

dipotong hanya mau 200.000 saja, sedangkan gaji muzakki tersebut

melebihi batas nishab. Akan tetapi, muzakki tersebut hanya mau

dipotongnya 200.000, berarti muzakki tersebut tidak sesuai standarisasi

2,5% yang diwajibkan. Untuk itu, diadakan konsultasi zakat untuk

diberikan pengertian, bahwa zakat itu bukan bersifatnya nominal

melainkan persentase.5 Dalam kegiatan konsultasi dilakukan ditempat

LAZIS PT. Garuda Indonesia. Konsultasi zakat dibuka untuk umum

4
Dian Anissa (Staff Unit Usaha), Wawancara Pribadi, (Tangerang: 22 Mei 2015), jam
12.30 wib.
5
Dian Anissa (Staff Unit Usaha), Wawancara Pribadi, (Tangerang: 22 Mei 2015), Jam
12.30 wib.
45

tidak hanya karyawan garuda saja tetapi juga karyawan Angkasa Pura,

supir, office boy dan lain-lain yang masih lingkungan Bandara Soekarno

Hatta.

c. Membuka Gerai Zakat Ramadhan

Membuka gerai zakat merupakan metode yang diharapkan dapat

menarik karyawan garuda untuk membayar zakatnya. Gerai zakat

dilakukan disekitar kantor PusatLAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu

GCC (Garuda City Center) yang beralamat di Masjid At-Taqwa Garuda

Cityy Center Bandara Soekarno HattaTangerang dan diluar kantor

Pusat LAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu GITC (Garuda Indonesia

Training Center) yang berada didaerah Duri Kosambi Cengkareng

Jakarta Barat. Biasanya dalam kegiatan membuka gerai juga melayani

konsultasi zakat untuk muzakki.6

d. Menggunakan Media dakwah

Metode fundraising menggunakan media dakwah masih bersifat

tradisional yaitu melalui ceramah atau khutbah, yang dilakukan pada

saat selesai shalat dzuhur dan ketika khutbah jum’at di masjid At-

Taqwa Garuda City Center atau di Masjid yang terletak di Garuda

Indonesia Training Center Duri Kosambi. Biasanya tema yang

diberikan yaitu mengenai tentang kewajiban berzakat. Menurut Bapak

Amsori selaku amil LAZIS PT. Garuda Indonesia, menggunakan media

6
Dian Anissa (Staff Unit Usaha), Wawancara Pribadi, (Tangerang: 22 Mei 2015), jam
12.30 wib.
46

dakwah lebih menyentuh kepada hati donatur (muzakki). Karena masih

ada beberapa karyawan garuda yang kurang memiliki kesadaran untuk

membayar zakat diperusahaannya sendiri yaitu LAZIS PT. Garuda

Indonesia . Tujuan dari kultum atau khutbah yang diberikan yaitu untuk

memberikan rasa peduli disekitar Bandara, kemudian baru keorang lain

(lembaga lain).7

2. Metode Fundraising Tidak Langsung (indirect fundraising)

Metode fundraising LAZIS PT. Garuda Indonesia selanjutnya

menggunakan metode fundraising tidak langsung, diantara metode tersebut

yaitu :

a. Menggunakan Media Sosial (facebook dan twitter)

Isikonten dari facebook dan twitter yaitu mengenalkan kepada

masyarakat luas tentang LAZIS PT. Garuda Indonesia, kemudian

memaparkan program-program apa saja yang sudah dilakukan LAZIS

Garuda, serta mengajak untuk memiliki kesadaran membayar zakat.8

Di bawah ini adalah alamat web LAZIS PT. Garuda Indonesia

melalui twitter dan facebook.

7
M. Amsori (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15 Mei 2015), Jam
13.00 wib.
8
Dian Anissa (Staff Unit Usaha), Wawancara Pribadi, (Tangerang: 22 Mei 2015), jam
12.30 wib.
47

Gambar 1. Twitter Gambar 2. Facebook

Dari kedua akun ini terlihat, bahwa sudah lama tidak dikelola lagi.

Ini terbukti jumlah followers twitter yang hanya 14 followers saja.

Padahal LAZIS PT. Garuda Indonesia sudah dikukuhnya semenjak

tahun 2004 oleh BAZNAS. Foto profil facebook pun tidak terlihat,

yang terlihat hanya seperti akun kosong. Hal ini terjadi, karena

kurangnya sumber daya manusia dalam bidang IT yang menyebabkan

metode fundraising ini kurang efektif dilakukan.

b. Menggunakan Brosur dan Banner

Dari penelitan yang dilakukan, media yang digunakan LAZIS PT.

Garuda Indonesia yaitu melalui banner dan juga menggunakan brosur

yang diletakan dimeja kerja amil LAZIS Garuda.

Banner digunakan ketika melakukan sebuah event baik mandiri

maupun melalui kerjasama dengan pihak lain sebagai sponsor. Seperti


48

penggunaan banner pada program ibu sadar gizi yang bekerjasama

dengan lembaga kemanusian PKPU.

Sedangkan, brosur hanya diletakan dimeja kerja amil LAZIS PT.

Garuda Indonesia. Sama halnya seperti lembaga zakat lainnya seperti

Griya Yatim dan Dhuafa (GYD) yang meletakan brosur dimeja kerja

amil, dan brosur diberikan kepada muzakki (donatur) biasanya setelah

melakukan akad, atau kemauan muzakki sendiri yang ingin mengambil

brosur tersebut di atas meja.

Adapun sumber dana zakat yang diperoleh LAZIS PT. Garuda

Indonesia sebagai berikut9 :

a. Zakat Profesi

Dalam hal meningkatkan jumlah penerimaanzakat, PT. Garuda

Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor DZ/SKEP/5007/05

tentang pemotongan gaji pegawai muslim sebesar 2,5 % bagi yang

sudah mencapai nishab.

