Anda di halaman 1dari 180

STRATEGI FUNDRAISING DALAM UPAYA

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKKI PADA


BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) PUSAT
 
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh:
MUHAMMAD ANGGI SYAHRULLAH
NIM: 11140530000050

KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF


PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1440 H
 
 
 
ABSTRAK

Muhammad Anggi Syahrullah, 11140530000050, Strategi


Fundraising dalam Upaya Meningkatkan Kepercayaan
Muzakki
  pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat,
Di Bawah Bimbingan Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA.
Strategi adalah suatu cara atau alat untuk mencapai suatu
tujuan organisasi dengan menetapkan tujuan jangka panjang dan
pengalokasian sumber daya yang diperlukan serta
memperhatikan segala kemungkinan yang terjadi dan
mempersiapkan segala potensi yang ada. Maka dari itu penulis
mengambil strategi fundraising menjadi judul penulis dalam
upaya meningkatkan kepercayaan muzakki pada Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat. BAZNAS adalah lembaga
pemerintah non strultural yang berwenang mengumpulkan zakat
secara nasional yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.
23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perumusan
strategi fundraising yang diterapkan BAZNAS Pusat dalam upaya
meningkatkan kepercayaan muzakki, mengetahui iplementasi
strategi fundraising pada BAZNAS Pusat dan mengetahui evaluasi
fundraising yang telah diterapkan oleh BAZNAS Pusat terhadap
tingkat kepercayaan muzakki.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriftif
dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan yaitu data
primer dan sekunder dengan cara mengumpulkan dari observasi,
dokumentasi dan wawancara. Sedangkan metode analisisnya
adalah deskriptif karena pada penelitian ini penulis mendistrifkan
strategi fundraising yang dilakukan oleh BAZNAS Pusat.
Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa strategi yang
dilakukan BAZNAS Pusat menjadi 3 tahapan strategi yaitu 1.
Terdiri dari beberapa analisis SWOT internal maupun eksternal
yang terbentuk menjadi formulasi strategi. 2. Implementasi strategi
fundraising UPZ dan Ritel. 3. Evaluasi strategi yang efektif dari
dua strategi yang diterapkan BAZNAS yang terbukti selalu
meningkatkan penghimpunan setiap tahunnya dan terbukti
semakin meningkat kepercayaan muzakki terhadap BAZNAS.
Kata Kunci: Strategi, Fundraising, Muzakki dan BAZNAS
Pusat.

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

  Alhamdulillah, segala pujian hanyalah milik Allah SWT


yang telah memberikan kita nikmat sehat wal afiyat dan
keselamatan. Semoga nikmat tersebut menjadi kesempatan kita
dalam ketaatan kepadaNya. Shalawat beserta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya dan orang-orang yang selalu istiqomah berada di jalan-
Nya.

Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, penulis dapat


menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Fundraising dalam
upaya meningkatkan kepercayaan muzakki pada Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat”. Skripsi ini merupakan syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada orang


tua penulis yaitu, Ayahanda Muhammad Amirullah dan Ibunda
Suratmi beserta Keluarga yang telah memberikan kasih sayang,
do’a dan semangat yang menjadi motivasi bagi penulis untuk dapat
menyelesaikan pendidikan di kampus tercinta ini.

Selanjutnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis


banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak.
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:

ii
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arif Subhan, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu
 
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed,
Ph.D sebagai Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu Dr.
Roudhonah, MA sebagai Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, dan Bapak Suhaimi, MA sebagai
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Cecep Castrawijaya, MA sebagai Ketua Program
Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Sugiharto, MA sebagai Sekretaris Program Studi
Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. H. Mulkannasir, BA, S. Pd, MM sebagai Dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.
6. Drs. H. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan
waktunya dalam membimbing penulis dari awal sampai
akhir penelitian skripsi ini selesai.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen
Dakwah yang telah memberikan Pengajaran dan
Pembelajaran teori maupun pengalaman hidup yang luar
biasa.

iii
8. Seluruh Pimpinan dan Jajaran Direktorat Amil Zakat
Nasional, Biro Unit Pengumpulan Zakat Nasional
BAZNAS Pusat yang telah memberikan bimbingan selama
 
Praktikum Profesi Terpadu (Magang) dan membantu
penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.
9. Kepala Biro Ritel Nasional BAZNAS Pusat Bapak
Fitriansyah AS yang telah bersedia penulis wawancarai
untuk kepentingan penelitian skripsi ini.
10. Bapak Mohan, SE, MEi sebagai Kepala Bagian Layanan
UPZ BAZNAS Pusat dan Bapak Edwin Safarudin Staf
Layanan UPZ yang telah bersedia membantu memberikan
arahan/masukan dalam penelitian skripsi ini.
11. Kakakku Ahmad Zainullah dan Kakak Ipar Nurnanik yang
tidak pernah lelah menyemangati penulis.
12. Tia Aulia Utami selaku orang terbaik yang tidak pernah
lelah menyemangati penulis setiap harinya, Semoga selalu
dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.
13. Sahabat-sahabat terbaik Konsentrasi Manajemen ZISWAF
dan Teman – teman terbaik Jurusan Manajemen Dakwah
Angkatan 2014 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu Semoga silaturahmi tetap terjaga. Aamiin
14. Seluruh Relawan Ramadhan dan Kurban UPZ Badan Amil
Zakat Nasional Pusat, yang selalu memberikan semangat
dan dorongan.

Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai


manusia biasa, mungkin mempunyai kekurangan atau kelemahan.

iv
Begitupun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak
yang harus diperbaiki dan diperbaharui oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk
 
kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap,
semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Billahittaufiq Wal Hidayah..

Jakarta, 19 September 2018

Muhammad Anggi Syahrullah

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................... i
KATA  PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................... 1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah .......... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................... 8
D. Metodologi Penelitian ....................................... 11
E. Tinjauan Pustaka ............................................... 17
F. Sistematika Penulisan ....................................... 19

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI,


FUNDRAISING, ZAKAT, KEPERCAYAAN DAN
MUZAKKI
A. Strategi .............................................................. 21
1. Pengertian Strategi ....................................... 21
2. Tahapan-Tahapan Strategi ........................... 24
B. Fundraising ....................................................... 30
1. Pengertian Fundraising ................................ 30
2. Tujuan Fundraising ...................................... 33
3. Strategi Fundraising ..................................... 37

vi
4. Metode Fundraising ......................................40
C. Zakat ..................................................................41
1. Penegrtian Zakat ...........................................41
 
2. Kefarduan Zakat ...........................................44
3. Macam-Macam Zakat ...................................46
4. Mustahik Zakat .............................................50
D. Kepercayaan ......................................................54
1. Pengertian Kepercayaan ...............................54
2. Model-Model Kepercayaan ..........................55
E. Muzakki .............................................................59

BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT


NASIONAL (BAZNAS) PUSAT
A. BAZNAS Pusat .................................................63
1. Sejarah Badan Amil Zakat Nasional .............63
2. Kedudukan BAZNAS ...................................66
3. Asas BAZNAS..............................................66
4. Visi dan Misi.................................................67
5. Fungsi dan Tugas ..........................................68
6. Tujuan dan Arah Kebijakan ..........................70
7. Struktur Organisasi .......................................70
B. Program-program BAZNAS Pusat ....................73
1. Zakat Community Development...................73
2. Rumah Sehat BAZNAS ................................76
3. Rumah Cerdas Anak Bangsa ........................77
4. Program Layanan Mustahik ..........................78
5. Program Tanggap Bencana ...........................79

vii
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) ........................ 81
 
1. Pengertian..................................................... 81
2. BAZNAS Pusat Membentuk UPZ
pada Instansi ................................................ 81
3. Kedudukan UPZ ........................................... 81
4. Tugas dan Fungsi UPZ ................................. 82
5. Struktur UPZ BAZNAS ............................... 83
6. Pengurus UPZ BAZNAS ............................. 84
7. Mekanisme Pemotongan Zakat melalui UPZ
...................................................................... 84
8. Tugas Penasehat UPZ .................................. 85
9. Tugas Pengurus UPZ ................................... 85
10. Manfaat Zakat Melalui UPZ ........................ 86
11. Tata Cara Pembentukan UPZ ....................... 87
12. Mekanisme Kerja UPZ................................. 87
13. Mekanisme Kerja UPZ................................. 88
14. Keuangan UPZ ............................................. 88
15. Pelaporan UPZ dan Sistematika Pelaporan .. 89
B. Ritel .................................................................... 90
1. Pengertian..................................................... 90
2. Sasaran ......................................................... 91
C. Program Pengumpulan dan Layanan ZIS .......... 91
1. Pengumpulan Dana ...................................... 91
2. Layanan Pembayaran Zakat ......................... 91
3. Layanan Muzaki ........................................... 92

viii
D. Registrasi Muzakki .............................................92

BAB V STRATEGI FUNDRAISING DALAM UPAYA


 
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKKI
PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS) PUSAT
A. Perumusan strategi fundraising BAZNAS Pusat
dalam upaya meningkatkan kepercayaan muzakki
...........................................................................93
B. Implementasi fundraising BAZNAS pusat ........104
C. Evaluasi fundraising yang telah diterapkan oleh
BAZNAS Pusat terhadap tingkat kepercayaan para
muzakki .............................................................119

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................133
B. Saran ..................................................................135

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
 

Tabel 1 Data pengumpulan ZIS Indonesia


Tabel 2 Hasil Fundraising BAZNAS Pusat 2016 – 2017
Tabel 3 Pengumpulan Dan Perbandingan Berdasarkan Jenis Dana
Tabel 4 Muzaki BAZNAS 2016
Tabel 5 Muzaki BAZNAS 2017
Tabel 6 Grafik Pertumbuhan Jumlah Muzakki

x
 
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi BAZNAS


Gambar 2 Skema Program BTB
Gambar 3 Alur Strategi Ritel BAZNAS
Gambar 4 Grafik Pengumpulan BAZNAS Pusat 2010 – 2017
Gambar 5 Grafik Perolehan Pengumpulan BAZNAS 2010 – 2017
Gambar 6 Bagan Alasan Muzakki Berdonasi ke BAZNAS
Gambar 7 Matrik SWOT

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Narasumber
 
Lampiran II : Alat Peraga Kampanye Fundraising Rekening Bank
Lampiran III : Gerai/Konter Layanan Zakat
Lampiran IV : Kerjasama Mitra Komunitas & Fundraising Melalui
Donasi Pelanggan
Lampiran V : Muzaki Prima & Patnership
Lampiran VI : Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ), Laporan
Donasi dan Bukti Setor Zakat
Lampiran VII : Form Kuasa Pemotongan Zakat Pegawai
Lampiran VIII : Email, SMS Notifikasi dan Aplikasi Muzakki

xii
BAB I

PENDAHULUAN

 
A. Latar Belakang Masalah

Penghimpunan dana atau fundraising merupakan


kegiatan penting dan utama dalam sebuah lembaga
pengelolaan zakat, infaq dan Sedekah. Karena organisasi
pengelolaan zakat dalam aktifitasnya selalu berhubungan
dengan dana. Fundraising tidak identik dengan uang
semata, ruang lingkupnya lebih luas dan mendalam, karena
pengaruh fundraising sangat besar bagi eksistensi sebuah
lembaga pengelolaan zakat karena dana zakat, infaq dan
sedekah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
untuk mengentaskan kemiskinan dan mempersempit
jurang pemisah antara si miskin dengan si kaya. Dorongan
ajaran Islam yang begitu kuat kepada orang-orang beriman
untuk berzakat, infaq dan sedekah menunjukan bahwa
ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja
dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga
berlomba-lomba menjadi muzakki.1

Problematika perekonomian ini, zakat muncul


menjadi instrument yang solutif untuk membangun
ekonomi yang efektif dan sustainable. Zakat sebagai

1
M. D Jamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Mengurangi
Kemiskinan, (Jakarta: KORPUS, 2004), hlm. 78

1
2

instrumental pembangunan perekonomian dan pengetasan


kemiskinan umat di daerah, memiliki banyak keunggulan
di bandingkan instrument fiscal konvensional yang kini
 
telah ada.2

Perkembangan sektor zakat mulai terlihat optimis


sejak BAZNAS dengan pihak akademis FEM (Fakultas
Ekonomi dan Manajemen) IPB menyampaikan hasil
penelitian kolaborasi yang menunjukan bahwa potensi
zakat Indonesia menempati angka optimis sebesar Rp. 217
triliun atau setara dengan 3,4 persen PDB Indonesia tahun
2010 Penelitian terdagulu pernah dilakukan oleh Center for
the Study of Relegion and Culture ( CRSC) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan The Ford
Foundation di tahun 2004 menghasilkan bahwa dana zakat
mencapai kisaran Rp. 19,3 triliun per-tahun terdiri dari Rp.
6,2 triliun zakat fitrah dan 13,1 triliun zakat harta. Hasil
kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa potensi
zakat di Indonesia mengalami kenaikan optimis setiap
tahun.3
Data Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) menunjukkan serapan zakat di
Indonesia masih rendah. Pada 2016, tercatat zakat masuk
Rp 5 triliun. Jumlah ini hanya 1 persen dari potensi zakat

2
Tim Institut Manajemen Zakat, Profil 7 LAZ Propinsi & Kabupaten
Potensial di Indonesia, (Ciputat: IMZ, 2006), hlm. xix
3
Bambang Sudibyo dkk, Kumpulan Khutbah Zakat, (Jakarta: Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, 2017), hlm. 35
3

di Indonesia sebesar Rp 217 triliun. 4 Dari data-data


tersebut dapat dilihat potensi zakat di Indonesia tentu ini
angka yang cukup besar dan sangat sayang bila tidak
 
dikelola dengan baik. Jika APBD rata-rata suatu provinsi
adalah 10 Triliun, maka potensi zakat Indonesia bisa
membiayai hampir 21 Provinsi. Sayangnya, hitung-
hitungan itu masih bersifat normatif. Kenyataannya, zakat
yang terkumpul sangat jauh dari jumlah tersebut.5
Sementara pengumpulan zakat merupakan usaha
Amil dalam menghimpun zakat dari para muzakki (yang
menunaikan zakat), hal ini menjadi usaha penting bagi
LAZ, selain agar terhimpunnya dana zakat yang besar, juga
sebagai tolak ukur besar kecilnya penghasilan juga
pemasukan yang diterima amilin. Besar kecilnya dana
zakat yang bisa dihimpun tentu bergantung dari
kepercayaan para muzakki dalam menitipkan ibadah
zakatnya pada lembaga tersebut dan tumbuh tidaknya
kepercayaan muzakki terhadap lembaga tersebut tentu
bergantung pada bagus atau tidaknya kinerja serta sesuai
tidaknya penyauluran zakat terhadap para mustahik itu
dengan yang disyaratkan Islam.
Perilaku muzakki dalam membayar zakat
merupakan bagian dari perilaku yang tampak dari individu.
Faktor penentu dari perilaku indivudu ini yaitu besarnya

4
https://bisnis.tempo.co/read/880413/baznas-sebut-potensi-zakat-
nasional-rp-271-triliun di akses pada tanggal 14 Januari 2018. Pukul 19:48.
5
Saleh Daulay, Rimanews.com, Jakarta, 2015, Diakses pada tanggal
14 Januari 2018 pukul 17:05 WIB
4

intense individu untuk menampilkan atau atau tidak


menampilkan perilaku terebut intensi dapat digunakan
untuk meramalkan seberapa kuat keinginan individu untuk
 
menampilkan perilaku tersebut dan seberapa banyak usaha
yang direncanakan atau dilakukan untuk menampilkan
perilaku tertentu.6
Pengelolaan zakat adalah suatu kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan
terhadap pengumpulan, dan pendistribusian, serta
pendayagunaan zakat. Pengelolaan zakat dilakukan oleh
badan amil yang dibentuk oleh pemerintah yang di
organisasikan dalam suatu badan atau lembaga.
Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat
dengan cara menerima atau mengambil dari muzaki atas
dasar pemberitahuan muzaki.7 Berdasarkan UU No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat pada Pasal 6
disebutkan “BAZNAS merupakan lembaga yang
berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara
nasional”. Dan diteruskan pada pasal selanjutnya yaitu
pasal 7 ayat 1 disebutkan “Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, BAZNAS
menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;

6
Nurul Huda dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro (Jakarta
:Prenadamedia Group, 2015), hlm. 128
7
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta:
Grasindo, 2006), hlm. 44
5

b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan


pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
 
pendayagunaan zakat; dan
d. pelaporan8
Keberadaan organinasi pengelola Zakat (OPZ)
khususnya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) saat ini
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang sedang
kesusahan. BAZNAS berupaya sedemikian rupa untuk
membantu kesulitan masyarakat miskin dengan berbagai
programnya. Tak terkecuali program pemberdayaan bagi
orang miskin di jalanan, di daerah pelosok dan sebagainya.
Beragam program dilaksanakan dengan sumber pendanaan
dari zakat. Namun Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
sebagai lembaga pengelolaan zakat yang didirikan oleh
pemerintah ternyata system pengelolaannya masih belum
maksimal dan kurang dipercaya masyarakat atau muzakki
dalam hal pendistribusian zakat kepada yang berhak.
Artinya masih perlu ditingkatkan untuk menjaga
kesinambungan manfaat penggunaan zakat dan infaq
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
muzakki masih menginginkan pengelolaan zakat yang
lebih baik, yaitu bahwa pengelolaan zakat harus memiliki
profesionalisme, transparasi dalam pelaporan dan

8
. http://pusat.baznas.go.id/wpcontent/perpu/UndangUndang.pdf UU
No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, pasal 6 dan 7 ayat 1 poin a, b,
c dan d, diakses pada tanggal 14 Januari 2018. Pukul 20:09 WIB
6

penyaluran yang tepat sasaran, dengan program – program


yang menarik dan sesuai kebutuhan Masyarakat.
Fenomena di atas menunjukan bahwa muzakki
 
membutuhkan kepercayaan yang lebih atas pengelolaan
zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional. Kepercayaan ini
akan terjadi bila pihak pengelola zakat mampu
memberikan data secara transparan dan juga menunjukan
kinerjanya yang bagus dan membuktikan kejujuran dalam
pengelolaannya, dan profesionelitas, sehingga pemberi
zakat percaya untuk menyalurkan zakatnya ke lembaga
tersebut.
Oleh karena itu, strategi fundraising dana zakat
yang baik akan menciptakan kepercayaan masyarakat
sehingga masyarakat akan terdorong menyalurkan dananya
pada BAZNAS dari pada menyalurkan langsung pada
mustahik. Penyaluran secara langsung tersebut lebih dekat
pada pemanfaatan konsumtif sehingga agak mengaburkan
tujuan produktif.9 Dengan melihat wacana dan
permasalahan diatas penulis sangat tertarik untuk
mengetahui lebih dalam lagi dan ingin mengadakan sebuah
penelitian pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Alasan penulis memilih Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Pusat karena BAZNAS merupakan
badan pemerintah yang mengelola zakat secara nasional
dan menjadi rujukan bagi BAZNAS daerah Provinsi,

9
Muhammad Muflih. Akutansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm.141
7

Kabupaten/Kota dan LAZ juga karena letaknya berada di


Ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Selain itu di Indonesia
khususnya Jakarta banyak Lembaga Amil Zakat yang
 
berkembang, jadi menarik untuk mengetahui bagaimana
strategi BAZNAS Pusat dan manajemennya agar bisa
bersaing dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) lain seperti
Dompet Duafa, Rumah Zakat, ACT dan lembaga-lembaga
zakat yang lainnya dan mengetahui bagaimana strategi
fundraising dana zakatnya. Penulis juga yakin akan
relevansi dari penelitian ini dengan studi yang sedang di
geluti selama ini. Alasan inilah yang membuat penulis
ingin mengangkat permasalahan ini dalam sebuah skripsi
dengan judul “Strategi Fundraising Dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Muzakki Pada Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat’’.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah


1. Batasan Masalah
Pembatasan masalah merupakan usaha untuk
menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang
akan diteliti. Batasan-batasan ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk
ruang lingkup masalah penelitian.
2. Rumusan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini
tidak meluas serta menjaga kemungkinan penyimpangan
dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan ini
8

penulis memfokuskan dan membatasi hanya dalam ruang


lingkup pada masalah stategi fundraising dalam upaya
meningkatkan kepercayaan muzaki pada Badan Amil
 
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat rumusan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana perumusan strategi fundraising yang
diterapkan Badan Amil Zakat Nasional Pusat dalam
upaya meningkatkan kepercayaan muzakki?
2. Bagaimana implementasi fundraising pada Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat?
3. Bagaimana evaluasi fundraising yang telah
diterapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Pusat terhadap tingkat kepercayaan
para muzakki?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian dengan judul Strategi Fundraising Dalam
Upaya Meningkatkan Kepercayaan Muzakki pada Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat, mempunyai tujuan
dan manfaat sebagai berikut: Penelitian bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui penyusunan strategi fundraising
yang diterapkan Badan Amil Zakat Nasional Pusat
dalam upaya meningkatkan kepercayaan muzakki
b. Untuk mengetahui implementasi fundraising pada
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
c. Untuk mengetahui evaluasi fundraising yang telah
diterapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional
9

(BAZNAS) Pusat terhadap tingkat kepercayaan para


muzakki
Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat:
 
1. Bagi Akademisi
a. Sebagai bahan referensi untuk penelitian
dibidang kualitas kepercayaan dimasa yang
akan datang dan sebagai bahan untuk
menambah pembendaharaan pustaka dibidang
manajemen berdasarkan penerapan yang ada
dalam kenyataan.
b. Sebagai bahan studi tambahan terhadap
penelitian mengenai zakat yang sudah ada
sebelumnya.
c. Sebagai media pengaplikasian ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan, serta membandingkannya dengan
kondisi sebenarnya di dunia nyata. Guna
melatih kemampuan dalam menganalisis
secara sistematis
2. Bagi Praktisi
a. Sebagai sumber informasi bagi pihak
BAZNAS Pusat dalam meningkatkan kualitas
manajemen supaya lebih dipercaya oleh
muzakki serta untuk mempertahankan tingkat
kepercayaan dimasa kini dan dimasa
mendatang. Hasil penelitian ini juga membantu
pihak BAZNAS apabila ingin meningkatkan
10

kepercayaan muzaki dengan menekankan pada


manajemen – manajemen yang berpengaruh
terhadap kepercayaan muzaki.
 
b. Menambah Sumbangan Wacana Pemikiran
serta motivasi kepada Lembaga Amil Zakat
dalam melakukan program pengelolaan ZIS
dan juga dapat menjadi rujukan dan
perbandingan untuk penerapan pola – pola dan
strategi – strategi fundraising zakat yang
efektif.
3. Bagi Masyarakat
a. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi
pemerintah pusat dan daerah, khususnya
melalui Kementrian Agama dalam membuat
peraturan dan kebijakan untuk meningkatkan
penghimpunan dana zakat.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah
informasi kepada masyarakat tentang
perkembangan pelaksaaan pengumpulan dana
Zakat di BAZNAS serta dapat berguna juga
sebagai bahan masukan bagi BAZNAS ke
depan.