Tabel 2. Zakat Profesi LAZIS PT. Garuda Indonesia

Tahun Nominal (Rp.)

2012 930,399,243.32
2013 903,461,778.00
2014 923,172,373.33
2015 305,788,995.00
(Jan-Apr)
Sumber: Data keuangan LAZIS PT. Garuda Indonesia thn
2014-215 periode Jan-Apr

9
Data keuangan LAZIS PT.Garuda Indonesia Kantor Pusat, thn 2014 - 2015 periode Jan-
Apr.
49

b. Infak dan sedekah

Infak dan sedekah didapat dari karyawan garuda maupun

selain karyawan garuda. Selain itu untuk meningkat kesadaran dan

menggali potensi penghimpunan dana, LAZIS PT. Garuda

Indonesia melakukan sistem bagi hasil pada setiap mustahik yang

meminjam uang untuk modal usaha. Hal itu dilakukan agar

mustahik memiliki rasa berbagi juga terhadap orang-orang yang

membutuhkan. Tujuan dari sistem bagi hasil ini adalah untuk

merubah posisi mustahik menjadi muzakki.

Tabel 3. Infak dan Sedekah LAZIS PT. Garuda Indonesia

Tahun Nominal (Rp.)

2012 8,762,621.51
2013 5,065,528.06
2014 5,061,261.50
2015 2,340,104.53
(Jan-Apr)
Sumber: Data keuangan LAZIS PT. Garuda Indonesia thn
2014-215 periode Jan-Apr

B. Analisis Terhadap Metode Pendistribusian Dana Zakat Infak dan

SedekahLAZIS PT. Garuda Indonesia Indonesia

Dalam Undang-Undang RI Tentang Pengelolaan Zakat No. 23 Tahun

2011 disebutkan bahwa dana zakat wajib didistribusikan kepada mustahik

sesuai dengan syariat Islam dan berdasarkan skala prioritas dengan


50

memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.10

Begitu juga dengan LAZIS PT. Garuda Indonesia, skala prioritas

pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah disalurkan secara

proporsional sesuai dengan kebutuhan para mustahik. Dalam hal

pendistribusiannya, LAZIS PT. Garuda Indonesia menyalurkan dana ZIS

nya kepada golongan fakir, miskin, riqab, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil,

dan mu’allafati qulubuhum. Akan tetapi dari semua pendistribusian yang

diberikan kepada golongan-golongan diatas, LAZIS PT. Garuda Indonesia

lebih memprioritaskan memberi bantuan untuk mustahik fakir dan miskin

(dhuafa) yang berada disekitar BandaraSoetta. Karena disekitar wilayah

Bandara Soetta masyarakatnya masih dibawah garis kemiskinan.11

Metode pendistribusian yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia

ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Pendistribusian langsung

yaitu diberikan kepada mustahik secara langsung, baik bersifat konsumtif

maupun produktif. Pendistribusian konsumtif yaitu penyaluran secara

langsung dalam rangka memberikan zakat pada waktu yang telah

ditentukan.12 Sedangkan, pendistribusian produktif yaitu penyaluran dana

zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan

aktifitas suatu usaha atau bisnis.13

10
Hamka, Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat, Kementrian Agama
RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 83
11
M. Amsori (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15 Mei 2015), Jam
13.00 wib.
12
Hamka, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, Kementrian Agama RI Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 81
13
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. hudri, Zakat & Wirausaha, (Jakarta: CED, 2005), h.
35
51

Metode pendistribusian tidak langsung yaitu pendistribusian yang

menggunakan proposal atau kerjasama dengan lembaga kemanusian lain.

Seperti kegiatan jambore anak yatim dan dhuafa di Cibubur Jakarta Timur

yang bekerja sama dengan BAZNAS pada tahun 2006.14

Pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah LAZIS PT. Garuda

Indonesia diberikan kepada mustahik internal dan eksternal garuda.

Mustahik internal yaitu bantuan yang diberikan kepada karyawan garuda,

misalnya suami yang bekerja di garudameninggal dunia, kemudian

meninggalkan istri dan anaknya. Maka keluarga yang ditinggal wajib

diberikan bantuan hidup oleh LAZIS PT. Garuda Indonesia . Sedangkan,

Mustahik eksternal diberikan kepada wilayah-wilayah disekitar Bandara

Soetta seperti daerah Neglasari Tangerang yang kebanyakan sudah lansia.

Maka, LAZIS berkewajiban untuk memberikan bantuan hidup setiap

bulannya. Selain memberikan dana secara konsumtif, dibentuk juga

sebuah majelis taklim di daerah tersebut.15

Adapun pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah dalam bentuk

produktif dinilai masih kurang maksimal. Oleh karena itu, dibentuklah

baitul maal wat tamwil (BMT) LAZIS-GA untuk mengoptimalkan

penggunaan dana zakat, infak dan sedekah.16 Dengan adanya BMT ini

diharapkan mampu memberikan kontribusi besar kepada mustahik yang

membutuhkan agar bisa lebih hidup mandiri dan memiliki pekerjaan tetap.

14
Data Lazis Garuda Pemberdayaan tahun 2006
15
Fitri Rahayu Wulandari (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 22 Mei
2015), Jam 13.30 wib.
16
M. Amsori (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15 Mei 2015), Jam
13.00 wib.
52

Pemberian dana zakat, infak dansedekah pada mustahik secara

konsumtif dan produktif harus disesuaikan dengan kondisi mustahik,

sehingga dana tersebut benar-benar sampai kepada orang-orang yang

berhak menerimanya. Maka dari itu, untuk mengetahui kondisi mustahik

amil sebaiknya melakukan survei langsung ketempat mustahik yang dituju.