D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan
penelitian kualitatif yang dirasa merupakan tepat
11

digunakan dalam studi ini karena yang menjadi sorotan


adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
yang merupakan sebagai pengelola zakat (Amil Zakat).
 
Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan
Kualitatif dengan jenis metode deskriptif, yaitu metode
masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi
dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam.10
Metode Penelitian Kualitatif yaitu salah satu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang
yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan,
tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan
holistik.11
Selain itu, penelitian juga merupakan penelitian
kepustakaan (library research). Penulis akan
mendapatkan data dari literatur berupa buku-buku,
makalah, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang
menyangkut tentang lembaga pokok bahasan dalam
skripsi ini.

10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: CV. Alfabeta, 2009), cetakan ke-8, hlm. 205
11
Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 2008,
hlm. 149
12

2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari
 
sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan seperti dari hasil wawancara atau
hasil observasi yang biasa dilakukan oleh peneliti.12
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
data yang di peroleh langsung dari beberapa pihak
yang berwenang terutama data yang diperoleh dari
BAZNAS Pusat. Data di dapat dari mengumpulkan
data aktual dengan melakukan observasi secara
langsung atau melakukan pengamatan, sambil
mengumpulkan data dan melakukan analisis yang
kemudian dari hasil analisis dan observasi tersebut
akan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini
penulis mengumpulkan dokumen atau laporan yang
di susun oleh BAZNAS Pusat yang menjadi arsip
lembaga, kemudian dipadukan dengan memberikan
gambaran permasalahan yang terjadi di lapangan
dengan apa adanya dan terperinci.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak
langsung memberikan data kepada peneliti,
misalnya penelitian harus melalui orang lain atau
mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh

12
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 42
13

dengan menggunakan studi literature yang


dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh
berdasarkan catatan – catatan yang berhubungan
 
dengan penelitian, selain itu peneliti
mempergunakan data yang diperoleh dari
internet.13
Dalam penelitian ini, data yang di peroleh
dari penulis adalah berasal dari berbagai literature
dan referensi lain seperti buku, majalah, makalah,
dan artikel yang mengandung informasi berkaitan
dengan masalah yang dibahas, di himpun dari
berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga
situs – situs internet.
3. Teknik Pengumpulan

Data Pengumpulan data yang dilakukan pada


penelitian ini adalah dengan empat cara, yaitu :

a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu teknik
pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.14

13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabet,
2005).
14
M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)
cet.ke-5, hlm 27
14

Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari:


buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (skripsi,
tesis dan disertasi), dan sumbersumber lainnya yang
 
sesuai (internet, koran dll).
b. Observasi
Observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil
kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya,15 dengan mengadakan
pengamatan langsung ke lembaga terkait, yaitu
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
Guna memperoleh gambaran dan informasi yang
memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam
fundraising zakat.
c. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
tujuan tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu).16
wawancara dengan tujuan percakapan
tertentu. Dalam metode ini peneliti dan responden
berhadapan langsung (tatap muka) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan

15
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana, 2011)
16
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008).Cet.ke-25, hlm. 135
15

mendapatkan data tujuan yang dapat menjelaskan


masalah penelitian.17
Dalam penelitian ini penulis langsung
 
mewawancarai pengurus/amil Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Pusat dan muzakki.
d. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah informasi yang
berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau
organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi
penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh
peneliti untuk memperkuat hasil penelitian.18
Studi dokumen menjadi metode pelengkap
bagi penelitian kualitatif, yang pada awalnya
menempati posisi yang kurang dimanfaatkan dalam
teknik pengumpulan datanya, sekarang ini menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari teknik
pengumpulan data dalam metodologi penelitian
kualitatif.19
4. Teknik Analisa
Data Langkah selanjutnya yang penulis lakukan
setelah data – data terkumpul adalah mengelolah data dan
menganalisis dengan menggunakan metode deskriptif
analisis. Teknik Analisis Data adalah suatu proses

17
Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm.135
18
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian. (Malang: UMM Press, 2004)
19
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). (Bandung: Alfabeta, 2011).
16

mengorganisasikan dan mengurutkan kedalam pola,


kategori, dan suatu uraian dasar kemudian dianalisa agar
mendapatkan hasil berdasarkan yang ada. Hal ini
  disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif.20
Dalam skripsi ini pula penulis menjelaskan
gambaran secara obyektif bagaimana apresiasi muzaki
dan strategi fundraising dalam peningkatan
kepercayaan muzaki.
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kantor Pusat Badan
Amil Zakat Nasional, Wisma Sirca Jl. Johar No. 18,
Kebon Sirih, Jakarta Pusat 10340 – Indonesia. Telp.
(62-21-390, 4555).
6. Pedoman Penulisan
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini,
penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2017. Berdasarkan Lampiran
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No.
507 Tahun 2017 Tanggal 14 Juni 2017.

E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak
pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet Ke-9, hlm. 11.
17

perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis


melakukan kajian kepustakaan, penulis menemukan
beberapa skripsi yang membahas tentang zakat, judul -
 
judul skripsi tersebut adalah:
1. Skripsi Ahmad Dedaat Saddam Alhaqqu: “Strategi
Pengelolaan Zakat Dalam Upaya Meningkatkan
Kepercayaan Muzakki Pada Badan Amil Zakat Infaq
Dan Shadaqah (Bazis) DKI Jakarta” Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Jakarta. Dalam Skripsi ini membahas tentang strategi
program pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Infaq
dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta serta
dampak strategi pelaksanaan pengelolaan Zakat ke
masyarakat. Persamaan dari skripsi ini sama-sama
meningkatkan kepercayaan muzaki. Namun, perbedaan
pada peneliti sebelumnya, penulis membahas tentang
penyusunan strategi fundraising yang diterapkan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat dalam
upaya meningkatkan kepercayaan muzaki.
2. Skripsi Aprizal. “Strategi Fundraising Dalam
Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat Pada Lembaga
Amil Zakat Al Azhar Peduli Umat”. Program studi
Manajemen Dakwah UIN Jakarta. Skripsi ini
membahas tentang strategi fundraising yang diterapkan
lembaga amil zakat al azhar dalam ningkatkan
penerimanaan dana zakat. Adapun perbedaannya
adalah penulis membahas tentang evaluasi fundraising
18

yang telah diterapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional


(BAZNAS) Pusat terhadap tingkat kepercayaan para
muzakki.
 
3. Skripsi Fahmi Ardi Azhari: “Strategi Peningkatan
Pengumpulan Zakat, Infaq Dan Shadaqah Di Badan
Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten
Tulungagung” Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung. Skripsi ini membahas tentang
strategi fundraising yang diterapkan lembaga amil
zakat al azhar dalam ningkatkan penerimanaan dana
zakat. Perbedaan dengan skripsi penulis membahas
tentang iplementasi fundraising pada Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat

F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan masalah dalam
penelitian ini, penulis berusaha membuat sistematika
khusus dengan jalan mengelompokkan berdasarkan
kesamaan dan hubungan masalah yang ada. Sistematika
skripsi ini dalam penulisannya akan di bagi 5 (Lima) bab,
dan masing - masing bab akan dibagi menjadi beberapa sub
bab, yaitu akan dijabarkan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
19

Bab ini meliputi tentang Latar Belakang


Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
 
Metode Penelitian Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan membahas tentang
landasan teori strategi meliputi: pengertian
strategi dan tahapan-tahapan strategi dan
pengertian fundraising, tujuan fundraising,
strategi fundraising, dan metode
fundraising, penegrtian zakat, kefarduan
zakat, macam-macam zakat, dan mustahik
zakat, pengertian kepercayaan, model
kepercayaan, dan pengertian muzakki.
BAB III GAMBARAN UMUM BADAN AMIL
ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) PUSAT
Bab ini akan membahas tentang Profil
Badan Amil Zakat Nasional meliputi
Sejarah Badan Amil Zakat Nasional,
Kedudukan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS), Asas Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS), Visi dan Misi, Fungsi
dan Tugas, Tujuan dan Arah Kebijakan,
Struktur Organisasi dan Program-program
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Pusat.
20

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


Dalam bab ini membahas tentang data
temuan penenelitian penulis.
 
BAB V ANALISIS DAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas tentang
Strategi Fundraising Dalam Upaya
Meningkatkan Kepercayaan Muzakki pada
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Pusat.
BAB VI PENUTUP
Merupakan bab terakhir yang meliputi
kesimpulan dan saran dari penulis
BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG STRATEGI,


FUNDRAISING, ZAKAT, KEPERCAYAAN DAN
 
MUZAKKI

A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa
Yunani, strategos yang berarti jendral. Strategi pada
mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu
sebagai sesuatu siasat untuk mengalahkan musuh.
Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk
semua kegiatan organisasi termasuk keperluan
ekonomi, sosial, budaya, dan agama. 1
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu
strategos, yang berarti jenderal. Oleh karena itu, kata
strategi secara harfiah berarti seni para jenderal. Kata
ini mengacu kepada perhatian utama manajemen
puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran
organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan
internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu
untuk mencapai sasaran dan memastikan

1
Rafiudin dan Manna Abdul Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah
(Bandung : Pustaka Setia, 1997), hlm. 76

21
22

implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan


sasaran utama organisasi akan tercapai.2
Penggunaan kata strategi dalam manajemen
 
atau suatu organisasi diartikan sebagai kiat cara dan
taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada
tujuan strategi organisasi. 3
Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
pengertian dari strategi:4
a. Ilmu dan seni yang menggunakan semua sumber
daya bangsa (-bangsa) untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai;
b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk
menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi
yg menguntungkan;
c. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus;
d. Tempat yg baik menurut siasat perang
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strategi
penulis mengedepankan pengertian strategi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya:

2
George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi
Manajemen (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 18
3
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi dibidang Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press, 2000), Cet. Ke-1, hlm. 147
4
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 1376 - 1377
23

a. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara


terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan
tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntunan
 
perubahan lingkungan.5
b. Menurut Prof. Dr. A. M. Kardiman, Strategi
adalah penentuan tujuan utama yang berjangka
panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan
mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang
diperlukan untuk tujuan tersebut.6
c. Menurut Karl Von Clausewitz, strategi
merupakan suatu seni menggunakan
pertempuran untuk memenangkan suatu perang,
sedangkan taktik adalah seni menggunakan
tentara dalam sebuah pertempuran.7
d. Menurut Onong Uchana Effendi, strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan.8
Dari pemaparan para tokoh di atas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa yang di maksud dengan
strategi adalah suatu cara atau alat untuk mencapai

5
Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan
Strategi Organisasi (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), Cet. Ke-2, hlm. 17
6
A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Pron Hallindo
t, t), hlm. 58
7
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses
Berpikir Strategik (Medio: Binarupa Aksara, 1996), hlm. 16
8
Onong Uchana Effendi, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 32
24

suatu tujuan organisasi dengan menetapkan tujuan


jangka panjang dan pengalokasian sumber daya yang
diperlukan serta memperhatikan segala
 
kemungkinan yang terjadi dan mempersiapkan
segala potensi yang ada.
2. Tahapan – Tahapan Strategi
a. Formulasi/Perumusan Strategi
Formulasi strategi memerlukan tahapan-
tahapan tertentu untuk di penuhi. Berdasarkan
rumusan penelitian terakhir dari pengertian strategi
pada sub bab sebelumnya, maka ada beberapa
tahapan umum yang perlu di perhatikan dalam
merumuskan suatu strategi, yaitu:
1) Melakukan analisis lingkungan internal dan
eksternal
Mengembangkan strategi bersaing
yang berhasil dan mengharuskan perusahaan
memperbesar kekuatan untuk mengatasi
kelemahan. Kekuatan merupakan kondisi
internal positif yang memberikan keuntungan
yang relatif dari pesaing kepada perusahaan.
Peluang adalah kondisi sekarang atau masa
depan dengan lingkungannya yang
menguntungkan organisasi. Ancaman adalah
kekuatan eksternal negative yang merintangi
25

kemampuan perusahaan untuk mencapai misi


sasaran, dan tujuan sasaran.9
2) Mengembangkan visi dan misi yang jelas
 
Visi adalah mimpi yang ingin
diwujudkan perusahaan di masa depan. Visi
memberikan gambaran jelas mengenai kemana
arah organisasi melangkah. Tanpa misi,
perusahaan tidak memiliki panduan mengenai
jalan di masa depan tersebut. Oleh karena itu
perusahaan perlu merumuskan visi dan misi
yang mudah dipahami, dapat memberikan
spirit dan berdimensi jangka panjang.10
3) Mentukan tujuan dasar dan strategis
Suatu tujuan dan sasaran dikatakan
strategis apabila seoptimal mungkin mampu
mempertegas arah, cakupan, dan persepektif
jangka panjang secara keseluruhan dari suatu
organisasi atau individu.11
4) Menyusun perencanaan tindakan (action plan)
Dalam dua konteks penyusunan
sterategi, ada dua tipe rencana yang harus di
perhatikan. Pertama, rencana konsepsional atau

9
Musa Habies, Dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik Dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), hlm.
23-24
10
Musa Habies, Dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik Dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi, hlm. 25
11
Teguh Santoso, Marketing Strategic, (Jakarta: Oriza, 2011), hlm. 17
26

teoritis, sebagai rencana yang ideal dan


diharapkan dapat terwujud. Kedua, rencana
tindakan atau action plan, yang lebih
 
mendasarkan faktor-faktor lapangan dengan
segela perkiraan distorsi yang mungkin
terjadi.12
5) Menyusun rencana pemberdayaan
(Resorchings Plan)
Sebagai tahap berikut dari rencana
tindakan, maka dalam konteks penyusunan
strategi, rencana alokasi sumber daya
dilakukan untuk mendukung keberhasilan atas
setiap alternative rencana tindakan, baik
alokasi sumberdaya untuk rencana A, rencana
B, maupun rencana C, rencana sumber daya
atau resours plan menurut isinya atau content
mencakup sumber daya manusia dan rencana
alokasi sumber daya infrstruktur.13
6) Mempertimbangkan kelanjutan.
Keberlanjutan suatu strategi yang
ditetapkan oleh suatu perusahaan akan
memungkinkan sebuah perusahaan makin peka
terhadap perubahan. Globalisasi yang telah
menyebab terjadinya kompetisi antara
perusahan mampu melewati batas-batas

12
Teguh Santoso, Marketing Strategic, hlm. 17
13
Teguh Santoso, Marketing Strategic, hlm. 17
27

teritorial menuntut petrusahaan mampu


mengendalikan situasi dengan strategi
antisipatif dan berkelanjutan.14
 
b. Implementasi/Pelaksanaan Strategi
Tahap kedua setelah perumusan strategi
adalah implementasi strategi. Implementasi berarti
meletakkan strategi menjadi kegiatan.
Implementasi strategi melibatkan penugasan dan
pendelegasian wewenang ke tingkat manajemen di
bawahnya.
Implementasi strategi ini didalamnya
termasuk menciptakan struktur organisasi yang
efektif, menyiapkan anggaran, mengembangkan
dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima.
Dalam proses pelimpahan wewenang ini perlu
diperhatikan secara seksama batasan wewenang.
Kreativitas bawahan perlu dibangun secara
terkendali. Pelaksanaan strategi tanpa kreativitas
akan menghasilkan kegiatan yang kering dan
cenderung tidak bermakna. Oleh karena itu, perlu
dibuatkan batasan yang jelas dan tegas dalam
pendelegasian dan pengalihan kewenangan.15

14
Teguh Santoso, Marketing Strategic, hlm. 17
15
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis
(Surabaya: Indeks, 2008 ), cet. 1, hlm. 61
28

Pelaksanaan strategi butuh kemapuan


manajerial, ada beberapa hal penting yang harus
dilakukan oleh lembaga sebagai berikut:
 
a) Penentuan tujuan tahunan
Menetapkan tujuan tahuan adalah aktivitas
yang terdesentralisasi yang melibatkan seluruh
manajer yang ada di organisasi secara
langsung. Partisipasi aktif dalam membuat
tujuan tahunan dalam menimbulkan komitmen
dan penerimaan.16
b) Perumusan kebijakan
Perubahan dalam arah strategis perusahaan
tidak timbul secara otomatis. Dalam kebutuhan
sehari-hari, kebijakan kebijakan dibutuhkan
untuk membuat strategi bekerja. Kebijakan
menjembatani pemechan masalah dan
memenuhi pelaksanaan strategi. Definisi
umumnya, kebijakan mengacu pada panduan
spesifik, motode, prosedur, aturan, formulir,
dan mendorong pekerjaan melalui tujuan yang
telah ditetapkan.17
c) Memotivasi pekerja
Pelaksaan strategi adalah proses aksi yang
menumbuhkan dukungan dari semua staf dan

16
Fred R, David, Strategic Management, Penerjemah Ichsan Setyo
Budi, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006), buku I Edisi 10, hlm. 341
17
Fred R, David, Strategic Management, Penerjemah Ichsan Setyo
Budi, hlm. 343-344
29

karyawan. Proses motivasi perlu dilakukan


agar karyawan mendukung secara penuh
strategi yang akan dan sedang dijalankan18
 
d) Alokasi sumber daya
Sumber daya yang perlu dialokasikan kembali
untuk mencapai tujuan-tujuan strategi yang
baru adalah keuangan, teknologi, dan sumber
daya manusianya. Perubahan strategi sangat
mungkin membutuhkan perubahan alokasi
sumber daya karena adanya perubahan
prioritas-prioritas dalam aktivitas yang akan
dilaksanakan19
c. Evaluasi Strategi
Tahapan strategi yang terakhir adalah
tahap evaluasi. Ada tiga aktifitas mendasar untuk
mengevaluasi strategi:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal
yang menjadi dasar asumsi pembuatan
strategi. Adapun perubahan factor eksternal
seperti tindakan yang harus dilakukan.
Perubahan yang ada akan menjadi satu
hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula
dengan factor internal yang diantaranya
strategi yang tidak efektif atau aktifitas yang

18
Musa Habies, Dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik Dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi, hlm. 28
19
Fred R, David, Strategic Management, Penerjemah Ichsan Setyo
Budi, hlm. 346-347
30

buruk dapat berakibat buruk pula pada hasil


yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi, yakni membandingkan
 
hasil yang diharapkan dengan kenyataan.
3) Mengambil tindakan korektif untuk
memastikan bahwa prestasi sesuai rencana.20
Maka penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa, dari tahapan-tahapan strategi
yang sudah di jelaskan di atas merupakan faktor
penting dalam melancarkan suatu program yang
akan dijalankan, jika strateginya baik maka
hasilnya pun akan baik.

B. Fundraising
1. Pengertian Fundraising
Menurut bahasa fundraising berarti
penghimpunan dana atau penggalangan dana,
sedangkan menurut istilah fundraising merupakan
suatu upaya atau proses kegiatan dalam rangka
menghimpun dana (zakat) serta sumber daya lainnya
dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi
yang akan di salurkan dan di dayagunakan untuk
mustahik. 21

20
Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: PT. Prenhallindo,
1998), hlm 5-6
21
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen
Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat
Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2009), hlm. 65
31

Di jelaskan pula, fundraising adalah proses


mempengaruhi masyarakat baik perseorangan maupun
individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga
 
agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.22
Kata mempengaruhi masyarakat memiliki banyak
makna: Pertama, dalam kalimat diatas mempengaruhi
bisa diartikan memberitahukan kepada masyarakat
tentang seluk beluk keberadaan OPZ.
Kedua, mempengaruhi dapat juga bermakna
mengingatkan dan menyadarkan. Artinya
mengingatkan kepada donatur untuk sadar bahwa
dalam harta dan memilikinya bukan seluruhnya oleh
usahanya secara mandiri. Karena manusia lahir bukan
sebagai makhluk individu saja, tetapi mefungsikan
dirinya sebagai makhluk sosial.
Kesadaran yang seperti inilah yang diharapkan
oleh OPZ dalam mengingatkan para donatur dan
muzaki. sehingga penyadaran dengan mengingatkan
secara terus menerus menjadikan individu dan
masyarakat terpengaruh dengan program dan kegiatan
masyarakat yang dilakukannya.
Ketiga, mempengaruhi dalam arti mendorong
masyarakat, lembaga atau masyarakat untuk
menyerahkan sumbangan dana baik berupa zakat, infaq

22
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Pengelola Zakat, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm.12
32

dan sedekah dan lain-lain kepada organisasi nirbala.


OPZ dalam melakukan fundraising juga mendorong
kepedulian sosial dengan memperhatikan prestasi kerja
 
annual report kepada calon donatur. Sehingga ada
kepercayaan dari para calon donatur setelah
mempertimbangkan segala sesuatunya.
Keempat, mempengaruhi untuk membujuk
para donatur dan muzaki untuk berinteraksi. Pada
dasarnya keberhasilan suatu fundraising adalah
keberhasilan untuk membujuk para donatur untuk
memberikan sumbangan dananya kepada organisasi
pengelolaan zakat. Maka tidak ada artinya suatu
fundraising tanpa adanya interaksi.
Kelima, dalam mengartikan fundraising
sebagai proses mempengaruhi masyarakat,
mempengaruhi juga dapat diterjemahkan memberikan
gambaran tentang bagaimana proses kerja, program
dan kegiatan sehingga menyentuh dasar-dasar nurani
seseorang. Gambaran-gambaran yang diberikan inilah
yang diharapkan bisa mempengaruhi masyarakat
sehingga mereka bersedia memberikan sebagian dana
yang dimilikinya sebagai sumbangan dana zakat, infaq,
maupun shadaqah kepada organisasi pengelolaan zakat.
Keenam, mempengaruhi dalam pengertian
fundraising dimaksudkan untuk memaksa jika
diperkenankan. Bagi organisasi pengelolaan zakat, hal
ini bukanlah suatu fitnah, atau kekhawatiran
33

menimbulkan keburukan. Tentunya paksaan ini


dilakukan dengan ahsan sebagai perintah Allah dalam
Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 103.23
 
2. Tujuan Fundraising
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari
fundraising bagi sebuah organisasi penelolaan zakat:
a. Yang menjadi tujuan pokok dari gerakan
fundraising adalah pengumpulan dana. Sesuai
dengan istilahnya (fundraising) berarti
pengumpulan uang. Namun yang dimaksud disini
bukanlah uang saja, tetapi dana dalam arti yang
luas. Termasuk didalamnya barang dan atau jasa
yang memiliki nilai materi. Walaupun demikian
dana dalam arti uang adalah penting. Mengingat
sebuah organisasi nirlaba (OPZ) tanpa
menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya
dihasilkan. Sehingga apabila sumber daya sudah
tidak ada maka organisasi akan kehilang-an
kemampuan untuk terus bertahan menjaga
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu bisa
dikatakan bahwa fundraising yang tidak
menghasilkan dana adalah fundraising yang gagal,
meskipun memiliki bentuk keberhasilan yang lain.
b. Gerakan fundraising juga bertujuan menghimpun
para muzakki dan donatur. OPZ yang baik adalah

23
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Penelolaan Zakat, hlm. 12-17
34

OPZ yang setiap hari memiliki data pertambahan


muzakki dan donatur. Sebenarnya yang dibutuhkan
adalah pertambahan jumlah dana untuk program
 
pemberdayaan masyarakat berserta operasionalnya.
Ada dua hal yang bisa dilakukan oleh OPZ untuk
tujuan ini, pertama, menambah jumlah sumbangan
dana dari setiap donatur dan muzakki, dan kedua,
menambah jumlah danatur dan muzaki itu sendiri.
c. Jika kepercayaan masyarakat terhadap OPZ
meningkat maka bisa dipastikan citra OPZ juga ikut
terbawa meningkat. Meningkatkan citra lembaga
juga menjadi salah satu tujuan dari fundraising.
Aktifitas fundraising yang dilakukan oleh sebuah
organisasi pengelola zakat, baik langsung maupun
tidak langsung akan membentuk citra organisasi itu
sendiri. Interaksi dari hasil silaturahmi dan
kunjungan yang dilakukan lembaga atau organisasi,
dengan memberikan informasi tentang organisasi
akan membentuk citra lembaga pengelola zakat
dalam benak masyarakat. Dengan gambaran-
gambaran yang diberikan melalui interaksi baik
langsung maupun tidak langsung akan
menumbuhkan citra yang bersifat positif maupun
negatif. Dengan citra ini, setiap anggota masyarakat
akan mempersepsi organisasi pengelola zakat, yang
dilanjutkan dengan mengambil sikap dan
menunjukkan perilaku terhadap OPZ. Jika citra
35

yang tertanam dibenak para muzakki dan donatur


terhadap OPZ positif, maka masyarakat akan
mendukung, dan bersimpati dengan memberikan
 
sumbangan ZISnya. Namun sebaliknya, apabila
citra yang ada dalam benak setiap anggota
masyarakat terhadap OPZ negatif, maka mereka
akan menghindari, antipati dan mencegah orang
untuk memberikan sumbangan dana zakat, infak
dan shadaqahnya kepada lembaga.
d. Ketika sebuah OPZ melakukan penggalangan dana
ZIS, maka ada tujuan jangka panjang untuk
menjaga loyalitas muzakki dan donatur agar tetap
memberikan sumbangan dana ZISnya kepada OPZ.
Walaupun harus dengan pengorbanan untuk
memberikan sumbangan dana tersebut.
Pengorbanan yang dilakukan seorang muzakki dan
donatur seolah tidak terasa setelah mendapatkan
imbalan rasa puas dari pengorbanan layanan yang
diberikan oleh lembaga tersebut. Jadi tujuan
memuaskan donatur adalah tujuan yang bernilai
jangka panjang, meskipun kegiatannya dilakukan
setiap hari.
e. Kadang-kadang untuk melakukan fundraising,
sebuah OPZ membatasi pada orang-orang tertentu.
Sehingga dibutuhkan kepanjangan tangan untuk
sampai pada donatur dan muzakki. Apabila OPZ
memiliki citra yang baik di mata masyarakat maka
36

akan banyak simpati dan dukungan yang diberikan


kepadanya. Perlu dimengerti bahwa ternyata bentuk
dukungan dan simpati masyarakat terhadap OPZ
 
tidak selamanya berupa dana, akan tetapi ada
sebagian yang tidak memiliki kemampuan
memberikan dana atau sesuatu sebagai sumbangan
ZISnya karena ketidakmampuan mereka sebagai
donatur dan muzaki dalam memberikan dana
memberikan bantuan tenaga dan pemikiran untuk
majunya sebuah organisasi pengelola zakat.
Kelompok seperti ini akan berusaha memberikan
dukungan kepada OPZ dan umumnya secara natural
bersedia menjadi promotor atau orang yang
memberikan informasi positif kepada masyarakat
tentang organisasi pengelola zakat tersebut kepada
orang lain. Kelompok-kelompok seperti ini sangat
diperlukan oleh OPZ sebagai pemberi kabar dan
informasi kepada setiap orang yang
memerlukannya. Dukungan dan simpatisan yang
berbentuk informan seperti ini, memudahkan
lembaga dalam fundraising. Karena adanya
jaringan informasi non formal ini sangat
menguntungkan bagi OPZ. Sehingga semakin
banyak relasi dan pendukung sebuah OPZ juga
merupakan tujuan diadakannya fundraising.24

24
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Penelolaan Zakat, hlm. 22
37

3. Strategi Fundraising
Strategi fundraising adalah tulang punggung

dari kegiatan Fundraising.25 Joyce young


 

mengisyaratkan organisasi yang menjalankan roda

organisasinya tanpa strategi bagai melakukan

perjalanan tanpa menggunakan peta.26

Strategi fundraising menghasilkan sebuah

analisis mengenai faktor internal dan eksternal

organisasi yang menentukan apa yang akan

ditawarkan atau dijual oleh organisasi, serta kepada

siapa akan dijual. Hamid Abidin menyatakan bahwa

strategi fundraising merupakan alat analisis untuk

mengenali sumber pendanaan yang potensial, metode

fundraising dan mengevaluasi kemampuan organisasi

dalam memobilisasi sumber dana.27

25
Michael Norton, Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga
Swadaya Masyarakat dan Organisasi Sukarela di negara-negara selatan
diterjemahkan oleh Masri Maris, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), hlm.
51
26
Joyce Young, dkk, Menggalang Dana untuk Organisasi Nirlaba
diterjemahkan oleh Siti Mashitoh, (Jakarta: PT. Ina Publikatama, 2007), hlm.
124
27
Hamid Abidin, dkk, Membangun Kemandirian Perempuan Potensi
dan Pola Derma Untuk Pemberdayaan Perempuan, Serta Strategi
Penggalangannya, (Depok: Piramedia, 2009), hlm. 134.
38

Tidak jauh berbeda dengan pernyataan

tersebut, menurut Joyce Young, strategi fundraising

  dapat disusun dengan banyak cara, salah satunya

adalah dengan matriks strategi menggalang dana.

Matriks mengglang dana ini digunakan mengenali

sumber dana yang potensial, metode menggalang dan,

serta untuk mengevaluasi sumber ataupun metode

fundraising.28

Hamid Abiddin mengungkapkan, aspek dalam

strategi fundraising dikenal sebagai berikut siklus

fundraising yang terdiri dari identifikasi calon

donator, pengelolaan dan penjagaan donator,

penggunaan metode fundraising serta monitoring dan

evaluasi fundraising. Berikut penerapannya:29

1) Identifikasi donator, adalah ketika organisasi

menentukan siapa dan bagaimana profil dari

potensial donator yang akan digalangnya.

28
Joyce Young, dkk, Menggalang Dana untuk Organisasi Nirlaba
diterjemahkan oleh Siti Mashitoh, hlm 125.
29
Hamid Abidin, dkk, Membangun Kemandirian Perempuan Potensi
dan Pola Derma Untuk Pemberdayaan Perempuan, Serta Strategi
Penggalangannya, hlm. 134.
39

Berdasarkan jenis sumber dayanya, pendekatan

fundraising terbagai menjadi dua yakni retail

  fundraising dan institusional fundraising. Retail

fundraising adalah penggalangan dana dengan

memfokuskan target atau sasarannya pada

perorangan. Sedangkan institutional fundraising

lebih memfokuskan pada penggalangan dari

lembaga atau organisasi, misalnya perusahaan,

lembaga donor, pemerintah, atau yayasan amal

lokal.

2) Penggunaan metode fundraising, adalah

penentuan metode yang tepat untuk melakukan

pendekatan terhadap donator. Hal ini perlu

dilakukan karena akan menjadi penentu

keberhasilan perolehan dana yang sebesar-

besarnya dari fundaraising pada para donator.

3) Pengelolaan dan penjagaan donator, pengelolaan

donator dilakukan dengan tujuan meningkatkan

jumlah sumbangan, mengarahkan donator untuk

menyumbang pada program tertentu, atau


40

meningkatkan status dari penyumbang tidak tetap

menjadi penyumbang tetap. Sementara penjagaan

  donator dapat dilakukan dengan kunjungan hangat,

mengirimkan informasi, memberikan layanan

kepada donator, melibatkan donator dalam

berbagai kegiatan, mengirimkan hadiah, atau

membantu memecahkan persoalan donator.

4) Monitoring dan evaluasi fundraising, yaitu

memantau bagaimana proses dilakukannya dari

kegiatan fundraising serta menilai efektivitasnya.

Hal ini dilakukan untuk menilai seberapa efektif

upaya yang dilakukan, memastikan apakah ada

permasalahan dalam pelaksanaanya serta seberapa

besar pencapaiannya terhadap target yang telah

dilakukan.

4. Metode Fundraising
Muhsin Kalida mengungkapkan empat metode
dalam fundraising:
a. Face to face, atau berdialog langsung dalam rangka
menawarkan program dengan calon donator dengan
cara kunjungan ke kantor, perusahaan atau presentasi.
b. Direct mail, yakni penawaran tertulis untuk
41

menymbang yang di distribusikan melalui surat.


c. Special event, yakni penggalangan dana atau
fundraising dengan menggelar acara-acara khusus,
 
atau memanfaatkan acara-acara tertentu yang dihadiri
banyak orang untuk menggalang dana atau
fundraising.
d. Campaign, yakni fundraising dengan kampanye
melaui berbagai media komunikasi seperti melalui
poster, internet, media elektronik ataupun brosur yang
digunakan sebagai komunikasi dan promos program
lembaga ataupun donatur.30

C. Zakat
1. Pengertian Zakat
Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuw) dan
bertambah (ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar,
artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah. Jika
diucapkan zakat al-nafaqah, artinya nafkah tumbuh dan
bertambah jika diberkati. Kata ini juga di kemukakan
untuk makna thaharah (suci).31 Allah swt. Berfirman:

30
Muhsin Kalida, “Fundraising dalam Studi Pengembangan Lembaga
Kemasyarakatan”, Jurnal Aplikasi (Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama), vol V,
NO. 2, (Desember, 2004), diunduh dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/8370/1/MUHSIN%20KEMASYARAKATAN.pdf pada tanggal 5
April 2018, Pukul 10:32 WIB.
31
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah
Agus Effendi dan Bahruddin Fananany (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1995), hlm. 82.
42

   


Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang
  menyucikan jiwa itu.32

Maksud kata zakka dalam ayat ini ialah menyucikan dari


kotoran. Arti yang sama (suci) juga terlihat dalam ayat berikut:

   

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang


membersihkan diri (dengan beriman).33

Kata zakat, adakalanya bermakna pujian, misalnya


dalam firman Allah SWT. Berikut ini:

  


Artinya : Maka janganlah kamu mengatakan dirimu
suci.34

Sedangkan menurut istilah, zakat adalah sejumlah


harta tertentu yang di wajibkan oleh Allah SWT untuk di
berikan kepada mustahiq (kelompok yang berhak).35
Adapun persyaratan harta yang wajib dizakatkan
itu, antara lain sebagai berikut. Pertama, al-milk at-tam

32
Al-Qur’an Surat Asyams ayat 9
Al-Qur’an Surat Al-a’la ayat 14
33
34
Al-Qur’an Surat An-Najm ayat 32
35
Nurul Isnaini Lutfiana, Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluaran
Dana Zakat, ( Malang, 2009), hlm. 20
43

yang berarti harta itu dikuasai secara penuh dan dimiliki


secara sah, yang didapat dari usaha, bekerja, warisan,
atau pemberian yang sah, dimungkinkan untuk
 
dipergunankan diambil manfaatnya, atau kemudian
disimpan. Diluar itu seperti hasil korupsi, kolusi, suap,
atau perbuatan tercela lainnya, tidak sah dan tak akan
diterima zakatnya. Dalam hadits riwayat Imam Muslim,
Rasulullah bersabda bahwa Allah tidak akan menerima
zakat/sedekah dari harta yang ghulul (didapatkan dengan
cara bathil).
Kedua, an-namaa adalah harta yang berkembang
jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang
misalnya harta perdagangan, peternakan, pertanian,
deposito mudharabah, usaha bersama, obligasi, dan lain
sebagainya. Ketiga, telah mencapai nisab, harta itu
telah mencapai ukuran ukuran tertentu. Misalnya, untuk
hasil pertanian telah mencapai jumlah 653 kg,
emas/perak telah senilai 85 gram, perdagangan telah
mencapai nilai 85 gram emas, peternakan sapi telah
mencapai 30 ekor, dan sebagainya.
Keempat, telah melebihi kebutuhan pokok,
yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan
keluarganya yang menjadi tanggungannya untuk
kelangsungan hidupnya. Kelima, telah mencapai satu
tahun (haul) untuk harta-harta tertentu, misalnya
perdagangan. Akan tetapi, untuk tanaman dikeluarkan
zakatnya pada saat memanennya (lihat surat al-An’am:
44

141).36
2. Kefarduan Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang
 
lima. Zakat juga merupakan salah satu kewajiban yang
ada di dalamnya. Zakat di wajibkan di madinah pada
bulan Syawal tahun kedua Hijri. Pewajibannya terjadi
setelah pewajiban puasa ramadan dan zakat fitrah.
Tetapi, zakat tidak diwajibkan atas para Nabi. Pendapat
yang terakhir ini disepakati oleh para ulama karena zakat
dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang
pendosa, sedangkan para Nabi terbebas dari hal
demikian. Lagi pula, mereka mengemban titipan-titipan
Allah, di samping itu mereka tidak memiliki harta, dan
tidak diwarisi.37
Dalam Al-Qur’an, zakat digandengkan dengan
kata “Shalat” dalam Delapan Puluh Dua tempat. Hal ini
menunjukan bahwa keduanya memiliki keterkaitan yang
sangat kuat.38
Zakat diwajibkan dalam Al-Qur’an, Sunnah dan
Ijma’ ulama. Dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an
sebagai berikut:

      

36
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), Cet. 1, hlm. 14
37
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazha, Penerjemah
Agus Effendi dan Bahruddin Fananany, hlm. 89
38
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah
Agus Effendi dan Bahruddin Fananany, hlm. 89
45

Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah


zakat...'.39

    


     
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan 40
Adapun dalil berupa ijma’ ialah adanya
kesepakatan semua (ulama) umat Islam di semua negara
kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan, para
sahabat Nabi SAW sepakat untuk membunuh orang-
orang yang enggan mengeluarkan zakat. Dengan
demikian, barang siapa mengingkari kefarduannya,
berarti dia kafir atau – jika sebelumnya dia merupakan
seorang Muslim yang dibesarkan di daerah Muslim,
menurut kalangan para ulama – murtad.kepadanya
diterapkan hukum-hukum orang murtad. Seseorang
hendaknya menganjurkan untuk bertobat. Anjuran itu
dilakukan sebanyak tiga kali. Jika ada tidak mau berobat,
mereka harus dibunuh. Barang siapa mengingkari
kefarduan zakat karena tidak tahu, baik karena baru
memeluk Islam maupun karena dia hidup di daerah yang
jauh dari tempat ulama, hendaknya dia diberitahu tentang
hukumnya. Dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab
dia memiliki uzur. 41

39
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 43
40
Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 103
41
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Penerjemah
Agus Effendi dan Bahruddin Fananany, hlm. 90-91
46

Menurut uraian di atas penulis dapat


menyimpulkan bahwa zakat adalah kewajiban yang
mutlak bagi setiap Muslim. Hal ini pun tercantum pada
 
undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat BAB 1 pasal 1 ayat 2: “Zakat adalah harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai
dengan syariat Islam”.42
3. Jenis-jenis Zakat
Secara umum zakat terbagi menjadi dua:
Pertama, zakat yang berhubungan dengan badab atau
disebut zakat fithrah. Kedua, zakat yang berhubungan
dengan harta atau zakat mal.43
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus
dilakukan oleh setiap muslim yang mempunyai
kelebihan dari nafkah keluarga yang wajar yang
dilaksanakan maksimal sebelum khatib turun dari
mimbar pada hari raya Idul Fitri, sebagai tanda
syukur kepada Allah karena telah selesai menunaikan
ibadah puasa. Selain untuk menggembirakan hati
fakir miskin pada hari raya Idul Fitri, zakat fitrah
dimaksudkan untuk menyucibersihkan dosa-dosa

42
http://pusat.baznas.go.id/wpcontent/perpu/UndangUndang.pdf UU.
No. 23 Tahun 2011 diakses pada tanggal 29 maret 2018. Pukul 19:00 WIB.
43
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED (Centre for Entrepreneurship Development), 2005) Cet. 1, hlm.
9
47

kecil yang mungkin ada ketika melaksanakan puasa


ramadhan.44
Para fuqaha menyebut zakat ini dengan zakat
 
kepala, atau zakat perbudakan atau zakat badan.
Yang dimaksud dengan badan di sini adalah pribadi,
bukan badan yang merupakan lawan dari jiwa dan
nyawa. 45
b. Zakat Maal (harta)
Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan
seseorang yang wajib dikeluarkan untuk golongan
orang-orang tertentu setelah dipunyai selama jangka
waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu. 46
Adapun macam-macam zakat maal dibedakan
atas obyek zakatnya antara lain:
1) Hewan Ternak
Binatang-binatang ternak itu semuanya
diciptakan Allah untuk kepentingan manusia,
antara lain untuk ditungganginya sebagai
kendaraan, dimakan dagingnya, diminum
susunya dan diambil bulu dan kulitnya. Oleh
karena itu pantaslah Allah meminta para binatang
itu bersyukur atas nikmat yang telah

44
Lili Bariadi, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha, hlm.
9-10.
45
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1987),
hlm 921.
46
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf,
(Jakarta: UI Press 2012), hlm. 42.
48

dianugerahkan-Nya kepada mereka.47


Dan realisasi dari syukur sebagaimana
dijelaskan dalam al-Qur’an maupun hadits adalah
 
dengan berzakat sesuai dengan ketentuan-
ketentuan agama.48
2) Hasil Pertanian
Hasil pertanian. Hasil pertanian yang
dimaksud adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau
tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-
bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan,
tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll
Nishabnya sebanyak 5 wasaq= 300 sha‟= 652,8 kg
atau 653 kg. Kadar zakat yang harus dikeluarkan
sebanyak 1/10-nya jika hasil tanaman tersebut
tumbuh dan berkembang tanpa disiram atau tanpa
biaya perawatannya, tanpa membayar orang lain
untuk merawatnya. Apabila pemeliharaannya
memerlukan biaya maka kadar zakat yang harus
dikeluarkan sebanyak 1/20-nya.49
3) Emas dan Perak.
Meliputi harta yang terbuat dari emas dan
perak dalam bentuk apapun. Nisab zakat emas 20

47
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 168.
48
Herry Munhanif, Tuntunan Praktis Zakat dan Permasalahannya,
(Cibubur: PT. Variapop, 2012), Cet Ke-1, hlm 5.
49
Syafi’i Hadzami, Tauhidihul Adillah, (Jakarta: Penerbit PT Alex
Media Kompetindo, 2010), hlm. 6.
49

mitsqal, berat timbangannya 93,6 gram; zakatnya


1/40 (2,5 % = ½ mitsqal = 2,125 gram). Nisab
perak 200 dirham (624 gram) zakatnya 1/40 (2,5
 
%) = 5 dirham (15,6 gram).50
4) Harta Perniagaan.
Harta perniagaan adalah semua yang
diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam
berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-
alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan
disini termasuk yang diusahakan secara
perorangan maupun kelompok/ korporasi.
5) Hasill Tambang
Meliputi hasil dari proses penambangan
benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut
dan memiliki nilai ekonomis seperti minyak,
logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
6) Barang Temuan (Rikaz)
Adalah harta yang diperoleh seseorang
yang berasal dari galian dalam tanah. Harta
tersebut ditanam oleh orang-orang dimasa
lampau dalm kurun waktu yang sudah cukup
lama, dan sudah tidak diketahui lagi pemilik yang
sebenarnya, karena tidak didapat keterangan
yang cukup untuk itu. Harta terpendam, biasanya
berupa emas atau perak, dan wajib dikeluarkan

50
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). (Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo : 2011), hlm. 202.
50

zakatnya sebanyak 1/5 atau 20% dari jumlah


harta terpendam tersebut. Ketentuan ini sesuai
dengan hadits Rasulullah SAW: “ zakat rikaz (
 
harta terpendam) adalah sebanyak seperlima”.
(HR. Bukhari dan Muslim).51
7) Zakat Profesi
Yakni zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah
mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup
profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan,
dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.
Jika penghasilannya selama setahun lebih dari
senilai 85 gram emas dan zakatnya dikeluarkan
setahun sekali sebesar 2,5% setelah dikurangi
kebutuhan pokok.52
4. Mustahik Zakat
Orang-orang atau golongan yang berhak menerima
zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada
delapan golongan (asnaf). Sebagaimana firman Allah:


     

       

51
Mohammad Asror Yusuf, Kaya Karena Allah, (Tangerang: Penerbit
PT Kawan Pustaka, 2004), hlm. 42.
52
Mia Siti Aminah, Muslimah career mencapai karir tertinggi
dihadapan Allah, keluarga, dan pekerjaan (Yogyakarta : Pustaka Grhatama:
2010), hlm. 119
51

         

 
   
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah
untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi
Maha Bijaksana.53
a. Fakir
Yang dimaksud dengan fakir ialah mereka
yang tidak mempunyai harta atau penghasilan layak
dalam memenuhi keperluannya: sandang, pangan,
tempat tinggal dan segala keperluan pokok lainnya,
baik untuk diri sendiri ataupun bagi mereka yang
menjadi tanggungannya. Misalnya orang
memerlukan sepeluh dirham perhari, tapi yang ada
hanya empat, tiga atau dua dirham. 54
b. Miskin
Yang disebut miskin ialah yang mempunyai
harta atau penghasilan layak dalam memenihi

53
Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 60
54
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 513.
52

keperluannya dan orang yang menjadi


tanggungannya, tapi tidak sepenuhnya tercukupi,
seperti misalnya yang diperlukan sepuluh, tapi yang
 
ada hanya tujuh atau delapan, walaupun sudah
masuk satu nisab atau beberapa nisab. 55
c. Amil Zakat
Yang dimaksud dengan amil zakat ialah
mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan
zakat, mulai dari para pengumpul sapai kepada
bendahara dan penjaganya. Juga mulai dari pencatat
sampai kepada penghitung yang mencatat keluar
masuk zakat, dan membagi kepada para
mustahiknya. Allah menyediakan upah bagi mereka
dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil
dari selain harta zakat. 56
d. Muallaf
Yang dimaksud dengan golongan muallaf,
antara lain adalah mereka yang diharapkan
kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat
bertambah terhadap Islam, atau terhalang niat jahat
mereka atas kaum Muslimin, atau harapan akan
adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan

55
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 513.
56
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 545
53

menolong kaum Muslimin dari musuh. 57


e. Riqab (memerdekakan budak belian)
Riqab adalah bentuk jamak dari Raqabah.
 