Berikut program-program pendistribusian zakat, infak dan sedekah

LAZIS PT. Garuda Indonesia berdasarkan pola pendistribusiannya:

Tabel 4 : Pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah

Konsumtif Konsumtif Produktif Produktif


Tradisional Kreatif Tradisional Kreatif
1. Bantuan 1. Biaya 1. Desa ternak 1. Unit usaha
hidup operasional (kambing mikro
2. Bantuan (BOP) etawa,
bencana 2. Beasiswa penggemuk
3. Program ibu 3. Bantuan an sapi)
sadar gizi pengobatan
(budarzi) 4. Bantuan
khitanan
Sumber : Wawancara langsung17

Pendistribusian dana zakat, infak dan sedekah dengan pola konsumtif

dan produktif tersebut, dilihat dari ciri pemanfaatannya sejalan dengan

teori pola pendistribusian zakat:

a. Konsumtif Tradisional

Maksud pendistribusian zakat secara konsumtif tradisional adalah

17
M. Amsori (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 15 Mei 2015), Jam
13.00 wib.
53

bahwa dana tersebut diberikan kepada mustahik secara langsung untuk

kebutuhan konsumsi sehari-hari, seperti program bantuan hidup yang

diberikan untuk fakir miskin dan lansia yang memang sangat

mendesak untuk dibantu. Bantuan bencanayang diberikan kepada

mustahik yang mendapatkan musibah karena ketiadaan pangan.

b. Konsumtif Kreatif

Pendistribusian secara konsumtif kreatif ini diarahkan kepada

pendistribusian konsumtif non makanan (sembako). Pola

pendistribusian ini bertujuan untuk orang miskin dan dhuafa dalam

mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapinya.

Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial, LAZIS PT. Garuda

Indonesia memiliki program peningkatan kualitas SDM yaitu dengan

pemberian beasiswa bagi siswa-siswi yang kurang mampu dalam

ekonomi keluargannya. Serta memberikan biaya operasional (BOP)

untuk sekolah-sekolah seperti alat sekolah (kapur/ spidol, pengahapus

dan lain-lain), dan untuk biaya operasional majelis taklim.18

Selain program peningkatan kualitas sumber daya manusia, LAZIS

PT. Garuda Indonesia juga mempunyai program dalam bidang

pelayanan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan

kaum dhuafa. Untuk meningkatkan pelayanan dalam bantuan

kesehatan yang bekerja sama dengan yayasan Nur Amaliah untuk

18
Fitri Rahayu Wulandari (Staff Pemberdayaan), Wawancara Pribadi, (Jakarta: 22 Mei
2015), Jam 13.30 wib.
54

membatu mustahik yang membutuhkan layanan kesehatan.19

c. Produktif Tradisional

Pendistribusian zakat secara produktif tradisional adalah dana ZIS

yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif tradisional,

seperti desa ternak kambing dan sapi. Pemberian zakat dalam bentuk

ini diharapkan dapat mendorong menciptakan suatu usaha baru bagi

fakir miskin.

Pendistribusian produktif tradisional ini diberikan untuk

pengembangan ekonomi umat, yang tujuanya agar masyarakat

mempunyai penghasilan dan hasil dari penggemukan sapi yaitu untuk

penyediaan hewan kurban. Dan hasilnya akan dikembalikan lagi

kepada umat.20

d. Produktif Kreatif

Pendistribusian yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal

bergulir baik untuk permodalan proyek sosial maupun sebagai modal

usaha untuk membantu atau bagi pengembangan usaha para pedagang

atau pengusaha kecil.

Dalam melakukan pendistribusian secara produktif dinilai kurang

maksimal, maka LAZIS PT. Garuda Indonesia mendirikan baitul maal

wat tamwil. BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang

dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan usaha


19
Data LAZIS PT. Garuda Indonesia Kantor Pusat
20
M. amsori (staff pemberdayaan), wawancara via whatsap, tanggal 17 Mei 2015, jam
12.40 wib.
55

mikro dalam rangka mengangkat derajat, martabat dan membela

kepentingan masyarakat yang kurang mampu. Hadirnya Baitu Tamwil

bertujuan untuk mengoptimalkan peran dan operasional Baitul Maal.21

Pendistribusian produktif kreatif ini merupakan upaya

pemberdayaan mustahiq yang dilakukan oleh LAZIS PT. Garuda

Indonesia dengan memberikan pinjaman modal usaha kepada

mustahik. Salah satunya yang sudah berjalan yaitu Laziiz Fried

Chicken (LFC). Lazizz fried chicken ini mirip dengan KFC yang ada

di Indonesia. Pemberdayaan usaha mikro ini selain memberikan

pinjaman untuk usaha juga diberikan gerobag untuk berjualan Laziiz

Fried Chicken. Dalam memberikan modal usaha, amil juga melakukan

pembinaan dan pendampingan kepada para mustahik dalam kegiatan

usahanya. Hasil keuntungan dari usaha ini dapat dikembangkan dan

diperluas untuk mustahik lain sehingga terjadi pemerataan bagi usaha

produktif yang menguntungkan.22

Pendistribusian zakat, infak dan sedekah secara produktif perlu

dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat agar dapat mencapai sasaran

yang tepat guna. Maka dapat disimpulkan, bahwa penyaluran yang

dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia masih banyak yang bersifat

konsumtif. Terbukti dari program-program LAZIS yang konsumtif lebih

banyak dari pada program produktif.