Istilah ini dalam Qur’an artinya budak belian laki-
laki (abid) dan bukan belian perempuan (amah).
Istilah ini diterangkan dalam kaitanya dengan
pembebasan atau pelepasan, seolah-olah Qur’an
memberikan Isyarah dengan kata kiasan ini
maksudnya, bahwa perbudakan bagi manusia tidak
ada bedanya seperti belenggu yang mengikatnya.
Membebaskan budak belian artinya sama dengan
menghilangkan atau melepaskan belengguyang
58
mengikatnya.
f. Garim (orang yang berutang)
Garimun adalah bentuk jamak dari garim
(dengan ghin panjang), artinya orang yang
mempunyai utang. Sedangkan gariim (dengan ra
panjang) adalah orang yang berutang, kadangkala
pula dipergunakan untuk orang yang mempunyai
piutang.59
g. Fisabilillah (di jalan Allah)
Sesungguhnya arti dari kalimat ini menurut

57
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 565.
58
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 587.
59
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 594.
54

bahasa aslinya sudah jelas. Sabil adalah thariq/jalan.


Jadi sabilullah artinya jalan yang menyampaikan
pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan. 60
 
h. Ibnu Sabil
Menurut Jumhur ulama adalah kiasan untuk
musafir, yaitu orang yang melintas dari satu daerah
kedaerah lain.61

D. Kepercayaan
1. Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan (trust atau belief) merupakan
keyakinan bahwa tindakan orang lain atau suatu
kelompok konsisten dengan kepercayaan mereka.
Kepercayaan lahir dari suatu proses secara perlahan
kemudian terakumulasi menjadi suatu bentuk
kepercayaan, dengan kata lain kepercayaan adalah
keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu.
Keyakinan ini muncul dari persepsi yang berulang
adanya pembelajaran dan pengalaman.62
Menurut Sumarwan. Kepercayaan adalah
kekuatan bahwa suatu produk memiliki atribut tertentu.
Kepercayaan itu sering disebut perkaitan objek-atribut

60
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 610.
61
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 645.
62
M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hlm. 62-63.
55

(object-attribute linkage), yaitu kepercayaan konsumen


tentang kemungkinan adanya hubungan antara sebuah
objek dengan atributnya yang relevan. Sementara Mowen
 
dan Minor mendefinisikan Kepercayaan Konsumen
sebagai semua pengetahuan yang dimiliki oleh
konsumen, dan semua kesimpulan yang dibuat oleh
konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya. 63
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan konsumen adalah kekuatan
pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua
kesimpulan yang dibuat konsumen bahwa produk
mempunyai objek, atribut dan manfaat. 64
2. Model Kepercayaan
Model kepercayaan organisasional memasukkan
sifat kepribadian yang disebut kecenderungan untuk
percaya (propensity to trust). Kecenderungan
(propensity) dapat dianggap sebagai keinginan umum
untuk mempercayai orang lain. Kecenderungan akan
mempengaruhi seberapa banyak kepercayaan yang
dimiliki seseorang untuk orang yang dipercaya.
Kepercayaan melibatkan loncatan kognitif melampaui
harapan-harapan yang dijamin oleh dasar pemikiran dan
pengalaman. Untuk membangun sebuah kepercayaan

63
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Perilaku Konsumen, Pendekatan
Peraktis disertai: Himpunan Jurnal Penelitian, (Yogyakarta: ANDI OFFSET
(Penerbit ANDI), 2013), hlm. 201
64
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Perilaku Konsumen, Pendekatan
Peraktis disertai: Himpunan Jurnal Penelitian, hlm. 202
56

diperlukan tujuh core values, yaitu sebagai berikut:65


a. Keterbukaan
Kerahasiaan dan kurangnya transparansi
 
dalam menjalankan sesuatu akan mengganggu trust
building. Oleh karena itu diperlukan keterbukaan
antara kedua belah pihak agar keduanya dapat saling
percaya antara satu sama lain.
b. Kompeten
Kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas
atau peran dalam membangun pengetahuan dan
keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan
pembelajaran. Yakni sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas
di bidang pekerjaan tertentu.
c. Kejujuran
Kejujuran merupakan elemen terpenting
dalam mendapatkan sebuah kepercayaan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari kecurangan yang
bersifat merugikan yang lain. Jujur bermakna
keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada.
Dengan kata lain jujur adalah berkata atau
memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan
dan kebenaran. Dalam penerapannya, secara hukum
tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari
ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan

65
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2006), 380
57

dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi.


d. Integritas
Integritas adalah keselarasan antara niat,
 
pikiran, perkataan dan perbuatan. Dalam prosesnya,
berjanji akan melaksanakan tugas secara bersih,
transparan, dan professional dalam arti akan
mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya
secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik.
Orang yang berintegritas tinggi mempunyai sikap
yang tulus, jujur, berperilaku konsisten serta
berpegang teguh pada prinsip kebenaran untuk
menjalankan apa yang dikatakan secara bertanggung
jawab.
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi
sosial yang dimiliki seseorang untuk
mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah
dikerjakan kepada lingkungannya atau orang lain.
Akuntabilitas sekiranya dapat diukur dengan
pertanyaanpertanyaan tentang seberapa besar
motivasi menyelesaikan pekerjaan dan seberapa
besar usaha (daya pikir) untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan tersebut.
f. Sharing
Sharing adalah sebuah pengakuan atau
pengungkapan diri terhadap orang lain yang
berfungsi untuk berbagi sesuatu untuk meringankan
58

sebuah masalah. Sharing merupakan elemen penting


dalam membangun kepercayaan karena mempunyai
manfaat nilai.
 
g. Penghargaan.
Untuk mendorong sebuah kepercayaan
maka harus terdapat respek saling menghargai
antara satu sama lain.
Dari beberapa penjelasan ditas dapat disimpulkan
bahwasanya Kepercayaan merupakan hal penting bagi
lembaga pengelolaan zakat didefinisikan sebagai
kemauan muzaki untuk mengandalkan lembaga zakat
untuk menyalurkan zakatnya kepada mustahik zakat
karena muzaki yakin lembaga tersebut profesional,
amanah dan transparan. Disamping akan
menumbuhkan rasa kepercayaan tinggi masyarakat
terhadap lembaga zakat, dana zakat yang terkumpul
juga akan lebih optimal dalam segi pemanfaatan.
Dengan demikian, masyarakat akan lebih
berkomitmen terhadap lembaga amil zakat tersebut,
dan menjadikannya sebagai pilihan utama dalam
berzakat.

E. Muzaki
Definisi muzaki telah ditetapkan dalam UU. No. 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat pada BAB I Pasal 1
ayat 5: “Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha
59

yang berkewajiban menunaikan zakat”. 66


Pengertian Muzaki di atas tidak sulit untuk dipahami
karena jelas dan tegas dan tegas dikemukakan bahwa ada dua
 
jenis muzakki, Pertama, Orang Muslim; Kedua, badan yang
dimiliki orang muslim. 67
Definisi ini tidak banyak berbeda dengan rumusan
jumhur ulama fiqih sebagaimana yang dikemukakan Qardawi
bahwa “zakat hanya diwajibkan untuk muslim saja. Banyak
ulama berpendapat bahwa zakat adalah anggota tubuh Islam
yang paling utama, oleh karena itu orang kafir tidak mungkin
diminta untuk melengkapinya”.68 Ahli atau penulis zakat lain
umumnya memang berpendapat senada dengan ulama yang
dimaksud oleh Qardawi kecuali sedikit. 69
para ulama mengatakan, bahwa oleh karena zakat
adalah salah satu rukun Islam maka zakat tidaklah wajib bagi
orang kafir, begitu juga shalat dan puasa. Syairazi yang
dikuatkan oleh Nawawi berdasarkan pendaftar mazhab
syafi’i mengemukakan alasan lain mengapa zakat tidak
diwajibkan kepada orang kafir asli, yaitu bahwa zakat tidak
merupakan beban dan oleh karena itu tidak dibebankan
kepada orang kafir, baik kafir memusuhi Islam (harbi)

66
http://pusat.baznas.go.id/wpcontent/perpu/UndangUndang.pdf UU.
No. 23 Tahun 2011 diakses pada tanggal 29 maret 2018. Pukul 19:17 WIB.
67
Achyar Rusli, Zakat = Pajak Kajian Hermeneutik Terhadap Ayat-
ayat Zakat dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Renada, 2005), Cet. 1, hlm. 51
68
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 96
69
Achyar Rusli, Zakat = Pajak Kajian Hermeneutik Terhadap Ayat-
ayat Zakat dalam Al-Qur’an, hlm. 51.
60

maupun yang hidup dibawah naungan Islam (zimmi). Ia tidak


terkena kewajiban itu pada saat kafir tersebut dan tidak pula
harus melunasinya apabila ia masuk Islam. 70
 
Bila zakat tidak diwajibkan kepada bukan Muslim,
maka zakat itu tidak sah seandainya dibayar oleh orang kafir.
Oleh karena ia tidak memiliki persyaratan pertama yaitu
Islam. Allah berfirman, “Dan Kami hadapi segala amal yang
mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu debu yang
berterbangan.”71 Namun demikian amal kebajikan itu
meringankan hukuman di akhirat: hukuman adalah
penghinaan sedangkan imbalan adalah penghargaaan. 72
Semuanya itu mengenai kafir asli. Tetapi orang yang
murtad atau beralih agama, minta perlindungan kita darinya,
bila zakat sudah diwajibkan kepadanya pada masa Islamnya,
maka zakat itu tidak gugur oleh karena murtadnya itu, sebab
zakat itu kewajiban yang tetap yang tidak gugur oleh karena
peralihan agama, tak ubahnya seperti hutang karena jatuh
bangkrut. Hal itu menuruti pendapat mazhab Syafi’i yang
berbeda dengan pendapat mazhab Hanafi. 73
Tetapi ulama-ulama mazhab Syafi’i berbeda
pendapat tentang wajib zakat pada masa murtad tersebut.
Sebagian mengatakan bahwa zakat ditangguhkan, dan itulah

70
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm 97.
71
Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 23.
72
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, 97-98.
73
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, 98.
61

yang benar, oleh karena zakat adalah hak orang-orang yang


melarat dan yang berhak lainnya yang tidak hilang karena
murtad, seperti halnya nafkah dan hutang. 74
 
Dari berbagai uraian di atas penulis dapat
menyimpukan bahwasanya muzaki harus beragama Islam
atau Muslim, karena Islam merupakan persyaratan pertama
bagi seseorang yang wajib zakat dan badan badan usaha milik
orang muslim juga berkewajiban untuk berzakat.
sebagaimana hal ini juga tercantum dalam UU. No. 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat pada BAB I Pasal 1 ayat 5:
“Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang
berkewajiban menunaikan zakat”.

74
M. Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, hlm. 98.
BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN AMIL ZAKAT


NASIONAL PUSAT
 

A. BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)


1. Sejarah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) adalah


lembaga nonstrultural yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat. Pembentukan BAZNAS pertama
kali ditetapkan dengan Keputusan Presiden No. 8 Tahun
2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional sesuai amanat
Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat yang berlaku saat itu. Setelah
perubahan regulasi, BAZNAS pun berstatus sebagai
lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri
dan bertanggung jawab kepada presiden melalui
Menteri Agama.1

BAZNAS merupakan satu di antara sedikit


lembaga nonstruktural yang memberi kontribusi kepada
negara di bidang pembangunan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan melalui
pengelolaan dana zakat. BAZNAS mendapat bantuan
pembiayaan dari APBN dan ‘hak amil’ sesuai ketentuan

1
Bambang Sudibyo dkk, Kumpulan Khutbah Zakat, (Jakarta: Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, 2017), hlm. 66.

63
64

perundang-undangan, namun manfaat yang diberikan


BAZNAS kepada negara dan bangsa jauh lebih besar.
Dikaitkan dengan amanat UUD 1945 pasal 34 bahwa
 
“fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara”, maka peran BAZNAS sangat menunjang tugas
negara. Juga berperan sebagai penyedia bantuan
jaminan sosial bagi fakir miskin di tanah air. Kehadiran
lembaga ini menopang tugas negara dalam
mensejahterakan masyarakat, sehingga sewajarnya
disokong oleh pemerintah.2

Dengan demikian, BAZNAS bersama


Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal
pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam,
amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum,
terintegrasi dan akuntabilitas.3

Selama 11 tahun menjalankan amanah sebagai


badan zakat nasional, BAZNAS telah meraih
pencapaian sebagai berikut:4

a. BAZNAS menjadi rujukan untuk pengembangan


pengelolaan zakat di daerah terutama bagi BAZDA
baik Provinsi maupun BAZDA Kabupaten/Kota

2
Bambang Sudibyo dkk, Kumpulan Khutbah Zakat, hlm. 66-67.
Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
3

Nasional RI”, (Jakarta: MZISWAF Manajemen Dakwah, 2018), hlm. 10.


4
Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
Nasional RI”, hlm. 11.
65

b. BAZNAS menjadi mitra kerja Komisi VIII DPR-


RI.
c. BAZNAS tercantum sebagai Badan Lainnya selain
 
Kementerian atau Lembaga yang menggunakan
dana APBN dalam jalur pertanggungjawaban
terklonsolidasi dalam Laporan Kementerian/
Lembaga pada kementerian Keuangan RI.
Berbagai penghargaan bagi BAZNAS dalam
empat tahun terakhir:5
a. BAZNAS berhasil memperoleh sertifikat ISO
selama empat tahun berturut-turut, yaitu:
b. Tahun 2008 BAZNAS mendapatkan sertifikat ISO
9001:2000
c. Tahun 2009, 2010 dan 2011 BAZNAS kembali
berhasil memperoleh sertifikat ISO, kali ini untuk
seri terbarunya, ISO 9001:2008. BAZNAS adalah
lembaga pertama yang memperoleh sertifikat ISO
9001:2008 untuk kategori seluruh unit kerja pada
tahun 2009.
d. Tahun 2009, BAZNAS juga mendapatkan
penghargaan The Best Quality Management dari
Karim Business Consulting
e. BAZNAS berhasil memperoleh predikat Laporan
Keuangan Terbaik untuk lembaga non departemen
versi Departemen Keuangan RI tahun 2008.

5
Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
Nasional RI”, hlm. 11-12.
66

f. BAZNAS meraih “The Best Innovation


Programme” dan “The Best in Transparency
Management” pada IMZ Award 2011.
 
2. Kedudukan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS)6
a. BAZNAS merupakan Lembaga Pemerintah Non-
Struktural yang mandiri bertanggung jawab kepada
Presiden RI.
b. BAZNAS dibentuk dengan Keputusan Presiden
(Keppres) RI No. 8 Tahun 2001 tanggal 17 Januari
2001.
c. BAZNAS berwenang melaksanakan tugas
pengelolaan zakat secara nasional.
d. BAZNAS melaksanakan fungsi perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, pelaporan dan
pertanggung jawaban atas pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
3. Asas Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Di dalam penegelolaan zakat nasional terdapat
tujuh asas. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UU
No. 23 Tahun 2011 Tentang pengelolaan Zakat.
Ketujuh asas tersebut adalah syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegritas
dan akuntabilitas.7

6
Nana Mintarti, Badan Amil Zakat Nasional, (Jakarta: Pusat Kajian
Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2016), hlm. 4.
7
Mohd. Nasir Tajang dkk, Rencana Strategis 2016-2020 Badan Amil
Zakat Nasional, (Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional, 2016), hlm. 36
67

4. Visi dan Misi8

Sebagai lembaga yang memiliki sertifikasi ISO


9001:2015, BAZNAS telah menetapkan Visi dan Misi
 
sebagai berikut:

Visi:

Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di


dunia.

Misi:

a. Mengkoordinasikan BAZNAS provinsi, BAZNAS


kabupaten/kota, dan LAZ dalam mencapai target-
target nasional.
b. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat
nasional.
c. Mengoptimalkan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat untuk pengentasan
kemiskinan, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dan pemoderasian kesenjangan sosial.
d. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang
transparan dan akuntabel berbasis teknologi
informasi dan komunikasi terkini.
e. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada
seluruh pemangku kepentingan zakat nasional.

8
Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
Nasional RI”, hlm. 12-13.
68

f. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan


zakat nasional melalui sinergi ummat.
g. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat dunia.
 
h. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen
pembangunan menuju masyarakat yang adil dan
makmur, baldatun thayyibatun warabbun ghafuur.
i. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang
unggul dan menjadi rujukan dunia.
5. Fungsi dan Tugas
Di dalam Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat pada Pasal 6 disebutkan, BAZNAS
merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional.9 Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:10
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat; dan
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat.

9
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Teknis
Evaluasi dan Pelaporan LPZ, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Zakat, Dirjen
Bimas Islam, Kemenag RI, 2012), hlm. 73.
10
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Teknis
Evaluasi dan Pelaporan LPZ, hlm. 73-74.
69

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut,


maka BAZNAS memiliki kewenangan:11

 
a. Menghimpun, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat.
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan
BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,
dan LAZ
c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,
infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.
d. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
BAZNAS dapat bekerja sama dengan pihak terkait
sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan.12
e. BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya
secara tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.13

11
Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
Nasional RI”, hlm. 11.
12
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Teknis
Evaluasi dan Pelaporan LPZ, hlm. 74.
13
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Teknis
Evaluasi dan Pelaporan LPZ, hlm. 74.
70

6. Tujuan dan Arah Kebijakan14


a. Tujuan
Sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang
 
No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
bahwa tujuan pengelolaan zakat nasional yaitu:
1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat.
2) Meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.
b. Arah kebijakan
Arah kebijakan BAZNAS sejalan dengan agenda
prioritas pembangunan tahun 2015-2019 (Nawa
Cita) yaitu: meningkatkan kualitas hidup manusia
dan masyarakat Indonesia.
BAZNAS menjadikan kurun 2016-2020 sebagai
“Kurun Kebangkitan Zakat”, dengan Rencana
Strategis 2016-2020 sebagai landasannya.
7. Struktur Organisasi15
a. Jajaran Komisioner
Komisioner Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Periode 2015-2020.
Ketua BAZNAS :
Prof. Dr. Bambang Soedibyo, MBA, CA
Wakil Ketua :

14
Nana Mintarti, Badan Amil Zakat Nasional, hlm. 6.
15
Nana Mintarti, Badan Amil Zakat Nasional, hlm. 10
71

Dr. Zainulbahar Noor, SE., Mec


Anggota :
1) Dr. H. Mundzir Suparta, MA
 
2) Drs. KH. Masdar Mas’udi
3) Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail
4) drh. Emmy Hamidiyah, M. Si
5) Drs. Irsyadul Halim
6) Ir. Nana Mintarti, MP
7) Prof. Dr. M. Machasin, MA
8) Drs. Nuryanto, MPA
9) Drs. Astera Primanto Bhakti, M, Tax
b. Sekretaris BAZNAS : Drs. H. Jaja Jaelani, MM
c. Jajaran Direktorat
Deputi BAZNAS : M. Arifin Purwakananta
Direktur Amil Zakat Nasional : M. Arifin
Purwakananta
Direktur Koordinator Pendistribusian dan
Pendayaguaan Zakat Nasiona : M. Nasir Tajang
Direktur Keuangan, SDM dan Umum: Kiagus M.
Thohir
Direktur Operasional : Wahyu TT Kuncahyo
Direktur PUSKAS : Dr. Irfan Syauqi Beik
d. Jajaran Divisi/Biro
Kepala Biro UPZ Nasional : Faisal Qasim
Kepala Biro Ritel Nasional: Fitriansyah Agus
Setiawan
Kepala Biro Layanan Muzakki: Rully Kurniawan
72

Kepala Biro CSR : Agus Siswanto


Kepala Biro, Pendistribusian : Efri Samsul Bahri
Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan : Inna
 
Karunia
Kepala Biro IT dan Pelaporan: Achmad Setio
Adinugroho
Kepala Biro SDM, ADM, dan Umum, Kepala Biro
Keuangan: Dyah R. Andayani
Kepala Biro Hukum, Humas dan Kelembagaa:
Ahmad Hambali
Kepala Satuan, Audit Internal dan Kendali Mutu :
Andriadi
e. Struktur Organisasi BAZNAS
Gambar 3.1
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat
Nasional16

16
Nana Mintarti, Badan Amil Zakat Nasional, hlm. 10
73

B. Program-Program Badan Amil Zakat Nasional


(BAZNAS
1. Zakat Community Development17
 

Program Zakat Community Development


(ZCD) adalah program pengembangan komunitas
dengan mengintegrasikan aspek sosial (pendidikan,
kesehatan, agama, lingkungan, dan aspek sosial
lainnya) dan aspek ekonomi secara komprehensif yang
pendanaan utamanya bersumber dari zakat, infak, dan
sedekah sehingga terwujud masyarakat sejahtera dan
mandiri.