21
Data BMT LAZIS PT. Garuda Indonesia Kantor Pusat, th 2013
22
Hamka, Standarisasi Amil Zakat Di Indonesia, Kementrian Agama RI Dirjen
Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012, h. 84
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang metode fundraising

dan pendistribusian zakat, infak dan sedekah, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Metode fundraising yang digunakan LAZIS PT. Garuda Indonesia yaitu

melalui metode langsung dan tidang langsung. Melalui metode langsung

diantaranya pertama menggunakan sms blass dan email blass. Kedua

membuka konsultasi zakat untuk para muzakki yang ingin bertanya

mengenai masalah zakat. Ketiga membuka gerai zakat ramadhan. Keempat

dengan menggunakan media dakwah. Menggunakan media dakwah ini

dianggap efektif karena lebih menyentuh kepada hati donatur (muzakki).

Sedangkan, melalui metode tidak langsung yaitu dengan menggunakan

media sosial facebook dan twitter, yang terakhir menggunakan brosur dan

banner.

2. Metode pendistribusian yang dilakukan LAZIS PT. Garuda Indonesia ada

yang bersifat langsung dan tidak langsung. Pendistribusian langsung yaitu

diberikan kepada mustahik secara langsung, baik bersifat konsumtif

maupun produktif. Sedangkan, Metode pendistribusian tidak langsung

yaitu pendistribusian yang menggunakan proposal atau kerjasama dengan

lembaga kemanusian lain. Seperti kegiatan jambore anak yatim dan dhuafa

56
57

di Cibubur Jakarta Timur yang bekerja sama dengan BAZNAS pada tahun

2006.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran

dalam upaya meningkatkan jumlah penghimpunan dana zakat, infak dan

sedekah, serta lebih mengoptimalkan pendistribusian yang ke arah produktif,

yaitu :

1. Menambah jumlah pengurus agar pekerjaan yang dilakukan lebih

maksimal, khususnya menambah pengurus pada bidang IT.

2. Meningkatkan kemudahan kepada masyarakat untuk mencari informasi

tentang LAZIS Garuda, khususnya dengan memperbaharui alamat web

LAZIS Garuda.

3. Meningkatkan sosialisasi kepada karyawan Bandara Soetta untuk

menghimpun dana zakat, infak dan sedekah. Serta menjelaskan betapa

pentingnya dalam menunaikan zakat dalam kehidupan pribadi maupun

untuk orang banyak.

4. Meningkatkan kerjasama dengan instansi atau lembaga lain agar bisa

menambah banyak pelajaran dan pengalaman baik dari segi

penghimpunan, pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat , infak dan

sedekah.

5. Meningkatkan kualitas pendistribusian yang ke arah produktif agar lebih

bermanfaat bukan hanya untuk jangka pendek saja, tetapi untuk

keberlangsungan hidup para mustahik agar tidak lagi menjadi kaum

dhuafa.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI
Press, 1998

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:


PT. Rhineka Cipta, 1998

Bariadi, Lili, Muhammad Zen, M. hudri, Zakat & Wirausaha, Jakarta: CED, 2005

Bin Jibria, Abdullah bin Abdurahman, Panduan Praktis Rukun Islam, Jakarta:
Darul Haq, 2001

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka, 2002

Djuanda, Gustian dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Fadlullah, Cholid, Mengenai Hukum ZIS dan Pengamalannya di DKI Jakarta,


Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993

Hafiduddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998

_______________, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003

_______________, Ahmad Juwaini, Membangun Peradaban Zakat, Ciputat:


IMZ, 2006

Hamka, Standarisasi Amil Zakat di Indonesia, Kementrian Agama RI Dirjen


Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012

_____________,Standar Operasional Prosedur Lembaga Pengelola Zakat,


Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Direktorat Pemberdayaan Zakat 2012

Haroen, Nasrun, Standarisasi Manajemen Zakat Departemen Agama RI 2007

58
59

Hasan, Ali, Zakat dan Infak : Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di
Indonesia, Jakarta: Kencana, 2008

Iswoyo, Setiyo, Seri Panduan Menggalang Dana, In Kina Fundraising, Depok:


Piramedia, 2006

Juwaini, Ahmad, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, Depok: Piramedia,


2005

Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,


2003

Mutjaba, Saefuddin, Belanjakan Harta Anda Sesuai Amanah Allah, Jakarta: H. I.


Press, 1997

Niamullah, Metode Fundraising Dana Zakat, Infak dan Shodaqoh Pada Badan
Amil Zakat (BAZ) Kabupaten Sukabumi, Jakarta: FMD UIN Jakarta, 2013

Qodir, Abdurrachman, Zakat Dalam Dimensi Mahdah Dan Sosial, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001

Sari, Dewi Mayang, Kajian Strategi Fundraising BAZIS Provinsi DKI Jakarta
Terhadap Peningkatan Pengelolaan Dana ZIS, Jakarta: FSH UIN Jakarta,
2010

Satar, Emirsyah, Dody Muhadi, Pedoman Pengelolaan ZIS, Jakarta: LAZIS-GA,


2005

Setyarso, Iqbal, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga


Pengelola Zakat Pulau Sumatra, Jakarta: Khairul Bayan, 2008

Sudewo, Eri, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,


Ciputat: Institut Manajemen Zakat, 2004

Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Jakarta: Lintera Antar Nusa, 2006


HASIL WAWANCARA

Informan : M. Amsori (Staff Pemberdayaan)