Program ZCD meliputi kegiatan pembangunan


masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga
terwujud masyarakat yang memiliki keberdayaan
dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kehidupan
beragama yang disebut dengan “Caturdaya
Masyarakat”. Caturdaya Masyarakat dalam Program
ZCD merupakan unsur utama dan saling terkait satu
dengan yang lain. Dengan demikian masyarakat dapat
dikategorikan sebagai masyarakat yang sejahtera dan
mandiri apabila telah memenuhi empat daya tersebut.
a. Prinsip Program
Program ZCD memiliki enam prinsip yang harus
ada dalam konsep dan tahapan pelaksanaan

17
Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
Nasional RI”, hlm. 13-15
74

program serta tertanam dalam diri pengelola dan


peserta program. Enam prinsip ZCD meliputi
Berbasis Komunitas, Syari’ah Islam, Partisipasi,
 
Kemanfaatan, Kesinambungan, dan Sinergi.
Makna dari masing-masing prinsip adalah sebagai
berikut:
1) Berbasis Komunitas; Program ZCD
dilaksanakan dengan sasaran
mustahik/penerima manfaat yang terkumpul
dalam suatu wilayah geografis atau suatu
tempat karena kondisi-kondisi khusus dan
dalam berbagai bentuk kegiatan yang
disepakati bersama.
2) Syari’ah Islam; Program ZCD dilaksanakan
berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum
Islam dalam penyaluran (tasharruf) zakat.
3) Partisipasi: Pelaksanaan Program ZCD
melibatkan secara langsung
mustahik/penerima manfaat mulai dari
tahapan perencanaan sampai dengan
pelaksanaan. Mustahik/penerima merupakan
pelaku (subyek) dan bukan sebagai obyek
program.
4) Kemanfaatan: Memberikan nilai tambah
material dan non material yang sebesar-
besarnya kepada mustahik/penerima manfaat.
75

5) Kesinambungan; Program ZCD dilaksanakan


secara bertahap dalam jangka waktu tertentu
dan dengan kegiatan-kegiatan yang saling
 
terkait menuju tercapainya tujuan program.
6) Sinergi; Program ZCD merupakan program
terbuka untuk berbagai pihak terlibat baik
dalam pendanaan maupun pengelolaannya
sebagai wujud kerjasama dalam kebajikan
dan ketakwaan (ta’awun ‘alal birri wa taqwa).
b. Tujuan Program
Tujuan utama program ZDC adalah“Terwujudnya
Masyarakat Sejahtera dan Mandiri“.
Adapun tujuan khusus Program ZCD adalah:
1) Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian
mustahik/penerima manfaat tentang
kehidupan yang berkualitas.
2) Menumbuhkan partisipasi menuju
kemandirian masyarakat.
3) Menumbuhkan jaringan sosial ekonomi
kemasyarakatan.
4) Menciptakan program pemberdayaan yang
berkelanjutan dalam mewujudkan
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
76

2. Rumah Sehat BAZNAS18


Merupakan program layanan kesehatan
bersifat preventif, rehabilitatif, promotif, karitatif,
 
yang ditujukan gratis untuk mustahik, khususnya
fakir miskin dengan sistim membership. Motto
Rumah Sehat BAZNAS “Memberikan Layanan
secara Gratis, Humanis dan Professional.”
a. Sasaran Rumah Sehat BAZNAS
Kaum Dhuafa (fakir-miskin, orang-orang
terlantar, anak jalanan, dll)
1) Layanan Kesehatan bagi Dhuafa
2) “Rumah Sakit tanpa kasir”
3) GRATIS!!!
4) Sistem Membership
b. Konsep & Jenis Program
Rumah Sehat Baznas hanya untuk masyarakat
miskin secara GRATIS dengan sistem mem-
bership (1 membership untuk semua anggota
Keluarga).
Model pelayanan Rumah Sehat Baznas
diberikan dalam bentuk:
1) Pelayanan Dalam Ruang
2) Pelayanan Luar Ruang ( Unit Kesehatan
Keliling)

18
http://pusat.baznas.go.id/rumah-sehat-baznas/ diakses pada tanggal
8 April 2018, Pukul 17:45 WIB.
77

Model pelayanan RUMAH SEHAT BAZNAS


diberikan dalam bentuk :
1) Pelayanan Dalam Ruang
 
2) Pelayanan Luar Ruang ( Unit Kesehatan
Keliling)
3. Rumah Cerdas Anak Bangsa19
Rumah Cerdas Anak Bangsa
(RCAB) adalah program pendanaan dan bimbingan
bagi siswa dan mahasiswa dalam bidang
pendidikan dan pelatihan sehingga menjadi
individu yang mandiri.
Latar Belakang
Indonesia berada dalam peringkat ke-108 di
antara bangsa- bangsa lain di dunia (Human index
2010) .
Mahalnya biaya pendidikan di Indonesia
menyebabkan berbagai permasalahan, salah
satunya angka pengangguran terbuka 10,45 % dan
angka setengah pengangguran 28,16 % (BPS 2007).
Melihat kondisi ini, BAZNAS bermaksud
membuka jalan bagi masyarakat kurang mampu
dan mengajak mereka menatap tegap masa depan
melalui program pengembangan pendidikan.

19
http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/ diakses pada
tanggal 8 April 2018, pukul 17.52 WIB.
78

Tujuan:
a. Mewujudkan tujuan nasional dibidang
pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan
 
bangsa
b. Memberi kesempatan kepada anak-anak dari
keluarga kurang mampu secara ekonomi untuk
bersekolah hingga perguruan tinggi
c. Menyiapkan generasi penerus bangsa yang
memiliki integritas lifeskill (IQ, EQ dan SQ).
Program yang dilaksanakan :
a) Rumah Cerdas Primagama
b) Satu Keluarga Satu Sarjana(SKSS)
c) Sekolah Anak Jalanan
d) Beasiswa Dinnar
e) PPSDMS
f) Program Sarana Pintar
4. Program Layanan Mustahik20
Konter Layanan Mustahik (KLM) adalah
tempat pelayanan mustahik yang dibentuk
BAZNAS untuk memudahkan mustahik
mendapatkan bantuan sesuai kebutuhannya.
Bantuan yang disalurkan PPM berbentuk hibah
(program karitas), yang disalurkan untuk
perorangan maupun lembaga.

Muhamad Zen, Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat


20

Nasional RI”, hlm. 16-17.


79

Konter Layanan Mustahik memberikan


pelayanan kepada mustahik dengan prinsip cepat,
tepat dan akurat.
 
Konter Layann Mustahik berlokasi di
Kantor Pusat BAZNAS, Jl. Kebon Sirih No 57,
Jakarta Pusat. Buka setiap hari kerja mulai pukul 9
pagi sampai dengan pukul 3 sore.
Bantuan Yang Diberin:
a. Bantuan kebutuhan hidup Mustahik
b. Bantuan kesehatan (bantuan pengobatan jalan)
c. Bantuan pendidikan (biaya tunggakan sekolah
dll)
d. Bantuan ibnu sabil (bantuan untuk orang
terlantar)
e. Bantuan Gharimin
f. Bantuan Mualaf
g. Bantuan fisabilillah
h. Bantuan advokasi pelayanan pendidikan,
kesehatan dll.
5. Program Tanggap Bencana21
Program Tanggap Bencana adalah program
MERESPON untuk memberikan bantuan kepada
masyarakat yang tertimpa musibah sesaat setelah
terjadi bencana. Program Tanggap bencana
meliputi tanggap darurat, evakuasi, recovery, dan

21
http://pusat.baznas.go.id/program-tanggap-bencana/ diakses pada
tanggal 8 April 2018, pukul 18:54 WIB.
80

rekontruksi, pelaksanaan kegiatan tanggap darurat


bencana dilakukan makasimal 14 hari.

 
Program Tanggap Bencana dilakukan
bekerjasama dengan instansi pemerintah terkait
penanggulangan bencana dan Jaringan Relawan
Indonesia ( JARI ) yang tersebar di 33 propinsi dan
berbagai lembaga sosial. Dengan sisitem
kemitraan, Program Tanggap Bencana dapat
dilaksanakan sesegera mungkin, setelah terjadinya
bencana.

Gambar 3.2
Skema Program BTB

Sumber: Website Resmi BAZNAS Pusat


BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

  A. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ)


1. Pengertian
Unit Pengumpulan Zakat (UPZ-BAZNAS)
adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) untuk membantu
pengumpulan zakat sesuai dengan tingkatannya.
2. BAZNAS Pusat Membentuk UPZ pada Institusi
a. Kementerian
b. Lembaga Negara
c. Lembaga Non-Kementerian
d. BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
e. Perusahaan Swasta Nasional atau Asing
f. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri
g. Kantor Perwakilan Negara Asing/Lembaga Asing
h. Masjid Negara1
3. Kedudukan UPZ
a. UPZ merupakan satu kesatuan dari BAZNAS.
Dengan demikian segala kegiatan UPZ menjadi
tanggung jawab dan kewenangan BAZNAS serta
merupakan bagian catatan, laporan, kekayaan, dan
kewajiban BAZNAS.

1
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, (Jakarta:
BAZNAS, 2017), hlm. 7

81
82

b. UPZ merupakan obyek audit dari kantor akuntan


publik, Satuan Audit Internal BAZNAS, audit
syariah Kementerian Agama Republik Indonesia.
 
4. Tugas dan Fungsi UPZ
a. Sosialisasi dan edukasi zakat pada masing-masing
Institusi yang menaungi UPZ
b. Pengumpulan zakat pada masing-masing Institusi
yang menaungi UPZ
c. Pendataan dan layanan muzakki pada masing-
masing Institusi yang menaungi UPZ
d. Penyerahaan Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ)
dan Bukti Setor Zakat (BSZ) yang diterbitkan oleh
BAZNAS
e. Penyusunan RKAT UPZ untuk Program
pengumpulan dan tugas pembantuan
pendistribusian dan pendayagunaan BAZNAS
f. Penyusunan laporan kegiatan pengumpulan dan
tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat BAZNAS.2

2
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 8
83

5. Organisasi dan Struktur Unit Pengumpulan Zakat


(UPZ)

a. Penamaan UPZ yang dibentuk merupakan nama


gabungan antara BAZNAS dan masing-masing
Iinstitusi yang menaungi UPZ.
b. UPZ dibentuk dengan Keputusan Ketua BAZNAS
dan atau sesuai tingkatannya.
c. Organisasi UPZ terdiri atas Pengurus dan
Penasehat.
84

d. Pengurus dan Penasehat UPZ diangkat untuk masa


jaban 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali.3
6. Pengurus UPZ
 
a. Pengurus dan penasehat diangkat dan
diberhentikan berdasarkan Keputusan Ketua
BAZNAS.
b. Pengurus UPZ paling sedikit terdiri atas 1 (satu)
orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan 1 (satu)
orang bendahara.
c. Pengurus UPZ berasal dari pejabat, pegawai,
pekerja, anggota, atau jama’ah dari Institusi yang
menaungi UPZ.
d. Pengurus dan/atau pelaksana UPZ dapat bersifat
ex-offico pada Pimpinan Institusi masing-masing.4
7. Tugas Penasehat UPZ
a. Memberikan pertimbangan dalam menetapkan
RKAT UPZ
b. Memberikan pertimbangan pelaksanaan
pengumpulan zakat
c. Mengawasi pengurus dalam menjalankan tugas
dan fungsi UPZ dan membantu pengurus dalam
menjalankan tugas dan fungsi UPZ

3
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 9
4
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 10
85

8. Tugas Pengurus UPZ


a. Menetapkan RKAT UPZ setelah mendapat
pertimbangan penasehat,
 
b. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan tugas dan
fungsi UPZ,
c. Menyusun perencanaan pengumpulan zakat,
d. Melaksanakan pengumpulan zakat,
e. Melaksanakan pengelolaan data Muzakki,
f. Melakukan sosialisasi dan edukasi zakat,
g. Memberikan layanan konsultasi zakat,
h. Menyerahkan hasil pengumpulan zakat ke
BAZNAS sesuai dengan tingkatannya.
Dalam melaksankan tugasnya, pengurus
dam penasehat UPZ bertanggungjawab kepada
BAZNAS sesuai dengan tingkatannya dan secara
administratif dibina Institusi yang menaungi
UPZ.5
9. Tata Cara Pembentukan UPZ
a. UPZ dibentuk atas usulan BAZNAS atau usulan
dari pimpinan Institusi.
b. Pimpinan Institusi mengajukan permohonan
pemnbentukan UPZ kepada BAZNAS.
c. BAZNAS melakukan verifikasi administratif atas
pengajuan pembentukan UPZ dengan

5
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 11
86

melampirkan susunan calon pengurus dan


penasehat UPZ.
d. Dalam hal persyaratan administratif telah
 
terpenuhi, BAZNAS menetapkan Keputusan
Pembentukan UPZ dengan lampiran Keputusan
pengangkatan Pengurus dan Penasehat UPZ.6
10. Mekanisme Kerja UPZ
a. UPZ melaksanakan mandat pengumpulan zakat
dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
melalui Payrol Sistem maupun Gerai ZIS.
b. Seluruh hasil pengumpulan dana zakat wajib
disetorkan pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).
c. Dalam hal diperlukan, UPZ dapat melaksanakan
tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat
d. Tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) paling banyak sebesar 70% (tujuh
puluh persen) dari dana yang dikumpulkan Unit
Pengumpulan Zakat (UPZ).
e. Dana zakat untuk tugas pembantuan
pendistribusian dan pendayagunaan zakat
disalurkan kepada UPZ paling lambat 5 (lima) hari

6
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 11
87

kerja setelah dana pengumpulan UPZ diterima di


rekening Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
11. Mekanisme Kerja UPZ
 
a. UPZ mendapatkan bagian hak amil paling banyak
12,5% (dua belas koma lima persen) dari realisasi
tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
b. Dalam hal tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat tidak terlaksana secara
penuh maka bagian hak amil yang sudah
dibayarkan BAZNAS kepada UPZ dikompensasi
pada pembayaran bagian hak amil priode
berikutnya.
c. UPZ yang hanya melakukan tugas mengumpulkan
zakat dapat menggunakan dana pengumpulan
zakat paling besar 5% (lima persen) dari hasil
pengumpulan untuk operasional UPZ.
12. Keuangan UPZ
a. Dana operasional yang berasal dari hak amil
b. Bantuan dari institusi yang bersangkutan
c. Sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dan syariat Islam.7

7
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 14
88

13. Pelaporan UPZ dan Sistematika Pelaporan


UPZ wajib menyampaikan laporan pengumpulan dan
tugas pembantuan pendistribusian dan pendayagunaan
 
dana kepada setiap 1 (satu) bulan, 6 (enam) bulan dan
akhir bulan.
a. Realisasi penerimaan dana
b. Realisasi tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaan dana BAZNAS melalui UPZ
berdasarkan asnaf
c. Realisasi tugas pembantuan pendistribusian dan
pendayagunaaan dana BAZNAS melalui UPZ
berdasarkan program
d. Realisasi penggalangan muzakki dan penerimaan
manfaat
e. Realisasi penerimaan dan penggunaan dana
operasional.8
14. Manfaat Zakat Melalui UPZ
a. Sesuai dengan tuntunan syariah (Al-Qur’an dan
Al-Hadits) dan sirah Nabawiyyah maupun sirah
sahabat dan tabi’in
b. Legal dan Sah karena sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
c. Untuk menjamin kepastian dan kedisiplinan
pembayar zakat

8
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 15
89

d. Untuk menjamin kepastian, disiplin membayar


zakat dan menjaga perasaan rendah diri para
mustahik zakat apabila berhadapan langsung
 
untuk menerima zakat dari para muzakki
e. Untuk mencapai efesiensi dan efektivitas, serta
sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat
menurut skala prioritas yang ada pada suatu
tempat
f. Alternatif pendanaan program pemberdayaan dan
kepedulian sosial di lingkungan perusahaan
g. Sesuai dengan prinsip modern dalam indirect
financial system.9
15. Mekanisme Pemotongan Zakat Pegawai Melalui
UPZ
a. Pemotongan zakat dikenakan kepada pegawai
yang berpenghasilan mencapai nisab zakat
penghasilan yakni sebesar Rp. 5.240.000/Bulan
dengan tarif 2,5%
b. Pegawai yang berniat menyalurkan
zakat/infak/sedekah secara bulanan melalui
BAZNAS, dapat mengisi Surat Kuasa
Pemotongan Gaji/Tunjangan untuk zakat
(terlampir) untuk kemudian diserahkan kepada

9
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 17
90

bendaharawan Gaji di masing-masing unit kerja


tanggal 10 bulan berjalan.
c. Pengisian dan penyampaian Surat Kuasa
 
Pemotongan Gaji/Tunjangan untuk zakat kepada
bendaharawan cukup dilakukan sekali kecuali
terdapat perubahan informasi yang ingin
disampaikan.
d. Bendaharawan akan melakukan pemotongan
terhadap penghasilan setiap bulan sejumlah
zakat/infak/sedekah yang dikehendaki melalui
pemotongan Gaji/Tunjangan untuk kemudian
disetorkan seluruhnya ke rekening BAZNAS.
e. Bagi pegawai yang akan menyalurkan ke
mustahik (orang yang berhak menerima
zakat/infak/sedekah) yang ada dilingkungan
sekitarnya, pegawai dapat merekomendasikan
mustahik tersebut kepada BAZNAS melalui
pengurus UPZ BAZNAS.10

B. Ritel
1. Pengertian
Pengumpulan atau fundraising yang dilakukan oleh
BAZNAS melalui kerjasama tempat-tempat
pembelanjaan, tempat-tempat yang biasa banyak

10
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 18
91

orang-orang kunjungi, seperti mall, minimarket,


aplikasi belanja online atau e-commeres, rekening
bank, kerjasama M-banking dan internet banking.11
 
2. Sasaran
Masyarakat luas dari berbagai kalangan profesi.
C. Program Pengumpulan dan Layanan ZIS12
1. Pengumpulan Dana
a. Unit Pengumpulan Zakat (UPZ)
b. Zakat individu dan lembaga
c. Kerjasama Program CSR
d. Donasi Pelanggan atau ritel
2. Layanan Pembayaran Zakat
a. Pembayaran ZIS melalui Konter BAZNAS
b. Pembayaran ZIS melalui Unit Pengumpulan Zakat
(UPZ) atau Payroll Sistem
c. Chanel pembayaran: Bank, ATM, (transfer, phone
&internet banking)
d. Aplikasi & landing page
e. E-Commerce (Bukalapak, Kitabisa dan lain-lain)
f. Layanan Jemput Zakat
g. Layanan Bis Zakat (mobil zakat keliling)

11
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Mohan Kepala Bagian
Layanan UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional BAZNAS RI, pada tanggal
15 Agustus 2018
12
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 20
92

3. Layanan Muzakki
a. Konsultasi dan konfirmasi zakat
b. Nomor pokok wajib zakat (NPWZ)
 
c. Bukti Setor Zakat (BSZ) dan Laporan Donasi
d. SMS atau Email Gateway
e. Muzakki Corner
D. Registrasi Muzakki
1. Nama Lengkap
2. Nomor Induk Pegawai/karyawan/anggota/jamaah
3. Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ)
4. Unit Institusi
5. Alamat Rumah
6. Nomor telepon/handphone
7. Alamat e-mail13

13
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan BAZNAS No. 2 Tahun 2016
Tentang Pembentukan Dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, hlm. 21
BAB V

STRATEGI FUNDRAISING DALAM UPAYA


MENINGKATKAN KEPERCAYAAN MUZAKKI PADA
 
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) PUSAT

A. Perumusan Strategi Fundraising BAZNAS Pusat Dalam


Upaya Meningkatkan Kepercayaan Muzakki

Sebagai sebuah Badan resmi yang dibentuk oleh


pemerintah BAZNAS Pusat memiliki tugas dan fungsi sebagai
amil zakat. Amil adalah salah satu profesi yang langsung
diperintahkan oleh Allah SWT, yang di antara 5 ibadah
mahdzah hanya ada satu yang ada petugasnya yaitu amil. Zakat
merupakan spesial langsung yang diperintahkan dalam Al-
Qur’an surat at-Taubah ayat 60 dan 103, ini merupakan
pedoman amil BAZNAS untuk menjalankan aktivitasnya yang
bersumber dari kaidah syariah.

Kemudian, karena BAZNAS berada dalam suatu negara


maka BAZNAS juga diatur oleh regulasi meskipun negara
Republik Indonesia ini bukan negara Islam yaitu negara
pancasila. Namun, Indonesia bukanlah negara sekuler yang
memisahkan antara agama dan negara, ada banyak hal-hal
kehidupan keagamaan yang diatur dalam tatanan kenegaraan di
negara Indonesia ini.1

1
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.

93
94

Zakat sudah masuk di dalam negara Indonesia setelah


lahir UU No. 38 tahun 1999, pada waktu itu lahirlah undang-
undang zakat yang pertama kali untuk mendirikan Badan Amil
 
Zakat Nasional (BAZNAS). Seiring perkembangannya pada
tahun 2011 ada perubahan terhadap undang-undang lama yaitu
lahirlah UU. No. 23 tahun 2011 tujuannya untuk mengatur dan
mengelola perzakatan yang ada di Indonesia. Di dalam UU. No.
23 tahun 2011 BAZNAS memiliki fungsi besar yaitu:

a. Fungsi Regulator Zakat, artinya BAZNAS punya


kewenangan untuk mengatur, mengeluarkan peraturan-
peraturan tentang pengelolaan zakat di Indonesia sesuai
dengan undang-undang yang ada diatasnya seperti, Perpres
(peraturan Presiden), Inpres (Intrupsi Presiden), Permenag
(peraturan Menteri Agama) dan Perbaznas (peraturan
Ketua BAZNAS). kemudian selanjutnya bisa dipakai
sebagai pedoman bagi seluruh OPZ (organisasi
pengeleloaan zakat) di Indonesia.
b. Fungsi Operator, artinya fungsi operator adalah fungsi
BAZNAS dalam pengelolaan zakat yaitu menghimpun dan
pendayagunan zakat. Jadi BAZNAS memiliki wewenang
untuk mengumpulkan atau menghimpun dana masyarakat
khususnya dana zakat dan dana sosial keagamaan lainya,
kemudian BAZNAS kelola untuk di distribusikan kepada
yang berhak dalam hal ini membantu pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan.
95

c. Fungsi Koordinator Zakat, sesuai UU. No. 23 tahun 2011


pengelolaan zakat yang ada di Indonesia hanya ada satu
yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) baik
 
BAZNAS Pusat, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS
Kab/Kota. Kemudian masyarakat dapat membantu
BAZNAS dengan membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ)
untuk mengoptimalkan peran zakat seperti Dompet
Dhuafa, Rumah Zakat dan sebagainya. Fungsi koordinator
ini bukan berati lembaga-lembaga pengeloaan zakat swasta
harus menyetorkannya ke BAZNAS, akan tetapi hanya
mengatur dan mengkoordinasi agar pengelolaan zakat
nasional terarah dan tercatat dengan baik sehingga menjadi
satu data. Sampai saat ini banyak sekali lembaga-lembaga
yang menghimpun dana dari masyarakat atas nama zakat
yang tidak tahu pelaporannya seperti apa, dan pada
akhirnya dapat mengurangi ketidak percayaan masyarakat
terhadap Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).2
1. Analisis SWOT
a. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dilakukan untuk
mengetahui tingkat kemampuan BAZNAS dalam
menjalankan kegiatan fundraising berdasarkan kondisi
internal organisasi. Untuk menganalisis lingkungan
internal maka perlu diidentifikasi faktor-faktor strategis
internal BAZNAS yang terdiri dari faktor kekuatan dan

2
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
96

faktor kelemahan. Identifikasi faktor-faktor internal


tersebut dilakukan dengan cara wawancara dengan para
responden yang berasal dari pihak internal BAZNAS.
 
Hasil dari wawancara tersebut telah ditemukan masing-
masing 5 faktor kekuatan dan kelemahan BAZNAS.3
Faktor-faktor kekuatan dan kelamahan
BAZNAS dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
1) Kekuatan
a) Tokoh BAZNAS yang memiliki jaringan ke
Kementerian atau Lembaga Tinggi Negara.
Adanya tokoh BAZNAS yang disegani sedikit
banyak mempermudah proses sosialisasi dan
juga follow up karena memiliki koneksi
langsung dengan pengambil keputusan di
setiap kementerian maupun lembaga.
b) Transparansi dan akuntabilitas keuangan
BAZNAS. Faktor ini juga merupakan salah
satu dari yang terpenting sebagai nilai jual
BAZNAS dalam menawarkan jasa pengelolaan
zakat.
c) Program-program pemberdayaan unggulan.
Penyaluran zakat yang dilakukan oleh
BAZNAS mencakup skala nasional,
dibandingkan lembaga-lembaga zakat lain

3
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
97

yang belum mampu menyentuh hingga ke


seluruh pelosok negeri.
d) Model Penghimpunan dana zakat BAZNAS.
 
BAZNAS merupakan satu-satunya badan zakat
yang mengeluarkan NPWZ (nomor pokok
wajib zakat) bagi para muzakki yang
menyalurkan zakat di BAZNAS.
e) Kerjasama dengan lembaga-lembaga di dalam
maupun luar negeri. Kerjasama BAZNAS
dengan banyak lembaga perbankan serta
lembaga kemanusiaan memberikan
kemudahan-kemudahan bagi para muzakki.
1) Kelemahan
a) Sistem jaringan berbasis IT di BAZNAS daerah.
Hal ini menjadi kelemahan karena dapat
menghambat proses komunikasi, implementasi
Inpres dan juga evaluasi pengelolaan dana zakat
disebabkan sistem yang tidak online dengan
pusat.
b) Jumlah SDM terbatas. Total pegawai BAZNAS
di kantor pusat kurang lebih hanya sekitar 80
orang. Jumlah tersebut terbilang kecil bahkan
untuk mengelola dana zakat di pusat, terlebih
lagi untuk skala nasional.
c) Besaran APBN yang diterima BAZNAS. Tiap
tahunnya BAZNAS menerima bantuan dana
dari pemerintah melalui Kementerian Agama
98

hanya sebesar 3 Milyar Rupiah. Nilai tersebut


digunakan oleh BAZNAS untuk seluruh
kepentingan operasional selama satu tahun.
 
d) Rangkap jabatan di BAZNAS pusat. Dengan
jumlah SDM terbatas dan begitu banyaknya
program yang dimiliki secara tidak langsung
memaksa sebagian pengurus untuk merangkap
jabatan.
e) Pemahaman tentang zakat yang belum merata di
kalangan amil. Banyaknya amil yang bekerja di
BAZNAS dari latar belakang yang berbeda
membuat pemahaman tentang zakat di kalangan
amil beragam.4
b. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal dilakukan untuk
mengetahui tingkat kemampuan BAZNAS dalam
menjalankan kegiatan fundraising berdasarkan kondisi
eksternal organisasi. Untuk menganalisis lingkungan
eksternal maka perlu diidentifikasi faktor-faktor
strategis eksternal BAZNAS yang terdiri dari faktor
peluang dan faktor hambatan. Identifikasi faktor-faktor
eksternal tersebut dilakukan dengan cara wawancara
dengan para responden yang berasal dari pihak internal
BAZNAS. Hasil dari wawancara tersebut telah
ditemukan masing-masing 5 faktor peluang dan

4
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
99

hambatan BAZNAS dalam menjalankan kegiatan


tersebut.5
Masing-masing faktor peluang dan hambatan
 
BAZNAS dalam menjalankan fundraising dijelaskan
lebih rinci sebagai berikut :
1) Peluang
a) Kabinet pemerintah. Hadirnya kepemerintahan di
bawah pimpinan Presiden Joko Widodo
diharapkan bisa membawa angin segar kepada
optimalisasi zakat oleh BAZNAS terkait Inpres
No.3/2014.
b) Pertumbuhan kelas menengah penduduk Muslim
Indonesia. Dengan potensi pasar yang begitu
besar, kelas menengah Muslim Indonesia tidak
bisa diabaikan begitu saja oleh para pemasar dari
berbagai industri, termasuk industri zakat.
c) Hubungan baik dengan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) lain. Hubungan yang sudah terjalin dengan
para LAZ merupakan peluang yang baik untuk
menjadikan mereka sebagai perpanjangan tangan
BAZNAS dalam mensosialisasikan Inpres
No.3/2014.
d) Tokoh masyarakat yang pro pembayaran zakat via
amil zakat. Peran tokoh agama atau masyarakat
menjadi sangat penting ketika mereka mampu

5
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
100

mengajak masayarakat untuk membayar zakat


melalui amil.
e) Peningkatan iklim syariah di bidang ekonomi,
 
budaya, hiburan, dll. Berkembangnya produk-
produk Islami di Indonesia seperti kosmetik halal,
Salon Muslimah, hotel syariah, dll memberikan
peluang bagi BAZNAS untuk turut
mensosialisasikan pentingnya peran zakat di
tengah masyarakat.
2) Hambatan
a) Birokrasi di lingkungan kementerian/lembaga.
Birokrasi yang berbelit dan struktur organisasi
yang memiliki banyak hirarki menyulitkan
BAZNAS untuk melakukan pertemuan dengan
pihak pemegang keputusan di lingkungan
kementrian dan lembaga.
b) Sistem jaringan IT yang belum merata di
kementerian/lembaga. Faktor ini juga akan
menghambat kinerja BAZNAS dalam
menjalankan fundraising tersebut dikarenakan
BAZNAS menawarkan kerjasama pemungutan
zakat melalui sistem payroll.
c) Pemahaman tentang zakat yang masih rendah di
kalangan masyarakat umum. Kurangnya
informasi seputar zakat dan pengelolaan zakat di
tengah masyarakat membuat tingkat pemahaman
101

zakat masyarakat Indonesia cenderung rendah


dan beragam.
d) Tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah
 
terhadap lembaga pemerintah. Sebagai lembaga
pemerintah, hal ini menyulitkan karena
memberikan image yang kurang baik terhadap
BAZNAS di mata umum.
e) Muzaki di lingkungan kementerian/lembaga
mempunyai jaringan sendiri untuk menyalurkan
zakatnya. Hal ini dikarenakan masifnya promosi
LAZ lain dan kurangnya sosialisasi program
unggulan BAZNAS.6
c. Formulasi Strategi
Analisis SWOT (Strength-Weakness-
Opportunity-Threat) dilakukan untuk mendapatkan
strategi-strategi alternatif perusahaan yang akan
dikembangkan dengan melihat input dari analisis faktor
internal, faktor eksternal dan juga mengacu pada hasil
analisis Matriks Internal-Eksternal.
Analisis SWOT dilakukan dengan menggunakan
Matriks SWOT yang dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki. Matriks SWOT yang dimana pada
matriks tersebut BAZNAS berada rata-rata sehingga

6
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
102

direkomendasikan BAZNAS paling baik dikendalikan


dengan strategi yang moderat yaitu menjaga dan
mempertahankan. Analisis perumusan strategi SO, WO,
 
ST dan WT ditunjukkan pada Gambar 5.1
Gambar.5.1
Matrik SWOT
S W

O Strategi S-O Strategi W-O


1. Pemanfaatan Tokoh BAZNAS 1. Penguatan kapasitas SDM
untuk memperluas Jaringan di 2. Memperbaiki sistem IT di daerah
lingkungan kementerian & untuk meningkatkan pelayanan di
lembaga daerah
2. Penguatan aliansi untuk 3. Melakukan pendekatan dengan
memberikan kemudahan kabinet terkait APBN
transaksi pembayaran zakat
bagi pegawai
T Strategi S-T Strategi W-T
1. Penguatan aliansi untuk 1. Penunjukan staf PNS di tiap
mengkreasikan program zakat lembaga untuk perpanjangan
campaign di lingkungan tangan BAZNAS
kementerian dan lembaga
2. Pemanfaatan tokoh BAZNAS
untuk menembus birokrasi di
kementerian dan lembaga
103

3. Meningkatkan kampanye
sebagai lembaga yang
transparan dan bersih
 

Matriks SWOT dipergunakan untuk memberikan


alternatif-alternatif strategi secara umum untuk BAZNAS
dalam menjalankan fundraising. Perumusan matriks
SWOT dihasilkan dari faktor-faktor strategi internal dan
faktor-faktor strategi eksternal yang memperlihatkan
posisi dan kondisi organisasi. Output yang dihasilkan
berupa alternatif strategi sebagai berikut:
1) Strategi S-O (Strenghs – Opportunities)
a) Pemanfaatan Tokoh BAZNAS untuk memperluas
Jaringan di lingkungan kementerian & lembaga.
b) Penguatan aliansi untuk memberikan kemudahan
transaksi pembayaran zakat bagi pegawai di
kementerian dan lembaga.
2) Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities)
a) Penguatan kapasitas SDM.
b) Memperbaiki sistem IT di daerah untuk
meningkatkan pelayanan di daerah.
c) Melakukan pendekatan dengan kabinet terkait
APBN.
104

3) Strategi S-T (Strengths – Therats)


a) Penguatan aliansi untuk mengkreasikan program
zakat campaign di lingkungan kementerian dan
 
lembaga
b) Pemanfaatan tokoh BAZNAS untuk menembus
birokrasi di kementerian dan lembaga
c) Meningkatkan kampanye sebagai lembaga yang
transparan dan bersih
4) Strategi W-T (Weaknesses – Thereats)
a) Melakukan strategi pemungutan dana zakat
melalui payroll dimana dana zakat dipotong pada
saat penggajian tiap bulannya.

B. Implementasi Fundraising Pada Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) Pusat

Strategi fundraising yang diterapkan Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) yaitu berkaca dari perangnya Jenderal
Sudirman yang biasa disebut dengan strategi gerilya yaitu salah
satu perang terbesar yang dilakukan Jenderal Sudirman untuk
perang melawan belanda pada saat itu dengan kekuatan yang
sangat besar. Hal itu merupakan strategi Supit Urang atau Supit
Udang dalam bahasa jawa yang artinya Jenderal Sudirman
membuat dua kekuatan besar kanan dan kiri untuk menyerang
musuh. Sama halnya dengan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS), BAZNAS dalam penghimpunan dana zakat terbagi
105

menjadi 2 (dua) besar yaitu melalui Unit Pengumpulan Zakat


(UPZ) dan ritel.7

1. Strategi Unit Pengumpulan Zakat (UPZ)


 

Strategi Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) adalah


salah satu senjata yang dimiliki oleh Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang tidak dimilik oleh Lembaga
Amil Zakat lain. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
memiliki kuasa by low the regulation yaitu melalui aturan,
BAZNAS diperbolehkan sesuai undang-undang untuk
membentuk UPZ di Kementerian, Lembaga Tinggi Negara,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Perusahaan Swasta
Nasional atau Asing, Perwakilan Republik Indonesia di
Luar Negeri, Kantor – kantor perwakilan negara asing atau
lembaga asing dan Masjid Negara. Kemudian dibentuk
sebuah unit yang bertugas mengumpulkan zakat atau
satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS. Kalau di
lembaga zakat swasta tidak boleh membuka UPZ sesuai
UU No. 23 tahun 2011 yang boleh membuka UPZ hanya
BAZNAS.

Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) mempunyai tugas


dan fungsi kerjasama dengan Instansi-Instansi terkait untuk
mengoptimalkan pengelolaan zakat yang ada di
wilayahnya masing-masing melalui potong gaji atau zakat

7
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
106

payroll Sistem yang terkumpul melalui bendahara atau


melalui Biro SDM kemudian akan disetorkan ke
BAZNAS.8
 
2. Strategi Fundraising Ritel

Strategi Fundraising Ritel adalah eceran, Badan


Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengajak kepada
masyarakat luas untuk berzakat di BAZNAS. Kalau UPZ
(Unit Pengumpulan Zakat) untuk pegawai negeri, pegawai
bumn dan karyawan itu jumlahnya kecil, total ASN
(Aparatur Sipil Negara) di Indonesia hanya 4 juta.
Sedangan masyarakat seluruh wilayah Indonesia sebesar
207.176.162 Jiwa, jika dikurangi penduduk miskin di
Indonesia 26,58 juta orang, maka penduduk muslim yang
membayar zakat ada sebanyak 180.596.162 jiwa ini yang
menjadi sasaran BAZNAS. Kalau UPZ yang sebelumnya
dijelaskan di fasilitasi, ada dorongan, ada perintah, ada
kekuasaan disitu ada peran untuk memotong gaji, kalau
ritel tidak ada. Jadi, BAZNAS mencoba mengajak
masyarakat berzakat tanpa ada kaitan apapun hanya
bermodalkan trust atau kepercayaan ini merupakan yang
ingin BAZNAS bangun. Strateginya sebagai berikut9:

8
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
9
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
107

a. Strategi Fundraising Communication


Fundraising communicaton yaitu Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat mensosialisasikan
 
kepada masyarakat mengenai BAZNAS dan zakat
melalui media-media, media outdor seperti spanduk,
baliho dan sebagainya, kemudian media elektronik
seperti televisi dan radio. Kalau tadi strategi besarnya
pengumpulan baznas ada 2 yaitu UPZ dan Ritel.
Kemudian strategi ritel memiliki 3 (tiga) strategi yaitu
Maketing Communication (MARCOM), fundraising
dan layanan muzakki.
Gambar 5.2
Alur Strategi Ritel BAZNAS

Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat

1) Strategi Marketing Communication (MARCOM)


Bertugas untuk menyiapkan materi-materi
kampanye kepada masyarakat seperti zakat,
108

program BAZNAS, produk BAZNAS, program-


program pemberyaan baznas seperti ekonomi,
pendidikan dan lain-lain. Tujuannya agar
 
masyarakat tahu tentang zakat, fiqh zakat,
kegunaan dana zakat melalui media-media.
2) Strategi Fundraising
Setelah orang mengetahui tentang zakat
melalui koran, iklan-iklan dan spanduk-spanduk
ketika calon muzakki gajian ada kemauan ingin
membayar zakat, namun kebingungan mau bayar
zakat kemana. BAZNAS menyiapkan tim yang
bernama fundraising. Fundraising ini tugasnya
menyipkan channel pembayaran zakat, baik
melalui channel yang dimiliki baznas atau channel
yang lain. Fundraising ini menyiapkan produk dan
program baznas, kemudian dijual melalui
channel-channel yang ada di BAZNAS. Channel
yang BAZNAS miliki seperti rekening-rekening
diberbagai perbankan bisa melaui bank atau
transfer atm.
3) Layanan Muzakki
Selanjutnya setelah muzakki membayar
zakat, BAZNAS memberikan pelaporan dan bukti
setor zakat kepada muzakki untuk membuktikan
transparansi dana zakat. muzakki yang sudah
membayarkan zakatnya melalui BAZNAS,
BAZNAS berkewajiban untuk memberikan servis
109

atau pelayanan dengan sebaik-baiknya diatas


ekspektasi yang muzakki harapkan, seperti orang
datang ke kantor BAZNAS bukan hanya dikasih
 
kwitansi, BSZ (Bukti Setor Zakat) dan doa akan
tetapi bisa diberikan minum, menyiapkan diri
untuk menjadi curhatan hati muzakki. Tujuannya
agar muzakki bisa menyumbangkan zakatnya ke
baznas lagi. Jika muzakkinya tidak menyumbang
lagi paling tidak muzakki itu menceritakan tentang
kebaikan layanan BAZNAS.10
b. Strategi Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility atau CSR
adalah dana bantuan sebagai tanggung jawab
perusahaan yang ditujukan untuk memperbaiki
kualitas dan lingkungan masyarakat perusahaan.
Strategi Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu
penghimpunan yang dimiliki Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Pusat dengan cara
mensosialisasikan dan menawarkan kerjasama
kepada mitra korporasi pelaksanaan CSR dengan
pendekatan program-program pemberdayaan yang
dimiliki BAZNAS untuk pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan berkelanjutan sehingga lebih terukur
dan lebih efektif untuk masyarakat. Tujuan dari
kerjasama ini agar perusahan tersebut mau

10
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
110

menyumbangkan donasi CSR perushaannya melalui


BAZNAS.11
Dapat disimpulkan bahwa strategi besar
 
fundraising BAZNAS ada 2 (dua) yang pertama,
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) kalau UPZ itu untuk
kementerian, ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS,
karyawan BUMN dan karyawan swasta dan yang
kedua, ritel adalah untuk masyarakat umum.
3. Strategi Program-Program Fundraising BAZNAS
Pusat12
a. Program Public Fund
Program public fund yaitu program
penghimpunan yang sumber dana pemasukanya
berasal dari masyarakat luas dari berbagai macam
profesi. Program ini terbagi menjadi 9 (sembilan)
program-program fundraising, yaitu:
1) Banking Channel
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
menyiapkan rekening bank yang nantinya
muzakki bisa menyalurkan zakatnya melalui
transfer, bayar langsung ATM, aplikasi mobile
Banking, EDC, autodebet dan teller bank.
Strategi:

11
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
12
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
111

a) Membuka sebanyak-banyaknya rekening bank


b) Memplikasi rekening bank dengan nasabah
terbanyak
 
c) Membuka rekening dengan nomor cantik dan
nama yang mudah diingat
d) Memiisahkan rekening zakat, infak/sedekah
dengan rekening operasional
e) Mengkampanyekan nomor rekening di media
komunikasi BAZNAS (spanduk, benner, flyer,
majalah, news letter dan lain-lain)
f) Menempatkan informasi rekening dekat dengan
tempat strategis maupun dekat dengan tempat
pembayar (ATM, Pasar dan tempat pembelanjaan)
g) Mempublikasikan kepada masyarakat pada
moment gajian, THR dan Panen.
2) Gerai ZIS (Zakat, Infak dan Sedekah)
Gerai ZIS adalah konter penerimaan zakat, saat ini
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
memiliki 2 (dua) konter zakat tetap yang sudah aktif.
Pertama, Kantor Layanan Muzaki BAZNAS Kebon
Sirih. Kedua, Kantor BAZNAS Pusat. Dan konter-
konter zakat pada event Ramadhan dan menjelang
Kurban yang lokasinya di Mall, Perkantoran dan
Pasar/Pembelanjan.
Strategi:
a) Membuka layanan konter dilokasi yang strategis
b) Service Excellence (cepat, tepat dan smart)
112

c) Menyediakan layanan non-tunai (EDC dan E-


Money/E-Kios)
d) Layanan konsultasi zakat
 
3) Agency
Agency adalah agen PBOB (Payment Point Online
Bank) atau agen pembayaran online seperti penyedia
pembayaran token listrik, pulsa dan lain-lain.
BAZNAS bekerjasama dengan agen tersebut untuk
membuka menu pembayaran zakat.
Strategi:
a) Kerjasama dengan agen-agen penyedia token
listrik, pulsa dan tiket
b) Memberikan insentif kepada agen sebagai bagian
dari biaya promosi
c) Membuat panduan singkat untuk agen
d) Membuat alat peraga kampanye di agen, seperti
poster, benner dan spanduk
4) Communities
BAZNAS bekerjasama dengan komunitas seperti,
komunias motor gede, komunitas mobil lari dan
komunias sepeda. BAZNAS masuk pada komunitas
tersebut untuk mengajak untuk mengadakan sebuah
kegiatan-kegiatan sosial sepert, santuanan anak yatim
dan dua’fa, sembako gratis yang langsung diberikan
kepada mustakhik. Namun, melalui pendekatan oleh
BAZNAS agar dana yang sudah dihimpun bisa
dikelola dengan produktif tidak hanya konsumtif
113

melalui program-program pendistribusian yang


dimiliki oleh Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).
 
Strategi:
a) Kerjasama komunitas pengajian, hobi atau
sekolah dan lain-lain.
b) Ajak terlibat dalam program pendistribusian
sebagai kegiatan sosial mereka.
5) Kasir Retailer
BAZNAS bekerjasama dengan retailer-retailer
terbesar yang ada di Indonesia dan toko-toko,
sehingga dari retailer ini bisa menerima zakat saat ini
BAZNAS bekerjasama dengan Lotte Mart, orang
berbelanja di Lotte Mart grosir dapat berdonasi di
kasir untuk memudahkan, semudah-mudahnya orang
membayar zakat.
Strategi:
a) Memanfaatkan jaringan toko tetailer, restaurant,
hotel menjadi tempat pembayaran donasi dari
kembalian belanja atau nominal sesuai dengan
keinginan donatur.
b) Mengajak orang yang sudah mendonasikan
dananya terlibat dalam program pendistribusian
sebagai kegiatan sosial perusahaan
meningkatkan brand Value.
114

c) Membuat data based toko retailer yang


memiliki jaringan luas, sistem yang bagus, dan
memiliki kredibilitas layanan yang baik.
 
d) Metode penawaran melalui surat, audiensi dan
kerjasama yang menguntungkan semua pihak
6) Donasi Pelanggan
BAZNAS bekerjasama dengan perusahaan-
perusahaan yang menyediakan produk-produk
konsumsi orang, seperti produk air minum dan obat-
obatan. Dalam hal ini BAZNAS telah bekerjasama
dengan perusahaan air minum Ufia dan perusahaan
kimia farma, yang nantinya orang yang membeli
produk tersebut sudah termasuk berdonasi ke Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat.
Strategi:
a) Program donasi dengan nominal tertentu atas
setiap produk/ jasa yang dibeli pelanggan.
Misalnya dengan membeli produk A selama
periode tertentu otomatis berdonasi untuk
program sosial kemanusiaan.
b) Mengajak terlibat dalam program
pendistribusian sebagai kegiatan sosial
perusahaan meningkatkan brand value
c) Metode penawaran melalui surat, audiensi dan
kerjasama yang menguntungkan semua pihak
7) Muzakki Prima
115

BAZNAS bekerjasama dengan publik figure,


pejabat, tokoh masyarakat, artis dan pengusaha
untuk menunaikan zakatnya melalu BAZNAS.
 
Strategi:
a) Mengajak publik figure, pejabat, tokoh
masyarakat, artis dan pengusaha untuk
menunaikan zakatnya melalu BAZNAS.
b) Membuat ceremonial dan publikasi yang
berkenan.
c) Mengajak terlibat dalam program
pendistribusian sebagai kegiatan sosial.
d) Metode penawaran melalu surat, audiensi dan
kerjasama.
e) Memanfaatkan jaringan BAZNAS
8) Sosial Bisnis
BAZNAS membuat sebuah bisnis benilai sosial
seperti, pakaian dan lai-lain yang nanti keuntunganya
digunakan sebagai dana sosial kemanusiaan pada
program pendistribusian BAZNAS dan bekerjasama
dengan perusahan indutri film yang nantinya setiap
orang membeli tiket film tersebut sudah berdonasi
melalui BAZNAS.
Strategi:
a) Aktivitas bisnis jual beli barang/jasa dan
keuntungan untuk donasi.
b) Penjualan marchandise, tiket amal, konser,
seminar dan lain-lain
116

c) Untuk menekan biaya produksi bekerjasama


dengan mitra pengusaha, EO dan lain-lain.
d) Mengkampanyekan hasil keuntungan untuk
 
donasi kemanusiaan.
9) Natura
Natura adalah imbalan berupa barang. Hal ini
BAZNAS menerima donasi berupa barang, yang
nantinya barang tersebut diberikan kepada yang
berhak (mustahik) atau nanti barang tersebut dikelola
oleh BAZNAS dikonversi menjadi setara uang.
Strategi:
a) Menerima sumbangan dalam bentuk barang
yang dapat dimanfaatkan oleh mustahik atau
dikelola oleh BAZNAS untuk dikonversi
menjadi penerimaan setara uang.
b) Perlengkapan kantor, gedung, pakaian, sepatu
dan lain-lain.