Hari/Tanggal/Tempat : Jum’at, 15 Mei 2015/GITC Kosambi
Waktu : Jam 13.30 WIB

1. Apa tujuan didirikannya LAZIS Garuda Indonesia?


Tujuan didirikannya LAZIS adalah untuk membantu mustahik yang
berada disekitar bandara. Dan menerima masukan karyawan Garuda yang
ingin berzakat.
2. Bagaimana sistem pemotongan gaji karyawan?
Pembayaran zakat memiliki dua sistem. Pertama Sistem verol. Kedua
Sistem langsung. Sistem verol (tidak langsung), pemotongan melalui
sistemnya Garuda, melalui surat kuasa yang diamanahkan kepada lembaga
zakat, jadi tidak langsung kita potong melainkan melalui surat kuasa, jadi
pegawai menguasakan surat tersebut kepada lembaga zakat untuk di potong
gajinya untuk membayar zakat. Sistem Langsung itu yang datang dan
langsung membayarkan kepada amil.
3. Strategi fundraising apa yang dilakukan LAZIS Garuda untuk mendapat
dana zakat, infaq dan shadaqah ?
Pertama kita menggunakan teknologi, internet kita memiliki yang
namanya email blass sama sms blass. Kedua media sosial, melalui fb, twitter.
Ketiga memberikan info melalui media-media. Seperti banner, pamplet,
brosur dsb. Keempat Media dakwah melalui kultum duzhur dan khutbah
jum’at. Kelima kita membuka gerai zakat spesial ramadhan dan keenam kita
membuka konsultasi zakat semuanya ada disitu. Jadi ,cara fundraising banyak
menggunakan elektronik, media sosial, media kabar.
4. Apakah lazis GA membentuk kelompok amilin dalam menggalang dana?
Tidak, karena kita internal, kalau eksternal mungkin iya karena eksternal
memiliki markeeting fundraising untuk keluar. Lazis GA tidak menggunakan
cara seperti itu karena kita menggalang dari dana-dana karyawan yang ada
disini. Jadi yang benar-benar kita kuatkan melalui sistem seperti sosial media,
IT, sms blas atau email blas dan dengan menyampaikan dakwah-dakwah,
lebih ke media dan konsultasi.
5. Apakah LAZIS GA pernah bekerjasama dengan perusahaan lain atau
LAZIS lain?
Pernah, kita pernah bekerjasa dengan PKPU, BWA (Badan Wakaf Al-
Qur’an), LAZ Jogja. Kita bekerjasama dalam bidang program pemberdayaan.
6. Bagaimana pendistribusian yang dilakukan oleh LAZIS GA?
Pendistribusian ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Kalau
yang langsung diberikan kepada mustahik yang bisa disebut konsumtif dan
ada juga pengembangan usaha yang bisa disebut dengan produktif. Contohnya
konsumtif bantuan hidup, bantuan bencana, program ibu sadar gizi, biaya
operasional, beasiswa, bantuan pengobatan, dan bantuan khitanan. Dan ada
juga pemberdayaan usaha mikro dan desa ternak (pengggemukan sapi, dan
kambing) yang bisa disebut dengan produktif. Jadi ada dua program produktif
dan konsumtif. Kalau yang tidak langsung seperti menggunakan proposal,
program-program lain atau kerjasama.
Dalam melakukan penyaluran sasarannya adalah mustahik-mustahik yang
berada disekitar bandara. Kalau disini (GITC) beda. LAZIS GA itu adalah
pusat dan office mereka juga ada zis nya biasanya mereka langsung ke pusat.
Yang membayar hanya karyawan saja karena SK nya internal maka dari itu
diberi nama LAZIS Garuda indonesia, maka semua BUMN tidak boleh keluar
semua fundraisingnya keluar karena memang dia lingkungannya internal
karena muzakkinya internal bukan exsternal. Kemudian ada 2 pemberdayaan,
eksternal dan internal. Contoh internal: janda-janda yang ditinggal suaminya
dan kemudian anaknya kita bantu dalam beasiswa, kalau ekstenal masyarakat
yang ada disekitar bandara. Karena disekitar wilayah bandara ini
masyarakatnya masih dibawah garis kemiskinan.

Jakarta, 15 Mei 2015


Nara Sumber Pewawancara

Muhammad Amsori Qonita Kamaliah


HASIL WAWANCARA

Informan : Dian Annisa (Staff Unit Usaha)


Hari/Tanggal/Tempat : Jum’at, 22 Mei 2015/LAZIS-Ga
Waktu : Jam 12.30 WIB

1. Apa saja isi konten dari facebook dan twitter dalam hal

melakukan fundraising ?

Isi konten fb dan twitter yaitu mengenalkan dulu lazis garuda, kemudian

mengenalkan program-program apa saja yang sudah dilakukan lazis

selama ini dari tahun sekian sampai sekian, terakhir baru mengajak dan

mempublis laporan keuangan lazis.

2. Bagaimana proses kerja sms blass dan email blass ?

Jadi kita memiliki data muzakki, kita kan punya nomor-nomor sendiri

inventaris kantor. Biasanya sms dilakukan ketikan sebelum memasuk

bulan ramadhan isinya tentang ajakan untuk membayar zakat fitrah.

Sedangkan Email blass, garuda itu memiliki email masing-masing, seperti

qonitakamaliah.Garuda/Indonesia.com, jadi memiliki akun garuda sendiri.

Kalau menggunakan via telepon jarang.

3. Dimana saja biasanya membuka gerai zakat ramadhan ?

Dilakukan disekitar kantor lazis garuda yaitu GCC (garuda city center) dan

diluar kantor lazis garuda yaitu GITC (garuda indonesia training center)
4. Bagaimana cara kerja konsultasi zakat ?

Misalkan suka ada yang nanya “kita bayar zakat itu sebaiknya nominal

atau pake persentase”. Kalau nominal misalkan saya mau potong 500rb

saja, padahal gaji dia itu sekian puluh juta tetapi dia hanya mau

dipotongnya 500rb, berarti dia tidak sesuai standarisasi 2,5% yang

diwajibkan, tapi masih ada yg maunya nominal.

Jakarta, 22 Mei 2015

Nara Sumber Pewawancara

Dian Annisa Qonita Kamaliah


Foto peneliti dengan Bapak Amsori (staff pemberdayaan) pada saat
wawancara, di Masjid GITC (Garuda Indonesia Training Center) Jakarta
Barat, pada tanggal 15 Mei 2015, jam 13.30 WIB

Foto peneliti dengan dian annisa (staff unit usaha) pada saat selesai
wawancara, di LAZIS PT. Garuda Indonesia Tangerang, pada tanggal 22
Mei 2015, jam 12.30 wib
Foto peneliti dengan ibu fitri (staff pemberdayaan) pada saat selesai wawancara,
di LAZIS PT. Garuda Indonesia Tangerang, pada tanggal 12 Juni 2015, jam
13.30 wib

Capture email dengan ibu mutmainah (sekertaris LAZIS Ga), pada tanggal 15 Juni 2015
melalui handphone.
Mohon setelah form ini diisi
Harap di email kembali ke :
lazisgarudaindonesia@gmail.com
Terima Kasih Atas Kepercayaannya

SURAT KUASA PEMOTONGAN GAJI UNTUK PENUNAIAN ZIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama lengkap / No. Peg. :


………………................................…………….……………………………

Unit kerja / Sandi bagian :


…………………………................................…….…………………………

Alamat Rumah :
…………………….................................……………………………………

.…………….............................……………………………………………….

Telp. Kantor / rumah/ HP :


………………..........................………………………………………………

Alamat e-mail :
………….................................………………………………………………

Dengan ini memberi kuasa kepada LAZIS PT. Garuda Indonesia untuk melakukan
pemotongan gaji saya setiap bulan dan ditransfer ke rekening LAZIS-GA, mulai bulan
……..................……………… tahun …………................

Adapun tujuan dan besarnya pemotongan per bulan adalah sebagai berikut :

1. Zakat Profesi / Pendapatan


a. Dengan nilai Rp. …………………. / terbilang
……...………..........................…………..…… atau
b. Sebesar : ………… % dari penghasilan kotor (gross) yang diterima setiap bulan.

2. Infaq / Shadaqah
Dengan nilai Rp. …………..…….. / terbilang
….………………...……………………………………….

FORM LAZIS-GA/SKPG/Rev8/VIII/12
Selanjutnya penyaluran dan pengelolaan sepenuhnya saya serahkan kepada lembaga yang
ditunjuk oleh PT. Garuda Indonesia.

” Ya Allah jadikanlah harta zakat ini suatu keuntungan dan jangan jadikan suatu
kerugian ”
Jakarta,………………………………………

Pemberi kuasa,

(……………..………… /……………)

Catatan :
1. Mohon isi formulir ini selengkap mungkin, agar kami dapat menghubungi melalui beberapa
alternatif, apabila ada informasi yang perlu disampaikan.
2. Bagi Bapak/Ibu yang telah menyalurkan ZIS-nya secara rutin kepada mustahik di luar LAZIS-GA,
maka dapat menghubungi sekretariat untuk mengisi data mustahik, yang nantinya akan disantuni
melalui LAZIS-GA.
3. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat LAZIS – GA.
Telp (021) 7064 6164, (021) 60 2020 22
Web : www.lazisgarudaindonesia.or.id
E-mail : lazisgarudaindonesia@gmail.com / lazis@garuda-indonesia.com

FORM LAZIS-GA/SKPG/Rev8/VIII/12
LAPORAN KEUANGAN
LAZIS PT. GARUDA INDONESIA
TAHUN 2012 – 2015 (Jan – Apr)

2012 2013 2014 2015


(Jan-Apr)

SALDO AWAL
129.712.969.00 339.230.792.96 96.242.732.39 283.078.858.67
(Per 1 Januari)

PENERIMAAN
Penerimaan Zakat 930.399.243.32 903.461.778.00 923.172.373.33 305.788.995.00
Penerimaan Infak/Sedekah dan 8.762.621.51 5.065.528.06 5.061.261.50 2.340.104.53
Bagi Hasil

TOTAL PENERIMAAN 939.161.864.83 908.527.306.06 928.233.634.83 308.129.099.53

PENYALURAN
Penyaluran zakat, infak, dan 726.890.558.93 1.150.000.000.00 740.000.000.00 295.000.000.00
sedekah

TOTAL PENYALURAN 726.890.558.93 1.150.000.000.00 740.000.000.00 295.000.000.00

PENGGUNAAN
Biaya Administrasi + Pajak 2.753.481.94 1.515.366.63 1.397.508.55 642.020.70