Inti dari program-program tersebut


adalah BAZNAS mengetahui perputaran uang
itu dimana, orang mengeluarkan uang itu
dimana, maka BAZNAS mendekati tempat-
tempat perputaran uang inilah yang disebut pasar
zakat. pasar zakat yaitu di tempat yang ada
uangnya, hampir sama dengan industri
perdangan pada umumnya.
117

b. Program Digital Fundraising13


Digital Fundraisng adalah membuka pembayaran
zakat melalui digital. Digital fundraising ini memiliki
 
3 (tiga) strategi, yaitu:
1) Internal Platform
Internal platform adalah aplikasi yang dibuat
BAZNAS yang nanti orang atau muzakki dapat
membayarkan zakatnya melalui aplikasi tersebut.
Ada 4 (empat) aplikasi yang dimiliki oleh BAZNAS:
a) B-Landing Page
b) Muzaki Corner
c) Kalkulator Zakat
d) Game & Apps
2) Eksternal Platform
Eksternal platform adalah aplikasi yang dibuat oleh
orang lain, yang nantinya muzakki dapat
menyalurklan zakatnya melalui aplikasi-aplikasi
yang bekerjasama dengan BAZNAS, seperti e-
commerce, Banking, Aplikasi dan Star-up Fintech.
Saat ini aplikasi yang bekerjasama dengan BAZNAS,
yaitu:
a) Bukalapak
b) Kita Bisa
c) Tokopedia
d) Kaskus

13
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
118

e) Bli-bli.com
f) Matahari Mall
g) Elevania
 
3) Sosmed (Sosial Media)
Sosial media yaitu BAZNAS mengajak orang-orang
untuk menunaikan zakatnya melalui media sosial
seperti, Instagram, FB Donation, Google Donation
dan Android & ISO Donation.
c. Program Layanan Muzakki atau CRM (Custumer
Relationship Manajemen)14
Setelah muzakki membayarkan zakatnya,
BAZNAS meminta data donatur sedetail mungkin
minimal nama, alamat, nomor telpon dan email. Sehingga
BAZNAS dapat berkomunikasi dengan orang yang telah
membayar zakat. Tujuannya untuk memberikan laporan
dan informasi tentang BAZNAS. Salah satu layanan
muzakki yang dimiliki oleh BAZNAS, yaitu:
1) Muzaki Care
Memberikan informasi mengenai BAZNAS:
a) Layanan Call Center
b) Konfirmasi Donatur
c) Konsultasi Zakat
d) Chat Online
2) Muzaki Process
Memperoses data muzakki dengan:

14
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
119

a) Menginput di SIMBA (Sistem Informasi


BAZNAS)
b) Memberikan BSZ (Bukti Setor Zakat)
 
c) Laporan Donasi
d) Pusat Data
3) Konter ZIS
Pelayanan zakat melalaui konter yang di yang
dimiliki BAZNAS dan jemput zakat.
4) Relationship
Memiliki hubungan baik dengan muzakki, tujuannya
untuk mengajak berdonasi kembali melalui
BAZNAS atau memberikan informasi hal-hal diluar
zakat:
a) Telemarketing
b) Digital Marketing
c) Wisata Zakat, yaitu mengunjungi lokasi-lokasi
program pemberdayaan yang dimiliki oleh
BAZNAS.

C. Evaluasi Fundraising Yang Telah Diterapkan Oleh Badan


Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat Terhadap Tingkat
Kepercayaan Para Muzakki

Pada dasarnya strategi bersifat progresif, dirancang


agar dapat tercapai pada masa yang akan datang. Proses
tahapan akhir dari strategi adalah evaluasi, yaitu melaporkan
hasil dari setiap kegiatan atau kinerja yang sudah dikerjakan.
120

Adapun tujuanya adalah untuk mengetahui program yang


dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
diterima oleh muzakki ataupun sebaliknya.
 
Setiap kegiatan yang dilakukan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Pusat pasti mengalami kendala
khususnya dalam hal fundraising, untuk dapat memecahkan
kendala tersebut harus ada pengevaluasian. Maka dari itu
BAZNAS melaksanakan kegiatan evaluasi pada setiap satu
minggu sekali pada hari senin, biasa diadakan rapat
Direktorat, setelah rapat Direktorat ada rapat Divisi/Biro dan
ada juga rapat masing-masing bagaian penghimpunan.
Tujuannya untuk mengevaluasi kinerja seluruh amil BAZNAS
agar terpantau secara rutin sudah sampai mana kinerjanya dan
pekerjaan apa yang belum terselesaikan.
Pada evaluasi minggguan dibahas tentang kegiatan
fundraising dilapangan, membicarakan formulasi apa yang
tepat setelah melakukan fundraising dan mencari solusi dalam
memecahkan masalah tersebut. Dalam evaluasi bulanan
dibahas mengenai kendala yang dihadapi selama sebulan
praktek di lapangan untuk mencari jalan keluar atau solusi
dalam menyelesaikan masalah. Kemudian evaluasi tahunan
dilaksanakan untuk mengukur target pencapaian
penghimpunan zakat yang telah diiplementasikan apakah
mencapai target atau belum, kendala apa saja yang terjadi pada
saat fundraising untuk dijadikan pembelajaran dan mencari
121

formulasi yang tepat untuk fundraising pada tahun yang akan


datang.15
Saat ini pengetahuan masyarakat tentang zakat setiap
 
tahun meningkat, salah satunya pada Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) penghimpunan tahun 2010 sampai 2017
itu meningkat dan pada 2015 sampai dengan 2017
kenaikannya sangat signifikan yakni 40%. Di sini kita bisa
lihat bahwa peningkatan jumlah muzakki 40% ini
menandakan bahwa terjadinya meningkatnya kepercayaan
muzakki kepada pada BAZNAS, sehingga muzakki percaya
menyalurkan zakat, infaq dan sedekahnya dibandingkan
dengan lembaga-lembaga lain.
Gambar 5.2
Grafik Pengumpulan BAZNAS Pusat Tahun 2010 – 2017

Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat

Begitu pula dengan BAZNAS memiliki semangat ini


berdasarkan trend pengumpulan BAZNAS Pusat data 2010-

15
Hasil wawancara dengan Bapak Mohan Kepala Bagian Layanan
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional BAZNAS RI, pada tanggal 15
Agustus 2018
122

2015 rata-rata naiknya 20%. Pada tahun 2015, BAZNAS


membuat sebuah lompatan besar. BAZNAS tidak ingin
perolehan kenaikan hanya 20%, BAZNAS menginginkan ada
 
pertumbuhan yang lebih dari itu atau percepatan. Adapun
BAZNAS mentargetkan rata-rata diatas 30% dan ini terbukti
pada tahun 2015 – 2017 kenaikan pengimpuanan BAZNAS
pusat rata-rata kenaikan 40%, sebagaimana misi BAZNAS
menginginkan menjadi OPZ (Organisasi Pengelolaan Zakat)
terbesar di dunia sampai dengan tahun 2020 karena BAZNAS
tidak ingin hanya menetap kenaikannya hanya 20%, BAZNAS
memiliki target untuk terus naik penghimpunanya dari rata-
rata.16

1. Rekapitulasi Hasil Fundraising BAZNAS


Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
selalu berupaya dalam meningkatkan perolehan zakat
dalam setiap tahunnya dengan sistem yang diterapkan
BAZNAS Pusat yang digunakan untuk program
produktif. Diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan dan membantu perekonomian
masyarakat. Transparansi dalam penerimaan zakat
sangatlah penting untuk mengetahui jumlah muzakki
yang menyalurkan zakatnya, jumlah dari hasil
fundraising dilakukan bulanan oleh BAZNAS Pusat, hasil

16
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018
123

fundraising zakat sejak tahun 2016 sampai dengan 2017


dapat dilihat pada tabel dibawah ini.17
Tabel 5.1
 
Hasil Fundraising BAZNAS Pusat pada Tahun 2016
– 2017
Bulan Tahun 2018 Tahun 2017
Januari 6,048,376,613.61 8,888,641,240.15
Februari 6,177,537,441.42 6,181,204,528.04
Maret 6,698,842,016.63 13,131,089,222.89
April 6,918,213,733.71 7,647,431,802.63
Mei 7,545,881,554.82 12,788,829,679.00
Juni 22,079,027,265.86 38,093,912,317.02

Juli 17,860,844,299.27 13,559,993,480.11


Agustus 8,363,526,417.51 10,914,269,233.60
September 6,529,939,023.37 9,161,461,916.79
Oktober 6,389,510,034.35 11,595,547,487.19
November 6,138,069,683.91 14,875,232,774.74
Desember 9,881,999,511.57 11,900,450,030.29
Jumlah 110,631,767,596.03 158,738,063,712.45
Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat

Berdasarkan tabel diatas menujukan peningkatan


fundraising BAZNAS Pusat pada tahun 2016 sampai

17
Hasil wawancara dengan Bapak Mohan Kepala Bagian Layanan
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional BAZNAS RI, pada tanggal 15
Agustus 2018
124

2017 meningkat. Pada tahun 2016 perolehan zakatnya


sebesar 100,631,767,596,03 dan mengalami kenaikan
pada tahun 2017 sebesar 158,738,063,712.45. pada bulan
 
Juni dan juli di tahun 2016 terjadi kenaikan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya,
karena pada kedua bulan tersebut adalah bulan ramadhan
dan idul fitri yang merupakan moment orang-orang untuk
membayarkan zakatnya melalui BAZNAS. Begitu juga
dengan bulan Mei dan Juni di tahun 2017 meningkat
perolehannya dibandingkan dengan bulan-bulan
sebelumnya dikarenakan bulan tersebut adalah bulan
ramadhan dan idul fitri.18

Gambar 5.2

Grafik Pekembangan Perolehan Zakat BAZNAS


Pusat

Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat

18
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala Biro
Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018
125

2. Indikator Pelayanan dalam Meningkatkan


Kepercayaan Muzakki

Indikator pelayanan Badan Amil Zakat Nasional


 
(BAZNAS) Pusat dalam pembayaran zakat pada
fundraising kementerian dan lembaga pemerintah kurang
optimal, dibandingkan dengan penghimpunan dana
perorangan. Dikarenakan sebagian muzakki sudah
membayarkan zakatnya melalui zakat via auto debit
maupun transfer dengan kemudahan pembayaran zakat
melaui program-program fundraising yang dimiliki
BAZNAS seperti e-commers, berbagai macam rekening
bank, melaui M-Banking, internet banking dan mesin
ATM atau muzakki perorangan bisa langsung datang ke
kantor layanan zakat BAZNAS dan jemput zakat. Kurang
optimalnya jemput zakat dan konter zakat pada
penghimpunan di kementerian dan lembaga pemerintah
dikarenakan para lembaga tersebut sudah menjadi UPZ
(unit pengumpulan zakat) BAZNAS yang artinya mereka
sudah otomatis terpotong zakatnya melalui via payrol
sistem. Namun demikian, jemput zakat dan konter zakat
sangat membantu bagi pegawai ataupun karyawan yang
ingin menyumbangkan Dana Sosial Keagamaan lainnya
(DSKL) seperti fidyah, bantuan kemanusiaan, kurban dan
dana selain zakat, infak dan sedekah.19

19
Hasil wawancara dengan Bapak Mohan Kepala Bagian Layanan
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional BAZNAS RI, pada tanggal 15
Agustus 2018
126

Meskipun demikian, BAZNAS memiliki


kelebihan dalam memberikan servis terbaik kepada
muzakki agar kepercaayan muzakki selalu meningkat.
 
Tujuannya agar muzakki selalu membayarkan zakatnya
melalui BAZNAS, kalaupun tidak muzakki tersebut dapat
menceritakan kebaikan-kebaikan BAZNAS kepada orang
lain. Berikut layanan BAZNAS yang diberikan kepada
muzakki20:
a. Setiap transaksi yang dilakukan oleh muzakki yang
terkonfirmasi melalui SIMBA (Sistem Informasi
BAZNAS) yang diurus langsung oleh petugas
pelayanan BAZNAS, akan mendapatkan Laporan
Donasi (lapdon) yang nantinya dikirim oleh
BAZNAS. Jika pembayarannya melalui tranfer akan
dikiramkan Laporan Donasinya melalui kurir dan
Kalau transaksinya langsung melalui Kantor
Layanan BAZNAS akan dicetakan langsung oleh
petugasnya.
b. Setiap muzakki yang telah membayarkan zakatnya
akan mendapatkan notifikasi telah melakukan
pembayaran zakatnya langsung melalui email dan
sms atau whastapp.
c. Ketika muzakki membayarkan zakatnya, akan
mendapatkan kartu Nomor Pokok Wajib Zakat

20
Hasil wawancara dengan Bapak Mohan Kepala Bagian Layanan
UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional BAZNAS RI, pada tanggal 15
Agustus 2018
127

(NPWZ) yang nomornya dapat langsung diakses


melalui aplikasi muzaki corner.
d. Muzakki akan menerima Bukti Setor Zakat (BSZ),
 
yang dapat digunakan sebagai pengurang kena wajib
pajak pada SPT pajak (PP No. 60/2010)
e. Mendapatkan majalah BAZNAS dan zakat setiap 2
bulan.
f. Setiap bulan akan mendapatkan News Letter.
g. Konsultasi zakat dan diluar zakat.
3. Persentase Kepercayaan Muzakki terhadap BAZNAS
Pusat
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat, ada beragam alasan
kepercayaan sehingga muzakki menyetorkan zakatnya
melalui BAZNAS, Berikut persentasi alasan muzakki
membayarkan zakatnya melalui BAZNAS21:
Gambar 5.3
Bagan Alasan Muzakki Berdonasi ke BAZNAS

Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat

21
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala
Biro Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei 2018.
128

a. Trust to BAZNAS Leaders, kepercayaan muzakki


terhadap pimpinan BAZNAS 2,18%,
b. Intruction, Kepercayaan Muzakki terhadap
 
intruksi/perintah Presiden 7,64%, (Inpres Presiden RI
No. 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi Pengumpulan
Zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional)
c. Local Regulation, Kepercayaan Muzakki terhadap
peraturan perundang-undangan 17,82%,
d. Invited, Kepercayaan Mazakki terhadap diundang oleh
BAZNAS 8,00%
e. Trust to BAZNAS Management, Kepercayaan Muzakki
terhadap manajemen BAZNAS 64,36%
4. Realisasi Pencapaian Fundraising dan Tingkat
Kepercayaan Muzakki

Berdasarkan data yang diambil dari Bagian Databest


Muzaki, Biro Layanan Muzaki melalui Biro Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) BAZNAS
Pusat. Aktifitas pengimpunan yang dicapai oleh Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat selalu meningkat tiap
tahunnya. Total pengimpunan fundraising zakat dari tahun
2015 sampai dengan tahun 2017 mengalami peningkatan
sangat signifikan yang dapat dilihat dari perolehan
Pengumpulan dan perbandingan berdasarkan jenis dana pada
Tabel 5.4
129

Tabel 5.4

Pengumpulan Dan Perbandingan Berdasarkan Jenis Dana


Jenis Dana Realisasi 2015 Realisasi 2016 Realisasi 2017
 

Zakat 82,177,152,375 97,426,463,462 137,537,774,909


Infak/sedekah 11,757,117,578 13,646,535,969 16,004,328,496
DSKL - 376,400,000 -
Zakat Fitrah 41,802,075 2,545,000 285,684,566
Jumlah 94,068,893,820 111,690,914,428 153,542,103,405

Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat

Dari jumlah perolehan fundraising BAZNAS di


atas menujukan pencapaian dan kenaikan jumlah dana
yang terkumpul dari tahun 2015, 2016 dan 2017
meningkat. Namun, pada tahun 2016 dana zakat fitrah
mengalami penurunan yang sangat drastis. Menurut Kepala
Bagian Layanan UPZ BAZNAS, Bapak Mohan
menyebutkan alasannya karena dalam hal ini
penghimpunan yang dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) pada tahun 2016 lebih fokus terhadap
penghimpunan Zakat Infak dan Sedekah saja, sehingga
untuk penghimpunan zakat fitrah tidak terlalu signifikan.22

22
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Mohan Kepala Bagian
Layanan UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional BAZNAS RI, pada tanggal
15 Agustus 2018
130

Evaluasi strategi yang diterapkan Badan Amil


Zakat Nasional (BAZNAS) dalam penghimpunan zakat
dapat di ukur dengan rumusan efektifitas sebagi berikut:
 
Efektifitas = Realisasi
Target
Strategi fundraising yang efektif dari dua strategi
yang diterapkan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
yaitu UPZ dan Ritel dapat dibuktikan dari meningkatnya
jumlah muzakki di tahun 2016 dan 2017 dapat dilihat pada
Tabel 5.5 dan Tabel 5.6.

Tabel 5.5
Muzaki BAZNAS Tahun 2016

Sumber: Biro Layanan Muzakki BAZNAS Pusat


131

Tabel 5.6
Muzaki BAZNAS Tahun 2017
 

Sumber: Biro Layanan Muzakki BAZNAS Pusat

Dari kedua tabel di atas menunjukan dari


muzakki BAZNAS Pusat yang sebelumnya 44,655
muzakki, pada tahun 2016 bertambah sebanyak 12,076
muzakki yang jumlahnya tergolong dari muzakki UPZ
3,949 muzakki dan muzakki Ritel 8,127 muzakki. Jika
ditotal data seluruh muzakki BAZNAS Pusat sampai
dengan tahun 2016 sebanyak 56,731 muzakki.
Terjadi peningkatan lagi pada tahun 2017
bertambah sebanyak 17,214 muzakki, yang tergolong
dari muzakki UPZ 6,961 dan muzakki Ritel 10,253
muzakki. Jika ditotal dengan seluruh muzakki
132

BAZNAS Pusat sampai dengan 2017 sebanyak 73,945


muzakki yang terdiri dari 30,136 muzakki UPZ dan
43,808 muzakki Ritel.
 
Secara umum, strategi fundraising UPZ dan
Ritel dalam upaya meningkatkan kepercayaan
muzakki sangatlah efektif diterapkan Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat yang terbukti selalu
berupaya dalam meningkatkan jumlah dan
kepercayaan muzakki setiap tahunnya. dibuktikan
dengan semakin bertambahnya jumlah muzakki pada
tahun 2013 – 2017, pada tabel Tabel 5.7
Tabel.5.7
Grafik Pertumbuhan Jumlah Muzakki

Jumlah Muzakki BAZNAS Pusat 2013


- 2017
80000
70000
60000
50000
40000 74944
30000 56731
20000 45314
33514
10000 22387
0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Dokumentasi BAZNAS Pusat


BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
 
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai strategi fundraising dalam upaya meningkatkan
kepercayaan muzakki yang diterapkan oleh Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Formulasi Strategi
SWOT dipergunakan untuk memberikan alternatif-
alternatif strategi secara umum untuk BAZNAS dalam
menjalankan fundraising. Perumusan matriks SWOT
dihasilkan dari faktor-faktor strategi internal dan
faktor-faktor strategi eksternal yang memperlihatkan
posisi dan kondisi organisasi. Output yang dihasilkan
berupa alternatif strategi sebagai berikut:
a. Strategi S-O (Strenghs – Opportunities)
1) Pemanfaatan Tokoh BAZNAS untuk
memperluas Jaringan di lingkungan
kementerian & lembaga.
2) Penguatan aliansi untuk memberikan
kemudahan transaksi pembayaran zakat bagi
pegawai di kementerian dan lembaga.
b. Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities)
1) Penguatan kapasitas SDM.
2) Memperbaiki sistem IT di daerah untuk
meningkatkan pelayanan di daerah.

133
134

3) Melakukan pendekatan dengan kabinet terkait


APBN.
c. Strategi S-T (Strengths – Therats)
 
1) aliansi untuk mengkreasikan program zakat
campaign di lingkungan kementerian dan
lembaga
2) Pemanfaatan tokoh BAZNAS untuk
menembus birokrasi di kementerian dan
lembaga
3) Meningkatkan kampanye sebagai lembaga
yang transparan dan bersih
d. Strategi W-T (Weaknesses – Thereats)
1) Melakukan strategi pemungutan dana zakat
melalui payroll dimana dana zakat dipotong
pada saat penggajian tiap bulannya.
2. Implementasi Strategi
BAZNAS dalam menerapkan strategi penghimpunan
dana zakat BAZNAS ada 2 (dua) yang pertama, UPZ
(Unit Pengumpulan Zakat) kalau UPZ itu untuk
kementerian, ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS,
karyawan BUMN dan karyawan swasta dan yang
kedua, ritel adalah untuk masyarakat umum.
3. Evaluasi Muzakki
Evaluasi strategi yang diterapkan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dalam penghimpunan zakat
dapat di ukur dengan rumusan efektifitas sebagi
berikut:
135

Efektifitas = Realisasi
Target
Strategi fundraising yang efektif dari dua
 
strategi yang diterapkan Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yaitu UPZ dan Ritel dapat
dibuktikan dari meningkatnya jumlah muzakki
dari tahun 2013 berjumlah 22,387 sampai
dengan 2017 berjumlah 74,944 muzakki
BAZNAS.

B. Saran
Walaupun hasil pengumpulan dan kepercayaan
muzakki mengalami peningkatan. Namun, fundraising
yang dilakukan oleh BAZNAS Pusat harus bisa ditingkat
lagi, agar strategi BAZNAS Pusat mampu mencapai target
secara lebih optimal.
Dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
sebagai lembaga Pemerintah Non-strukturan yang
berwenang mengumpulkan zakat secara nasional harus
terus memberikan pelayanan yang terbaik atau service
excelent bagi muzakki agar selalu transparan, amanah, dan
akuntebel dan selalu berinovasi dalam membuat program
pemberdayaan yang lebih bermanfaat bagi mustahik, agar
muzakki lebih berminat menyalurkan zakatnya melalui
BAZNAS dan terus bertambah.
Berdasarkan hasil penelitian ddan pembahasan di
atas maka penulis memberikan saran dalam upaya jumlah
136

penerimaan dana dan kepercayaan muzakki pada BAZNAS


Pusat:
1. Menambahkan jumlah pegawai BAZNAS agar kinerja
 
lebih maksimal dan tidak ada berperan ganda.
2. Menggalakkan lagi dalam hal sosialisasi tentang
BAZNAS dan zakat agar masyarakat lebih mengenal
BAZNAS dan paham bahwa zakat adalah kewajiban
yang harus ditunaikan.
3. Meningkatkan kualitas program pemberdayaan agar
pendistribusian dan pendayagunaan zakat agar lebih
tepat sasaran dan mustahik lebih terasa manfaatnya.
4. Terus tingkatkan pelayanan bagi muzakki
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Hamid. dkk, Membangun Kemandirian Perempuan


 
Potensi dan Pola Derma Untuk Pemberdayaan
Perempuan, Serta Strategi Penggalangannya, (Depok:
Piramedia, 2009).
Al-Zuhayly, Wahbah. Zakat Kajian Berbagai Mazhab,
Penerjemah Agus Effendi dan Bahruddin Fananany
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995).
Aminah, Mia Siti. Muslimah Career Mencapai Karir Tertinggi
dihadapan Allah, Keluarga, dan Pekerjaan (Yogyakarta :
Pustaka Grhatama: 2010).
Amir, M. Taufiq. Dinamika Pemasaran, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005).
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet Ke-9.
Bariadi, Lili, Muhammad Zen, M. Hudri, Zakat dan Wirausaha,
(Jakarta: CED (Centre for Entrepreneurship
Development),2005) Cet. 1.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. (Jakarta: Kencana, 2011).