TOTAL PENGGUNAAN 2.753.481.94 1.515.366.63 1.397.508.55 642.020.70


.
SURPLUS/DEFISIT 209.571.823.96 (242.988.060.57) 186.836.126.28 12.487.078.83

SALDO AKHIR 129.712,969.00 96.242.732.39 283.078.858.67 295.565.937.50


DATA MUZAKKI LAZIS GARUDA INDONESIA TAHUN 2014

NO. URUT NAMA POSISI


1 Slamet Hermania Sales & Marketing Executive
2 Zabidi Financial Report Officer
3 Tugiyem Meilaningsih Customer Relation Specialist
4 Sartono Spvr Warehouse Customer Service
5 RD. Tjepi Spvr General Sevice
6 Mangaraja S.E. Nasution W/H Cargo Handing Officer
7 Badruzzaman Cargo Customer Service Analyst
8 Rudi Rachman Mgr Cargo Domestic
9 Nano Atmono Spvr Cargo Transit
10 Salim W/H Cargo Handing Officer
11 Supandi W/H Cargo Handing Officer
12 Edi Suryo Suharto Cargo Service Specialist
13 Mohamad Syah W/H Cargo Handing Officer
14 Iman Karyo Spvr Station & Service
15 N. Nurul Fuadah Training Analyst
16 Harry Herlambang Mgr Quality Assurance
17 Ichwan Zulhidzaan VP SBU Garuda Sentra Medika
18 Ponco Hartono Mgr General & Dental Klinik
19 Noor Rosyid General Nurse
20 Agus Habban A Specialist Physician
21 Sigit Sugasrianto Specialist Physician
22 Dody Muhadi Integration : default posi
23 Agus Saleh Membership Officer
24 Edwin D Purchase Analyst
25 R. Berlianto Hajj Planner
26 Edri Saptio Sari Sales & Marketing Executive
27 Heru Sakthi Sales & Marketing Executive
28 Satyawati Sitawardhani VVIP & Charter Analyst
29 Fajar Hudaya Sales & Marketing Executive
30 Tri Amarnita Customer Relation Specialist
31 Rudyat Kuntarjo Fleet Acquisition Expert
32 Adrian Azhar VP Fleet Acquisition
33 Nunuk Apriyani Aircraft Maintenance Planeer
34 Wahyu Putra Aircraft Maintenance Planeer
35 Heri Hutomo SM Financial System & Procedure
36 Esti Hendriani Financial Acounting Analyst
37 Endy Susanto Financial Acounting Analyst
38 Suparjan Financial Acounting Analyst
39 Liza Bettyastuti SM Head Office Accounting
40 Yulianti Prima Kusumasari Mgr Withholding Tax
41 Andhisa Setya Hapsari Mgr Cargo Reporting & Accounting
42 Hery Mochamad Ischak Treasury Analyst
43 Edi Rahadi Mgr Insurance
44 Ekanti Suharminah Mgr Collection
45 Kiki Cempaka Yusbar Treasury Analyst
46 Reni Kustanti Financial Analyst
47 Maryatun Kiftiyah Financial Analyst
48 Ratna Heliyanti Financial Analyst
49 R. Allis Nirnaty Eryn Financial Analyst
50 Marlina Puspitasari Financial Analyst
51 Dewi Ika Irma Kusumawati Financial Analyst
52 Heriyanto Financial Analyst
53 Arief Permana Financial Analyst
54 Banjari Suhardi SM Corporate Sales
55 Rusmiyatun Account & Sales Management Analyst
56 Farida Yuningsih Account & Sales Management Analyst
57 Sufrenita M Account & Sales Management Analyst
58 Agus Saktiawati Account & Sales Management Analyst
59 Fitri Dhiastuti Santoso Account & Sales Management Analyst
60 Herman Prihandono Flight Service Manager
61 Emilda kasjmir Flight Attendant
62 Dhian Ganggassari Flight Service Manager
63 Lorrens Sulistiyowati Flight Service Manager
64 Pipit Inspari Flight Attendant
65 Sopiyatun Service Analyst
66 G.A.N. Rai Rachmi W. Service Analyst
67 Prijastono Purwanto VP Group Services
68 Widyo Wibowo Mgr Inflight
69 Tri Poetra Indra Sakti SM Inflight Services Standt. & Dev.
70 Dijah Kriswinarti Marketing Analyst
71 Rita Permatasari Marketing Analyst
72 Adhi Subekti Marketing Analyst
73 Tita Yultin Juwita P. Marketing Analyst
74 Muchlis Marketing Analyst
75 Mery Asyurawati Hutagaol Network Management Analyst
76 Lina Yulinawati SM Network Control & Reporting
77 Wieta Virgiantiny Network Management Analyst
78 Liliek Indrayati Network Management Analyst
79 M. Irma Sriyani S. Customer Relation Analyst
80 Lanny Delima Bestari Customer Relation Analyst
81 Irma Santi Mgr FA Assigment & Training MAnagement
82 Arif Rinaldi Service Quality Auditor
83 Pertiwi Sari Service Analyst
84 Andreas Firdaus Commersial Expert
85 Haryanto Assistant to Director
86 Devi Yanti VP Revenue Management
87 Siti Rahayu Leader of MEA, Europe & Africa Route
88 Acdmad Djatisantoso Revenue Management Analyst
89 Edy Fachrizal Revenue Management Analyst
90 Miftahudin Revenue Management Analyst
91 Masri Revenue Management Analyst
92 Pocut Arfan Revenue Management Analyst
93 Nanang Gartiwa Revenue Management Analyst
94 Cythia Fatiha Revenue Management Analyst
95 Puji Astuti Revenue Management Analyst
96 Abdussyakur Revenue Management Analyst
97 Herminingsih Leader of Klmtn, Slwsi, Mlku & Papua Route
98 Dian Rosmawardiani Leader of Asia Route
99 Siti Cholifah Revenue Management Analyst
100 Thomas Indriandi Leader of Australia & New Zealand Route
101 Synta Purnama Revenue Management Analyst
102 Herti Komara Revenue Management Analyst
103 Ajar Purnawan Hestiadi SM Pricing & Revenue Planning
104 Erma Hadi Prasetya Revenue Management Analyst