David, Fred R. Strategic Management, Penerjemah Ichsan Setyo


Budi, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006), buku I
Edisi 10
Doa, M. D Jamal, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk
Mengurangi Kemiskinan, (Jakarta: KORPUS, 2004).
Efendi, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi teori dan Praktek
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999).
Elsi, Kartika Sari. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. (Jakarta:
Grasindo,
  2006)

Habies, Musa Dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik


Dalam Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta:
PT. Gramedia, 2008).
Hafidhuddin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak,
Sedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998).
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan
Proposal dan Laporan Penelitian. (Malang: UMM Press.
2004).

Huda, Nurul dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro (Jakarta:


Prenadamedia Group, 2015).
Isnaini Lutfiana, Nurul. Evaluasi Penghimpunan dan Penyaluaran
Dana Zakat, ( Malang, 2009).
Kardiman, A. M. Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Pron
Hallindo t, t).
Kasiram. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, 2008.

Maman, Abdul Jalil dan Rafiudin. Prinsip- prinsip Strategi


Dakwah (Bandung : Pustaka Setia, 1997).
Meleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008)

Mintarti, Nana. Badan Amil Zakat Nasional, (Jakarta: Pusat Kajian


Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), 2016)
Muflih, Muhammad, Akutansi Zakat Kontemporer. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006).
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf,
(Jakarta: UI Press 2012).
Munhanif, Herry. Tuntunan Praktis Zakat dan Permasalahannya,
 
(Cibubur: PT. Variapop, 2012).
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Profit
Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi dibidang
Pendidikan (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press,
2000), Cet. Ke-1.
Nazir, M. Metode Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003).

Norton, Michael. Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga


Swadaya Masyarakat dan Organisasi Sukarela di negara-
negara selatan diterjemahkan oleh Masri Maris, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2002).
Purwanto, April. Manajemen Fundraising Bagi Organisasi
Pengelola Zakat, (Jakarta: TERAS, 2009),
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008).
Qardawi, M. Yusuf. Hukum Zakat, diterjemahkan oleh Salman
Harun, Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, (Jakarta:
Litera AntarNusa, 1987).
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). (Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo : 2011)
Rusli, Achyar. Zakat = Pajak Kajian Hermeneutik Terhadap Ayat-
ayat Zakat dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Renada, 2005).
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah, Perilaku Konsumen,
Pendekatan Peraktis disertai: Himpunan Jurnal
Penelitian, (Yogyakarta: ANDI OFFSET (Penerbit ANDI),
2013).
Santoso, Teguh. Marketing Strategic, (Jakarta: Oriza, 2011).
Siagian,  Sondang. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan
Strategi Organisasi (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986),
Cet. Ke-2.
Steiner, George A. dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi
Manajemen (Jakarta: Erlangga, 1997).
Sudibyo, Bambang dkk. Kumpulan Khutbah Zakat, (Jakarta:
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI, 2017)

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabet,


2005).

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). (Bandung: Alfabeta, 2011).

Syafi’i, Hadzami. Tauhidihul Adillah, (Jakarta: Penerbit PT Alex


Media Kompetindo, 2010).
Tajang, Mohd. Nasir dkk, Rencana Strategis 2016-2020 Badan
Amil Zakat Nasional, (Jakarta: Badan Amil Zakat
Nasional, 2016)
Tim Institut Manajemen Zakat, Profil 7 LAZ Propinsi &
Kabupaten Potensial di Indonesia, (Ciputat: IMZ, 2006).

Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen


Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan
Zakat, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Departemen Agama RI, 2009),
Tim Penyusun Direktorat Pemberdayaan Zakat, Petunjuk Teknis
Evaluasi dan Pelaporan LPZ, (Jakarta: Direktorat
Pemberdayaan Zakat, Dirjen Bimas Islam, Kemenag RI,
2012)
Tim Unit Pengumpulan Zakat BAZNAS, Tata Kelola UPZ di
 
Kementerian dan Lembaga, Sosialisasi Peraturan
BAZNAS No. 2 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan
Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat, (Jakarta: BAZNAS,
2017).
Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet Ke-11

Wahjono, Sentot Imam. Manajemen Tata Kelola Organisasi


Bisnis (Surabaya: Indeks, 2008 ), cet. 1.
Wahyudi, Agustinus Sri. Manajemen Strategik: Pengantar Proses
Berpikir Strategik (Medio: Binarupa Aksara, 1996), hlm.
16
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2006).
Young, Joyce, dkk, Menggalang Dana untuk Organisasi Nirlaba
diterjemahkan oleh Siti Mashitoh, (Jakarta: PT. Ina
Publikatama, 2007).
Yusuf, Mohammad Asror. Kaya Karena Allah, (Tangerang:
Penerbit PT Kawan Pustaka, 2004).
Zen, Muhamad. Laporan Hasil Praktikum “Badan Amil Zakat
Nasional RI”, (Jakarta: MZISWAF Manajemen Dakwah,
2018)
Internet

Daulay, Saleh. Rimanews.com, Jakarta, 2015. Diakses pada


tanggal 14 Januari 2018 pukul 17:05 WIB
http://pusat.baznas.go.id/program-tanggap-bencana/ diakses pada
tanggal 8 April 2018, pukul 18:54 WIB.
http://pusat.baznas.go.id/program-tanggap-bencana/ diakses pada
 
tanggal 8 April 2018, pukul 18:54 WIB.
http://pusat.baznas.go.id/rumah-cerdas-anak-bangsa/ diakses pada
tanggal 8 April 2018, pukul 17.52 WIB.
http://pusat.baznas.go.id/rumah-sehat-baznas/ diakses pada
tanggal 8 April 2018, Pukul 17:45 WIB.

https://bisnis.tempo.co/read/880413/baznas-sebut-potensi-zakat-
nasional-rp-271-triliun diakses pada tanggal 14 Januari 2018
pukul 19:48 WIB

https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321 diakses
pada 06 Juli 2018, pukul 16.15 WIB.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/06/wow-
indonesia-negara-paling-dermawan-nomor-dua-di-dunia
diakses pada tanggal 06 Juli 2016, pukul 17.17 WIB
Muhsin Kalida, “Fundraising dalam Studi Pengembangan
Lembaga Kemasyarakatan”, Jurnal Aplikasi (Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama), vol V, NO. 2, (Desember,
2004), diunduh dari
http://digilib.uinsuka.ac.id/8370/1/MUHSIN%20KEMAS
YARAKATAN.pdf pada tanggal 5 April 2018, Pukul
10:32 WIB.
UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dari
http://pusat.baznas.go.id/wpcontent/perpu/UndangUndang
%20No%2023%20Tahun%202011%20tentang%20Pengelo
laan%20Zakat.pdf diakses pada tanggal 14 Januari 2018.
Pukul 20:09 WIB
Wawancara
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Fitriansyah AS (Kepala
Biro Ritel Nasional BAZNAS RI), pada tanggal 11 Mei
 
2018. Pukul 14.50
Hasil wawancara pribadi dengan Bapak Mohan Kepala Bagian
Layanan UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) Nasional
BAZNAS RI, pada tanggal 15 Agustus 2018. Pukul 15.08
Hasil Transkip Wawancara

Narasumber : Fitriansyah AS

Jabatan
  : Kepala Biro Ritel Nasional BAZNAS RI

Tempat : Kantor BAZNAS Pusat Wisma Sirca

Hari/Tanggal : Jumat, 12 Mei 2018.

Waktu : 14.50 – Selesai

T (Tanya)

J (Jawab)

T: Siapa yang menjadi sasaran fundraising zakat?

J: Sasaran muzakki UPZ: Seluruh pegawai dan pejabat di


Kementerian, Lembaga Negara, Lembaga Non-Kementerian,
BUMN (Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Swasta Nasional
atau Asing, Perwakilan Republik Indonesia di Luar NegerI,
Kantor-kantor Perwakilan Negara Asing/Lembaga Asing dan
Masjid Negara. Sasaran Ritel: Seluruh masyarakat luas dari
berbagai profesi. Layanan muzakki: Seluruh Masyarakat Luas.
CSR: seluruh mitra perusahaan yang memiliki dana CSR

T: Bagaimana iplementasi strategi yang diterapkan BAZNAS


dalam fundraising zakat?

J: Strategi fundraising Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)


yaitu berkaca dari perangnya Jenderal Sudirman yang biasa disebut
dengan strategi gerilya yaitu salah satu perang terbesar yang
dilakukan Jenderal Sudirman untuk perang melawan belanda pada
saat itu dengan kekuatan yang sangat besar. Hal itu merupakan
strategi Supit Urang atau Supit Udang dalam bahasa jawa yang
artinya Jenderal Sudirman membuat dua kekuatan besar kanan dan
 
kiri untuk menyerang musuh. Sama halnya dengan Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS), BAZNAS dalam penghimpunan dana
zakat terbagi menjadi 2 (dua) besar yaitu melalui Unit
Pengumpulan Zakat (UPZ) dan ritel.

T: Metode apa yang dilakukan BAZNAS dalam menghimpun


dana zakat?

J: Metode yang dilakukan BAZNAS dalam menghimpun dana


zakat yaitu menggunakan metode direct and indirect.

T: Salah satu keberhasilan penghimpuanan zakat adalah


dengan membangun kerjasama dengan pihak lain dalam hal
ini adalah muzakki (perorangan atau badan usaha),
bagaimana bentuk kerjasama yang dilakukan BAZNAS
dalam menjalin hubungan dan kepercayaan kepada muzakki
tersebut?

J: Dengan cara mensosialisasikan dan menawarkan kerjasama


kepada mitra korporasi pelaksanaan CSR dengan pendekatan
program-program pemberdayaan yang dimiliki BAZNAS untuk
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan sehingga
lebih terukur dan lebih efektif untuk masyarakat

T: Untuk meningkatkan kepercayaan muzakki dalam hal


membayar zakat, bagaimana bentuk strategi yang diterapkan
BAZNAS?
J: BAZNAS memberikan pelaporan dan bukti setor zakat kepada
muzakki untuk membuktikan transparansi dana zakat. muzakki
yang sudah membayarkan zakatnya melalui BAZNAS, BAZNAS
 
berkewajiban untuk memberikan servis atau pelayanan dengan
sebaik-baiknya diatas ekspektasi yang muzakki harapkan, seperti
orang datang ke kantor BAZNAS bukan hanya dikasih kwitansi,
BSZ (Bukti Setor Zakat) dan doa akan tetapi bisa diberikan minum,
menyiapkan diri untuk menjadi curhatan hati muzakki. Tujuannya
agar muzakki bisa menyumbangkan zakatnya ke baznas lagi. Jika
muzakkinya tidak menyumbang lagi paling tidak muzakki itu
menceritakan tentang kebaikan layanan BAZNAS.

T: Adakah data yang membuktikan tingkat kepercayaan


muzakki?

J: Ada, berdasarkan data yang dimiliki oleh baznas ada beragam


alasan kepercayaan sehingga muzakki menyetorkan zakatnya
melalu baznas.

1. Kepercayaan Muzakki terhadap pimpinan BAZNAS sebesar


2,18%
2. Kepercayaan Muzakki terhadap intruksi/perintah atah arahan
BAZNAS 7,64%
3. Kepercayaan Muzakki terhadap peraturan perundang-
undangan 17,82%
4. Kepercayaan Mazakki terhadap diundang oleh BAZNAS
8,00%
5. Kepercayaan Muzakki terhadap manajemen BAZNAS
64,36%
Jakarta, 10 September 2018

 
Fitriansyah AS
Kepala Biro Ritel Nasional
Hasil Transkip Wawancara

Narasumber : Mohan, SE, MEi

Jabatan
  : Kepala Bagian Layanan UPZ BAZNAS RI

Tempat : Kantor BAZNAS Pusat Wisma Sirca

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Agustus 2018

Waktu : 15.08 – Selesai

T (Tanya)

J (Jawab)

T: Bagaimana keadaan pengetahuan masyarakat tentang


zakat?

J : Untuk Saat ini pengetahuan masyarakat tentang zakat setiap


tahun meningkat, salah satunya pada Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) penghimpunan tahun 2010 sampai 2017 itu meningkat
dan pada 2015 sampai dengan 2017 kenaikannya sangat signifikan
yakni 40%. Di sini kita bisa lihat bahwa peningkatan jumlah
muzakki 40% ini menandakan bahwa terjadinya kepercayaan
muzakki kepada pada BAZNAS, sehingga muzakki percaya
menyalurkan zakat, infaq dan sedekahnya dibandingkan dengan
lembaga-lembaga lain.

T: Apakah di baznas ada divisi penghimpunan? Kalau ada apa


tugas divisi penghimpuanan?
J: Ada, untuk saat ini pada tahun 2018 yang baru dibentuk kemarin
belum satu bulan ada 4 Divisi penghimpunan yang sebelumnya
hanya 3 Divisi dibawah Direktorat Amil Zakat Nasional. Yaitu:
 
1. Divisi UPZ (Unit Pengumpulan Zakat)
2. Divisi Ritel
3. Divisi Layanan Muzakki
4. Divisi Corporate (Divisi Baru)

Tugas dari Divisi Penghimpunan adalah Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) menghimpun dana zakat dari muzakki
(pembayar zakat), yaitu ketika muzakki membayar zakat ke Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS), BAZNAS membuatkan
laporannya dan dari laporan tersebut dana zakat di salurkannya di
seluruh indonesia dan internasional tapi lebih besar diserap di
nasional.

T: Apa saja tugas masing masing divisi penghimpunan


BAZNAS?

J: Tugas-tugas penghimpunan BAZNAS:

1. Divisi UPZ: Dimana tugasnya adalah menghimpun dana


zakat dari BUMN, BUMS, Kementerian/Lembaga Negara,
Lembaga Swasta Nasional dan Masjid Negara.
2. Divisi Ritel: Ritel ini menghimpuanan dana zakat dari
icommers, kerja sama dengan lembaga-lembaga lain atau
lembaga icommer lain seperti tokopedia, bukalapak,
kerjasama ovo dan lain sebagainya, bentuk kerjasamanya
seperti apa bisa kerjasama dalam bentuk program
kemanusiaan, program kurban, program ramadhan dll.
Banyak melalui tickes, go pay, gojek dan sebagainya, atau
icommers bekerja sama melalui mbanking, atau kerja sama
 
melalui internet banking
3. Divisi Layanan Muzakki: setiap muzakki yang
membayarkan zakatnya ke baznas nanti dicatat dan
muzakki tersebut mendapatkan NPWZ yakni Nomor
Pokok Wajib Zakat dimana para muzakki bisa mengakses
zakat mereka ataupun bisa melihat besaran dana zakat yang
disetorkan ke baznas misal muzakki A setiap bulan
berzakat 50.000 dari bulan ke 1 dan ke 3 tercatat caranya
dengan masuk ke aplikasi muzakki corner dan masukan ID
nomor NPWZnya dari npwz sendiri ini bisa di cetakkan
bukti setor zakat. bukti setor zakat ini yakni bukti zakat kita
selama 1 tahun atau setiap tahun akan tercatat mulai
pertama kali kita membayar zakat sampai sekarang.
4. Divisi Corporate: menghimpun dana zakat dari
perusahaan-perusahaan besar yang ada di Indonesia (ini
divisi baru terbentuk kemarin dan belum satu bulan)

T: Bagaimana upaya-upaya sosialisasi zakat yang dilakukan


BAZNAS kepada Muzakki (Perorangan atau badan usaha)?

J: Upaya upaya sosialisasi zakat ini sangat penting untuk salah


satunya untuk mendakwahkan zakat ini agar terserap ke seluruh
umat muslim di indonesia. Dengan cara apa? Yang pertama, kita
menyurati kalau untuk perusahaan atau badan usaha, setelah
mendapatkan surat jawaban, kemudian sosialisasi, setelah
sosialisasi kita audiensi, setelah audiensi dan audiensi itu
tahapannya kita langsung kerjasama dan di bentuk UPZ. Yang
kedua, kalo untuk perorangan itu bisa langsung melalui email, wa,
 
dan sms atau mengajak langsung melalui volunteer-volunteer kami
yang tersebar di seluruh Indonesia.

T: Apa saja program-program fundraising BAZNAS?

J: Program-program fundraising baznas itu setiap divisi


penghimpunan itu punya programnya masing-masing

1. UPZ: Programnya adalah mensosialisasikan zakat di


Kementerian/Lembaga Negara, BUMN, BUMS dan
Masjid Negara sampai terbentuknya Unit Pengumpulan
Zakat di lembaga tersebut.
2. Ritel: yakni mengumpulkan zakat melalui Icommers,
rekening bank, Mbanking dan sebagainya.
3. Layanan: programnya memberikan pelayanan terbaik atau
pelayanan prima.
4. Caorporate: memberikan pelayanan pada muzakki di
corporate yang dimana laporannya itu kita transparan.

T: Dari masing-masing program yang disebutkan, manakah


yang menjadi program unggulan khususnya program dalam
hal meningkatkan kepercayaan muzakki?

J: Sebenarnya program-program yang disebutkan tadi semuanya


penting dan itu menjadi program unggulan semuanya. Kenapa kita
membuat program tersebut? Ya karena yang dari 4 program itu
adalah unggulan. Dan yang paling bagus disini adalah program
untuk memberikan pelayanan jadi, yang ditekankan yang lebih
baiknya itu kalo dilihat semunya baik tapi untuk pelayanan harus
lebih baik, kenapa pelayanan harus lebih baik? Karena setelah dana
 
zakat disalurkan muzakki pada zaman milenial kan kepo jadi
pengen melihat dana zakatnya disalurkan kemana? Zakat saya
kemana? Nantinya muzakki sendiri bisa lihat laporan zakat yang
diberikan oleh baznas.

T: Sistem pelayanan seperti apa dalam menghimpun dana


zakat?

J: Seperti jelaskan tadi kita memberikan pelayanan prima, dari


mulai muzakki memberbayarkan zakatnya kita cetakan NPWZ
(Nomor Pokok Wajib Zakat), terus kita cetakan bukti setor
zakatnya, muzakki juga mendapatkan akun muzakki corner untuk
melihat rician zakat yg disetorkan, dan juga kami akan
memberikan laporan tiap tahun kepada muzakki, laporan itu bisa
pertriwulan, persemester dan juga tahunan bisa berbentu hardcopy
atau softcopy biasanya berbentuk softcopy.

T: Apakah ada evaluasi dari setiap fundraising? Bentuk


evaluasi seperti apa yang diterapkan BAZNAS?

J: Ada, evaluasi kita lakukan setiap satu minggu sekali, dimana


setiap kegiatan-kegiatan kita setiap satu minggu setiap hari senin
kita adakan rapat Direktorat, setelah rapat direktorat ada juga rapat
divisi dan ada juga rapat masing-masing bagian. Tujuannya untuk
mengevaluasi kinerja kita, sudah sampai mana kinerja kita, dan
pekerjaan apa yang belum terselesaikan.
T: Kemudian Bagaimana evaluasi fundraising yang telah
diterapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat
terhadap tingkat kepercayaan para muzakki?
 
J: Untuk pengevaluasian tersebut dalam tingkat kepercayaan
muzakki yakni kita memberikan masukan kalo misalkan ada cash
ya kita adakan audiensi kepada pihak pihak perusahaan tersebut,
kalo ada kerjasama program kita kawal programnya sampai
selesai, kalau ada kegiatan kebencanaan kita bantu turun langsung
ke lokasi tersebut, yang saya sebutkan tadi pelaksanaan
evaluasinya setiap minggu sekali dan untuk evaluasi besarnya kita
ada evaluasi pertriwulan, persemester dan tahunan

T: Bagaimana cara memecahkan masalah?

J: Untuk memecahkan masalah di baznas dengan melakukan


evaluasi tersebut akan ketemu masalahnya seperti apa, misal ada
kerjasama program yang terhambat dalam hal penyalurannya atau
pencarian dananya. Kita selesaikan dulu dimana letak
hambatannya, dimana yang jadi maslah dan agar selesai semuanya.
Dari mulai menghimpun dana zakat. contoh dari upz menyetorkan
dana zakat 100 juta igin membuat program dan programnya itu
agak mandek ya kita bantu. Kita bantu kita turun langsung dan dari
dana yang terkumpul itu bisa serap kembali di lembaga atau
perusahaan tersebut. Kalo untuk di ritel kita memberikan
keleluasaan kepada pihak yang bekerjasama dengan baznas seperti
tokopedia, bukalapak dsb. Yakni untuk mensosialisasikan
program-program baznas yang ada di icommers tsb. Kalo ada
masalah kita selesaikan masalahnya. Kalo misalkan di icommers
setorannya udah di seter kepada pembeli tapi laporannya tidak
masuk langsung kita konfirmasi kepada muzakkinya dimana
masalahnya. Dan ketemulah letak permasalahannya seperti itu.
 
Terus kalo kalo di layanan misalkan muzakki udah membayar
zakat tapi belum mendapat konfirmasi atau notifikasi. Seperti
ucapan terima kasih melalui email, sms dan wa. Biasanya
masalanya itu muzakki sudah membayarkan zakatnya namun
belum diberikan laporan.

T: Apakah sampai saat ini ada kendala dalam melakukan


fundraising?

J: Kendala dalam melakukan fundraising adalah oengetahuan


masyarakat tentang zakat itu masih minim meskipun ada kenaikan
namun tidak signifikan. Terus juga ketika kita mengadakan
kerjasama mungkin ada beberapa kendala yaitu di pucuk
kepemimpinan. Misal kita sudah melakukan fundraising di
kementerian atau lembaga negara surat udah tembus terus audiensi
sudah selesai tapi mentok di bagian dirjen ataupun pak menterinya.
Dari segi teknis sebagainya dan kendala-kendala disini bukan
berarti menjadi masalah bagi kita tapi ini adalah menjadi tantangan
bagi kita. Karena setiap masalah itu pasti ada solusi.

Jakarta, 10 September 2018


 
 
 
Lampiran I

NARASUMBER

Bersama Bapak Fitriansyah AS, Kepala Biro Ritel Nasional


BAZNAS RI. Setelah melakukan wawancara.

Bersama Bapak Mohan, Kepala Bagian Layanan UPZ BAZNAS


RI. Setelah melakukan wawancara.
Lampiran II

ALAT PERAGA KAMPANYE FUNDRAISING REKENING


BANK
 
Lampiran III

Gerai/Konter Layanan Zakat

 
Lampiran IV

KERJASAMA MITRA KOMUNITAS

FUNDRAISING MELALUI DONASI PELANGGAN


Lampiran V

MUZAKKI PRIMA

  (Mengajak Publik Figure Untuk Berzakat)

PATNERSHIP:
Lampiran VI

Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ), Laporan Donasi dan


Bukti Setor Zakat
 

Majalah BAZNAS
Lampiran VII
FORM KUASA PEMOTONGAN ZAKAT PEGAWAI

 
Lampiran VIII
Email, SMS Notifikasi dan Aplikasi Muzakki

Anda mungkin juga menyukai