105 Ervina Nasution Revenue Management Analyst
106 Arlansyah Rusli Leader of GDS Strategy & Policy
107 Bayu Sri Ananto Revenue Management Analyst
108 Desi Dwi Muspitasari Revenue Management Analyst
109 Dimas Zulhazmi Wigraha Revenue Management Analyst
110 Indra Arif Widodo Revenue Management Analyst
111 Risa Farah Fawziah Human Capital Analyst
112 Agny Gallus Pratama Management Trainee
113 Mulyo Santoso Procurement Analyst
114 Reko Budi Susanto General Affairs Officer
115 Novi Suprapti Arief Procurement Analyst
116 Abdul Rozaq A.H. Mgr General Affairs
117 Renny Wijayanti Procurement Analyst
118 Raeny Nurdiana General Affairs Officer
119 Chieke Handani Procurement Analyst
120 Rudy Ubai Dillah Procurement Analyst
121 Suwasono Mgr Non Aircraft Asset Management
122 Amas Wiyono Logistic System Analyst
123 Muhammad Rasyid Ridho Logistic System Analyst
124 Heny Nopiyanti Procurement Analyst
125 Budi Sukoco Procurement Analyst
126 Rachmad Widagdo SM HC Quality Assurance
127 Endang Rianiwulan SM Organization Effectiveness
128 Yothi Aziwta Tanjung Integration : default posi
129 Budi Setyadi Flight Operation Support Analyst
130 Daniel Agus Prasetyo Syspro & Authorization Analiyst
131 Eddy Kustardjo T. Captain
132 Hwason Fahman Captain
133 Budi Adyatmiko Captain
134 Tri Kumara Shopian D. Captain
135 Noor Dirgantara Captain
136 Arief Jatmiko Flight Operation Support Analyst
137 Mukhmmad Alfiasyahr A. Fisrt Officer
138 Mamang Isnanda Flight Dispatcher
139 Weepy Ryan Angkasa Captain
140 Muhasan Ilyas Flight Permit Control
141 Mirah Mustika Operation Planner
142 Budiyanto Mgr Flight Planning
143 Desilia Helmy Mgr Cockpit Crew Roostering
144 Ayu Putri Wulandari Operation Planner
145 Novi Pamelina Operation Planner
146 Anda Maramiz Line Station Analyst
147 Larasati Cahya Wening Crew Tracking Controller
148 Tras Budiantoro SM Operation Performance & Control
149 Heru Saptono Operation Technology Compliance Analyst
150 Dadang Rohadia Publication Analyst
151 Achmad Pudjiono SM Operation Data Mangement
152 Kukuh Witono Operation Naavigation Analyst
153 Taufan Hartanto Ops. Perfomance & Cost Control Analyst
154 H. Ratnaningsih Business Expert
155 Rusnendar IT ERP Application Analyst
156 Bina Ardianto TD IT Airlines Application Analyt
157 Wachid Aris Budiman SM IT Service Delivery
158 Sigit Pramono IT ERP Application Analyst
159 Suci Rahmadianti IT General Application Analyst
160 Emi Danti SM Commercial & General Audit
161 Muksin SM Planning, Analyst, Evaluation & Inv.
162 Rachmat Irawan Team Leader Auditor
163 Chaurilaini K.P.S Team Leader Auditor
164 Mansur Senior Internal Auditor
165 Pandam Indri Team Leader Auditor
166 Handoyo Jati Senior Internal Auditor
167 Ridwan Edi SM Corporate Social Responsibility
168 Betty Nila P. Safety Analyst
169 Emirsyah Satar Integration: default posi
170 Yudha Husin Syah IT General Application Analyst
171 Murti Wahyuningsih Cargo Treasury Analyst
172 Rianto Mgr Finance
173 Aldina Sofyan Purchase Analyst
174 Okke Gartika S. Mgr Human Capital
175 Edi Wardojo SM Cargo HC & Business Support
176 Sukmajaya Integration: default posi
177 Noer Rochman Hidayati SM Revenue Management
178 Desi Desriyanti Mgr Intl. Revenue Optimizer
179 Muhammad Kholid Cargo Capacity Control Specialist
180 Erwin Yasir Cargo Capacity Control Specialist
181 Nanang F. Majdi SM Business Develpoment For WEI
182 Citawati SM Service Quality Management
183 Ninig Mulyaningsih Spvr Ticketing
184 Heri Rianto Suharno Mgr Marketing & Sales
185 Basuki Hartoyo Spvr Pre-Flight Check Reservation-4
186 Wahyu Widiyanti Sales & Marketing Executive
187 Mohammad Nurdin Sales & Marketing Executive
188 Takarina Risyanti Sales & Marketing Executive
189 Syaiful Bahri Sales & Marketing Executive
190 Berkah Ary Prasetyo Customer Relation Specialist
191 Antok Dhiantoro Customer Relation Specialist
192 Prabowo Spvr Sales & Services
193 Siti Asiyah Spvr Sales & Services
194 M. Shahroom Sharullah Mgr Station & Service
195 Adi Putra S. Nasution Spvr General Affairs
196 Bobby Pratama Saragih Human Capital Officer
197 Aminullah Noer Spvr Station & Services malang
198 Syahlendra Duty Manager Operation
199 Abdul Mutolib Mgr Finance
200 Evi Dwi Novani Spvr Airport Sales & Services Office
201 Andi Ichsan Tahir Mgr Station & Services
202 Saud Maruli Tuah S. Mgr Finance
203 Widiatmanto Cahyo N. Duty Manager Station Operation
204 Hari Wibowo Mgr Cargo Sales Surabaya
205 Hartono Hadiwiyoto SM HR & General Affairs
206 Andyanto SM Service Quality Management
207 Tukul Sukamto Mgr Station & Services
208 Suyud Supriyanto Spvr Treasury
209 Teddy Supriyarso SM Service Quality Management
210 TB. Irfan Farhan Fuadi Mgr Sales & Services

Anda mungkin juga menyukai